Anda di halaman 1dari 65

PERATURAN PERUNDANG –

UNDANGAN DALAM
PENGELOLAAN IRIGASI
Disampaikan pada acara :

Bimbingan Teknis Pelatih untuk Tingkat Balai Wilayah Sungai

DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SINGLE MANAGEMENT DALAM PPSI
Prinsip PPSI
Penyediaan Air Pengaturan Irigasi sesuai
5 Pembagian Air  Partisipatif
 Terpadu,
dengan UU No. 17 tahun 2019
 Berwawasan
Intake Lingkungan,
d er 1. Pasal 10. Dalam mengatur dan mengelola
un
Sal.Primer Sal.Sek  Akuntabel, Sumber Daya Air, Pemerintah Pusat
Penggunaan Air  Transparan
 Berkeadilan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
Bangunan Bagi Sadap (1) bertugas: huruf (i) “mengembangkan
Bang. Bagi  Mengutamakan
r
ersie kepentingan dan mengelola sistem irigasi sebagai
Sal.S
e k un d S al . T dan Peran serta satu kesatuan sistem pada daerah
Pembagian Air er P3A/GP3A/IP3A irigasi yang menjadi kewenangan
er

Bangunan Sadap Pemerintah Pusat”


nd

Pemberian Air
Sal.Seku

2. Pasal 15. Dalam mengatur dan mengelola


Sumber Daya Air, Pemerintah Daerah
Pemberian Air kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
Bangunan Sadap
dalam Pasal 12 bertugas: huruf (d)
“mengembangkan dan mengelola
sistem irigasi sebagai satu kesatuan
Bangunan Sadap sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota”.

Sa
l.T
Pemberian Air

er
3. Pasal 28. Pendayagunaan Sumber Daya

s ie
Air:

r
5 Pilar Irigasi:
Bangunan Sadap
- Ketersediaan  Ayat (2) Dalam hal masih terdapat
ketersediaan Sumber Daya Air yang
Air
Sa

mencukupi untuk kebutuhan


- Prasarana
l.T

sebagaimana dimaksud pada ayat


er

- Manajemen (1), prioritas pemenuhan kebutuhan


s ie

Penggunaan Air Sal. g


ua - Kelembagaan
n Air selanjutnya dilakukan untuk
r

Pemb - SDM pemenuhan Air bagi kebutuhan


irigasi untuk pertanian rakyat.
Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
PEMERINTAH
Pengembangan Jaringan Irigasi : (Pusat,Prov,Kab/Kota:
Pengembangan & - Pengembangan Jaringan - PPSIP Sistem Irigasi
Pengelolaan Irigasi Baru Primer
- Peningkatan Jaringan Irigasi
Irigasi (PPSI) - PPSIP Sistem Irigasi
Sekunder

Pendayagunaan SDA Terpadu :


Pengelolaan Jaringan Irigasi :
 Air Hujan - Operasi dan Pemeliharaan
 Air Permukaan (UTAMA) - Rehabilitasi
PETANI :
 Air Tanah - PPSIP Sistem Irigasi Tersier

Prinsip PPSI

Satu Sistem  Partisipatif


Irigasi  Terpadu,
 Berwawasan
Satu kesatuan
Lingkungan,
pengembanga
n dan
 Akuntabel,  Instansi pemerintah :
 Transparan
pengelolaan  Berkeadilan, • Ditjen Sumber Daya Air
 Mengutamakan • Dinas Provinsi, Dinas
kepentingan dan
Peran serta Kab/Kota
P3A/GP3A/IP3A  BBWS/BWS
 Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A)
Berorientasi kepada Kepentingan Pemakai Air
Irigasi dan Pengguna Jaringan Irigasi  Komisi Irigasi
(Hulu-Tengah-Hilir) Secara Selaras dan  Unit Pengembangan
memperhatikan kelestarian lingkungan
Tata Guna Air (PTGA)
POHON PERATURAN PERUNDANGAN BIDANG IRIGASI

UU NO.UU
17SDA
TAHUN 2019
BARU UU NO. 11 UU No. 23
Tentang SDA TAHUN 1974 TAHUN 2014

PP NO.23
Sebagai turunanya
PP dan Permen PUPR TAHUN 1982
(Proses Penyiapan)
INPRES NO.2
TAHUN 1984

Sebelum ada PP baru

PERMEN PERMEN PERMEN PERMEN PERMEN PERMEN


PUPR NO: PUPR NO: PUPR NO: PUPR NO: PUPR NO: PUPR NO:
8/PRT/M/ 12/PRT/M 14/PRT/M 17/PRT/M 23/PRT/M 30/PRT/M
2015 /2015 /2015 /2015 /2015 /2015

PERMEN PUPR NO: PERMEN PUPR NO: PERMEN PUPR NO:


11/PRT/M/2015 16/PRT/M/2015 21/PRT/M/2015
4
DASAR HUKUM
 UU No.17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 PP No.23 Tahun 1982 tentang Irigasi
 Inpres No:2 Tahun 1984 tentang Pembinaan P3A
 Permen PUPR No.30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi
 Permen PUPR No.12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Irigasi
 Permen PUPR No.14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi
 Permen PUPR No.17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi
 Permen PUPR No. 8/PRT/M/2015 tentang Garis Sempadan Irigasi
 Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset IrigasI
 Permen PUPR No.11/PRT/M/2015 tentang E&P Rawa Irigasi Pasut
 Permen PUPR No. 16/PRT/M/2015 tentang E&P Irigasi Rawa Lebak
 Permen PUPR No. 21/PRT/M/2015 tentang E&P Irigasi Tambak
1. UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2019
TENTANG SUMBER DAYA AIR
• UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2019
TENTANG SUMBER DAYA AIR MERUPAKAN
PENGGANTI DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 7
TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR
YANG TELAH DIGUGAT KE MAHKAMAH
KONSTITUSI
• UU NO. 17 TAHUN 2019 TERDIRI DARI 16 BAB
DAN 79 PASAL YANG ISINYA LEBIH RINGKAS
DAN SIMPEL DIBANDING UU NO. 7 TAHUN
2004
• DIHARAPKAN DALAM WAKTU 2 TAHUN
SETELAH DISAHKAN AKAN TERBIT PERATURAN
PEMERINTAH
Ruang lingkup pengaturan Sumber Daya Air
meliputi:
1. penguasaan negara dan hak rakyat atas Air;
2. tugas dan wewenang dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air;
3. Pengelolaan Sumber Daya Air;
4. perizinan;
5. sistem informasi Sumber Daya Air;
6. pemberdayaan dan pengawasan;
7. pendanaan;
8. hak dan kewajiban;
9. partisipasi masyarakat; dan
10. koordinasi.
Pasal 10
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 bertugas:
i. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi
sebagai satu kesatuan sistem pada daerah irigasi
yang menjadi kewenangan Pemerintah pusat;

Pasal 11
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (l) berwenang:
f. menetapkan status daerah irigasi
Pasal 13
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 bertugas:
h. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai
satu kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi;

Pasal 15
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 bertugas:
d. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai
satu kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
Ilustrasi Singel Management
Penyediaan Air
Pembagian Air

Intake
u nd e r
Sal.Primer Sal.Sek Penggunaan Air
Bangunan Bagi Sadap
Bang. Bagi
r
ersie
Sal.S
e ku n d Sal.T
Pembagian Air er
nder Bangunan Sadap
Pemberian Air
Sal.Seku

Bangunan Sadap Pemberian Air

Bangunan Sadap

Sa
l.T
Pemberian Air

e rs
ie r
Bangunan Sadap
Sa
l.T
e

ng
rs

embua
ie r

Penggunaan Air S a l . P
Pengertian

Sistem irigasi meliputi :


- prasarana irigasi,
- air irigasi,
- manajemen irigasi,
- kelembagaan pengelolaan irigasi, dan
- sumber daya manusia

Keberlanjutan sistem irigasi : dilakukan dengan


pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

11
2. PERATURAN PEMERINTAH NO.23 TAHUN 1982
TENTANG IRIGASI
Mengatur tentang Penyelenggaran Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi dengan muatan antara lain :
1. Wewenang Pengurusan Air Irigasi dan Jaringan Irigasi
2. Penyediaan air irigasi
3. Pembagian dan pemberian air irigasi
4. Penggunaan air irigasi
5. Air irigasi dan jaringan irigasi untuk keperluan lain
6. Drainase
7. Pembangunan jaringan irigasi
8. Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
9. Pembiayaan
10.Tata laksana pengurusan irigasi
11.Pengawasan
12.Ketentuan pidana
13.Lain-lain
3. INPRES NO. 2 TAHUN 1984 TENTANG
PEMBINAAN P3A
MENGINSTRUKSIKAN:
Kepada:
1. Menteri Dalam Negeri;
2. Menteri Pekerjaan Umum;
3. Menteri Pertanian.

Untuk:
PERTAMA:
Menteri Dalam Negeri memberi petunjuk-petunjuk kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam usaha untuk
membina dan mendorong terbentuknya Perkumpulan
Petani Pemakai Air di Daerah masing-masing.
KETIGA:
Menteri Pertanian melakukan pembinaan dalam pemanfaatan air
secara adil dan tepat dan di tingkat petak kwarter dengan
memperhatikan faktor tersedianya air sesuai dengan kebutuhan
usaha tani dan aspirasi masyarakat setempat.
KEEMPAT:
Pelaksanaan pembinaan terhadap Perkumpulan Petani Pemakai
Air dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagaimana tercantum pada Lampiran Instruksi Presiden ini
sebagai Pedoman Pelaksanaannya.
KELIMA:
Ketentuan-ketentuan mengenai perkumpulan petani pemakai air
yang sudah ada sebelumnya, disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini.
4. PERMEN PUPR NO. 30/PRT/M/2015 TENTANG
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Mengatur tentang prinsip dan Partisipasi P3A/GP3A/IP3A
dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
(BAB I)
Pasal 2
(1)Peraturan Menteri ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, pemerintah desa,
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dan
pengguna jaringan irigasi lain dalam
melaksanakan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.
(2) Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan
Menteri ini meliputi :
 prinsip pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi,
 kelembagaan pengelolaan irigasi,
 wewenang dan tanggung jawab,
 koordinasi pengelolaan sistem irigasi,
 pemberdayaan, partisipasi masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi, syarat dan tata laksana
partisipasi,
 serta pemantauan dan evaluasi dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
Pasal 3
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang bertujuan
untuk mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
bertanggung jawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder.
Pasal 4
Pengembangan dan pengelolaan sistem diselenggarakan secara
partisipatif, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup, transparan,
akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan peran masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
Partisipasi masyarakat petani dapat disalurkan melalui perkumpulan petani
pemakai air di wilayah kerjanya.
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dilaksanakan untuk
meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, serta meningkatkan
kemampuan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dlm rangka mewujudkan
efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan sistem irigasi.
Pasal 5
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan
oleh badan usaha, badan sosial, atau perseorangan
diselenggarakan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat di
sekitarnya dan mendorong peran serta masyarakat petani.

Pasal 6
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan
antara air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan


prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan
pengelolaan, dengan memperhatikan kepentingan pemakai air
irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan
hilir secara selaras.
Pasal 7
(1) Wewenang Kementerian (PU-PR) dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi :
a. Menyusun pokok-pokok kebijakan pengembangan dan
penengelolaan sistem irigasi.
b. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam PPSI
c. Menetapkan NSPK PPSI
d. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan PPSI
primer dan sekunder pada DI yg luasnya > 3.000 ha, lintas
provinsi, lintas negara, dan strategis nasional
e. Memberikan bantuan teknis dlm PPSI kpd pemda Provinsi dan
Kab/Kota
f. Memberikan bantuan kpd masyarakat petani dalam PPSI yg
menjadi tanggung jawabnya atas permintaannya berdasarkan
prinsip kemandirian
g. Memberikan ijin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan,
dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau salura irigasi pd
jaringan irigasi primer dan sekunder kewenangan Pusat
Pasal 7
h. Melakukan penyuluhan dan penyebarluasan teknologi
bidang irigasi hasil penelitian dan pengembangan kpd
masyarakat petani

(2) Bantuan teknis dalam PPSI antara lain berupa bimbingan


teknis, tenaga, peralatan, konsultasi, dan/atau melalui
lomba.

Pasal 8
Penyuluhan dan penyebar luasan teknologi bidang irigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e,
dilakukan sesuai dgn pedoman yg ditetapkan Menteri
Pasal 9
(1)Dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
dilakukan pada sistem irigasi tersier, P3A mempunyai
hak dan tanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi tersier.
(2) Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi meliputi:
a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi tersier;
b. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang
menjadi tanggung jawabnya; dan

c. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan,


pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau
saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan
pendekatan partisipatif.
5. PERMEN PUPR NO. 12/PRT/M/2019 TENTANG
EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN IRIGASI

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan


bagi Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
melaksanakan eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pengelola irigasi
mampu melaksanakan kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi secara efektif dan
efisien.
Pasal 3
(1) Eksploitasi dan pemeliharaan sumber air dan
bangunan pengairan berupa:
a. operasi jaringan irigasi; dan
b. pemeliharaan jaringan irigasi.

(2) Operasi jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a, merupakan upaya pengaturan air irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan :
 membuka menutup pintu bangunan irigasi,
 menyusun rencana tata tanam,
 menyusun sistem golongan,
 menyusun rencana pembagian air,
 melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
 mengumpulkan data,
 memantau, dan mengevaluasi.
(3). Pemeliharaan jaringan irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi jaringan irigasi dan
mempertahankan kelestariannya.
(4). Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi mengacu pada:
1. pedoman penyelenggaraan operasi jaringan
irigasi; dan
2. pedoman pemeliharaan jaringan irigasi
sebagaimana tercantum dalam :
 Lampiran I dan
 Lampiran II Peraturan Menteri ini yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini
6. PERMEN PUPR NO. 14/PRT/M/2019 TENTANG
KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

Penetapan status daerah irigasi


dimaksudkan untuk menegaskan
daerah irigasi yang pengelolaannya
menjadi wewenang dan tanggung
jawab Pemerintah, pemerintah Provinsi
dan pemerintah Kabupaten/Kota
sebagai dasar melaksanakan kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan serta
Rehabilitasi jaringan irigasi
PASAL 2 (Maksud dan Tujuan)
(1) Maksud
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

(2) Tujuan
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi yang berfungsi untuk mendukung produktivitas
usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam
rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi.
PASAL 8
(1) Kriteria pembagian tanggung jawab pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi didasarkan pada:
a. keberadaan jaringan irigasi terhadap wilayah
administrasi; dan
b. strata luasan jaringan irigasi.

(2) Kriteria pembagian tanggungjawab pengembangan dan


pengelolaan sistem irigasi yang didasarkan pada
keberadaan jaringan irigasi terhadap wilayah administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. daerah irigasi strategis nasional berupa daerah irigasi


yang luasnya lebih dari 10.000 ha yang mempunyai
fungsi dan manfaat penting bagi pemenuhan;
PASAL 8 (lanjutan)
b. daerah irigasi lintas negara berupa daerah irigasi yang
mendapatkan air irigasi dari jaringan irigasi yang bangunan
dan saluran serta luasannya berada di lebih dari satu negara;
c. daerah irigasi lintas daerah provinsi berupa daerah irigasi yang
mendapatkan air irigasi dari jaringan irigasi yang bangunan
dan saluran serta luasannya berada di lebih dari satu wilayah
provinsi, tetapi masih dalam satu negara;
d. daerah irigasi lintas daerah kabupaten/kota berupa daerah
irigasi yang mendapatkan air irigasi dari jaringan irigasi yang
bangunan dan saluran serta luasannya berada di lebih dari
satu wilayah kabupaten/kota, tetapi masih dalam satu wilayah
provinsi; dan
e. daerah irigasi yang terletak utuh pada satu kabupaten/kota
berupa daerah irigasi yang mendapatkan air irigasi dari
jaringan irigasi yang seluruh bangunan dan saluran serta
luasannya berada dalam satu wilayah kabupaten/kota.
PASAL 8 (lanjutan)
(3) Kriteria pembagian tanggungjawab pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi yang didasarkan pada
keberadaan jaringan irigasi terhadap strata luasan
jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:

a. daerah irigasi yang luasnya lebih dari


3000 ha; keberadaan jaringan irigasi
terhadap wilayah administrasi; dan
b. daerah irigasi yang luasnya 1000 ha-3000
ha; dan
c. daerah irigasi yang luasnya kurang dari
1000 ha.
PASAL 9
(1) Pemerintah Pusat mempunyai wewenang dan
tanggungjawab melakukan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3000
ha, daerah irigasi lintas daerah provinsi, daerah
irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis
nasional.

(2) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


primer dan sekunder sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.
PASAL 10
(1)Pemerintah daerah provinsi
mempunyai wewenang dan tanggungjawab
melakukan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnnya 1000 ha-3000 ha,
dan daerah irigasi lintas daerah
kabupaten/kota.

(2) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


primer dan sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh gubernur.
PASAL 11
(1)Pemerintah daerah kabupaten/kota
mempunyai wewenang dan tanggunjawab
melakukan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah
irigasi yang luasnnya kurang dari 1000 ha dalam 1
(satu) daerah kabupaten/kota.

(2) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


primer dan sekunder sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh bupati/walikota.
PASAL 12
Daerah irigasi yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri ini berupa daerah irigasi yang sudah dibangun
oleh Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jenisnya
meliputi:

a. irigasi permukaan;
b. irigasi rawa;
c. irigasi air bawah tanah;
d. irigasi pompa; dan
e. irigasi tambak.
PASAL 14
(1) Status daerah irigasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat dilakukan perubahan
setelah 2 (dua) tahun ditetapkan.
(2) Perubahan status daerah irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa perubahan status daerah irigasi,
nama daerah irigasi, dan luasan daerah
irigasi.
(3) Perubahan status daerah irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan usulan tertulis dari
pemerintah daerah provinsi atau
pemerintah kabupaten/kota disertai dengan
data pendukung lainnya.
LUAS IRIGASI MENURUT PERMEN PUPR NO:14/2015
KEPMEN PU NO. 293/2014
9.136.028 HA

IRIGASI RAWA
7.302.998 HA 1.833.030 HA

IRIGASI PERMUKAAN IRIGASI AIR TANAH IRIGASI POMPA PASANG SURUT LEBAK TAMBAK
TOTAL LUAS KEPMEN
7.145.168 HA 113.600 HA 44.230 HA 1.286.394 HA 356.889 HA 189.747 HA PU NO. 293/2014

PEMBAGIAN
KEWENANGAN
HA % HA % HA % HA % HA % HA % HA %
PUSAT 2.376.521 33,26 - - 36.727 83,04 648.138 50,38 55.224 15,47 25.922 13,66 3.142.532 34,40

PROPINSI 1.105.474 15,47 - - 2.305 5,21 288.637 22,44 134.665 37,73 103.386 54,49 1.634.467 17,89

KABUPATEN / KOTA 3.663.173 51,27 113.600 100,00 5.198 11,75 349.619 27,18 167.000 46,79 60.439 31,85 4.359.029 47,71

9.136.028 100
REKAPITULASI LUASAN DAERAH IRIGASI NASIONAL

KEWENANGAN TOTAL
No. PROVINSI Pusat Provinsi Kabupaten/Kota (Pusat+Prov+Kab/Kota)
D.I. Ha D.I. Ha D.I. Ha D.I. Ha
1 ACEH 13 108,622 47 78,468 1,439 203,428 1,499 390,518
2 SUMATERA UTARA 17 104,822 90 113,845 2,040 284,748 2,147 503,415
3 RIAU 14 47,952 58 116,971 188 48,717 260 213,640
4 KEP. RIAU - - - - 8 1,726 8 1,726
5 SUMATERA BARAT 13 77,389 68 70,707 3,196 229,342 3,277 377,438
6 JAMBI 5 22,553 14 19,068 591 63,068 610 104,689
7 BENGKULU 6 33,649 13 16,283 775 61,063 794 110,995
8 SUMATERA SELATAN 29 331,626 55 91,050 815 106,097 899 528,773
9 KEP. BANGKA BELITUNG 7 23,341 10 15,494 51 7,251 68 46,086
10 LAMPUNG 18 228,657 20 23,623 1,199 131,303 1,237 383,583
11 BANTEN 5 62,209 22 30,856 1,392 120,865 1,419 213,930
12 JAWA BARAT 20 427,827 103 100,600 5,166 365,577 5,289 894,004
13 JAWA TENGAH 33 326,109 108 86,865 12,174 543,988 12,315 956,962
14 D.I. YOGYAKARTA 3 12,575 41 13,987 1,389 44,581 1,433 71,143
15 JAWA TIMUR 33 291,963 183 174,087 10,311 533,034 10,527 999,084
16 BALI 12 42,589 14 9,271 814 58,486 840 110,346
17 NUSA TENGGARA BARAT 16 70,874 35 58,105 925 109,547 976 238,526
18 NUSATENGGARA TIMUR 26 106,689 42 60,328 3,069 188,952 3,137 355,969
19 KALIMANTAN BARAT 17 68,483 48 62,636 1,130 142,725 1,195 273,844
20 KALIMANTAN TENGAH 20 147,782 22 35,753 499 174,328 541 357,863
21 KALIMANTAN SELATAN 23 102,598 40 57,003 932 199,989 995 359,590
22 KALIMANTAN TIMUR - - 22 35,060 387 84,462 409 119,521
23 KALIMANTAN UTARA 3 15,616 6 9,786 67 21,539 76 46,941
24 SULAWESI UTARA 4 20,602 12 18,302 472 46,304 488 85,208
25 GORONTALO 3 13,188 7 9,868 243 21,168 253 44,224
26 SULAWESI TENGAH 8 41,809 30 47,640 623 82,008 661 171,457
27 SULAWESI BARAT 1 12,585 23 36,614 592 38,440 616 87,639
28 SULAWESI TENGGARA 14 66,223 30 48,859 855 97,679 899 212,761
29 SULAWESI SELATAN 26 243,981 67 105,666 2,793 298,514 2,886 648,161
30 MALUKU 7 27,483 18 22,570 146 18,727 171 68,779
31 MALUKU UTARA 2 7,730 29 37,209 28 9,487 59 54,426
32 PAPUA BARAT 3 9,666 11 15,010 18 6,171 32 30,847
33 PAPUA 8 45,340 8 12,885 262 15,716 278 73,941
JUMLAH 409 3,142,532 1,296 1,634,467 54,589 4,359,028 56,294 9,136,028
7. PERMEN PUPR NO. 17/PRT/M/2019 TENTANG KOMISI
IRIGASI
 Latar belakang
Perlunya wadah koordinasi pengelolaan
irigasi untuk mewujudkan
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi (PPSI).
 Tujuan Komisi Irigasi
Mewujudkan lembaga koordinatif dlm
PPSI yg demokratis, transparan,
bertanggung jawab dan mengutamakan
petani.
PENGERTIAN

Komisi Irigasi adalah wadah


koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah, wakil
perkumpulan petani pemakai air
tingkat daerah irigasi dan wakil
pengguna jaringan irigasi lainnya
WILAYAH KERJA KOMISI IRIGASI

Komisi Irigasi Komisi Irigasi Komisi Irigasi


Provinsi Kabupaten/Kota Antarprovinsi
DI. 1000-3000 ha DI <1000 ha dan DI Lintas
atau DI lintas daerah irigasi desa provinsi baik yg
kab/kota sudah maupun
DI strategis nasional DI 1000-3000 ha yg belum di TP
dan DI > 3000 ha dlm kab/kota yg sdh kepada prov yg
lintas kab/kota di TP kan oleh Prov bersangkutan
baik sdh di-TP-kan ke Kab.
atau belum di-TP- DI strategis nasional
kan kepada prov. dan DI >3000 ha
utuh dlm kab/kota
yg sdh atau blm di-TP-
kan kepada Kab
ANGGOTA KOMISI IRIGASI

Keanggotaan Komir Komir Komir


provinsi kab/kota antarprovinsi
Wakil Provinsi Kab/kota Kab/kota
pemerintah terkait
Wkl P3A Tingkat DI Tingkat DI Tingkat DI
Wakil pengguna Kab/kota Kab/kota Pada Jar Irg
Jar Irg pada terkait lintas prov

Wakil komir Kab/Kota - Provinsi


terkait
ORGANISASI KOMISI IRIGASI
Pengurus Komisi Irigasi
 Ketua : Ketua Bappeda
 Ketua Harian : kepala dinas yg membidangi irigasi.
 Sekretaris : Subdin yg membidangi irigasi dan subdin/seksi
yang membidangi pemanfaatan air pd dinas
pertanian
 Ketua-ketua bidang (sesuai dgn jumlah bidang yang dibutuhkan)
 Bila perlu didampingi tenaga ahli

Sekretariat Komisi Irigasi


 Memfasilitasi & mendukung pelaksanaan tugas komisi irigasi,
menyelenggarakan administrasi kesekretariatan & administrasi
komisi irigasi
 Secara administratif berada di bawah instansi yg membidangi
irigasi
 Dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yg dibantu oleh
staf/pelaksana (PNS) dengan jumlah sesuai kebutuhan dan bekerja
secara penuh waktu (full time)
8. PERMEN PUPR NO. 23/PRT/M/2019 TENTANG
PENGELOLAAN ASET IRIGASI

ASET IRIGASI

Jaringan Irigasi Pendukung pengelolaan irigasi

SDM institusi

Fas.pendukung

42
Kegunaan Umum PAI
 Untuk mencapai strategi jangka panjang yang paling
efektif (ditinjau dari segi biaya) untuk mencapai tingkat
pelayanan tertentu
 Memberikan gambaran yang jelas kepada organisasi dan
user tentang implikasi finansial dari penyediaan
pelayanan pada tingkat tertentu

1. Mengidentifikasi data aset irigasi


2. Meningkatkan keandalan aset irigasi
3. Meningkatkan kepuasan pengguna air irigasi dan jaringan
irigasi
4. Mengefisienkan biaya OP
5. Meningkatkan kinerja (LoS=Level of service)
6. Meningkatkan kepatuhan pada SOP
Kegunaan bagi masyarakat petani
pemakai air
 Kesempatan berpartisipasi dalam bag. Pekerjaan
tertentu;
 Meningkatkan rasa memiliki;
 Kesempatan menyumbangkan pemikiran &
gagasan;
 Mendapatkan gambaran nyata kondisi lapangan
dg ikut serta penelusuran;
 Ikut melaksanakan desain partisipatif.
Kegunaan bagi KOMIR
 Mendapatkan bahan penyusunan & pelaksanaan
koordinasi perencanaan pengelolaan irigasi
partisipatif;
 Mendapatkan bahan utk merumuskan kebijakan
mempertahankan & meningkatkan kondisi dan
fungsi jaringan irigasi;
 Mendapatkan bahan utk rekomendasi prioritas
aolokasi Dana Pengelolaan Irigasi usulan P3A
Kegunaan bagi Instansi Daerah
 Mendapatkan bahan penyusunan renstra pengelolaan irigasi
pertisipatif dan pemberdayaan P3A;
 Memfasilitasi kegiatan pembinaan & pengembangan P3A pd
suatu DI;
 Untuk mendapatkan bahan guna penyusunan program kerja
pengelolaan irigasi partisipatif;
 Bahan pertimbangan guna menjaga dan meningkatkan
kondisi fisik dan fungsi j I;
 Bahan penetapan AKNPI / AKNOP
 Bahan pertimbangan guna peningkatan pelayanan
kebutuhan air bagi P3A;
 Bahan penetapan kerjasama pengelolaan irigasi di antara
instansi daerah yg terkait;
 Utk penyusunan & pelaksanaan kegiatan monitoring &
evaluasi kinerja pengelolaan irigasi partisipatif &
pemberdayaan P3a.
Kegiatan PAI menurut Permen PUPR No. 23 /PRT/M/2015

SIPAI
1.Inventarisasi 2.Perencanaan

5.Pemutakhiran D.I 3.Pelaksanaan


Data

4. Evaluasi

47
Inventarisasi aset jaringan irigasi dilakukan :
- Setelah aset irigasi selesai dikembangkan sebagian
atau seluruhnya
- Setahun sekali
- Penyusunan laporan inventarisasi aset irigasi pada
setiap akhir tahun

Inventarisasi aset irigasi pada pendukung


pengelolaan irigasi dilakukan :
- 5 tahun sekali pada setiap Daerah Irigasi

48
Perencanaan aset irigasi meliputi kegiatan :
- analisis data hasil inventarasi aset irigasi, dan
- Perumusan rencana tindak lanjut untuk
mengoptimalkan pemanfaatan aset irigasi

Penyusunan rencana pengelolaan aset


irigasi dilakukan :
- Secara terpadu,
- Transfaran, dan
- Akuntabel
Dengan melibatkan semua pemakai air
irigasi dan pengguna jaringan irigasi
49
Pelaksanaan PAI

Fisik Non Fisik

a. Mengamankan; a. Mengoperasikan jaringan irigasi;


b. Memelihara; b. Memperkuat kelembagaan;
c. Merehabilitasi; c. Menambah jumlah, dan/atau
d. Meningkatkan; meningkatkan kemampuan SDM;
e. Memperbaraui; d. Menyempurnakan sistem
f. Mengganti, dan pengelolaan irigasi, dan
g. Menghapus aset jaringan e. Mengganti, memperbaiki, dan/atau
irigasi mengamankan aset pendukung
pengelolaan irigasi

50
Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Aset
Irigasi
Dilakukan pada setiap akhir tahun untuk :
a. Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan PAI
b. Merumuskan masukan untuk PAI tahun
berikutnya
Gambaran tersebut pada huruf a antara lain :
- Berupa capaian tingkat layanan;
- Keterlambatan/hambatan pelaksanaan

mengkaji ulang kesesuaian antara rencana


dan pengelolaan aset irigasi  setiap akhir tahun

51
Pemutakhiran hasil inventarisasi aset
Irigasi, untuk :

a. Menjaga keakuratan data aset irigasi,


dan

b. Dilaksanakan pada setiap akhir tahun


dengan menggunakan hasil
inventarisasi tahun yg bersangkutan

52
Sistem Informasi PAI untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan Aset Irigasi

Untuk menyelenggarakan sistem informasi PAI


diperlukan komponen :
a. Unit pengelola data aset irigasi;
b. Perangkat keras antara lain :
- komputer,
- GPS
- kamera digital

Aplikasi  harus mampu menampung substansi yg


terkandung dalam Permen PUPR No:
23/PRT/M/2015
53
9. PERMEN PUPR NO. 8/PRT/M/2019 TENTANG
GARIS SEMPADAN IRIGASI
 Maksud :
Sebagai acuan bagi Pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
menyusun peraturan tentang penetapan garis sempadan
jaringan irigasi guna pengamanan jaringan irigasi.
 Tujuan :
Untuk memberikan arahan kepada Pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah desa, perseorangan, badan usaha
dan/atau badan sosial dalam menetapkan garis sempadan
jaringan irigasi dan tertib penatausahaan administrasi barang
milik negara/barang milik daerah, atau pemilik barang lainnya
guna menjaga kelangsungan fungsi jaringan irigasi.
Lingkup Penetapan Garis Sempadan
Jaringan Irigasi (GSJI)

 Untuk menjaga agar fungsi jaringan irigasi tidak


terganggu oleh aktivitas yang berkembang
disekitarnya.

 Berlaku untuk jaringan irigasi yang akan dibangun


maupun yang telah dibangun.

 Untuk jaringan irigasi yang dibangun oleh


pemerintah maupun jaringan irigasi yang dibangun
oleh pihak lain (Perseorangan, Badan Usaha, Badan
Sosial).
I
Garis Sempadan Saluran

AS
Irigasi (GSSI) :

IG
IR
AN
(K SJI) ING Garis Sempadan Saluran
Pembuang Irigasi (GSSPI);
(G JAR

tu)
N

esa
DA

Garis Sempadan Bangunan


PA

Irigasi (GSBI).
M
SE
S
RI
GA

Pasal 4 ayat (1)


PERTIMBANGAN PENETAPAN GSJI
(Minimal)

Ru • untuk mendukung pelaksanaan kegiatan O&P


an jaringan irigasi (JI)
g
Ge
ra
Ke
k • dengan memperhatikan daerah kawasan industri,
pa
dat perkotaan dan perdesaan dan rencana rinci tata
an ruang yang disesuaikan dgn peraturan
Pe perundangan
nd
Re
ud
nc
uk
an • perkebangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
a dan atau perubahan wilayah/lingkungan yang
Pe
ng mengakibatkan berubahnya dimensi Jar. Irigasi.
em
&
Pe Pasal 4 ayat (2)
GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI (Kedua )

Yang perlu diperhatikan dlm penetapkan jarak


garis sempadan saluran irigasi (GSSI) : 

 Ketinggian tanggul,
 Kedalaman saluran, dan atau
 Penggunaan tanggul.

Pasal 5 ayat (1)


Sempadan Sempadan
≥H ≥H

Jalan Inspeksi

Kedalaman
Saluran = H
Sisi Terluar Sisi Terluar
Jaringan Jaringan
Irigasi Irigasi
Ruang Jaringan Irigasi

Ruang Sempadan Jaringan Irigasi

Gambar 1 Sempadan Saluran Irigasi Tak Bertanggul


Tinggi Tanggul Tinggi Tanggul
= T1 = T2
Jalan Inspeksi

Sempadan
≥ T1

Sempadan
≥ T2

Gambar 2 Sempadan Saluran Irigasi Bertanggul


Sempadan
≥H

Kedalaman Galian = H

Tinggi Tanggul = T
Jalan Inspeksi

Sempadan
≥T

Gambar 3 Sempadan Saluran Irigasi di Lereng


Jalan Inspeksi
Pelebaran Pelebaran 4 m (Bebas)

Jalan Inspeksi
Semula

Perkuatan Tanggul
Perkuatan Saluran

Gambar 4 Perubahan Fungsi Jalan Inspeksi


12. PERMEN PUPR NO. 21/PRT/M/2019 TENTANG
E&P IRIGASI TAMBAK
Permen PUPR ini mengatur Penyelenggaraan kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Rawa Tambak.

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan


bagi Pemerintah Pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam menyusun manual eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi tambak.

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin


terselenggaranya eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi tambak secara efisien dan efektif.
Ruang lingkup pedoman ini meliputi:
1. operasi jaringan irigasi tambak;
2. pemeliharaan jaringan irigasi tambak;
3. partisipasi masyarakat;
4. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
tambak;
5. kelembagaan dan organisasi pelaksana
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
tambak; dan
6. pembiayaan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi tambak
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai