Anda di halaman 1dari 21

BAB 3

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA


BERDASARKAN PESANAN (JOB
ORDER COSTING)
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK PRODUK
PESANAN

Berikut karakteristik sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan :


1. Produk yang dihasilkan perusahaan sesuai spesifikasi yang diinginkan pemesan,
sehingga sifat produksinya dapat dikatakan terpisah(terputus-putus) dan setiap
pesanan dapat dibedakan identitasnya secara jelas.
2. Biaya produksi dikalkulasi untuk setiap pesanan agar biaya pesanan dapat
dihitung secara akurat
3. Total biaya untuk setiap pesanan dihitung setelah proses produksi selesai
dilakukan dengan menjumlahkan seluruh komponen biaya produksi (biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik).
4. Produk yang telah selesai diproses langsung dimasukkan ke gudang produk jadi
agar dapat segera diserahkan kepada pemesan.
Dalam proses perhitungan biaya berdasarkan pesanan, setiap pesanan atau batch
harus dapat diindentifikasi secara jelas dan terpisah, sehingga total biaya maupun
biaya per unitnya dapat dibedakan untuk setiap pesanan atau batch.
Contoh kartu biaya pesanan
SISTEM AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN
PESANAN
Untuk proses produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan, kegiatannya dimulai dari penerimaan
pesanan, pemrosesan bahan menjadi produk jadi sesuai spesifikasi yang diinginkan pemesan, dan
selanjutnya diserahkan kepada pemesan yang dimaksud. Berdasarkan prosedur tersebut, pengumpulan
biaya dimulai dari pencatatan biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik,
selanjutnya pencatatan biaya produk jadi yang ditransfer ke gudang produk jadi.
Gambaran secara menyeluruh terkait proses produksi berdasarkan pesanan, berikut
merupakan ilustrasi dari PT HARUM JAYA ABADI yang bergerak dalam bidang pembuatan kemasan
plastik jenis PVT & PET yang disegel vacuum forming (Tray) untuk berbagai jenis kemasan. Pada
tanggal 20 Desember 2010, perusahaan telah menerima 3(tiga) pesanan dari pelanggan.
1. Pesanan No. 201 (P-201) sebanyak 100.000 unit untuk kemasan pewangi mobil. Pesanan atas nama
PT KHARISMA MOBILINDO.
2. Pesanan No. 202 (P-202) sebanyak 150.000 unit untuk kemasan pewangi ruangan. Pesanan atas
nama PT SAMUDRA PESONA .
3. Pesanan No. 203 (P-203) sebanyak 200.000 unit untuk kemasan pewangi pakaian. Pesanan atas
nama PT KIRANA INDAH.
Berikut transaksi-transaksi yang terjadi mulai dari pembelian bahan sampai penyerahan produk jadi
kepada pemesan/pelanggan selama bulan Desember 2010 dan Januari 2011
AKUNTANSI UNTUK BAHAN
Prosedur akuntansi untuk bahan pada umumnya meliputi pembelian bahan sampai akhirnya penggunaan bahan
dalam proses produksi di pabrik. Untuk tujuan pengendalian bahan, pencatatan bahan menggunakan sistem persedian
perpetual. Akun persediaan bahan pada umumnya tersedia untuk mencatat bahan langsung dan bahan tidak langsung
(bahan Penolong).

1. Pembelian Bahan
Untuk memenuhi kebutuhan ketiga pesanan tersebut, pada tgl 21 Desember 2010 Perusahaan membeli bahan baku
(PVT, PET, DOP, dan sejenisnya) secara kredit seharga Rp. 64.260.000. Berikut ayat jurnalnya:

Persediaan Bahan Rp. 64.260.000


Utang Usaha Rp. 64.260.000
(Pembelian bahan secara kredit)

