4 Blocking Factor
4 Blocking Factor
Blocking Factor
Desain Blok Lengkap Acak
Desain Bujur Sangkar Latin
Desain Bujur Sangkar Graeco-Latin
Desain Blok Tak Lengkap Seimbang
Desain Blok Lengkap Acak (1)
Dilakukan dengan menempatkan eksperimen yang
hampir serupa dengan urutan acak ke dalam blok-blok.
Model statistik: yij = µ + τi (perlakuan) + βj (blok) + ϵij
Asumsi (faktor tetap): ∑τi = 0 dan ∑βj = 0
Hipotesis:
◦ H0: µ1 = µ2 = … = µa atau τ1 = τ2 = … = τa = 0
◦ H1: salah satu pasangan µ tidak sama atau salah satu τi ≠ 0
Persamaan jumlah kuadrat total:
a b
SST = SSPerlakuan + SSBlok + SSE
a b a b
( y y ) b ( y y ) a ( y y ) (4.1)
i 1 j 1
ij ..
2
i 1
i. .. ( y
2
j 1
.j ..
2
i 1 j 1
ij yi. y. j y.. ) 2
Desain Blok Lengkap Acak (2)
Selain menggunakan pers. 4.1, nilai jumlah kuadrat juga dapat dihitung dengan
rumus lain:
SST (df a = b N – 1):2
y
SST yij2 ..
i 1 j 1 N
(4.2)
SSPerlakuan 1 a(df 2= ay–..2 1):
SS Perlakuan
b
y
i 1
i.
N
(4.3)
b 2
y
1 = b 2– 1):
SS
SSBlok (df
Blok
a
y. j
j 1
..
(4.4)
SS
SSEE (dfSS= T[a– SS – 1]): SS Blok
1][bPerlakuan
1 6 2 y..2 1 2155,12
SS Blok .j N 4
4 j 1
y [350,8 2
359, 0 2
... 377,8 2
]
24
192,25
Nilai F0,05;3,15 = 3,29, sehingga disimpulkan bahwa tekanan ekstrusi berpengaruh pada hasil rata-
rata. Selain itu, kualitas resin juga cukup berbeda antar batch karena nilai kuadrat rataan blok
cukup besar dibanding dengan error.
Desain Bujur Sangkar Latin (1):
Penjelasan
Dilakukan dengan merancang eksperimen sedemikian
rupa sehingga tiap perlakuan hanya muncul sekali
dalam tiap blok dan tiap blok memiliki tiap perlakuan
hanya sekali.
Model statistik: yij = µ + αi (baris) + τj (perlakuan) + βk
(kolom) + ϵijk
Persamaan jumlah kuadrat total:
SST = SSbaris +SSkolom +SSPerlakuan + SSE
Derajat kebebasan tiap suku:
p2 – 1 = (p – 1) + (p – 1) + (p – 1) + (p – 2)(p – 1)
Desain Bujur Sangkar Latin (2):
Rumusan
Rumusan bujur sangkar latin hampir serupa dengan
desain blok lengkap acak.
Rumusan:
2
y
SST yijk
2
... (4.5)
i j N
k
1 p 2 y...2
SS Batch yi..
p i 1 N (4.6)
1 p 2 y...2 (4.7)
SSOperator y..k
p i 1 N
1 p 2 y...2
SS Formulasi y. j .
p i 1 N (4.8)
SS E SST SS Batch SSOperator SS Formulasi
Desain Bujur Sangkar Latin (3):
Contoh Kasus
Seorang eksperimenter mempelajari efek 5 jenis formulasi propellan roket
yang digunakan dalam sistem airscrew escape pada laju pembakaran.
Setiap formulasi dibentuk dari satu batch bahan baku yang hanya cukup
untuk 5 formulasi. Kemudian, formulasi disiapkan oleh beberapa operator
yang memiliki keahlian dan pengalaman yang mungkin berbeda.
Dalam eksperimen ini, ada 2 faktor yang perlu dirata-ratakan, yaitu batch
bahan baku dan operator. Hasil eksperimen ditabelkan di bawah.
Batch Operator
bahan
1 2 3 4 5
baku
1 A = 24 B = 20 C = 19 D = 24 E = 24
2 B = 17 C = 24 D = 30 E = 27 A = 36
3 C = 18 D = 38 E = 26 A = 27 B = 21
4 D = 26 E = 31 A = 26 B = 23 C = 22
5 E = 22 A = 30 B = 20 C = 29 D = 31
Desain Bujur Sangkar Latin (4):
Reduksi Data
Untuk contoh kasus propellan roket, data dapat dikurang dengan
25 untuk mempermudah perhitungan. Hasil reduksi ditabelkan di
bawah, dengan total A = 18, B = -24, C = -13, D = 24, dan E = 5.
Batch Operator
bahan
baku yi..
1 2 3 4 5
1 A = -1 B = -5 C = -6 D = -1 E = -1 -14
2 B = -8 C = -1 D=5 E=2 A = 11 9
3 C = -7 D = 13 E=1 A=2 B = -4 5
4 D=1 E=6 A=1 B = -2 C = -3 3
5 E = -3 A=5 B = -5 C=4 D=6 7
y..k -18 18 -4 5 9 y… = 10
Desain Bujur Sangkar Latin (5):
Contoh 4.3
ANOVA dapat dilakukan pada data tereduksi.
Perhitungan:
y...2 10 2
SST y 2
680
ijk 676
i j k N 25
1 p 2 y...2 1 10 2
SS Batch yi.. [( 14) 9 5 3 7 ]
2 2 2 2 2
68
p i 1 N 5 25
1 p 2 y...2 1 10 2
SSOperator y..k [( 18) 18 (4) 5 9 ]
2 2 2 2 2
150
p i 1 N 5 25
1 p 2 y...2 1 2 10 2
SS Formulasi y. j . [18 (24) (13) 24 5 ]
2 2 2 2
330
p i 1 N 5 25
SS E SST SS Batch SSOperator SS Formulasi 670 68 150 330 128
Desain Bujur Sangkar Latin (6):
Hasil ANOVA Contoh 4.3
Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F0 Nilai-p
Variasi Kuadrat Kebebasan Rataan
Formulasi 330 4 82,50 7,73 0,0025
Batch 68 4 17,00
Total 676 24
1 Aα = -1 Bγ = -5 Cε = -6 Dβ = -1 Eδ = -1 -14
2 Bβ = -8 Cδ = -1 Dα = 5 Eγ = 2 Aε = 11 9
3 Cγ = -7 Dε = 13 Eβ = 1 Aδ = 2 Bα = -4 5
4 Dδ = 1 Eα = 6 Aγ = 1 Bε = -2 Cβ = -3 3
5 Eε = -3 Aβ = 5 Bδ = -5 Cα = 4 Dγ = 6 7
Desain Bujur Sangkar Graeco – Latin
Contoh 4.4
Nilai SST, SSBatch, SSOperator, dan SSFormulasi sama dengan contoh 4.3.
Perhitungan:
1 p 2 y....2 1 2 10 2
SS Pemasangan y..k . [10 (6) (3) (4) 13 ]
2 2 2 2
62
p i 1 N 5 25
Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F0 Nilai-p
Variasi Kuadrat Kebebasan Rataan
Formulasi 330 4 82,50 10,00 0,0033
Batch 68 4 17,00
Pemasangan 62 4 15,50
Error 66 8 8,25
Total 676 24
Desain Blok Tak Lengkap Seimbang (1)
Pengenalan
Kadang kala, karena suatu sebab, tidak seluruh eksperimen
dapat dilakukan. Misalnya untuk Contoh 4.1 mengenai implan
vaskular, apabila setiap batch hanya cukup untuk menguji 3
tekanan ekstrusi (sebelumnya 4 tekanan ekstrusi), maka tidak
setiap perlakuan muncul dalam tiap blok.
Eksperimen masih dapat dilakukan mengunakan desain blok
acak tak lengkap. Tetapi apabila tiap perlakuan sama
pentingnya, maka kombinasi perlakuan di tiap blok harus
seimbang.
Desain blok tak lengkap seimbang (BIBD) adalah desain blok
tak lengkap dengan tiap perlakuan muncul sama banyaknya.
Desain Blok Tak Lengkap Seimbang (2)
Contoh Kasus
Seorang insinyur kimia menyelidiki waktu reaksi akibat penggunakan 4 jenis
katalis. Prosedur eksperimen terdiri dari pemilihan batch bahan baku, persiapan
pilot plant, memasukkan tiap katalis ke run pilot plant yang berbeda, dan
mengamati waktu reaksi.
Oleh karena variasi dalam bahan baku dapat mempengaruhi kinerja katalis, sang
insinyur memutuskan untuk menggunakan batch sebagai blok. Akan tetapi, tiap
batch hanya cukup untuk 3 run katalis.
Data eksperimen dilampirkan dalam tabel di bawah.
Perlakuan Batch
(Katalis)
1 2 3 4 yi..
1 73 74 - 71 218
2 - 75 67 72 214
3 73 75 68 - 216
4 75 - 72 75 222
y.j 221 224 207 218 y.. = 870
Desain Blok Tak Lengkap Seimbang (3)
Penjelasan
Dalam contoh kasus, terdapat a (= 4) perlakuan dan b (= 4) blok. Tiap blok memiliki
k (= 3) perlakuan dan tiap perlakuan direplikasi r (= 3) kali. Maka tiap pasangan
perlakuan muncul λ kali dalam blok yang sama.
Dengan demikian: λ(a – 1) = r(k – 1) (4.9)
Untuk jumlah kuadratnya: (dengan nij = 1 jika perlakuan i muncul di blok j, dan nij =
0 jika tidak)
a b
y..2
SST yij 2
(4.10)
i 1 j 1 N
1 b 2 y..2
SS Blok y. j df perlakuan a 1
k j 1 N (4.11)
a df blok b 1
k Qi2 df error N a b 1
SS Perlakuan ( disesuaikan ) i 1
(4.12) df total N 1
a
1 b
Qi yi. nij y. j (4.13)
k j 1
SS E SST SS Perlakuan ( disesuaikan ) SS Blok
Desain Blok Tak Lengkap Seimbang (4)
Contoh 4.5
ANOVA untuk mengetahui pengaruh katalis.
Dari data eksperimen di contoh kasus, diperoleh N =