Anda di halaman 1dari 52

MANAJEMEN RESIKO

KLINIK

JULIANDI, S.PD, S.KEP, NS, M.KES


MATERI KULIAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY
MAHASISWA TK II PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
T.A. 2023-2024
PENDAHULUAN

community acquired Healthcare Associated


infection Infections (HAIs)

MASALAH DI YANKES

Program PPI

Infection Control Risk


Patient Safety Assesment ( ICRA ) 2
PENGERTIAN
DEFINISI RISIKO

Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat


....
ditimbulkan dari proses kegiatan saat sekarang atau
kejadian dimasa datang.
(ERM, Risk Management Handbook for Health Care Organization)

MANAJEMEN RISIKO
.... ADALAH PENDEKATAN PROAKTIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI, MENILAI
DAN MENYUSUN PRIORITAS RISIKO, DENGAN TUJUAN UNTUK
MENGHILANGKAN ATAU MEMINIMALKAN DAMPAKNYA.
RISK ASSESMENT
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci
dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial
berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses
yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki
berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun
potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun
service yang diberikan
“ Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya
risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak
risiko.”
** Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat
termasuk Pasien dan Publik dapat terlibat bila memungkinkan**

(TJC 2010)
ICRA
adalah proses multidisiplin yang berfokus pada
pengurangan infeksi, pendokumentasian bahwa
dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas
dan program yang berfokus pada :
• Pengurangan risiko infeksi,
• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi,
renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan
lingkungan perawatan, yang memungkinkan
organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

5
TUJUAN
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs
pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit
dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko
terhadap :
a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan
pengunjung
b. Penularan melalui tindakan /prosedur invasif yang
dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan,
ataupun perawatan terhadap risiko infeksi (HAIs).
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar
dapat ditindak lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala
prioritas.
Infection Control Program
Risk Assesment

External Internal
 Terkait dengan  Terkait pasien
komunitas  Terkait petugas
 Terkait dengan  Terkait prosedur
bencana  Peralatan
 Persyaratan peraturan  Lingkungan
dan akreditasi  Pengobatan
 Sumber daya
RISIKO EXTERNAL
 Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
 Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
 Kejadian KLB dikomunitas yg berhubungan dengan
penyakit menular :
1. Influenza, meningitis
2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada
makanan, air seperti hep A dan salmonela
RISIKO INTERNAL
1. Pasien
a. Karakteristik pasien
 Perempuan, anak-anak
 Perawatan akut pada pasien dewasa
 Populasi kebutuhan khusus
 Perawatan jangka panjang
 Rehabilitasi

b. Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
•status imunologi
•penyakit yg berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
•manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola
pikir dan kemudian sakit-sakitan
:
2. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk
proses peralatan :
Instrumen bedah
Prostesa
Pemrosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat
Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
 Kebiasaan kesehatan perorangan.
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan
penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH,
pemakaian APD, penanganan peralatan pasien,
tehnik isolasi, dll)
 Skrening yg tidak adekuat terhadap penyakit
menular
 Kejadian Nedle Stik Injury
4. Risiko yg terkait pelaksanaan prosedur
Prosedur invasif yang dilakukan
Peralatan yang dipakai
Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu
tindakan
Persiapan pasien yang memadai
Kepatuhan terhadap tehnik pencegahan yang
direkomendasikan

5 lingkungan
Pembangunan
Kelengkapan peralatan
Pembersihan
The risk management flowchart as it is applied to HAI

Pastikan risiko teridentifikasi, dianalisa dan dilakukan tindakan


Hindari risiko
Informasi yang berkaitan dg risiko harus diinformasikan kepihak terkait

-Kebijakan/Standar prosedur
-- tugas yg jelas
Communicate and consult

Identifikasi risiko

Monitor dan review


Apa penyebab terjadinya infeksi?
Bagainama cara transmisi?
Siapa saja yg berisiko?
(pasien, petugas atau lingkungan)?

Perlakuan risiko Analisa risiko


Hindari risiko Mengapa bisa terjadi
Kurangi risiko ( langkah pencegahan, (activitas, prosedur)?
ada sistem dan kontrol Hal2 apa saja yg bs meminimalkan risiko
Berapa sering terjadi/konsekuensi apa?
Evaluasi risiko
Hal2 apa saja penyebab risiko
rendah/meminimalkan risiko atau
risiko penularan (staff, pasien)?
Tehnik Aseptik, APD dll
METODE DASAR MANEJEMEN RISIKO

OBSERVASI
LAPORAN KEJADIAN
DOKUMEN REVIEW
PENGUKURAN MASALAH :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat
bahaya
- Risiko sampingan
RISK ASSESSMENT TOOLS

Risk Matrix Grading


Root Cause Analysis ( RCA )
Failure Mode and Effect Analysis ( FMEA )
RISK MATRIX

Sering digunakan : untuk memetakan risiko,


Probabilitas dan Dampak
Risk Matrix efektif :
•Mudah digunakan dan dimengerti
•Mempunyai deskripsi detil dan definitif
•Menerangkan bagaimana risiko dapat dimitigasi
pada tingkat yang bisa ditolerir
EVALUASI RISIKO
1.Rangking masalah
2.Prioritas masalah
3.Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah
diranking, biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan
dengan biaya kalau terjadi resiko)
4. Pastikan risiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak

Keputusan untuk menerima risiko dan


pengelolaannya berdasarkan pertimbangan :
 kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusian
 kebijakan, tujuan ,
 sasaran dan kepentingan stakeholder
 keuangan, hukum, sosial
Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Sc


Risks/ Legal, Regulatory) Systems/Preparedness ore
Problems 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Lik Ma Ra Ne Loss of Seriou Prolong Moderat Mini no Po Fair Go Soli


life/ s ed mal or d
ely ybe re ver Loss Length e ne od
limb Clini
(functi of Clinical/
Functio on/ stay cal/
n/ financi
financial finan
financial al/ cial
legal

Standard Precaution

Lack of Hand
Hygiene

Lack of
respiratory
Hygiene/cough
Etiquette

Lack of safety
injection
Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Sc


Risks/ Legal, Regulatory) Systems/Preparedness ore
Problems 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Lik Ma Ra Ne Loss of Seriou Prolong Moderat Mini no Po Fair Go Soli


life/ s ed mal or d
ely ybe re ver Loss Length e ne od
limb Clini
(functi of Clinical/
Functio on/ stay cal/
n/ financi
financial finan
financial al/ cial
legal

Transmission Based Precaution

Lack of
Airborne
Precaution

Lack of Droplet
Precaution

Lack of
Contact
Precaution
Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Sc


Risks/ Legal, Regulatory) Systems/Preparedness ore
Problems 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Lik Ma Ra Ne Loss of Seriou Prolong Moderat Mini no Po Fair Go Soli


life/ s ed mal or d
ely ybe re ver Loss Length e ne od
limb Clini
(functi of Clinical/
Functio on/ stay cal/
n/ financi
financial finan
financial al/ cial
legal

HAIs
SSI

ISK

ILI

VAP
Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Sc


Risks/ Legal, Regulatory) Systems/Preparedness ore
Problems 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Lik Ma Ra Ne Loss of Seriou Prolong Moderat Mini no Po Fair Go Soli


life/ s ed mal or d
ely ybe re ver Loss Length e ne od
limb Clini
(functi of Clinical/
Functio on/ stay cal/
n/ financi
financial finan
financial al/ cial
legal

Environment

Infection related
to
Construction/
Renovation
Problem with
Cleaning/
Disinfection
Policy and
Procedure

Lack of current
policies
Or procedures
(specify)
TK Risk Deskripsi kejadian

0 Never Tidak pernah

1 Rare Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)

2 Maybe Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)

3 likely Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)

4 Expect it Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun


TK RIKS Deskripsi Dampak

1 Minimal clinical • Tidak ada cedera

2 Moderate • Cedera ringan , mis luka lecet


clinical • Dapat diatasi dng P3K

3 Prolonged length • Cedera sedang, mis : luka robek


of stay • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng
penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan
4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh
function • Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng
penyakit
5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan
penyakit
TK RIKS Deskripsi Kegiatan
1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu


dilaksanakan
3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak
dilaksanakan

4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak


dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan


SKOR =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X
Nilai Sistem yang ada

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


No JENIS SKOR PRIORITAS TUJUAN TUJUAN STRATEGI EVALUASI PROGRESS
KELOMPOK UMUM KHUSUS /
RISIKO ANALISIS
LEVEL/BANDS TINDAKAN
EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45
(SANGAT TINGGI) hari, membutuhkan tindakan segera, perhatian
sampai ke Direktur RS : perlu pengkajian yang
sangat dalam
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari,
(TINGGI) kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta
membutuhkan tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera
MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana
(SEDANG) paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis
sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko : menggunakan monitoring / audit
spesifik
LOW Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana
(RENDAH) paling lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur
rutin
Infection Control Risk Assessment (ICRA)
RENOVASI
LATAR BELAKANG

