Anda di halaman 1dari 11

HUKUM

FARADAY
KELOMPOK 1
ANGGOTA
Kelompok 1

Nadia Florentina Alifa Sari Della Savira Eischa Vallencia

Alfis Sambas Tino Frizy Gebriano


LATAR Belakang

Aspek kuantitatif dari elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday, seorang ahli kimia dan
fisika dari Inggris yang menemukan bahwa larutan tertentu dapat mengalirkan arus listrik.
Sebagai hasil dari percobaannya, Faraday mengemukakan dua hukum yang penting tentang
hubungan antara arus listrik dengan jumlah zat yang terbentuk pada elektrode, yaitu hukum I
Faraday dan hukum II Faraday. Adapun penjelasan mengenai dua hukum tersebut sebagai
berikut.
SEJARAH
Hukum Faraday
Penemuan hukum Faraday bermula pada saat Michael Faraday berhasil menemukan pengaruh elektromagnetik di tahun
1831. Penemuannya ini dianggap sebagai penemuan monumental karena memiliki artian penting dalam pengertian teoritis
tentang elektromagnetik yang dapat digunakan untuk sebagai penggerak arus listrik secara terus-menerus seperti yang
diperagakan oleh Michael Faraday sendiri.
Setelah menemukan elektromagnetik, ilmuwan asal Inggris ini melakukan percobaan di bidang Kimia. Faraday akhirnya
menemukan adanya hubungan antara jumlah listrik yang digunakan dengan massa zat yang dihasilkan, baik di katode
maupun anode pada proses elektrolisis pada tahun 1834. Fakta hubungan tersebut kemudian oleh Faraday disimpulkan
sebagai hukum Faraday.
Tak hanya itu saja, Michael Faraday juga menemukan dua hukum elektrolisis yang menjadi dasar elektrokimia, yaitu
hukum Faraday 1 dan hukum Faraday 2. Faraday juga banyak mempopulerkan istilah-istilah kimia, seperti elektroda,
elektrolit, anoda, katoda, dan sebagainya. Kini, hukum Faraday banyak digunakan secara luas pada berbagai bidang
industri.
Hukum Faraday I menyatakan jika suatu massa zat yang dilarutkan atau
diendapkan akan berbanding lurus dengan muatan yang dilewati dalam sel

HUKUM dan massa ekivalen dari zat tersebut. Hukum Faraday I berbunyi "massa zat
yang didapat pada elektroda ketika proses elektrolisis sebanding dengan
jumlah muatan listrik yang mengalir."

Faraday l
Dari bunyi hukum di atas dapat dilihat bahwa massa produk yang
disimbolkan dengan W, diendapkan atau dilarutkan pada elektroda akan
semakin banyak. Bertambah banyaknya jumlah massa itu beriringan
Hukum Faraday 1 itu merupakan massa dengan peningkatan pada muatan listrik yang disimbolkan dengan Q
yang digunakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa W = Q, rumus
zat yang dihasilkan pada suatu elektroda hukum Faraday l adalah W = e . i . t/F
selama proses elektrolisis berbanding
lurus dengan muatan listrik yang W = massa zat yang dihasilkan (gram)
digunakan. e = ekuivalen
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)
F = tetapan Faraday (96.500 Coulomb/mol)
HUKUM
Faraday II
Hukum Faraday II memiliki poin yang sangat menarik, di mana hukum ini berlaku pada dua sel elektrolisis
dengan kepemilikan zat berbeda. Adanya jumlah zet produk elektrolisis yang berbeda sehingga memunculkan
berbanding lurus dengan massa ekuivalen dari zat-zat yang ada tersebut, dalam memahami hal ini sesuai
dengan bunyi hukum Faraday II.

Bunyi hukum Faraday II adalah massa zat yang dihasilkan dalam suatu elektroda yang muncul selama elektrolisis
(W) berbanding lurus dengan massa ekuivalen (e) dari zat tersebut. Jika sebagian sel elektrolisis disusun
berdasarkan seri atau arus listrik dalam jumlah yang sama termasuk jumlah muatan listrik yang sama juga.

Sehingga akan memunculkan perbandingan massa zat-zat yang diperoleh menjadi sama dengan perbandingan
massa ekuivalen masing-masing zat. Rumus hukum Faraday II adalah W1 / W2 = e1 / e2

W1 = massa zat 1 (gram)


W2 = massa zat 2 (gram)
ei = ekuivalen zat 1
e2 = ekuivalen zat 2.
PENERAPAN
Hukum Faraday
Produksi Zat atau Bahan-bahan Kimia:
Zat atau bahan-bahan kimia yang sering digunakan dalam industri, laboratorium, maupun dalam kehidupan
sehari-hari ternyata banyak dihasilkan melalui proses elektrolisis. Contohnya, pembuatan gas oksigen,
hidrogen, atau gas klorin di laboratorium.

Pemurnian Logam Kotor:


Penerapan hukum Faraday berikutnya adalah pada proses pemurnian logam kotor. Pemurnian logam ini dilakukan
dengan cara elektrolisis.

Penyepuhan Logam:
Penyepuhan adalah pelapisan logam dengan logam lainnya melalui proses elektrolisis. Tujuannya adalah untuk
melindungi logam tersebut dari korosi sekaligus memperindah penampilan logam. Contohnya, penyepuhan
alat-alat makan dengan perak atau emas.
CONTOH SOAL

Reaksi pengendapan Cu:


Pertanyaan: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Hitunglah massa tembaga yang
dihasilkan jika arus listrik sebesar 10
Maka, massa Cu yang dihasilkan adalah:
ampere dialirkan selama 9.500 detik
ke dalam larutan CuSO4 (Ar Cu=
63,5)!
CONTOH SOAL
Massa ekuivalen Au adalah 196,73 / 3 = 65,66 g
Pertanyaan: Massa ekuivalen Cl2 adalah 35,45 / 1 = 35,45 g

Berapa emas dan klor yang terbentuk, jika arus Au yang terbentuk: Cl2 yang terbentuk:
listrik 10 A melewati larutan emas(III) klorida
selama 6 menit? (Ar Au = 196,73; Ar Cl =
35,45). Diketahui reaksi pada elektrode:

Katode: Au3+(aq) + 3e– → Au(s)

Anode: 2Cl– (aq) → Cl2(g) + 2e– Jadi, emas yang terbentuk adalah 2,45 gram,
sedangkan klor yang terbentuk adalah 1,32 gram.
KESIMPULAN

Penjelasan tadi menegaskan jika memang adanya


penerapan hukum ini dipakai untuk memperhitungkan
aspek kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam reaksi di
dalam sel elektrolisis. Selain itu faraday juga
merupakan suatu hukum mengenai induksi
elektromagnetik setelah dilakukannya percobaan
mengenai bagaimana medan magnet melakukan
induksi terhadap suatu arus listrik.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai