Anda di halaman 1dari 36

BAB V

VEKTOR
Koordinat Homogen (1)
 Pada beberapa sistem grafika dan
OpenGL, titik dan vektor dinyatakan
dalam koordinat homogen.
Artinya perwakilan titik dan vektor
dalam 2D dinyatakan bukan dengan
2 nilai (x,y), tetapi dengan 3 nilai
yaitu (x, y, v). Sedangkan dalam
3D dengan 4 nilai yaitu (x,y, z, v).
Koordinat Homogen (2)
 Aturan yang dipakai dalam
penentuan nilai v adalah sbb:
 Untuk titik, nilai v = 1
 Untuk vektor, nilai v = 0
 Misalnya:
 Titik (2, 4) menjadi (2, 4, 1)
 Vektor (3, 5) menjadi (3, 5, 0)
 Titik (3, 4, 1) menjadi (3, 4, 1, 1)
 Vektor (3, 6, 7) menjadi (3, 6, 7, 0)
Kombinasi Affine pada Vektor (1)
 Kombinasi linear dari m vektor v1,
v2, …, vm adalah:
w = a1v1 + a2v2 + … + amvm
dengan a1, a2, …, am adalah skalar
 Kombinasi linear dari vektor
merupakan kombinasi affine jika
a1 + a2 + … + am = 1
Kombinasi Affine pada Vektor (2)
 Contoh:
 3a + 2b – 4c merupakan kombinasi
affine karena 3+2-4=1.
 3a + b – 4c bukan merupakan
kombinasi affine karena 3+1-4=01
Kombinasi Affine Titik-Titik (1)
 Diketahui 2 titik P = (P1, P2, P3, 1)
dan R = (R1, R2, R3, 1), dengan
skalar f dan g, maka:
fP+gR = (fP1+gR1, fP2+gR2,
fP3+gR3,f+g)
 merupakan vektor jika f+g = 0
 Jika koefisien dari kombinasi linear
dijumlahkan = 1, maka persamaan
tersebut disebut kombinasi affine.
Kombinasi Affine Titik-Titik (2)
 Hanya kombinasi linear titik-titik yang
valid yang merupakan kombinasi affine.
 Contoh:
 0.3P + 0.7R  ok (titik yang valid)
 2.7P – 1.7R  ok
 0.5P + 0.5R  ok
 P + R  tidak ok
 0.3P + 0.9R – 0.2Q  ok
 P + Q – 0.9R  tidak ok
Kombinasi Affine Titik-Titik (3)
 Perhatikan penjumlahan dari
sebuah titik, A, dengan sebuah
vektor, v, yang diskala dengan
bilangan t: A+tv, dimana hasil
penjumlahan tersebut merupakan
sebuah titik. Jika v merupakan
perbedaan antara titik B dan titik A,
v = B – A, maka kita mempunyai
titik P = A + t (B – A)
Kombinasi Affine Titik-Titik (4)
 P = A + t (B – A)
 P = t B + (1 – t) A
 Yang dapat dilihat sebagai
kombinasi affine dari titik-titik. Jadi
kombinasi affine titik-titik dapat
ditulis sebagai sebuah titik
ditambah dengan sebuah vektor.
Interpolasi Linier dari 2 Titik (1)
 P = A (1 – t) + Bt
Membentuk sebuah interpolasi linier
antara titik A dan titik B. Itu berarti
bahwa komponen x, Px (t), menyediakan
sebuah nilai yaitu bilangan pecahan kecil t
antara nilai Ax dan Bx, dan demikian juga
untuk Py (t) (dan dalam 3D, komponen z).
Ini adalah sebuah operasi penting yang
cukup untuk menggunakan lerp() untuk
interpolasi linier.
Interpolasi Linier dari 2 Titik (2)
 Dalam dimensi satu, lerp(a, b, t)
menyediakan sebuah bilangan
pecahan kecil t dari a ke b.
 Contoh:
float lerp (float a, float b, float t)
{
return a + (b – a) *t;
//return a float
}
Interpolasi Linier dari 2 Titik (3)
 Dalam cara yang sama, satu hal yang
sering terjadi adalah ingin menghitung
titik P(t) yaitu bilangan pecahan kecil t
dari jalur sepanjang garis lurus dari titik A
ke titik B. Titik ini sering disebut “tween”
(singkatan dari “in-between”) pada t
antara titik A dan titik B. Masing-masing
komponen dari titik hasil dibentuk sebagai
lerp () dari komponen yang bersesuaian
dengan A dan B.
Interpolasi Linier dari 2 Titik (4)
 Diketahui A = (4,9) dan B = (3,7).
Kalau t = 0.4. Berapa hasil
Tween(A,B, 0.4) ?
Jawab :
 Untuk komponen x :
4 + (3-4) * 0.4 = 4 – 0.4 = 3.6
 Untuk komponen y :
9 + (7-9) * 0.4 = 9 – 2*0.4 = 8.2
Jadi Tween(A,B, 0.4) = (3.6, 8.2)
Tweening untuk Seni & Animasi (1)

 Animasi yang menarik dapat


diciptakan dengan menampilkan
satu gambar kemudian di tweened
ke dalam gambar yang lain.
 Prosedur yang paling sederhana
adalah jika 2 gambar adalah
polyline didasarkan pada jumlah
titik yang sama.
Tweening untuk Seni & Animasi (2)
Tweening untuk Seni & Animasi (3)

 Misalkan gambar pertama, A,


polyline didasarkan pada titik-titik
Ai, dan polyline kedua adalah B
yang didasarkan pada titik-titik Bi,
untuk i = 0, ..., n-1.
 Dapat dibentuk polyline P(t), yang
disebut “tween di t” dengan
membentuk titik-titik:
Pi(t) = (1 – t)Ai + t Bi
Tweening untuk Seni & Animasi (4)
 Jika nilai-nilai t antara 0 dan 1, misalnya t
= 0, 0.1, 0.2, ..., 0.9, 1.0, terlihat bahwa
polyline mulai dengan membentuk A dan
berakhir dengan membentuk B, tetapi di
antaranya merupakan campuran dari 2
bentuk. Untuk nilai t yang kecil, akan
kelihatan seperti A, tetapi pada saat t
meningkat, polyline secara halus ke arah
mendekati bentuk B. Untuk t = 0.25
misalnya, titik Pi (0.25) dari tween adalah
25% lintasan dari A ke B.
Garis dalam ruang 2D
 3 bentuk dasar garis:
 Bentuk dua titik
 Representasi parametrik
 Bentuk normal titik
Garis dalam ruang 2D dan 3D
 Garis didefinisikan oleh 2 titik, C dan B
 a: GARIS, panjang tak hingga, melalui titik-
titik, memanjang dalam dua arah.
 b: SEGMEN GARIS didefinisikan oleh 2 titik
yang berakhir.
 c: RAY adalah semi tak berhingga, sebuah titik
dan sebuah arah mulai pada titik itu dan
memanjang secara tak berhingga dalam arah
yang diberikan.
Representasi Parametrik Garis (1)
 Representasi parametriknya:
L(t) = C + bt, dengan b=B – C. Y

 Vektor b dan garis L yang


melalui titik B dan C.
B
 L(t) diletakkan untuk berbagai t>1

nilai t. b
C
 t = 0  L(0) mengevaluasi C, L

sehingga di t = 0 terletak pada t<0


titik C.
 t = 1, L(1) = C + (B-C) = B.
X
Representasi Parametrik Garis (2)

 Pada saat t>1, titik yang baru terletak


pada sisi B yang berlawanan dengan C.
 Pada saat t<0, titik yang baru terletak
pada sisi C yang berlawanan dengan B.
 Dari rumus L(t) = C +bt, dapat ditulis
menjadi |L(t)-C|=|b||t| dan |B-C|=|b|.
Sehingga nilai |t| adalah rasio jarak |
L(t)-C| ke |B-C|.
Bentuk normal titik untuk
persamaan sebuah garis (1)

 Persamaan umum dari sebuah garis


dalam 2D: fx+gy=1, dengan f dan
g adalah konstanta.
 Atau (f, g) . (x, y) = 1

L
Bentuk normal titik untuk
persamaan sebuah garis (2)
 Misalkan sebuah garis L melalui titik C dan B

 Bentuk normal titik dari L adalah jika terdapat


vektor n yang tegak lurus dengan L.
 Untuk sebarang titik R = (x, y) pada L, vektor
(R –C) harus tegak lurus ke n, sehingga
n . (R-C) = 0
 bentuk normal titik untuk sebuah garis
Bentuk normal titik untuk
persamaan sebuah garis (3)

 Contoh:
Misalkan garis L melalui titik-titik C
= (3, 4), dan B = (5, -2). Maka b =
B – C = (2, -6) dan b┴ =(6, 2).
Bentuk normal titiknya
(6, 2).((x,y) – (3, 4)) = 0
atau 6x + 2y = 26.
Perpindahan dari 1 representasi ke
representasi yang lain pada garis (1)

 3 cara untuk menyatakan garis:


 Bentuk 2 titik:
Misal C dan B, datanya = {C, B}
 Bentuk parametrik:
C + bt; datanya = {C, b}
 Bentuk normal titik (implisit)
 hanya dalam 2D:
n . (P-C) = 0; datanya = {C, n}
Perpindahan dari 1 representasi ke
representasi yang lain pada garis (2)
Bidang dalam ruang 3D
 3 bentuk dasar bidang:
 Bentuk tiga titik
 Representasi parametrik
 Bentuk normal titik
Representasi parametrik dari
sebuah bidang (1)

 Bentuk parametrik dari sebuah


bidang dibangun pada 3 unsur: satu
titik, C, dan 2 vektor yang tidak
sejajar, a dan b, yang terletak pada
bidang
Representasi parametrik dari
sebuah bidang (2)

 Bentuk parametrik titik pada sebuah


bidang adalah :
P(s, t) = C + as + bt
 Diberikan sebarang nilai s dan t, sebuah
titik dapat dinyatakan pada bidang.
 Sebagai contoh, untuk s=t=0 , titik ter-
sebut adalah C, dan untuk s=1 dan t=-2,
titik tersebut adalah P(1,-2)=C+a–2b
Representasi parametrik dari
sebuah bidang (3)
 Bentuk parametrik
P(s, t) = C + as + bt
P(s, t) = C + s(A – C) + t (B- C)
 Bentuk dimana komponen-komponennya
eksplisit
P(s,t)=(Cx+axs+bxt, Cy+ays+byt,
Cz+azs+bzt)
atau: P(s,t)=Cx+axs+bxt i + Cy+ays+byt j
+ Cz+azs+bzt z
 Bentuk kombinasi affine titik-titik
P(s, t) = sA + tB +(1 – s – t)C
Representasi parametrik dari
sebuah bidang (4)

 Contoh: Mencari bentuk parametrik


bidang dari 3 titik yang diketahui
Sebuah bidang melalui A=(3,3,3),
B=(5,5,7), dan C=(1,2,4).
 Bentuk parametriknya:
P (s,t) = (1,2,4) + (2,1,-1)s + (4,3,3)t.
 Dalam bentuk komponen:
P (s,t)=(1+2s+t) i + (2+s+3t)j + (4–s+3t)k
 Dalam bentuk kombinasi affine:
P (s,t) = s(3,3,3) + t(5,5,7) + (1–s–t) (1,2,4)
Bentuk normal titik untuk sebuah
bidang (1)
 Bidang secara lengkap dinyatakan dengan:
 Titik tunggal B = (bx, by, bz) yang terletak pada
bidang tersebut
 Arah n = (nx, ny, nz) normal ke bidang.
 Normal n tegak lurus ke sebarang garis yang
terletak pada bidang.
 Untuk sebuah titik R = (x, y, z) dalam bidang,
vektor dari R ke B harus tegak lurus ke n, dengan
n . (R – B) = 0.
 persamaan normal titik pada bidang
 Dengan mengartikan perkalian titik dan
penggunaan n = (nx, ny, nz), diperoleh:
nxx + nyy + nzz = D, dengan D = n . (B-0)
Bentuk normal titik untuk sebuah
bidang (2)

 Contoh:
Mencari bentuk normal titik
Misalkan bidang P melalui (1, 2, 3)
dengan vektor normal (2, -1, -2)
Bentuk normal titik ke bidang:
(2,-1,-2).((x,y,z)–(1,2,3)) = 0
Persamaan untuk bidang:
2x – y – 2z = -6
Bentuk normal titik untuk sebuah
bidang (3)
 Contoh :
Mencari bentuk parametrik dari bidang.
Carilah bentuk parametrik dari 2x – y + 3z = 8
Vektor normal bidang: (2, -1, 3).
Cari C, salah satu diantaranya adalah C= (4,0,0).
Cari dua vektor yang tidak saling berimpit yang
masing-masing bila dikalikan dot produk dengan
vektor (2, -1, 3) menghasilkan 0. Dari hasil coba-
coba dan kira-kira, diperoleh a = (1,5,1) dan
b=(0,3,1).
Sehingga salah satu bentuk parametrik dari
bidang tersebut adalah:
P(s,t) = (4,0,0) + (1,5,1) s + (0,3,1) t
Perpindahan 1 representasi ke re-
presentasi yang lain pada bidang (1)

 3 representasi dan data-datanya


sbb:
 Bentuk 3 titik, misal C, B, dan A;
datanya = {C, B, A}
 Bentuk parametrik, C + as +bt;
datanya = {C, a, b}
 Bentuk normal titik (implisit),
n.(P-C) = 0; datanya = {C, n}
Perpindahan 1 representasi ke re-
presentasi yang lain pada bidang (2)

Anda mungkin juga menyukai