RENOVASI

MELALUI UDARA

DEBU PLAFON/TANAH ASPERGILLUS SP, FUSARIUM SP,


ZYGOMYCETES, DLL

AIR, LEMBAB MENINGKATKAN


Infection Control Risk PERTUMBUHAN JAMUR, SPORA KECIL
YG MUDAH TERHIRUP (2-3MICRON)
Assesment ( ICRA )
PENYEBAB KEMATIAN

• Aspergillosis invasif memiliki 30 - 95% angka


kematian
• Amfoterisin B ginjal (ginjal) toksisitas
• spesies yang resistan terhadap obat Aspergillus
Lentulus
• Aspergillosis adalah penyakit yang mengancam jiwa
terkait dengan konstruksi yang tidak terkendali
SIAPA YANG BERISIKO DARI INFEKSI
1. Transplantasi
• Sel induk (Stem cells)
• organ Padat
2. Cystic fibrosis
3. Onkologi
• Leukemia
• Kemoterapi & radiasi
• Corticosteriods dosis tinggi
4. Bayi prematur
5. Penyakit granulomatosa kronis
6. Luka bakar
7. TBC
8. Diabetes mellitus dan HD
9. Tahap akhir AIDS / HIV
10. Kasus Bedah
ICRA PROSES
Penilaian Risiko Pengendalian Infeksi adalah proses
multidisiplin yang berfokus pada pengurangan risiko dari
infeksi ke pasien, dg perencanaan fasilitas, desain, dan
konstruksi kegiatan.
Dampak kerja
• Pasien
• Mencegah dan / atau meminimalkan dampak proyek
“Menggunakan Matrix" : tools untuk menilai risiko
1. Pre Renovasi
1. Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara
bagian Tehnik, Komite PPIRS, K3RS dan Unit
Sanitasi dan vendor
2. Komite PPIRS melakukan pengkajian resiko dan
membuat izin renovasi
3. Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi
bangunan Komite PPIRS, K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak
perencana dan pelaksana proyek.
lanjutan
1. Sebelum pelaksanaan pembangunan/renovasi dan
pembongkaran bangunan, pihak pelaksana proyek
harus menutup area kerja, Komite PPIRS akan
memastikan dengan cek list” Renovasi bagunan “
dan memastikan kontraktor memasang informasi
bahwa area tersebut sedang ada
pembangunan/renovasi dan pembongkaran
bangunan sesuai standar K3RS dan PPI
2. Selama proses pembangunan pelaksana proyek
wajib mengenakan APD sesuai K3.
3. Setelah pembangunan selesai Komite PPIRS
melakukan evaluasi kembali melalui cek list
renovasi bangunan
Selama Renovasi
Selama dalam proses pembangunan, Tim pengawas
proyek (Bagian Tehnik, Komite PPIRS, K3RS dan Unit
Sanitasi Lingkungan) melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan pekerjaan sesuai surat kesepakatan
bersama antara lain :
- Pengumuman adanya proses renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar renovasi ( bebas debu,
puing, dll )
- Pembersihan rutin
- Pembersihan akhir secara keseluruhan
2. Aktivitas Konstruksi berdasarkan Tipe

Tipe aktivitas ditentukan dengan :


 Banyaknya debu yang ditimbulkan
 Potensial terjadinya pencemaran udara
 Lama pekerjaan konstruksi
 Jumlah sistem pendingin ruangan dan
ventilasi yang terpadu
 Ada 4 tipe : tipe A, B, C dan D
TIPE A :
PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM

• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual (terbatas


untuk 1 ubin per 5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalasi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang
ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau
perlu memotong dinding atau akses ke langit-langit,
selain untuk pemeriksaan visual.
TIPE B
SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG
MENGHASILKAN DEBU SEDIKIT

 Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang


dapat menghasilkan debu minimal
 Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 instalasi telepon dan kabel computer
 akses untuk ke ruangan
 memotong dinding atau langit-langit
dimana migrasi debu dapat dikontrol
TIPE C:
KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU
SEDANG ATAU TINGKAT TINGGI

• Pembongkaran atau pengangkatan


komponen bangunan built-in atau rakitan,
• Pengamplasan dinding untuk mengecat atau
memasang lapisan dinding
• Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper,
plafon, dan casework
• Konstruksi dinding baru,
• Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
• Kegiatan perkabelan yang banyak.
TIPE D:
PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI

 Penghancuran mayor dan proyek bangunan


 Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 aktivitas yang membutuhkan kerja shift yang
berkelanjutan
 membutuhkan penghancuran besar atau
pengangkatan system kabel yang lengkap
 konstruksi baru
3. Berdasarkan Kelompok Risiko
Berdasarkan kelompok risiko yang telah
ditetapkan oleh tim pengendalian infeksi, maka
renovasi bangunan dibagi menjadi :
 Risiko rendah
 Risiko sedang
 Risiko tinggi
 Risiko sangat tinggi
DEFINISI AREA PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI / LOKASI
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4

RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI TINGGI


- Area kantor - Perawatan pasien dan - UGD - Unit Onkologi
tidak tercakup dalam Grup
- Tanpa pasien/ area 3/4 - Radiology - Terapi Radiasi
resiko rendah yang
tidak terdaftar - Laundry - Recovery Rooms - Area klinis
dimanapun - Ruang Maternitas / VK - Chemo Infusion
- Cafeteria
- Dietary - High Dependency Unit - Transplant

- Manajemen Material - Kamar bayi - Pharmacy Admixture - Ruang


bersih
- PT/OT/Speech - Pediatrics (kecuali yang
tertulis di Grup 4) - Kamar Operasi
- Penerimaan/Pemulangan
- Lab Microbiologi - Departemen Proses Sterilisasi
- MRI
- Long term sub-acute - Kateterisasi Jantung
- Obat-obatan nuklir units
- Kamar prosedur invasif pasien
- Echocardiography - Farmasi rawat jalan
- Laboratorium tidak spesifik - Dialisis - Area Anastessi & pompa jantung
seperti Grup 3
- Endoskopi - Newborn Intensive Care Unit
- Koridor Umum (yang (NICU)
dilewati pasien, suplai, dan - Area Bronchoskopi
linen) - Semua Intensive Care Unit
(kecuali yang tertulis di Grup 4)
4. LEVEL ICRA
 Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan
Konstrusi dan Kelompok Risiko Bangunan

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


konstruksi
Kel risiko rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Kelompok risiko Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV


medium

Kel risiko tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Kelompok risiko Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


tertinggi
PEDOMAN KONTROL INFEKSI KONSTRUKSI

 Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari


KELAS I lokasi konstruksi.
 Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin.

 Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam


KELAS II atmosfer.
 Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
 Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti
atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
 Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
 Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
 Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi
dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.

KELAS III  Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan
secara menyeluruh.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau
sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
 Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkanpenyebaran kotoran
& debris yg terkait
dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum dengan HEPA
atau disemprot air sebelum dibuang.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
• Isolasi sistem HVAC pd lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi
sistem saluran.
 Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
 Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter
HEPA / metode lain u/ mempertahankan tek neg. Keselamatan publik a/ memonitor tek udara.
 Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu
 Buat ruang serambi/anteroom & pastikan semua personil u/ melewati ruangan ini. Pel basah
/vacuum dg HEPA setiap hari.
KELAS IV  Selama pembongkaran, u/ kerja yg menghasilkan debu / pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali
pakai & baju harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika meninggalkan area kerja.
 Jangan menghilangkan barier dr area kerja sampai proyek selesai dibersihkan scr menyeluruh.
 Buang material barier dg hati2 u/ meminimalkan penyebaran kotoran & debris yg terkait dg
konstruksi
 Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
 Tempatkan keset di pintu masuk & keluar dr area kerja & diganti /dibersihkan ketika sdh tdk
efektif.
 Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan membersihkan debris setiap hari.
 Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai.
 Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
46
 Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
KULTUR UDARA

Kultur Jamur udara


Disarankan kriteria :
- 0-2 CFU / m3 : OK
- > 2-4 CFU / m3 : reclean & tes ulang
- > 4-10 CFU / m3 : menyelidiki, reclean
& tes ulang

47
 Melakukan penilaian risiko
 Pengembangan berbasis risiko pencegahan dan pengendalian infeksi, ada
rencana tertulis dengan tujuan dan sasaran terukur, strategi dan metode
evaluasi
 Merancang program survailens :
- Sistem untuk mendapatkan, mengelola dan pelaporan data dan informasi
penting
- Penggunaan temuan dalam kegiatan penilaian dan perbaikan
 Membangun sistem komunikasi internal dan external
 Mengembangkan kebijakan dan prosedur tertulis berdasarkan praktek
berbasis bukti
 Menjaga kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, standar, pedoman
dan akreditasi.
ICRA harus ditinjau & diidentifikasi setidaknya setiap
tahun
Memperioritaskan risiko :
Tidak membuat semuanya menjadi prioritas
Jangan menggunakan beberapa jenis tools untuk
diprioritaskan
Lakukan pendokumentasian prioritas risiko dan
diseleksi secara rasional
Sertakan saat pasien rawat jalan
COVER RENOVASI
51
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai