1. Pembelian Bahan
Untuk memenuhi kebutuhan ketiga pesanan tersebut, pada tgl 21 Desember 2010 Perusahaan membeli bahan baku
(PVT, PET, DOP, dan sejenisnya) secara kredit seharga Rp. 64.260.000. Berikut ayat jurnalnya:
2. Pemakaian Bahan
Pada tgl 22 Desember 2010, nilai pemakaian bahan atas ketiga pesanan tersebut sebesar Rp. 52.941.000 dengan
rincian bahan langsung Rp. 45.511.000 dan bahan tidak langsung Rp. 7.430.000. dari nilai bahan langsung
tersebut, bahan langsung yang digunakan untuk P-201 sebesar Rp. 10.100.000, P-202 sebesar Rp. 15.170.000, dan
P-203 sebesar Rp. 20.241.000. Sementara dari nilai bahan tidak lagsung tersebut yang digunakan pesanan P-210
Rp. 1.650.000, P-202 Rp. 2.480.000, dan P-203 Rp. 3.300.000. Berikut ayat Jurnalnya:
Pada tgl 10 januari 2011, perusahaan juga berperan sebagai pemungut pajak, berikut
ayat jurnal pembayaran pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) sebesar Rp. 10.079.250 ke Kas
Negara (Bank Persepsi).
Utang PPh Pasal 21 Rp. 10.079.000
Kas Rp. 10.079.000
(Pembayaran PPh Pasal 21 ke Kas Negara)
Berikut ikhtisar pencatatan akuntansi untuk tenaga kerja yang dicatat di buku besar dan buku pembantu
perusahaan.
AKUMULASI UNTUK BIAYA OVERHEAD PABRIK
Dalam pembahasan mengenai biaya overhead pabrik, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan antara
lain: pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam setiap pesanan dan pencatatan biaya overhead pabrik
aktual.
Pada awal periode akuntansi, perusahaan menetapkan kebijakan bahwa biaya overhead pabrik yang
dibebankan kedalam biaya produksi berdasarkan tarif 75% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada
tgl 31 Desember 2010, biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan ke dalam pesanan sebesar
75% x Rp. 96.687.500 = Rp. 72.515.625, yang mana dari nilai ini dibebankan ke P-201 sebesar Rp.
16.125.000, P-202 Rp. 24.140.625, dan P-203 Rp. 32.250.000. Berikut ayat jurnalnya :
Apabila pada akhir periode ada pesanan yang belum selesai pengerjaannya (produk dalam proses), maka
biaya produk dalam proses yang tertera di kartu biaya pesanandapat berfungusi sebagai buku pembantu persediaan
produk dalam proses yang nantinya di akumulasi untuk tujuan laporan keuangan. Dalam kasus ini, produk dalam
proses di akhir periode adalah pesanan P-203 yang nilainya sebesar Rp. 95.491.000. Berikut ayat jurnalnya :
Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 95.491.0000
Produk dalam Proses – B. Bahan Langsung Rp. 20.241000
Produk Dalam Proses – BTK Langsung Rp. 43.000.000
Produk dalam Proses – BOP Rp. 32.250.000
(Pencatatan produk dalam proses di akhir periode)
Prosedur produk jadi dan produk dalam proses akhir
AKUNTANSI UNTUK PENYERAHAN PRODUK
KEPADA PEMESAN
Pada tgl 3 januari 2011, produk yang telah selesai diproses dan diserahkan kepada pemesan adalah pesanan P-201
dengan total biaya sebesar Rp. 47.725.000 dan harga jual sebesar Rp. 76.360.000 secara kredit. Sementara pesanan
P-202 telah selesai di proses tetapi belum diserahkan kepada pelanggan (pemesan). Berikut ayat jurnalnya :
Diawal periode beriktnya (bulan januari 2011) Departemen akuntansi perlu membuat ayat jurnal
pembalik (jurnal penyesuaian kembali) untuk menandai dilakukannya proses produksi selanjutnya dari produk yang
belum selesai di proses (Produk dalam proses) atas pesanan P-203. Berikut ayat Jurnalnya :