Anda di halaman 1dari 8

Ketangguhan Orang Percaya (Daniel 1: 1-8, Dan 5 & 6 , Mat 4:1-11)

Kegoncangan iman akan terjadi dalam hidup kita apabila secara bertubi-tubi kita diperhadapkan dengan berbagai masalah, persoalan, tekanan dan sakit-penyakit. Bagi mereka yang tidak kuat, maka kegoyahan dalam hidupnya akan terjadi. Bahkan kalau tidak hati-hati akan terjatuh. Namun bagi orang yang menyerahkan seratus persen hidupnya kepada Tuhan sebagai Penopang, justru menganggap goncangan ini sebagai suatu ujian dan latihan menuju hidup yang berkemenangan. Di dunia modern ini, kegoncangan yang muncul dapat terjadi dari berbagai sudut. Mulai dari mainan anak-anak, film cartoon, buku bacaan (novel), televisi, kebiasaankebiasaan, sakit-penyakit dan berbagai masalah. Bagaimana caranya kita menghadapi semua ini? Apakah diam saja? Cuek! Mari kita coba telusuri dari seorang tokoh yang bernama Daniel. Siapa Daniel ini? Ia adalah seorang nabi Allah yang beberapa ribu tahun lalu hidup dalam pembuangan di Babel. Daniel ini pula yang telah menetapkan standard hidupnya untuk takut akan Tuhan. Apakah di dalam menjalankan hidup ini Daniel tidak menghadapi kesulitan? Tantangan apa yang dihadapinya sehingga membuatnya tangguh? I . Meja Perjamuan Raja Nebukadnezar Di dalam Daniel 1:1 menceritakan bahwa Raja Yoyakim, raja Yehuda dikalahkan Nebukadnezar, raja Babel. Itu sebabnya perkakas-perkakas Bait Allah juga direbut dan dipakai oleh raja Nebukadnezar untuk perkakas di rumah dewanya. Bersamaan dengan itu dipilih orang-orang muda, kaum bangsawan Israel. Mereka yang tidak bercacat-cela, baik, berhikmat, cakap (pintar) untuk diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim. Raja juga menetapkan bagi mereka suguhan pelabur, yakni santapan raja sebagai makanan mereka. Selama tiga tahun mereka akan digembleng tentang berbagai konsep tentang Babel, bahkan nama-nama mereka juga diubah. Dengan demikian setelah itu diharapkan orang-orang Isreal akan melupakan ke-Israelannya. Menerima santapan raja itu berarti suatu penghargaan yang tertinggi dan makanan ini sudah tentu yang paling enak dan terbaik dari seluruh Babel dan sebaliknya. Apabila menolak santapan raja, itu berarti tidak taat pada raja. Pada jaman itu orang yang tidak taat akan mendapat hukuman yang berat, itu sebabnya Aspenas merasa takut. (lihat Daniel 1:10) Mengapa Daniel menolak makanan itu? Sebenarnya semua makanan di Babel itu najis menurut ketentuan Allah (bnd Yehezkial 4:13 rotinya najis, Hosea 9:3,4 Mereka tidak akan tetap diam di tanah TUHAN, tetapi Efraim harus kembali ke Mesir, dan di

Asyur mereka akan memakan makanan najis. Mereka tidak akan mempersembahkan korban curahan anggur kepada TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan, semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN Jadi kalau Daniel bertekad menolak makanan itu bukan sekadar makanan itu najis, namun lebih dari itu karena makanan ini adalah hidangan bagi raja dan diperkirakan sudah dipersembahkan kepada dewa terlebih dahulu. Menerima makanan raja juga berarti berhutang budi dan harus taat dan setia pada raja. Daniel menolak segala yang segala yang diharapkan dan kesempatan orang dunia, bukan karena Daniel itu sedang stres atau sakit jiwa. Tetapi karena Daniel sungguh-sungguh mencintai Tuhan, dan ia hanya mau taat kepada Tuhan saja. Pengalaman hidup kita mungkin berbeda dengan Daniel, sebab kita tidak disajikan makanan yang dipersembahan kepada dewa (berhala). Namun jangan lupa, di jaman modern ini kita memiliki tantangan dalam bentuk lain. Bisa saja berupa menonton televisi yang over dosis. Tidak jarang film telenovela Mexico dan drama Korea menyerap waktu kita berjam-jam, bukan hanya itu, film ini juga menghabiskan air mata Anda. Pestapesta, mobil mewah dan segala harta kekayaan juga menyerap waktu dan pikiran kita. Kita terbuai dengan semua itu dan bila tidak bijaksana dan hati-hati maka perlahanperlahan kehidupan kita terserap ke arah sana. Sehingga walaupun kita pernah mengaku diri sebagai orang percaya, namun hidup kita telah diubah kembali, tidak seperti orang percaya. Baru-baru ini saya bertanya pada salah seorang pemuda di gereja mengapa ia tidak ke gereja belakangan ini. Lalu ia menjawab bahwa dua minggu lalu orang tuanya merayakan HUT pernikahan, sehingga tidak dapat hadir, padahal orangtuanya juga orang percaya. Lalu saya bertanya lagi, kan minggu lalu Anda juga tidak hadir ke gereja? Jawabnya minggu lalu ibu ulang tahun. Nah, sebagai orang percaya yang sejati, seharusnya kita tahu jelas mana yang merupakan primer dan sekunder. Yang mana yang harus didahulukan dan yang mana harus dinomerduakan atau selanjutnya. Orang Kristen yang sejati tidak dapat menawar-nawar lagi, Tuhan harus dinomersatukan. Daniel telah mempraktekkannya, ia telah mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya, termasuk terhadap sajian makanan yang paling enak di dunia. II . Janji di malam Pesta Raja Belsyazar Daniel 5 mencatat bahwa raja Belsyazar mengadakan pesta, para pembesar diundang menghadirinya. Dicatat bahwa yang hadir pada saat itu seribu orang. Ayat 2 terlihat perbuatan hujat dari Belsyazar. Dalam keadaan mabuk ia menitahkan orangorangnya untuk membawa perkakas Bait Allah yang diambil ayahnya Nebukadnezar untuk mengisi minuman agar para pembesar, isteri dan gundik-gundiknya minum dari perkakas itu. Kurang ajar sekali bukan?

Pada saat itu tampak jari-jari tangan manusia pada kapur dinding istana raja di depan kaki dian (ay 5). Melihat kejadian ini maka raja menjadi pucat, pikiran gelisah, sendi-sendi pangkal pahanya lemas dan lututnya berantukan (ay 6). Kemungkinan besar temapat duduk raja Belsyazar tidak jauh dari kaki dian, karena biasanya para pembesar duduk dekat tempat terang semacam podium begitu. Dengan demikian maka tulisan itu dan tangan yang menulisnya dapat dilihat jelas sekali. Orang-orang berhikmat yang hadir di sana tidak satupun yang dapat

menerjemahkan tulisan di dinding itu (ay 8). Itu sebabnya raja Belsyazar menjadi takut dan sangat cemas. Ia juga menjadi pucat, diikuti oleh para pembesar yang terperanjat. Coba perhatikan, ternyata Daniel tidak hadir di sana. Seorang tokoh rohani sejati seperti dia harus berani tampil beda. Tatkala orang-orang lagi santai berpesta pora, ia harus berani menolaknya, karena ada tugas yang lebih penting yang harus dikerjakan untuk Tuhan. Ia harus senantiasa menyediakan waktu mengutamakan Tuhan. Beda dengan kebanyakan umat Tuhan masa kini. Kadang di gereja sudah memprogramkan acara jauh-jauh hari, masih saja ada umat Tuhan lebih suka memilih acara sekulernya sendiri. Daniel bahkan tidak segan-segan menolak hadiah yang diharapkan banyak orang, yakni kekuasaan yang ditawarkan sebagai hadiah baginya bila dapat menerjemahkan tulisan di dinding itu. Tahanlah hadiahmu, berikanlah kepada orang lain (ay 17) demikian kata Daniel. Hari ini tidak banyak orang yang sanggup berkata seperti Daniel. Bahkan orang percaya sekalipun, kalau sudah berbicara soal uang, tidak ada yang namanya saudara kandung; malah ada orang tua dan anak saling bertengkar dan memutuskan hubungan persaudaraan hanya gara-gara masalah ini. Dari berbagai penjelasan Daniel disimpulkan bahwa, Belsyazar telah meninggikan diri terhadap yang berkuasa di sorga. Perkakas dari Bait-Nya telah dipermainkan. Itu sebabnya mene, mene, tekel ufarsin demikian tulisan di dinding terbaca (ay 25). Yang artinya mene masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, tekel tuanku ditimbang dan kedapatan begitu ringan, peres kerajaan Babel akan pecah dan diberikan kepada orang Media-Persia. Inilah hasil uraian yang disampaikan Daniel. Raja merasa puas, dan Daniel diangkat menjadi orang ke tiga di sana. Sementara Belsyazar seketika juga meninggal dunia. Tuhan itu maha penyabar dan penyayang, hingga hari ini Dia masih sabar terhadap kita sekalian. Walaupun kadang kala kita melakukan segala sesuatu yang mencoba untuk menantang kesabaran-Nya. Namun kita perlu hati-hati dan waspada, kita tidak tahu kapan Tuhan berhenti dari kesabaran-Nya? III. Gua Singa Raja Darius

Kali ini Daniel tidak menghadapi masalah atau kehidupan pribadi. Namun musuhmusuhnya justru coba mengusik segi kehidupan rohaninya, yakni kehidupan doa. Hidup manusia memang unik dan antik. Apabila ia kaya maka banyak yang iri hari, sebaliknya bila ia miskin maka yang diterima hanya hinaan. Bila berkedudukan, maka orang-orang merasa cemburu padanya, namun bila tidak berpangkat bahkan memandang pun orang tidak mau. Saat ini Daniel adalah orang yang berpangkat, bahkan karena kelebihannya maka ia diangkat lebih tinggi di atas para pembesar yang ada. (Dan 6:4) Itu sebabnya tentu timbul kecemburuan dari setiap rekan-rekan pejabat lainnya. Mereka berusaha mencari kesalahan Daniel, namun tidak diketemukan. Satu-satunya yang dapat dianggap kesalahan karena Daniel beribadah kepada Allah. Setiap hari, tiga kali Daniel berdoa kepada Tuhan. Kesempatan ini dipakai oleh para pembesar lainnya untuk menjebak Daniel. Mereka datang kepada Raja Darius dengan mengiming-imingkan penghormatan tertinggi baginya. Secara manusia tentu raja Darius merasa terhormat sebab mereka menghendaki seluruh rakyat termasuk pejabat selama 30 hari berturut-turut tidak boleh menyembah kepada dewa apapun, kecuali menghormati dan menyembahnya. Siapa saja saja yang kedapatan tidak mengikuti peraturan ini, akan dimasukkan ke dalam gua singa yang sudah disediakan. Walaupun demikian, oleh keteguhan Daniel maka ia tetap saja pada

pendiriannya. Tiga kali sehari ia tetap berdoa pada Allah. Oleh sebab itu maka para pembesar lainnya, melaporkan masalah ini kepada raja Darius, sehingga ia dimasukan ke dalam gua singa. Namun heran sekali, Daniel yang berada di dalam gua singa, namun tidak diusik oleh singa itu, tetapi Raja Darius yang berada di istana justru tidak dapat tidur nyenyak. Pagi-pagi ia sudah bangun, untuk memastikan bahwa Daniel yang dikasihnya itu diselamatkan oleh Tuhan Allah yang disembahnya. Karena Daniel selamat, maka sebagai gantinya orang-orang yang menghasut Daniel itu yang dimasukkan ke dalam gua singa. Alkitab mencatat, belum saja mereka dimasukkan, para singa sudah siap menerkam. Jaman ini kita tidak mendapat ancaman gua singa itu. Namun kadang-kadang gua singa kita bisa muncul dalam bentuk lain. Kesibukan sehari-hari dapat saja menyerang kerohanian kita. Kesuksesan dan bahkan kesibukan dalam pelayanan juga dapat menyita waktu kita menjadi jauh dari Tuhan. Jangan pikir kalau orang percaya itu sibuk melayani di gereja sudah dipastikan bahwa kerohaniannya baik? Belum tentu. Jangan-jangan justru ia yang paling jauh dari Tuhan. Daniel tangguh, bahkan gua singa pun tidak dapat menggoyahkan kerohaniannya. Apa yang dialami Daniel juga persis dialami Tuhan Yesus tatkala menghadapi pencobaan iblis di padang gurun. Pencobaan berupa makanan, iblis mengatakan jadikanlah batu menjadi roti. Yesus dicobai tepat pada waktunya, karena saat itu

memang Yesus lagi lapar, karena berpuasa selama empat puluh hari. Pencobaan kedua berupa kekuasaan, iblis berkata jatuhkanlah tubuh-Mu dari bubungan Bait Allah. Dan yang ketiga pencobaan akan kerohanian Tuhan Yesus, si iblis minta supaya Tuhan Yesus menyembahnya. Begitu beraninya iblis itu, namun Tuhan Yesus menjawab, Enyahlah , Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti! (Mat 4:1-11) Yesus menang, ia tetap teguh dan tangguh. Bagaimana dengan kita sekalian? Apakah kita juga memiliki ketangguhan tatkala menghadapi berbagai masalah dan kesulitan di dunia ini? Tuhan Yesus menang, Daniel menang, dan kita harus menang juga.

CARA DANIEL MENGHADAPI MASALAH


Ayat bacaan: Daniel 6:11 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Setelah mengalami sendiri, saya tahu bahwa rasanya sangat tidak enak menghadapi fitnah. Rasa sirik dan iri hati sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia, sehingga pembunuhan karakter lewat tuduhan-tuduhan keji bisa dilemparkan dengan mudahnya hanya karena merasa iri melihat keberhasilan orang lain. Hari ini Tuhan mengingatkan saya akan kisah Daniel yang mengalami hal yang sama. Daniel adalah sosok luar biasa yang dikatakan punya kebiasaan dan disiplin berdoa. Dari ayat bacaan hari ini kita melihat bahwa ia biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, dia tetap berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran jika Daniel dikatakan sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20) dan diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. Empat kali raja lengser, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang beda. Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawa pengaruh sangat besar. Melihat kesuksesan seperti itu, mulailah para pejabat tinggi dan wakil raja merasa dengki dan iri hati, lalu kemudian mencari-cari kesalahan atas Daniel. Namun dalam Alkitab disebutkan mereka tidak mendapati kesalahan apapun. Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. (ay 5). Namanya mencari-cari kesalahan dan hasrat untuk memfitnah, mereka menemukan sebuah metode untuk menjebak. Maka berkatalah orang-orang itu: Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya! (ay 6). Dan itulah yang mereka hembuskan pada raja. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan

bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. (ay 8). Raja Darius pun menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas ingin menangkap Daniel. Ketika Daniel mendengar perihal peraturan baru ini, ciutkah Daniel? Berhentikah ia berdoa? Tidak. Daniel sama sekali tidak gentar, dia tidak cemas, dia tidak takut. Daniel tidak berusaha melarikan diri, atau berpura-pura tidak berdoa. Daniel tidak melakukan doa dengan sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa. Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkaptingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (ay 11). Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa disentuh sedikitpun. Demikian kata Daniel: Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan. (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat yang memfitnah dan menjebak Daniel? Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka. (ay 25). Daniel selamat karena imannya. Dalam segala hal, termasuk ketika ia mengalami masalah, ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri untuk mengatasi hal itu. Dia tidak memilih untuk melarikan diri, atau mencari alternatif-alternatif penyelesaian yang sesat. Ketika masalah datang, Daniel datang pada Tuhan. Dia tetap tenang, dan berdoa memohon kepada Allah. Ketika ia hendak dicelakakan, dan ia tetap percaya dengan iman teguh pada Tuhan, bukannya celaka tapi ia malah memberikan sebuah kesaksian luar biasa atas kekuatan Allah yang dahsyat dan ajaib. Orang banyak pun melihat bahwa Daniel diselamatkan, karena kepercayaan penuh pada Allah. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya. (ay 24). Ketika kita menghadapi masalah, ketika kita menghadapi tuduhan-tuduhan, ketika kita difitnah, ketika kita mengalami persoalan, kemana kita pergi mencari jawaban? Seringkali kita terlalu mengandalkan kemampuan diri kita yang terbatas. Seringkali kita malah tidak sabar dan akibatnya tersandung dengan memilih alternatif-alternatif instan yang menyesatkan. Seringkali kita malah semakin jauh dari Tuhan. Kisah Daniel selayaknya membuka mata kita bahwa ada kuasa luar biasa di balik sebentuk doa. Dalam Yakobus kita membaca Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yakobus 5:16b). Daud menyadari betul bagaimana kuasa Tuhan mampu bekerja atas anak-anakNya yang percaya. Ketika ia dikejar-kejar musuhnya, Daud berkata: Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan. Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku. Sesungguhnya gelora-gelora maut telah mengelilingi aku, banjirbanjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku,

perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berseru. Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong masuk ke telinga-Nya. (2 Samuel 22:3-7). Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN adalah sandaran bagiku. (ay 19). Mengapa Daud bisa diselamatkan Tuhan? Berikut jawabannya: sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak menjauhkan diri dari Allahku sebagai orang fasik. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang; aku berlaku tidak bercela kepada-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan. (ay 22-24). Tuhan sanggup melepaskan kita dari hal apapun, bahkan yang paling tidak mungkin sekalipun menurut logika manusia. Tuhan kita adalah Allah yang dahsyat dan ajaib. Ketika menghadapi masalah, fitnah, jebakan dan sebagainya dari orang-orang yang dikuasai iri hati, datanglah pada Tuhan dan berdoalah. Mintalah hikmat dan pertolongan. Tuhan akan selalu mendengar doa yang dipanjatkan anak-anakNya dengan sungguhsungguh. Belajar dari Daniel, ingatlah bahwa ada banyak hal yang tidak mungkin menurut ukuran kita, namun tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Datanglah pada Tuhan ketika menghadapi persoalan

Daniel dikandang Singa


Daniel 6
Setelah kerajaan Babilonia dikalahkan oleh Darius, raja Media. maka Daniel diangkat menjadi salah satu penasehat raja Darius yang paling disayangi raja Darius. Dan para penasehat raja yang lain menghasut raja untuk mengeluarkan perintah yang mengharuskan semua orang untuk menyembah raja saja dalam waktu tiga puluh hari kedepan karena mereka iri kepada Daniel. dan siapapun yang tidak taat dengan perintah raja itu akan dilemparkan kegua singa sebagai hukuman. Seperti biasanya saat Daniel ada dirumah, tiga kali sehari Daniel berlutut dan menyembah Tuhan. maka penasehat yang melaporkan kepada Raja Darius. Maka dengan rasa sedih raja memerintahkan melemparkan Daniel ke gua singa. "Daniel!" panggil raja. "Semoga Tuhan yang kau sembah dengan setia, menyelamatkan engkau sekarang!" Raja Darius tidak dapat tidur malam itu karena memikirkan daniel, Keesokan hari nya buru-buru raja Darius ke gua untuk melihat keadaan Daniel. Benar Daniel selamat karena Tuhan telah memerintahkan malaikatnya untuk menolong Daniel.

Pelajaran untuk Segala Usia


Topik : Nats : Mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia (Daniel 6:4) Bacaan : Daniel 6:2-29 Kisah dalam Alkitab tentang Daniel di gua singa sangat digemari oleh anak-anak. Selain itu, kisah ini juga dapat memberi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Mari kita lihat kembali iman dari seorang yang saleh bernama Daniel. Berdoa adalah tugas seumur hidup. Daniel sekurang-kurangnya berumur 80 tahun ketika peristiwa itu terjadi. Namun, Kitab Suci menyatakan bahwa ia selalu berdoa dan mengucap syukur kepada Allah "tiga kali sehari...seperti yang biasa dilakukannya (ayat 11). Daniel tekun berdoa di sepanjang hidupnya--mulai dari masa mudanya di Yerusalem dan selama 65 tahun di Babel. Kesetiaan adalah kesaksian yang tak dapat disangkal! Tatkala Daniel dilemparkan ke gua singa, Darius berkata, "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!" (ayat 17). Kepercayaan Daniel kepada Allah merupakan kesaksian yang diketahui oleh semua orang (ayat 1-4), termasuk sang raja yang ingin agar semua orang menyembah dirinya dan bukan menyembah Allah. Allah menghargai kesetiaan! Daniel diselamatkan "karena ia percaya kepada Allahnya" (ayat 24). Sebagai hasilnya, raja menyerukan agar seluruh rakyatnya beriman kepada Allah yang disembah Daniel. Dan, Daniel terus berjaya selama masa pemerintahan Darius (ayat 29). Adakah Anda tengah menghadapi "gua singa" hari ini? Ingatlah akan kesetiaan Daniel dan berbuatlah sama sepertinya dengan mempercayai kesetiaan Allah --JDB

sembunyikan teks

DANIEL DI GUA SINGA

Cerita tentang Daniel di gua singa juga tidak asing lagi. Apakah ada tema misi yang berkaitan dengan cerita ini? Umumnya pesan moral yang disampaikan adalah kasih dan pertolongan Tuhan untuk orang yang percaya kepada-Nya. Sesungguhnya, jikalau diteliti lebih jauh, ada misi Tuhan yang menjadi inti cerita ini. Perhatikan perintah Darius setelah Daniel diselamatkan dari gua singa: Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi. Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa. (Dan 6:27-28). Selain Daniel mementingkan keselamatannya, ada hal yang lebih penting lagi bagi Daniel dan kita, yaitu, kemuliaan Allah terhadap banyak suku. Daniel diberkati (diselamatkan) supaya dia menjadi berkat bagi suku-suku yang lain.

Anda mungkin juga menyukai