PRAKTIKUM ELEKTROKIMIA
“SEL ELEKTROLISIS DAN HUKUM FARADAY”
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
Sel Elektrolisis dan Hukum Faraday
A. Tujuan Praktikum
1. Dapat mengamati reaksi yang terjadi pada reaksi elekrolisis
2. Menerapkan hukum faraday untuk elektrolisis larutan elektrolit
3. Mengetahui pengaruh waktu dan arus terhadap jumlah zat yang dielektrolisis
4. Mengetahui prinsip kerja dari pelapisan tembaga dengan perak menggunakan
metode elektrolisis
C. Teori Dasar
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada sel
elektrolisis. Reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan
elektrolit, yaitu energy listrik (arus listrik) diubah menjadi energy kimia (reaksi
redoks). Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel
elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari, baterai aki yang sedang diisi kembal
(recharge) mengubah energy listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
kimia yang diinginkan. Air, H2O dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam
sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya.
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai).
Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah.
Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang
ingindielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert,
seperti grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi
oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negative sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada
anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan
tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik
anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis
adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion
pasti teroksidasi di anoda. Dalam reaksi elektrolisis, energy listrik digunakan untuk
menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan terjadi spontan. Dalam reaksi
elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan elektron,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi yaitu reaksi penangkapan elektron.
Saat ini banyak produk industry yang berasal dari pelapisan logam yang
disebut penyepuhan (electroplating). Misalnya sendok tembaga dilapisi perak, aksesori
dan logam untuk mobil dan motor, dan sebagainya. Tujuan utama dari penyepuhan
adalah untuk keindahan dan mencegah korosi. Proses penyepuhan logam dengan
logam lain menggunakan prinsip elektrolisis, yaitu sebagai berikut : Katode; logam
yang akan disepuh, anode; logam penyepuh, dan elektrolit; larutan garam yang
mengandung ion logam penyepuh.
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut
penyepuhan. Dalam proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan
(diendapkan sebagai lapisan tipis) pada permukaan logam yang lebih murah dengan
cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan sebagai sumber listrik selama proses
penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin disepuh berfungsi sebagai katoda dan
lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam penyepuh berfungsi sebagai
anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam yang
sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis,
lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak
tersebut kemudia akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda.
Metode ini relative mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan
pada industry perabot rumah tangga dan peralatan dapur.
Seperti yang telah disebutkan diawal, tujuan utama elektrolisis adalah untuk
mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang di elektrolisis. Kita
dapat menentukan kualitas produk yang terbentuk melalui konsep mold dan
stoikiometri.
Satuan yang sering digunakan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah
Faraday (F). faraday didefenisiskan sebagai muatan (dalam coulomb) mol elektron.
Satu faraday equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setenga faraday
equivalen dengan setengah mol elektron. Sebagainmana yang telah kita ketahui, setiap
satu mol partikel mengandung 6.02 x 1023 partikel. Sementara setiap elektron
mengemban muatan sebesar 1.6 x 10-19 C. dengan demikian :
Q=Ixt
Dengan demikian, hubungan antara faraday, ampere, dan detik adalah sebagai
berikut :
Faraday = (I x t) / 96500
Besarnya listrik yang mengalir yang dinyatakan dengan Coulomb adalah sama
dengan arus listrik dikalikan dengan waktu. Dalam pemakaian secara umum atau
dalam pemakaian electroplating satuannya adalah ampere-jam yang bearnya 3600
coulomb, yaitu sama dengan listrik yang mengalir ketika arus listrik sebesar 1 ampere
mengalir selama 1 jam. Michael Faraday pada tahun 1833 menetapkan hubungan
antara kelistrikan dan ilmu kimia pada semua reaksi elektrokimia. Dua hukum faraday
ini adalah :
a. Hukum Faraday I
“massa zat yang dihasilkan pada suatu electrode selama proses elektrolisis
berbanding lurus dengan muatan listri yang digunakan”. Massa zat (w) yang
dihasilkan pada electrode berbanding lurus dengan jumlah molelektron.
Sementara, jumlah mol elektron berbanding lurus dengan muatan listrik (Q) dalam
elektron. Jadi, dapat disimpulkan :
Massa zat = muatan listrik dalam elektron
W=Q
Dengan Q menunjukkan besarnya muatan listrik di suatu titik di kawat jika arus
listrik I ampere melewatinya selama t detik. Secara matematis : Q = I x t. Dengan
I = arus listrik (ampere) dan t = waktu (detik). Sehingga persamaan diatas dapat
ditulis menjadi :
W = I. T
Ar
I .t Mr
G= X
96.500 Valensi
Dimana : G = berat logam terdeposisi
I = Rapat Arus (Ampere)
T = waktu (detik)
Ar/Mr = massa atom/molekul relatif
Hukum I membuktikan terdapat hubungan antara reaksi kimia dan jumlah total
listrik yang melalui elektrolit. Menurut faraday, arus 1 ampere mengalir selama 96.496
detik (26.8 jam) membebaskan 1.008 gram hydrogen dan 35.437 gram khlor dari
larutan asam khlorida encer. Seperti hasil yang ditunjukkan bahwa 96.496 coulomb
arus listrik membebaskan satu satuan berat ekivalen ion positif dan negative. Oleh
sebab itu 96.496 coulomb atau kira-kira 96500 coulomb yang disebut 1 faraday
sebanding dengan erat 1 elektrokimia. Untuk memnentukan logam yang yang
terdeposisi dengan arus dan waktu dapat ditentukan :
ampere detik ampere jam x 3600
faraday= =
96500 96500
berat endapan(gram)
volume ( cc )=
berat jenis
b. Hukum Faraday II
“massa zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding lurus dengan massa
ekivalen zat. Di dalam hukum faraday 2 dinyatakan bahwa massa yang dihasilkan
pada electrode berbanding lurus dengan massa ekivalen zat.
Massa zat = massa ekivalen zat
W = ME
Massa ekivalen zat adalah massa atom relative (Ar) dibagi dengan
perubahan bilangan oksidasinya atau muatan ionnya.
Sel volta (sel galvani) dan sel elektrolisis adalah dua kategori yang termasuk
dalam istilah elektrokimia yang lebih umum. sel volta (galvanik) adalah sel
elektrokimia dimana perubahan kimiawi digunakan untuk menghasilkan listrik.
Tipe lain dari sel elektrokimia sel elektrolisis menggunakan listrik untuk
menghasilkan reaksi non-spontan. Proses di mana reaksi nonspontan didorong
oleh penerapan energi listrik disebut elektrolisis.Ketika sel berfungsi secara
spontan, elektron mengalir dari seng ke tembaga dan perubahan kimia secara
keseluruhan dalam sel volta terjadi:
2 +¿ 2+¿
Zn(s )+Cu(aq) → Zn(aq )+ ¿¿ ¿ Cu(s) E ° sel=1,103 V
misalkan sel yang sama terhubung ke sumber listrik eksternal dengan
tegangan lebih besar dari 1,103 V artinya, sambungan dibuat sehingga elektron
dipaksa masuk ke elektroda seng (sekarang katoda) dan dikeluarkan dari elektroda
tembaga (sekarang anoda). Reaksi keseluruhan dalam hal ini adalah kebalikan dari
reaksi sel volta, dan E ° sel negatif:
2 +¿ −¿¿
Oksidasi : Zn(s ) → Zn(aq) +2 e ¿
2+¿ −¿ ¿
Reduksi : Cu(aq )+ 2 e ¿ → Cu(s)
2 +¿ 2+¿
Reaksi : Zn(s )+Cu(aq) → Zn(aq )+ ¿¿ ¿ Cu(s)
2+ ¿ 2+¿
Zn Cu
E ° sel=E ° −E ° ¿¿
Zn Cu=−0,763−0,340=−1,103 V
Prinsip dasar elektrolisis berlawanan dengan sel volta, yaitu sebagai berikut.
Setiap zat yang mempunyai kemampuan reduksi atau reaksi oksidasi. Setiap zat
mempunyai kemampuan reduksi besar akan mengalami reaksi reduksi dan setiap
zat yang mempunyai kemampuan oksidasi besar akan mengalami reaksi oksidasi
(Anggraini et al., 2019).
b. Bahan
1. Kabel 1 pasang
2. Baterai kecil 5 buah
3. Amplas
4. Batang Cu
5. Grafit pada baterai bekas
6. Larutan CuSO4 0.5 M
7. Larutan AgNO3 0.5 M
E. Prosedur Kerja
Cara Kerja Pengamatan Reaksi
+¿ 2+ ¿
a. Variasi waktu elektrolisis Cu( s) +2 Ag( aq) →Cu( aq) +2 Ag( s ) ¿ ¿
larutan CuSO4 dengan
elektroda Cu dan C pada
arus tetap
50 ml CuSO4 0.5 M
Dalam gelas kimia 100
ml
Dimasukkan elektroda
Cu dan C
Ditimbang elektroda
Dialiri arus searah
dengan arus 3 baterai
selama 5 menit
(dilakukan hingga 25
menit
Ditimbang elektroda
Amati
Amati
c. Pelapisan Cu dengan
perak menggunakan
metoda elektrolisis
AgNO3
Dalam gelas kimia 150
ml
Dimasukkan elektroda
Cu dan C
Alirkan dengan arus
pada baterai
Hitung waktu selama 1
menit
Arus dengan 3 baterai
Amati
F. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu sel elektrolisis dan hukum
faraday ini yang bertujuan untuk mengamati reaksi yang terjadi pada reaksi
elektrolisis, mengetahui pengaruh waktu dan arus terhadap jumlah zat yang
dielektrolisis, serta mengetahui prinsip kerja dari pelapisan tembaga dengan perak
menggunakan metode elektrolisis.
Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi logam perak menjadi ion perak
(Ag⁺). Ion Ag⁺ tersebut akan dilepaskan ke dalam larutan perak nitrat yang dijadikan
sebagai elektrolit dan bergabung dengan ion-ion perak yang terdapat dalam perak
nitrat. Adapun pada katoda akan terjadi reaksi reduksi ion perak menjadi logam perak,
logam perak tersebut diendapkan pada katoda (Fe). Proses tersebut terjadi terus
menerus sampai ion perak tereduksi secara keseluruhan dan logam besi akan terlapisi
oleh logam perak (Ag). Salah satu faktor penting untuk mencapai distribusi arus yang
seragam adalah geometri sel elektroplating, yaitu penempatan dan jarak antara anode
dan katode (Selly et al., 2020).
Dalam penelitian ini elektrolisis dikerjakan dengan melakukan variasi
potensial. Arus yang berubah pada penambahan potensial tertentu dicatat. Larutan
Sampel terdiri atas larutan sianida 50 ppm dan elektrolit pendukung. Larutan blanko
terdiri atas akuades dan elektrolit pendukung. Elektrolit pendukung ini berfungsi
untuk meningkatkan daya hantar listrik larutan karena analit yang digunakan (sianida)
memiliki daya hantar listrik kecil. Elektrolit pendukung yang digunakan harus tidak
bersifat elektroaktif dalam larutan. Elektrolit pendukung yang digunakan adalah
Na2SO4 (Pratama et al., 2012).
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa lamanya waktu yang diberikan dan
temperatur larutan yang digunakan mempengaruhi ketebalan dan kekerasan hasil
lapisan elektroplating. Peningkatan variasi waktu dan temperatur yang diberikan
berbanding lurus dengan ketebalan dan kekerasan yang dihasilkan. Peningkatan nilai
ketebalan dan kekerasan meningkat signifikan setelah waktu lebih dari 20 menit. Nilai
ketebalan dan kekerasan tertinggi diperoleh pada waktu 25 menit pada temperatur
larutan 55 ℃. Peningkatan nilai ketebalan lapisan dipengaruhi oleh variasi waktu
pelapisan dan temperatur larutan yang diberikan, dimana dengan pemberian variasi
waktu pelapisan lebih efektif dalam meningkatkan nilai ketebalan lapisan
dibandingkan dengan pemberian variasi temperatur, hal ini sesuai dengan hukum
Faraday, bahwa ketebalan lapisan dipengaruhi oleh arus yang dialirkan dan waktu
pelapisan (Yetri et al., 2020).
Berdasarkan data penelitian ini dapat diketahui bahwa variasi temperatur dan
pH dalam selang waktu tertentu (900 detik) dengan menggunakan tegangan tertentu
(12 V) menunjukkan bahwa masing-masing sistem memiliki perilaku yang berbeda.
Hal ini terlihat dari pola termogram yang menunjukkan kecenderungan yang berbeda.;
dan kurva pH terhadap waktu yang berbeda pula. Meningkatnya konsentrasi elektrolit
berpengaruh terhadap perilaku sel elektrolisis air, makin tinggi konsentrasi elektrolit,
perubahan temperatur makin besar pada selang waktu tertentu; demikian juga
pengaruhnya terhadap harga pH larutan, konsentrasi elektrolit makin meningkat harga
pH di ruang anoda makin bervariasi; tetapi harga pH lebih bervariasi terjadi pada
ruang katoda (Supiah, 2014).
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi elektrolisis tergolong reaksi redoks tidak spontan, reaksi itu dapat
berlangsung karena pengaruh enrgi listrik.
2. Hubungan antara besarnya energi listrik yang dialirkan dengan banyaknya zat yang
dihasilkan dalam sel elektrolisis dikenal dengan hukum Faraday. Jumlah reaksi
kimia yang terjadi pada elektroda sebanding dengan arus dikenal arus faraday.
3. Prinsip kerja pelapisan tembaga dengan perak yaitu ketika arus listrik searah
dialirkan antara kedua elektroda anoda dan katoda dalam larutan elektrolit, maka
muatan ion positif ditarik oleh elektroda katoda. Sementara ion bermuatan negatif
berpindah ke arah elektroda bermuatan positif. Ion-ion tersebut di netralisir oleh
kedua elektroda dan larutan yang hasilnya diendapkan pada elektroda katoda, hasil
yang terbentuk atau yang terjadi adalah lapisan logam dan gas hidrogen.
Daftar Pustaka
Anggraini, I. N., Nugroho, W. S., Rinaldi, R. S., & Herawati, A. (2019). Analisis Pengaruh
Tegangan Terhadap Karakteristik Kerja Sel Electrolyzer Dengan Variasi Bahan
Elektroda. Jurnal Amplifier : Jurnal Ilmiah Bidang Teknik Elektro Dan Komputer,
9(1), 9–15. https://doi.org/10.33369/jamplifier.v9i1.15395
Firnanda, H., & Barita. (2020). Pengaruh Variasi Larutan Elektrolit Pada Generator HHO.
MEKANIK (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin), 6(2), 69–76.
Petrucci, R. H., Herring, F. G., Madura, J. D., & Bissonnette, C. (2008). General Chemistry:
Principle and Modern Aplication Elevenths Edition. In Electrochemistry (Vol. 73,
Issue 11, pp. 929–934). Pearson Taronto.
Pratama, B., Widodo, D. S., & Gunawan. (2012). Pengaruh pH Penurunan Kadar Ion
Sianida secara elektrokimia dengan elektroda PbO2/Prafit. Jurnal Kimia Sains Dan
Aplikasi, 15(51), 84–87. https://doi.org/10.14710/jksa.15.3.84-87
Raymond, C., & Overby, J. (2019). Chemistry, 13th Edition. McGraw Hill.
Selly, R., Rahmah, S., Nasution, H. I., Syahputra, R. A., & Zubir, M. (2020). Electroplating
Method on Copper (Cu) Substrate with Silver (Ag) Coating Applied. Indonesian
Journal of Chemical Science and Technology (IJCST), 3(2), 38.
https://doi.org/10.24114/ijcst.v3i2.19524
Supiah, I. (2014). Perilaku sel elektrolisis air dengan elektroda stainless steel. Prosiding
Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia, 03(02), 1–9.
Wahyudi, S., Soepriyanto, S., & Anggolo, S. P. (2022). Studi Pengaruh Rasio Konsentrasi
Nikel Sulfat/Nikel Klorida dan Rapat Arus Terhadap Efisiensi Arus pada Sintesitas
Serbuk Nikel dengan Metode Elektrolisis. Jurnal Vokasi Teknologi Industri (Jvti),
4(2), 09–013.