Anda di halaman 1dari 45

PERSAMAAN NON LINIER 3

PENDAHULUAN
Beberapa metode untuk mencari akar-akar suatu
persamaan.

Untuk polinomial derajat dua


Misalkan bentuk persamaan :

a x2 + b x + c = 0
Dapat dicari akar-akarnya secara analitis dengan rumus
berikut :
 b  b 2  4ac
x 12 
2a
Untuk polinomial derajat tiga atau empat
Untuk polinomial berderajat tiga atau lebih, atau fungsi-
fungsi transenden, bahkan fungsi yang merupakan hasil
dari suatu aplikasi, sangat jarang diperoleh hasilnya
(solusinya) secara analitis.

Contoh :
f(x) = x3 + 4x2 + x - 6 = 0
f(x) = x5 + 2x4 +3x3 +4x2 -3x-1 = 0
f(x) = ex -3x = 0
f(x) = 3x + sin x – ex = 0 dan sebagainya
Bentuk persamaan-persamaan seperti tersebut diatas
sulit bahkan tidak mungkin diselesaikan secara
analitis

Metode numerik memberikan cara-cara untuk


menyelesaikan bentuk persamaan tersebut secara
perkiraan sampai diperoleh hasil yang mendekati
penyelesaian eksak.

Penyelesaian numerik dilakukan dengan perkiraan


yang berurutan (iterasi). Dengan melakukan sejumlah
iterasi yang dianggap cukup akhirnya di dapat hasil
perkiraan yang mendekati hasil eksak (hasil yang
benar) dengan toleransi kesalahan yang diijinkan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan suatu persamaan. Metode
ini merupakan penyelesaian perkiraan, tetapi
lebih sistematis untuk menghitung akar-akar
persamaan.

Dalam metode numerik, pencarian akar f(x)=0


dilakukan secara lelaran (iteratif). Secara umum,
semua metode pencarian akar dapat
dikelompokkan menjadi 2 golongan besar :
1. METODE TERTUTUP ATAU METODE PENGURUNG
(BRACKETING METHOD)

Metode yang termasuk ke dalam golongan ini mencari


akar di dalam selang [a,b]. Selang [a,b] sudah
dipastikan berisi minimal satu buah akar, karena itu
metode jenis ini selalu berhasil menemukan akar.
Dengan kata lain, lelarannya selalu konvergen
(menuju) ke akar, karena itu metode tertutup kadang-
kadang dinamakan juga metode konvergen.

Metode yang termasuk dalam golongan ini antara


lain :
a. Metode Biseksi atau Metode Setengah Interval
2. METODE TERBUKA

Yang diperlukan pada metode ini, adalah tebakan awal


akar, lalu dengan prosedur lelaran, kita menggunakannya
untuk menghitung hampiran akar yang baru. Pada setiap
lelaran, hampiran akar lama yang dipakai untuk
menghitung hampiran akar yang baru. Mungkin saja
hampiran akar yang baru mendekati akar sejati
(konvergen), atau mungkin menjauhinya (divergen).
Karena itu, metode terbuka tidak selalu berhasil
menemukan akar, kadang-kadang konvergen,
kadangkala ia divergen.
Metode yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
a.Metode Newton Raphson
b.Metode Secant
METODE BISEKSI
Metode Biseksi atau Metode Setengah Interval merupakan bentuk
paling sederhana diantara beberapa metode yang akan dipelajari.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian persamaan


dengan metode biseksi adalah sebagai berikut :

1. Hitung fungsi pada interval yang sama dari x sampai pada


perubahan tanda dari fungsi f(xn) dan f(xn+1), yaitu :
f(xn) . f(xn+1) < 0
2. Estimasi pertama dari akar xt dihitung dengan
x n  x n 1
xt 
2
3. Buat evaluasi berikut untuk menentukan di dalam
sub interval mana akar persamaan berada :

a. f(xn).f(xt) < 0, akar persamaan berada pada sub


interval pertama, kemudian tetapkan xn+1 = xt dan
lanjutkan pada langkah ke-4

b. f(xn).f(xt) > 0, akar persamaan berada pada sub


interval kedua, kemudian tetapkan x n = xt dan
lanjutkan pada langkah ke-4

c. f(xn).f(xt) = 0, akar persamaan adalah xt dan


hitungan selesai
4.Hitung perkiraan baru dari akar dengan
x n  x n 1
xt 
2
5.Apabila perkiraan baru sudah cukup kecil
(sesuai dengan batasan yang ditentukan), maka
hitungan selesai, dan xt adalah akar persamaan
yang dicari. Jika belum, maka hitungan kembali
ke langkah ke-3
CONTOH
Hitung salah satu akar dari f(x) = x4 – x3 + 2x2 – 2x – 12 = 0
pada interval [1.75 , 2.55] dengan metode Biseksi.
Jawab :
••
Iterasi 1, t = 1
• xn = 1.75 dan xn+1 = 2.55
• x n  x n 1 1.75  2.55
xt    2.15 (akar pendekatan ke - 1)
2 2
• f(1.75) = 1.754 – 1.753 + 2*1.752 – 2*1.75 – 12 = - 5.3555
• f(2.55) = 2.554 – 2.553 + 2*2.552 – 2*2.55 – 12 = 21.6061
• f(2.15) = 2.154 – 2.153 + 2*2.152 – 2*2.15 – 12 = 4.3741
• f(xt) dengan f(xn) mempunyai tanda berbeda, maka akar
f(x) berada pada interval [1.75 , 2.55] → menuju iterasi 2

• Iterasi 2, t = 2
• xn = 1.75 dan xn+1 = 2.15
• x x 1.75  2.15
xt  n n 1
  1.95 (akar pendekatan ke - 2)
2 2
• f(1.75) = 1.754 – 1.753 + 2*1.752 – 2*1.75 – 12 = - 5.3555
• f(2.15) = 2.154 – 2.153 + 2*2.152 – 2*2.15 – 12 = 4.3741
• f(1.95) = 1.954 – 1.953 + 2*1.952 – 2*1.95 – 12 = -1.2509
• f(xt) dengan f(xn) mempunyai tanda berbeda, maka akar
f(x) berada pada interval [1.95 , 2.15] → menuju iterasi 3

• Iterasi 3, t = 3
• xn = 1.95 dan xn+1 = 2.15
• x x 1.95  2.15
xt  n n 1
  2.05 (akar pendekatan ke - 3)
2 2
• f(1.95) = 1.954 – 1.953 + 2*1.952 – 2*1.95 – 12 = -1.2509
• f(2.15) = 2.154 – 2.153 + 2*2.152 – 2*2.15 – 12 = 4.3741
• f(2.05) = 2.054 – 2.053 + 2*2.052 – 2*2.05 – 12 = 1.3509
• f(xt) dengan f(xn) mempunyai tanda berbeda, maka akar
f(x) berada pada interval [1.95 , 2.05] → menuju iterasi 4

• Iterasi 4, t = 4
• xn = 1.95 dan xn+1 = 2.05
• x x 1.95  2.05
xt  n n 1
  2.00 (akar pendekatan ke - 4)
2 2
• f(1.95) = 1.954 – 1.953 + 2*1.952 – 2*1.95 – 12 = -1.2509
• f(2.05) = 2.054 – 2.053 + 2*2.052 – 2*2.05 – 12 = 1.3509
• f(2.00) = 24 – 23 + 2*22 – 2*2 – 12 = 0 → stop
• Jadi hingga iterasi yang keempat diperoleh akar
pendekatan sebesar xt = 2. Dan bila melihat nilai f(xt) = 0
dan xt = 2 sekaligus sebagai salah satu akar eksaknya
PROSEDUR HITUNGAN TERSEBUT
DITUNJUKKAN PADA TABEL BERIKUT :

xn xn+1 xt = (xn + xn+1)/2 f(xn) f(n+1) f(t)

1.75 2.55 2.15 -5.3555 21.6061 4.3741


1.75 2.15 1.95 -5.3555 4.3741 -1.2509
1.95 2.15 2.05 -1.2509 4.3741 1.3509
1.95 2.05 2 -1.2509 1.3509 0.0000
CONTOH :


Mengingat fungsi adalah kontinu, berarti perubahan tanda dari fungsi
antara x1 = 1 dan x2 = 2 akan memotong sumbu x paling tidak satu kali.
Titik perpotongan antara sumbu x dan fungsi merupakan akar-akar
persamaan.

Dihitung nilai xt , dan kemudian dihitung fungsi f(xt)


x1  x 2 1  2
xt    1,5
2 2

f(xt) = f(1,5) = (1.5)3 + (1,5)2 – 3(1,5) – 3 = -0,01831


Oleh karena fungsi berbeda tanda antara
x = 1,5 dan x = 2, maka akar terletak
diantara kedua nilai tersebut.

Langkah selanjutnya adalah membuat


setengah interval berikutnya sehingga
interval yang dihasilkan akan semakin kecil,
yang merupakan letak dari akar persamaan
yang dicari.
PROSEDUR HITUNGAN TERSEBUT
DITUNJUKKAN PADA TABEL BERIKUT :

f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0
xn xn+1 xt = (xn + xn+1)/2 f(xn) f(n+1) f(t)

1 2 1.5 -4 3 -1.875
1.5 2 1.75 -1.875 3 0.171875
1.5 1.75 1.625 -1.875 0.171875 -0.943359375
1.625 1.75 1.6875 -0.943359 0.171875 -0.409423828
1.6875 1.75 1.71875 -0.409424 0.171875 -0.124786377
1.71875 1.75 1.734375 -0.124786 0.171875 0.022029877
1.71875 1.734375 1.7265625 -0.124786 0.0220299 -0.051755428
1.71875 1.726563 1.72265625 -0.124786 -0.0517554 -0.088365018
LATIHAN


METODE REGULA FALSI
( METODE INTERPOLASI LINIER )
Metode biseksi adalah mudah tapi tidak efisien. Untuk
mendapatkan hasil yang mendekati nilai eksak
diperlukan langkah iterasi yang cukup panjang.

Metode Regula Falsi dapat menutup kekurangan itu.

Metode Regula Falsi didasarkan pada interpolasi antara


dua nilai dari fungsi yang mempunyai tanda berlawanan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penyelesaian persamaan dengan metode Regula
Falsi adalah sebagai berikut :

1.Hitung fungsi pada interval yang sama dari x


sampai pada perubahan tanda dari fungsi f(xn) dan
f(xn+1), yaitu f(xn) . f(xn+1) < 0
2.Mencari nilai x* dengan persamaan :
f(x n 1 )
x  x n 1  (x n 1  x n )
f(x n 1 )  f(x n )
3. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai
f(x*), yang kemudian digunakan lagi untuk
interpolasi linier dengan nilai f(xn) atau f(xn+1)
sedemikian sehingga kedua fungsi mempunyai
tanda berbeda.
4. Prosedur diulang lagi sampai didapat nilai f(x*)
mendekati nol
CONTOH :

Hitung salah satu akar dari persamaan :


f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0
dengan metode Regula Falsi

Penyelesaian :

Seperti dalam metode biseksi , langkah pertama adalah


menghitung nilai f(x) pada interval antara dua titik sedemikian
sehingga nilai f(x) pada kedua titik tersebut berlawanan tanda.

Untuk x1 =1 maka f(x1) = f(1) = (1)3 + (1)2 – 3(1) – 3 = -4


Untuk x2 =2 maka f(x2) = f(2) = (2)3 + (2)2 – 3(2) – 3 = 3
Dengan menggunakan rumus :
f(x n 1 )
x  x n 1  (x n 1  x n )
f(x n 1 )  f(x n )
3
 2 (2  1)  1,57142
[3  (4)]

f( x*) = f(1,57142) = (1,57142)3 + (1,57142)2 – 3(1,57142) – 3 = -1,36449


Karena f(x*) bertanda negatif maka akar terletak antara x =
1,57142 dan x = 2.

Selanjutnya dihitung nilai x*

3
x  2 (2  1,57142 )  1,70540
[3  (1,36449)]

f(x*)=f(1,70540) = (1,70540)3 + (1,70540)2 – 3(1,70540) – 3 = -0,24784


PROSEDUR HITUNGAN SEPERTI DIATAS DILANJUTKAN SAMPAI AKHIR DIDAPAT
NILAI F(X )≈ 0. DAN DITUNJUKKAN DALAM TABEL DIBAWAH INI :

f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0
xn xn+1 X* f(xn) f(n+1) f(x*)
1 2 1.5714 -4.0000 3.0000 -1.3644
1.5714 2 1.7054 -1.3646 3.0000 -0.2478
1.7054 2 1.7279 -0.2478 3.0000 -0.0394
1.7279 2 1.7314 -0.0392 3.0000 -0.0061
1.7314 2 1.7320 -0.0062 3.0000 -0.0010
1.732 2 1.7320 -0.0005 3.0000 -0.0001
METODE NEWTON-RAPHSON
Metode ini paling banyak digunakan dalam mencari akar-akar
dari suatu persamaan.

Prosedur pencarian akar pendekatan dengan menggunakan


metode Newton-Raphson adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan xi sebagai akar pendekatan awal dari f(x)
2. Hitung f(xi) dan f’(xi)
3. Hitung xi+1 sebagai akar pendekatan ke- i+1 :
f(x i )
x i 1  x i  '
f (x i )
4. Hitung f(xi+1). Apabila f(xi+1) ≈ 0, maka prosedur dapat
dihentikan dan apabila tidak maka tentukan xi = xi+1 dan
CONTOH :
Selesaikan persamaan :

f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0

dengan metode Newton Raphson

Penyelesaian :

Persamaan yang diselesaikan :

f (x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0

Turunan pertama dari persamaan itu adalah :

f ’(x) = 3x2 + 2 x – 3
• Dengan menggunakan persamaan :
f(x i )
x i 1  x i  '
f (x i )
Pada awal hitungan ditentukan nilai xi sembarang,
misalnya x1 = 1 ;
f (x1) = f(1) = (1)3 + (1)2 – 3 (1) – 3 = –4
f ’(x1) = f’ (1) = 3(1)2 + 2 (1) – 3 = 2
-4
x2  1 3
2
Langkah berikutnya ditetapkan x2 = 3

f (x2) = f(3) = (3)3 + (3)2 – 3 (3) – 3 = 24


f ’(x2 ) = f’(3) = 3(3)2 + 2 (3) – 3 = 30

24
x3  3   2,2
30
HITUNGAN DILANJUTKAN DENGAN PROSEDUR
YANG SAMA DAN HASILNYA DIBERIKAN DALAM
TABEL BERIKUT INI :
Jumlah xi xi+1 f(xi) f(xi+1)
iterasi

1 1,0 3,0 -4,0 24,0

2 3,0 2,2 24,0 5,888

3 2,2 1,83 5,888 0,987387

4 1,83 1,73778 0,987387 0,05442

5 1,73778 1,73207 0,05442 0,0001816


METODE SECANT

Kekurangan Metode Newton Raphson adalah


diperlukannya turunan pertama (differensial) dari f(x)
dalam hitungan. Kadang-kadang sulit untuk
mendiferensialkan persamaan yang diselesaikan.

Untuk itu maka bentuk diferensial didekati dengan


nilai perkiraan berdasarkan diferensial beda hingga.
Yang disubstitusikan dalam persamaan :

f(x i )(x i  x i-1 )


x i 1  xi 
f(x i ) - f(x i -1 )
Dalam metode ini pendekatan memerlukan
dua nilai awal dari x
CONTOH :

Selesaikan persamaan : f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0


dengan metode Secant

Penyelesaian :
Iterasi 1
Diambil dua nilai awal x1 =1 dan x2 = 2
Untuk x1 =1 maka f(x1) = f(1) = (1)3 + (1)2 – 3(1) – 3 = - 4
Untuk x2 =2 maka f(x2) = f(2) = (2)3 + (2)2 – 3(2) – 3 = 3
Dengan menggunakan persamaan :
f(x 2 )(x 2  x 1 ) 3(2  1)
x3  x2   2  1,57142
f(x 2 ) - f(x 1 ) 3  (4)
Maka :
f(x3)= (1,57142)3 + (1,57142)2 – 3(1,57142) – 3 = -1,36449

Iterasi 2
Untuk x2 =2 maka f(x2) = f(2) = (2)3 + (2)2 – 3(2) – 3 = 3
Untuk x3 =1,57142 maka
f(x3)= (1,57142)3 + (1,57142)2 – 3(1,57142) – 3 = -1,36449

Dengan menggunakan persamaan :


f(x 3 )(x 3  x 2 )  1,36449(1,57142  2)
x4  x3   1,57142   1,70540
f(x 3 ) - f(x 2 )  1,36449  3
HITUNGAN DILANJUTKAN DENGAN PROSEDUR YANG SAMA DAN
HASILNYA DIBERIKAN DALAM TABEL BERIKUT :

Jumlah x1 x2 x3 f(x1) f(x2) f(x3)


iterasi

1 1,0 2,0 1,57142 -4,0 3,0 -1,36449


2 2,0 1,57142 1,70540 +3,0 -1,36449 -0,24784
3 1,57142 1,70540 1,73513 -1,36449 -0,24784 0,02920
4 1,70540 1,73513 1,73199 -0,24784 0,02920 -0,000575
5 1,73513 1,73199 1,73205
METODE ITERASI

Dalam metode iterasi ini digunakan suatu


persamaan untuk memperkirakan nilai akar
persamaan. Persamaan tersebut dikembangkan
dari fungsi f(x) = 0 sehingga parameter x berada
disisi kiri dari persamaan, yaitu :
x= g(x)
Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai x
merupakan fungsi dari x, sehingga dengan
memberi nilai perkiraan awal dari akar dapat
dihitung perkiraan baru dengan rumus iteratif
berikut :
x i 1  g ( x i )
Besar kesalahan dihitung dengan rumus berikut :

x i 1  x i
εa  x100%
x i 1
CONTOH :

Selesaikan persamaan : f(x) = x3 + x2 – 3 x – 3 = 0


dengan metode Iterasi
Penyelesaian :
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :
x3 = - x2 + 3 x + 3 → x = (- x2 + 3 x + 3 )1/3
Kemudian persamaan diubah menjadi :
xi+1 = (- x2 + 3 x + 3 )1/3
Apabila ditentukan perkiraan awal x1 = 2 maka
didapat :
x2 = (- x12 + 3 x1+ 3 )1/3 = (- 22 + 3 x 2 + 3 )1/3 =
1,70998
x 2  x1 1,70998  2
εa  x100%  x100%  16,9607%
x2 1,70998

Hitungan dilanjutkan dengan prosedur yang sama dan hasilnya


diberikan dalam tabel berikut :
Iterasi (i) xi εa (%)
1 2,00000
2 1,70998 16,9607
3 1,73313 1,3362
4 1,73199 0,0658
5 1,73205 0,0034
6 1,73205 0,0002
Dari tabel terlihat bahwa hasil hitungan pada iterasi
yang lebih tinggi semakin dekat dengan akar
persamaan yang benar, dengan kata lain kesalahan
yang terjadi semakin kecil. Penyelesaian persamaan
seperti ini disebut konvergen
Persamaaan x3 + x2 – 3 x – 3 = 0 dapat juga diubah dalam bentuk
berikut :
x3  x2  3
x
3
Dalam bentuk iterasi persamaan diatas
menjadi :
3 2
xi  xi  3
x i 1 
3
Untuk perkiraan awal x1 = 2 maka didapat :

3 2
x1  x1  3 23  2 2  3
x2   3
3 3
Besar kesalahan :

x 2  x1 32
εa  x100%  x100%  33,3333%
x2 3
DENGAN PROSEDUR YANG SAMA HITUNGAN
DILANJUTKAN DAN HASILNYA DIBERIKAN DALAM
TABEL BERIKUT INI :

Iterasi (i) xi ε a (%)


1 2,00000
2 3,00000 33,3333
εa
3 11,00000 72,7273
4 483,00000 97,7226
5 37637290,0 99,9987

Tampak bahwa hasil hitungan pada iterasi yang lebih tinggi


semakin menjauhi nilai akar persamaan yang benar. Keadaan
hitungan seperti ini disebut divergen.
SOAL-SOAL LATIHAN

• Tentukan solusi dari persamaan non-linier berikut:


x3 – 7x + 1 = 0 dengan error 0.005 dan menggunakan metode
Biseksi.
• Tentukan solusi dari persamaan non-linier berikut:
y = x3 – 7x + 1 dengan error 0.005 dan menggunakan metode Regula
Falsi.
• Tentukan solusi dari persamaan non-linier:
y = x3 – 7x + 1 dengan error 0.03 dan menggunakan metode
Newton-Raphson dan Secan.
Carilah salah satu akar dari persamaan berikut dengan Metode
Newton-Raphson :
F(x) = x2 – 8x + 6
Diisyaratkan bahwa batas kesalahan relatifnya sebesar 10-10 dengan
tebakan awal x0 = 1 dan toleransi maksimal =100 menggunakan
matlab

Anda mungkin juga menyukai