Peraturan Perundang - Undangan Dalam Pengelolaan Irigasi: Bimbingan Teknis Pelatih Untuk Tingkat Balai Wilayah Sungai
Peraturan Perundang - Undangan Dalam Pengelolaan Irigasi: Bimbingan Teknis Pelatih Untuk Tingkat Balai Wilayah Sungai
UNDANGAN DALAM
PENGELOLAAN IRIGASI
Disampaikan pada acara :
Pemberian Air
Sal.Seku
Sa
l.T
Pemberian Air
er
3. Pasal 28. Pendayagunaan Sumber Daya
s ie
Air:
r
5 Pilar Irigasi:
Bangunan Sadap
- Ketersediaan Ayat (2) Dalam hal masih terdapat
ketersediaan Sumber Daya Air yang
Air
Sa
Prinsip PPSI
UU NO.UU
17SDA
TAHUN 2019
BARU UU NO. 11 UU No. 23
Tentang SDA TAHUN 1974 TAHUN 2014
PP NO.23
Sebagai turunanya
PP dan Permen PUPR TAHUN 1982
(Proses Penyiapan)
INPRES NO.2
TAHUN 1984
Pasal 11
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (l) berwenang:
f. menetapkan status daerah irigasi
Pasal 13
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 bertugas:
h. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai
satu kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah provinsi;
Pasal 15
Dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 bertugas:
d. mengembangkan dan mengelola sistem irigasi sebagai
satu kesatuan sistem pada daerah irigasi yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
Ilustrasi Singel Management
Penyediaan Air
Pembagian Air
Intake
u nd e r
Sal.Primer Sal.Sek Penggunaan Air
Bangunan Bagi Sadap
Bang. Bagi
r
ersie
Sal.S
e ku n d Sal.T
Pembagian Air er
nder Bangunan Sadap
Pemberian Air
Sal.Seku
Bangunan Sadap
Sa
l.T
Pemberian Air
e rs
ie r
Bangunan Sadap
Sa
l.T
e
ng
rs
embua
ie r
Penggunaan Air S a l . P
Pengertian
11
2. PERATURAN PEMERINTAH NO.23 TAHUN 1982
TENTANG IRIGASI
Mengatur tentang Penyelenggaran Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi dengan muatan antara lain :
1. Wewenang Pengurusan Air Irigasi dan Jaringan Irigasi
2. Penyediaan air irigasi
3. Pembagian dan pemberian air irigasi
4. Penggunaan air irigasi
5. Air irigasi dan jaringan irigasi untuk keperluan lain
6. Drainase
7. Pembangunan jaringan irigasi
8. Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
9. Pembiayaan
10.Tata laksana pengurusan irigasi
11.Pengawasan
12.Ketentuan pidana
13.Lain-lain
3. INPRES NO. 2 TAHUN 1984 TENTANG
PEMBINAAN P3A
MENGINSTRUKSIKAN:
Kepada:
1. Menteri Dalam Negeri;
2. Menteri Pekerjaan Umum;
3. Menteri Pertanian.
Untuk:
PERTAMA:
Menteri Dalam Negeri memberi petunjuk-petunjuk kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam usaha untuk
membina dan mendorong terbentuknya Perkumpulan
Petani Pemakai Air di Daerah masing-masing.
KETIGA:
Menteri Pertanian melakukan pembinaan dalam pemanfaatan air
secara adil dan tepat dan di tingkat petak kwarter dengan
memperhatikan faktor tersedianya air sesuai dengan kebutuhan
usaha tani dan aspirasi masyarakat setempat.
KEEMPAT:
Pelaksanaan pembinaan terhadap Perkumpulan Petani Pemakai
Air dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagaimana tercantum pada Lampiran Instruksi Presiden ini
sebagai Pedoman Pelaksanaannya.
KELIMA:
Ketentuan-ketentuan mengenai perkumpulan petani pemakai air
yang sudah ada sebelumnya, disesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini.
4. PERMEN PUPR NO. 30/PRT/M/2015 TENTANG
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Mengatur tentang prinsip dan Partisipasi P3A/GP3A/IP3A
dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
(BAB I)
Pasal 2
(1)Peraturan Menteri ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, pemerintah desa,
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dan
pengguna jaringan irigasi lain dalam
melaksanakan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.
(2) Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan
Menteri ini meliputi :
prinsip pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi,
wewenang dan tanggung jawab,
koordinasi pengelolaan sistem irigasi,
pemberdayaan, partisipasi masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi, syarat dan tata laksana
partisipasi,
serta pemantauan dan evaluasi dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
Pasal 3
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang bertujuan
untuk mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
bertanggung jawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder.
Pasal 4
Pengembangan dan pengelolaan sistem diselenggarakan secara
partisipatif, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup, transparan,
akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan peran masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
Partisipasi masyarakat petani dapat disalurkan melalui perkumpulan petani
pemakai air di wilayah kerjanya.
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dilaksanakan untuk
meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, serta meningkatkan
kemampuan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dlm rangka mewujudkan
efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan sistem irigasi.
Pasal 5
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan
oleh badan usaha, badan sosial, atau perseorangan
diselenggarakan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat di
sekitarnya dan mendorong peran serta masyarakat petani.
Pasal 6
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan
antara air hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
Pasal 8
Penyuluhan dan penyebar luasan teknologi bidang irigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e,
dilakukan sesuai dgn pedoman yg ditetapkan Menteri
Pasal 9
(1)Dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
dilakukan pada sistem irigasi tersier, P3A mempunyai
hak dan tanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi tersier.
(2) Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi meliputi:
a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi tersier;
b. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang
menjadi tanggung jawabnya; dan
Pasal 2
(2) Tujuan
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin
terselenggaranya pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi yang berfungsi untuk mendukung produktivitas
usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam
rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi.
PASAL 8
(1) Kriteria pembagian tanggung jawab pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi didasarkan pada:
a. keberadaan jaringan irigasi terhadap wilayah
administrasi; dan
b. strata luasan jaringan irigasi.
a. irigasi permukaan;
b. irigasi rawa;
c. irigasi air bawah tanah;
d. irigasi pompa; dan
e. irigasi tambak.
PASAL 14
(1) Status daerah irigasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat dilakukan perubahan
setelah 2 (dua) tahun ditetapkan.
(2) Perubahan status daerah irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa perubahan status daerah irigasi,
nama daerah irigasi, dan luasan daerah
irigasi.
(3) Perubahan status daerah irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan usulan tertulis dari
pemerintah daerah provinsi atau
pemerintah kabupaten/kota disertai dengan
data pendukung lainnya.
LUAS IRIGASI MENURUT PERMEN PUPR NO:14/2015
KEPMEN PU NO. 293/2014
9.136.028 HA
IRIGASI RAWA
7.302.998 HA 1.833.030 HA
IRIGASI PERMUKAAN IRIGASI AIR TANAH IRIGASI POMPA PASANG SURUT LEBAK TAMBAK
TOTAL LUAS KEPMEN
7.145.168 HA 113.600 HA 44.230 HA 1.286.394 HA 356.889 HA 189.747 HA PU NO. 293/2014
PEMBAGIAN
KEWENANGAN
HA % HA % HA % HA % HA % HA % HA %
PUSAT 2.376.521 33,26 - - 36.727 83,04 648.138 50,38 55.224 15,47 25.922 13,66 3.142.532 34,40
PROPINSI 1.105.474 15,47 - - 2.305 5,21 288.637 22,44 134.665 37,73 103.386 54,49 1.634.467 17,89
KABUPATEN / KOTA 3.663.173 51,27 113.600 100,00 5.198 11,75 349.619 27,18 167.000 46,79 60.439 31,85 4.359.029 47,71
9.136.028 100
REKAPITULASI LUASAN DAERAH IRIGASI NASIONAL
KEWENANGAN TOTAL
No. PROVINSI Pusat Provinsi Kabupaten/Kota (Pusat+Prov+Kab/Kota)
D.I. Ha D.I. Ha D.I. Ha D.I. Ha
1 ACEH 13 108,622 47 78,468 1,439 203,428 1,499 390,518
2 SUMATERA UTARA 17 104,822 90 113,845 2,040 284,748 2,147 503,415
3 RIAU 14 47,952 58 116,971 188 48,717 260 213,640
4 KEP. RIAU - - - - 8 1,726 8 1,726
5 SUMATERA BARAT 13 77,389 68 70,707 3,196 229,342 3,277 377,438
6 JAMBI 5 22,553 14 19,068 591 63,068 610 104,689
7 BENGKULU 6 33,649 13 16,283 775 61,063 794 110,995
8 SUMATERA SELATAN 29 331,626 55 91,050 815 106,097 899 528,773
9 KEP. BANGKA BELITUNG 7 23,341 10 15,494 51 7,251 68 46,086
10 LAMPUNG 18 228,657 20 23,623 1,199 131,303 1,237 383,583
11 BANTEN 5 62,209 22 30,856 1,392 120,865 1,419 213,930
12 JAWA BARAT 20 427,827 103 100,600 5,166 365,577 5,289 894,004
13 JAWA TENGAH 33 326,109 108 86,865 12,174 543,988 12,315 956,962
14 D.I. YOGYAKARTA 3 12,575 41 13,987 1,389 44,581 1,433 71,143
15 JAWA TIMUR 33 291,963 183 174,087 10,311 533,034 10,527 999,084
16 BALI 12 42,589 14 9,271 814 58,486 840 110,346
17 NUSA TENGGARA BARAT 16 70,874 35 58,105 925 109,547 976 238,526
18 NUSATENGGARA TIMUR 26 106,689 42 60,328 3,069 188,952 3,137 355,969
19 KALIMANTAN BARAT 17 68,483 48 62,636 1,130 142,725 1,195 273,844
20 KALIMANTAN TENGAH 20 147,782 22 35,753 499 174,328 541 357,863
21 KALIMANTAN SELATAN 23 102,598 40 57,003 932 199,989 995 359,590
22 KALIMANTAN TIMUR - - 22 35,060 387 84,462 409 119,521
23 KALIMANTAN UTARA 3 15,616 6 9,786 67 21,539 76 46,941
24 SULAWESI UTARA 4 20,602 12 18,302 472 46,304 488 85,208
25 GORONTALO 3 13,188 7 9,868 243 21,168 253 44,224
26 SULAWESI TENGAH 8 41,809 30 47,640 623 82,008 661 171,457
27 SULAWESI BARAT 1 12,585 23 36,614 592 38,440 616 87,639
28 SULAWESI TENGGARA 14 66,223 30 48,859 855 97,679 899 212,761
29 SULAWESI SELATAN 26 243,981 67 105,666 2,793 298,514 2,886 648,161
30 MALUKU 7 27,483 18 22,570 146 18,727 171 68,779
31 MALUKU UTARA 2 7,730 29 37,209 28 9,487 59 54,426
32 PAPUA BARAT 3 9,666 11 15,010 18 6,171 32 30,847
33 PAPUA 8 45,340 8 12,885 262 15,716 278 73,941
JUMLAH 409 3,142,532 1,296 1,634,467 54,589 4,359,028 56,294 9,136,028
7. PERMEN PUPR NO. 17/PRT/M/2019 TENTANG KOMISI
IRIGASI
Latar belakang
Perlunya wadah koordinasi pengelolaan
irigasi untuk mewujudkan
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi (PPSI).
Tujuan Komisi Irigasi
Mewujudkan lembaga koordinatif dlm
PPSI yg demokratis, transparan,
bertanggung jawab dan mengutamakan
petani.
PENGERTIAN
ASET IRIGASI
SDM institusi
Fas.pendukung
42
Kegunaan Umum PAI
Untuk mencapai strategi jangka panjang yang paling
efektif (ditinjau dari segi biaya) untuk mencapai tingkat
pelayanan tertentu
Memberikan gambaran yang jelas kepada organisasi dan
user tentang implikasi finansial dari penyediaan
pelayanan pada tingkat tertentu
SIPAI
1.Inventarisasi 2.Perencanaan
4. Evaluasi
47
Inventarisasi aset jaringan irigasi dilakukan :
- Setelah aset irigasi selesai dikembangkan sebagian
atau seluruhnya
- Setahun sekali
- Penyusunan laporan inventarisasi aset irigasi pada
setiap akhir tahun
48
Perencanaan aset irigasi meliputi kegiatan :
- analisis data hasil inventarasi aset irigasi, dan
- Perumusan rencana tindak lanjut untuk
mengoptimalkan pemanfaatan aset irigasi
50
Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Aset
Irigasi
Dilakukan pada setiap akhir tahun untuk :
a. Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan PAI
b. Merumuskan masukan untuk PAI tahun
berikutnya
Gambaran tersebut pada huruf a antara lain :
- Berupa capaian tingkat layanan;
- Keterlambatan/hambatan pelaksanaan
51
Pemutakhiran hasil inventarisasi aset
Irigasi, untuk :
52
Sistem Informasi PAI untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan Aset Irigasi
AS
Irigasi (GSSI) :
IG
IR
AN
(K SJI) ING Garis Sempadan Saluran
Pembuang Irigasi (GSSPI);
(G JAR
tu)
N
esa
DA
Irigasi (GSBI).
M
SE
S
RI
GA
Ketinggian tanggul,
Kedalaman saluran, dan atau
Penggunaan tanggul.
Jalan Inspeksi
Kedalaman
Saluran = H
Sisi Terluar Sisi Terluar
Jaringan Jaringan
Irigasi Irigasi
Ruang Jaringan Irigasi
Sempadan
≥ T1
Sempadan
≥ T2
Kedalaman Galian = H
Tinggi Tanggul = T
Jalan Inspeksi
Sempadan
≥T
Jalan Inspeksi
Semula
Perkuatan Tanggul
Perkuatan Saluran