Daniel 1-2, 5-
1 6 Daniel muda dan teman-temannya melayangkan pandangan
mereka ke arah tentara Babel dari atas tembok Yerusalem. Nabi
Yeremia telah
memperingatkan orang Ibrani apabila mereka tetap menyembah dewa-
dewa palsu, musuh akan datang menyerang kota mereka.
Dan sekarang, raja Babel dan seluruh tentaranya telah datang
untuk menyerang Yerusalem.
Raja Nebukadnezar dan seluruh tentaranya datang dan mendirikan kemah
di luar Yerusalem. Mereka mengepung kota sehingga tidak ada seorang
pun yang bisa masuk atau keluar dari kota itu. Kemudian kelaparan
melanda kota itu karena seluruh penduduk telah kehabisan makanan.
Kelaparan
itu sedemikian hebat sehingga mereka membuka pintu gerbang kota
dan membiarkan musuh-musuh mereka masuk menyerbu kota.
Kemudian tentara-tentara itu merobohkan tembok kota serta membakar
istana. Mereka juga menghancurkan rumah-rumah penduduk dan
mencuri cawan emas dan perak dari Bait Suci. Lalu mereka menangkap
banyak penduduk Yerusalem termasuk Daniel dan teman-temannya, dan
membawa mereka ke kota Babel.
2
5 Tetapi hati Raja Belsyazar sama sekali tidak gentar melihat musuh yang siap
menggempur dari luar gerbang kota. “Tembok kota kita tinggi dan luas,
lagipula gudang kita penuh dengan makanan. Raja Persia tidak akan
mungkin dapat merobohkan tembok itu serta menguasai Babel.”
Raja Belsyazar mengundang semua bangsawan yang ada di Babel
untuk datang ke pesta perjamuan yang dia adakan di istana untuk
menghormati dewa-dewanya. Para bangsawan itu menyambut
undangan raja dengan gembira. Mereka datang ke pesta itu dengan
pakaian terbaik mereka.
Pesta itu dimeriahkan oleh suara terompet dan tabuhan genderang. Semua
bangsawan bernyanyi dan menari di pesta yang berlangsung semalam
suntuk itu. Lalu teringatlah Raja Belsyazar dengan cawan emas dan cawan
perak yang dulu diambil oleh kakeknya, Raja Nebukadnezar dari Bait Suci
di Yerusalem.
Dengan rasa congkak dia memberikan perintah untuk membawa cawan-
cawan itu ke ruang pesta agar mereka dapat minum-minum dari cawan
itu.
Ketika semua cawan-cawan itu telah dibawa ke ruang pesta, maka berdirilah
Raja Belsyazar di hadapan semua bangsawan itu dan menuang anggur ke
dalam cawan-cawan tersebut sampai tumpah. Semua orang bertepuk
tangan, bersorak gembira dan memuji-muji dewa-dewa Babel untuk
meminta berkat. Tetapi Tuhan tidak suka dengan apa yang dilakukan raja
lalu memberinya hukuman.
7 Orang-orang bijak yang ada di Babel segera bergegas untuk melihat sendiri
kata-kata ajaib yang ada di dinding istana itu. “Kalau kalian bisa membaca
tulisan ini dan mengatakan apa artinya kepadaku, maka kalian akan
kuberikan hadiah yang berlimpah.” Lalu mereka berkerumun di depan
dinding dan mencoba untuk membaca tulisan yang ada di dinding itu,
tetapi tidak ada satu pun yang sanggup melakukannya.
Wajah raja Belsyazar berubah menjadi pucat pasi. “Memang kalian hamba
yang tidak berguna, mengapa kalian tidak bisa mengatakan arti kata-kata
itu padaku!” katanya berteriak. Ibunda raja yang mendengar teriakan raja
itu
segera bergegas masuk ke dalam ruang pesta untuk melihat apa yang
sedang terjadi.
“Jangan takut,” katanya kepada raja. “Di kerajaan kita ada seorang Ibrani
yang sangat bijaksana, yang dapat menyingkapkan mimpi dan
memecahkan berbagai misteri. Namanya Daniel. Tuhan yang dia sembah
telah memberkati Daniel dengan kecerdasan, pengertian, dan hikmat
yang luar biasa. Dia akan memberitahu raja tentang apa arti tulisan di
dinding itu.”
3
8 Raja Belsyazar cepat-cepat memanggil Daniel untuk datang ke istana.
“Katakan padaku apa arti dari tulisan yang ada di dinding itu dan aku akan
memberimu banyak hadiah dan menjadikanmu sebagai penguasa di
kerajaanku. “
Daniel membungkukkan badannya di hadapan raja. “Hamba tidak
menginginkan hadiah dari Baginda. Namun demikian, hamba akan
membaca tulisan itu dan memberitahu Baginda tentang artinya.” Daniel
melihat tulisan di dinding itu dengan teliti. “Pesan yang ada dalam tulisan
itu adalah “Mene, Mene, Tekel, Ufarsin,” yang artinya Tuhan tidak senang
dengan cara hidup Baginda dan Dia akan memberikan kerajaan Baginda
kepada Raja Persia, dan Baginda akan segera mati.”
Malam itu juga, tentara-tentara Persia menyelusup masuk melalui sungai,
mereka merangkak masuk di bawah tembok-tembok kota dan menyerang
kota Babel. Ketika mendengar tentara Persia datang menyerbu istana,
Baginda raja lari bersembunyi di bawah meja. Tetapi, tentara-tentara itu
menyeret
dan kemudian membunuhnya, sama seperti yang telah dikatakan
Tuhan sebelumnya.
4
10 Meskipun Daniel adalah pemimpin dari orang-orang majus itu tetapi dia
tidak menyembah dewa-dewa palsu mereka yang terbuat dari kayu dan
batu. Dia mengasihi Tuhan Abraham, Ishak, dan Yakub. Setiap hari
Daniel membuka jendela-jendela rumahnya dan berdoa kepada Tuhan
umat Ibrani.
Pada suatu hari, orang-orang Majus itu melihat Daniel sedang berdoa
dan timbullah niat jahat dalam pikiran mereka. “Satu-satunya cara
untuk
menemukan kesalahan Daniel adalah dengan meminta baginda raja
untuk mewajibkan semua orang agar menyampaikan permohonan
hanya kepada raja saja.”
“Kalau kita beruntung, Daniel mungkin akan melanggar larangan itu,”
tambah orang Majus lainnya. “Raja Darius pasti akan melempar Daniel ke
gua singa.” Orang-orang Majus itu segera bergegas pergi ke istana untuk
berbicara pada raja. “Baginda, kami rasa Baginda harus membuat hukum
yang menyatakan bahwa semua rakyat harus menyembah Baginda sebagai
dewa mereka selama tiga puluh hari. Dan orang yang tidak menaati
peraturan ini akan dilemparkan ke dalam gua singa.”
Raja Darius menjadi sombong ketika mendengar permintaan orang-orang
Majus itu. Dia senang mendengar orang-orang akan menyembahnya
seperti dewa.
Sebelum Raja Darius berubah pikiran, orang-orang Majus itu cepat-cepat
menulis hukum tersebut di atas loh batu dan menunjukkannya kepada raja.
“Kami mohon agar Baginda raja menandatangani surat perintah ini supaya
hukum ini tidak dapat diubah lagi.” Raja Darius kemudian mengambil loh
batu itu dan memateraikannya sebagai hukum baru di kerajaan itu. Raja
tidak tahu bahwa perintah itu merupakan jebakan yang disiapkan orang
Majus untuk Daniel.
5
12 Raja berusaha untuk menyelamatkan Daniel agar tidak dilempar ke gua
singa itu. Sepanjang hari raja berpikir keras mencari jalan untuk menolong
hambanya yang setia itu. “Kenapa aku setuju untuk mengeluarkan perintah
agar aku disembah seperti dewa,” katanya mengeluh. Tetapi tampaknya
tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Daniel. Akhirnya
dengan berat hati, raja mengeluarkan perintah agar melemparkan Daniel
ke dalam gua singa.
Para penjaga istana dengan cepat menjalankan perintah itu dan
membawa Daniel ke gua singa yang ada di luar istana. Singa-singa yang
ada di dalam gua itu lapar karena sudah berminggu-minggu tidak
diberi makan. Sambil menajamkan kuku-kukunya di dinding batu, singa-
singa itu melihat Daniel seraya menjilat bibirnya.
Jantung Daniel berdegup dengan kencang. Dia berdiri di depan pintu
masuk gua dan melihat ke dalam kegelapan yang ada di depannya. “Aku
percaya pada-Mu ya Tuhan.” Lalu penjaga itu membuka pintu, memegang
tangan dan kaki Daniel kuat-kuat, mengayunnya ke depan dan belakang,
bersiap-siap melemparnya. ”Satu …. Dua … Tiga …” Mereka melempar
Daniel ke dalam gua itu. Gubrak! Daniel jatuh menggelundung ke
bawah tangga dan hilang dalam kegelapan.
Raja Darius berteriak dari depan pintu gua, katanya, “Semoga Tuhan yang
kau sembah dengan setia itu menyelamatkan engkau.” Lalu para penjaga-
penjaga meletakkan sebuah batu besar di mulut gua agar Daniel tidak
dapat keluar dari sana. Setelah itu raja memateraikan batu itu dengan cap
kerajaan agar tidak ada seorang pun yang dapat masuk atau keluar dari
gua tersebut.
6
14 Sementara itu di istana, raja Darius tidak dapat tidur dengan nyenyak
sepanjang malam. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Daniel yang ada di
gua singa. Dia sungguh-sungguh berharap agar Tuhan yang Daniel
sembah dapat menyelamat Daniel dari singa-singa itu.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, raja melompat turun dari tempat
tidurnya dan cepat-cepat pergi ke gua singa untuk melihat langsung
apakah Daniel masih hidup atau tidak. Dia memerintahkan penjaga
untuk membuka
segel kerajaan yang ada di batu penutup gua. Kemudian, dia
menjulurkan kepalanya di pintu gua. “Daniel, apakah engkau masih
hidup?” kata raja berteriak. “Apakah Tuhanmu telah sanggup
menyelamatkan engkau dari singa-singa itu?”
Sambil melihat raja yang ada di atasnya, Daniel menjawab, “Tuhanku telah
mengirim malaikat untuk menutup mulut singa-singa ini sehingga mereka
tidak menerkam aku. Tuhan tahu bahwa aku tidak bersalah.” Baginda raja
bertepuk tangan dan menari dengan sukacita. “Aku senang sekali
mendengar engkau masih hidup!”
Penjaga cepat-cepat menarik Daniel keluar dari gua singa dan
melihatnya dengan rasa heran. Mereka tidak menemukan satu goresan
pun di tubuh Daniel. “Tuhannya Daniel telah menyelamatkannya.”