2. Pemakaian Bahan
Pada tgl 22 Desember 2010, nilai pemakaian bahan atas ketiga pesanan tersebut sebesar Rp. 52.941.000 dengan
rincian bahan langsung Rp. 45.511.000 dan bahan tidak langsung Rp. 7.430.000. dari nilai bahan langsung
tersebut, bahan langsung yang digunakan untuk P-201 sebesar Rp. 10.100.000, P-202 sebesar Rp. 15.170.000, dan
P-203 sebesar Rp. 20.241.000. Sementara dari nilai bahan tidak lagsung tersebut yang digunakan pesanan P-210
Rp. 1.650.000, P-202 Rp. 2.480.000, dan P-203 Rp. 3.300.000. Berikut ayat Jurnalnya:

Produk dalam Proses – Biaya Bahan Langsung Rp. 45.511.000


Biaya Overhead Pabrik – Aktual Rp. 7. 430.000
Persediaan Bahan Rp. 52.941.000
(Pemakaian bahan untuk proses produksi)
Berikut ikhtisar pembelian dan penggunaan bahan untuk setiap pesanan yang dicatat di buku besar dan
buku pembantu perusahaan.
AKUNTANSI UNTUK TENAGA KERJA
Prosedur akuntansi untuk tenaga kerja meliputu penentuan besarnya gaji dan upah, distribusi
gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan, baik departemen produksi maupun departemen
nonproduksi, serta pembayaran gaji dan upah oleh perusahaan. Berikut merupakan tahapan-tahapan dari
prosedur akuntansi untuk tenaga kerja.

1. Penentuan Besarnya Upah dan Gaji


Pada tgl 28 Desember 2010, perusahaan menghitung upah dan gaji untu seluruh karyawan, yang
mana biaya tenaga kerja di Departemen Produksi untuk mengerjakan ketiga pesanan tersebut berada
pada kisaran tarif Rp. 6.250 per jam kerja dan biaya tenaga kerja di Departemen Nonproduksi
(seperti: Departemen Pemasaran, Administrasi dan Umum) selama bulan januari 2011 sebesar Rp.
201.585.000. Berikut ayat jurnalnya:

Biaya Upah dan Gaji Rp. 201.585.000


Utang Upah dan Gaji Rp. 191.505.750
Utang PPh Pasal 21 Rp. 10.079.250
(Pencatatan Upah dan Gaji seluruh karyawan)
2. Distribusi Upah dan Gaji
Berdasarkan total biaya upah dan gaji sebesar Rp. 201. 585.000, distribusi ke Departemen Produksi
sebesar Rp. 105.675.000, Departemen Pemasaran sebesar Rp. 62.780.000, serta Departemen
Administrasi dan Umum sebesar Rp. 33.130.000. Dari Rp. 105.675.000 yang ada di Departemen
Produksi, dialokasikan untuk biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 96.687.500 dan biaya tenaga
kerja tidak langsung sebasar Rp. 8.987.500. Tarif tenaga kerja per jam kerja sebesar Rp. 6.250
dengan rincian jumlah jam kerja untuk P-201 sebanyak 3.440 jam kerja, P-202 sebanyak 5.150 jam
kerja, dan P-203 sebanyak 6.880 jam. Berikut ayat jurnalnya:

Produk dalam Proses – Biaya tenaga kerja langsung Rp. 96.687.500


Biaya Overhead Pabrik Aktual Rp. 8.990.000
Beban Pemasaran Rp. 62.780.000
Beban Administrasi dan Umum Rp.
33.779.500
Biaya Upah dan Gaji Rp. 201.586.000
(Pendistribusian upah dan gaji ke masing-masing Departemen)
3. Pembayaran Upah dan gaji
Pada tgl 31 Desember 2010, Perusahaan membayar upah dan gaji seluruh karyawan sebesar Rp.
191.506.000. Berikut ayat Jurnalnya :
Utang Upah dan Gaji Rp. 191.506.000
Kas Rp. 191.506.000
(Pembayaran upah dan gaji kapada karyawan)

Pada tgl 10 januari 2011, perusahaan juga berperan sebagai pemungut pajak, berikut
ayat jurnal pembayaran pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) sebesar Rp. 10.079.250 ke Kas
Negara (Bank Persepsi).
Utang PPh Pasal 21 Rp. 10.079.000
Kas Rp. 10.079.000
(Pembayaran PPh Pasal 21 ke Kas Negara)
Berikut ikhtisar pencatatan akuntansi untuk tenaga kerja yang dicatat di buku besar dan buku pembantu
perusahaan.
AKUMULASI UNTUK BIAYA OVERHEAD PABRIK
Dalam pembahasan mengenai biaya overhead pabrik, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan antara
lain: pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam setiap pesanan dan pencatatan biaya overhead pabrik
aktual.

1. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Pada awal periode akuntansi, perusahaan menetapkan kebijakan bahwa biaya overhead pabrik yang
dibebankan kedalam biaya produksi berdasarkan tarif 75% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada
tgl 31 Desember 2010, biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan ke dalam pesanan sebesar
75% x Rp. 96.687.500 = Rp. 72.515.625, yang mana dari nilai ini dibebankan ke P-201 sebesar Rp.
16.125.000, P-202 Rp. 24.140.625, dan P-203 Rp. 32.250.000. Berikut ayat jurnalnya :

Produk dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.515.625


Biaya Overhead Pabrik – Dibebankan Rp. 72.515.625
(Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam setiap pesanan)
2. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Aktual
Pada tgl 31 Desember 2010, pemakaian biaya overhead pabrik (sesungguhnya) selama proses produksi
diakumulasikan (selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung) sebesar Rp. 57.900.500
dengan rincian: pemakaian bahan habis pakai secara tunai sebesar Rp. 8.155.500, asuransi pabrik yang
telah jatuh tempo Rp. 14.280.000, penyusutan aset tetap pabrik Rp. 13.225.000, pemakaian suku cadang
pabrik Rp. 2.640.000, dan sewa yang telah jatuh tempo Rp. 19.600.000. Berikut ayat Jurnalnya :

Biaya Overhead Pabrik – Aktual Rp. 57.900.500


Kas Rp. 8.155.500
Asuransi Dibayar di Muka Rp. 14.280.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp. 13.225.000
Persediaan Suku Cadang Rp. 2.640.000
Sewa Dibayar di Muka Rp. 19.600.000
(Pencatatan biaya overhead pabrik aktual)
3. Pencatatan Selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada tgl 31 Desember 2010 (akhir proses produksi), dihitung total biaya overhead pabrik aktual dan biaya
overhead pabrik yang dibebankan masing-masing sebesar Rp. 74.320.500 (Rp. 7.430.000 + Rp. 8.990.000 + Rp.
57.900.500) dan Rp. 72.515.625. Selisih antara biaya overhead pabrik aktual dan biaya overhead pabrik yang
dibebankan sebesar Rp. 1.804.875 (Rp. 74.320.500 – Rp. 72.515.625) yang dicatat dalam akun Selisih Biaya
Overhead Pabrik. Selisih BOP tersebut adalah selisih yang kurang dibebankan (underapplied) karena BOP
aktual lebih besar dari BOP yang dibebankan. Selanjutnya selisih BOP tersebut ditutup ke akun Beban Pokok
Penjualan. Berikut ayat jurnalnya :

Biaya Overhead Pabrik – Dibebankan Rp. 72.515.625


Selisih BOP Rp. 1.804.875
Biaya Overhead Pabrik – Aktual Rp. 74.320.500
(Menutup BOP dibebankan ke BOP Aktual)

Beban Pokok Penjualan Rp. 1.804.875


Selisih BOPRp. 1.804.875
(Menutup selisih BOP ke dalam beban pokok penjualan)
Prosedur akuntansi untuk biaya overhead pabrik (BOP Aktual, BOP yang
Dibebankan, dan Selisih BOP)
AKUNTANSI UNTUK PRODUK JADI DAN PRODUK
DALAM PROSES AKHIR
Pada tgl 31 Desember 2010, perusahaan telah menyelesaikan proses produksinya dan mentrasfer produk pesanan ke
gudang produk jadi. Nilai pesanan tersebut sebesar Rp. 119.223.125 yang masing-masing untuk pesanan P-201
sebesar Rp. 47.725.000 dan P-202 Rp. 71.498.125. berdasarkan dokumen transfer produk jadi dari Departemen
Produksi ke gudang produk jadi. Berikut ayat jurnalnya :

Persediaan Produk Jadi Rp. 119.223.125


Produk dalam Proses – B. Bahan Langsung Rp. 25.270.000
Produk Dalam Proses – BTK Langsung Rp. 53.687.500
Produk dalam Proses – BOP Rp. 40.265.625
(Pencatatan produk jadi yang di transfer ke gudang produk jadi)

Apabila pada akhir periode ada pesanan yang belum selesai pengerjaannya (produk dalam proses), maka
biaya produk dalam proses yang tertera di kartu biaya pesanandapat berfungusi sebagai buku pembantu persediaan
produk dalam proses yang nantinya di akumulasi untuk tujuan laporan keuangan. Dalam kasus ini, produk dalam
proses di akhir periode adalah pesanan P-203 yang nilainya sebesar Rp. 95.491.000. Berikut ayat jurnalnya :
Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 95.491.0000
Produk dalam Proses – B. Bahan Langsung Rp. 20.241000
Produk Dalam Proses – BTK Langsung Rp. 43.000.000
Produk dalam Proses – BOP Rp. 32.250.000
(Pencatatan produk dalam proses di akhir periode)
Prosedur produk jadi dan produk dalam proses akhir
AKUNTANSI UNTUK PENYERAHAN PRODUK
KEPADA PEMESAN
Pada tgl 3 januari 2011, produk yang telah selesai diproses dan diserahkan kepada pemesan adalah pesanan P-201
dengan total biaya sebesar Rp. 47.725.000 dan harga jual sebesar Rp. 76.360.000 secara kredit. Sementara pesanan
P-202 telah selesai di proses tetapi belum diserahkan kepada pelanggan (pemesan). Berikut ayat jurnalnya :

Piutang Usaha Rp. 76.360.000


Penjualan Produk Jadi Rp. 76.360.000
(Penyerahan pesanan ke pelanggan)

Beban Pokok Penjualan Rp. 47.725.000


Persediaan Produk Jadi Rp. 47.725.000
(Pencatatan biaya produk yang diserahkan kepada pelanggan)

Diawal periode beriktnya (bulan januari 2011) Departemen akuntansi perlu membuat ayat jurnal
pembalik (jurnal penyesuaian kembali) untuk menandai dilakukannya proses produksi selanjutnya dari produk yang
belum selesai di proses (Produk dalam proses) atas pesanan P-203. Berikut ayat Jurnalnya :

Produk dalam Proses – B. Bahan Langsung Rp. 20.241.000


Produk Dalam Proses – BTK Langsung Rp. 43.000.000
Produk dalam Proses – BOP Rp. 32.250.000
Persediaan Produk dalam Proses Rp.
95.491.000
(Proses produksi selanjutnya dari produk dalam proses akhir)
Penyerahan produk kepada pemesan dan proses produksi selanjutnya dari produk dalam proses akhir.
LATIHAN
 Tanggal 2 Oktober 2020 CV Abadi membeli bahan baku
C dan bahan baku tidak langsung D secara kredit
dengan nilai Rp 16.000.000 dan Rp 8.000.000. Pada
tanggal 4 Oktober 2020 dipakai pekerjaan No 101 dan
No.102, bahan baku C Rp 15.000.000 dan bahan tidak
langsung D Rp 7.250.000. Buatlah :
1. Jurnal tanggal 2 dan 4 Oktober 2021
2. Buku Besar
3. Buku Tambahan
4. Kartu Harga Pokok
LATIHAN
 Biaya tenga kerja untuk bulan Januari 2020 Rp
22.000.000 terdiri atas tenaga kerja langsung Rp
16.000.000 dan sisanya Rp 6.000.000 untuk tenaga
kerja tidak langsung. Pph karyawan 15% dari
penghasilan bruto (tanpa pendapatan tida kena
pajak), Tentukan :
1. Jurnal
2. Buku Besar
3. Buku Tambahan

Anda mungkin juga menyukai