UUD 1945
PPKN XIF SAINS 1 KELOMPOK 1
PERIODISASI PEMBERLAKUAN UUD 1945
Pada Sidang Konstituante 1959, banyak kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru. Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit
atau sebuah keputusan (ketetapan) presiden yang berisi memberlakukan kembali
Undang-Undang Dasar tahun 1945.
Latar belakang dikeluarkannya dekrit ini adalah kegagalan dari Banda Konstituante
dalam menetapkan UUD baru sebagai pengganti dari UUD Sementara atau UUDS
pada tahun 1950. Satu dari beberapa alasan mengapa Undang-Undang Dasar
(UUDS) 1950 perlu diganti adalah karena sering terjadi pergantian kabinet
pemerintah yang menyebabkan ketidakstabilan dalam politik.
Pada tanggal 10 November 1956, anggota konstituante mulai berkumpul untuk
menetapkan UUDS baru, namun dua tahun berselang, tidak ada UUDS yang
berhasil ditetapkan sebagai pengganti.
PERIODISASI PEMBERLAKUAN UUD 1945
UUD TAHUN 1945 ( 5 Juli 1959 – Sekarang)
PENGERTIAN
PENGERTIAN
Amandemen adalah istilah yang digunakan untuk secara resmi mengubah dokumen untuk
perbaikan. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau penghapusan catatan yang ada
karena kesalahan atau inkonsistensi dengan persyaratan saat ini.
Amandemen UUD 1945 adalah perubahan atau penyempurnaan terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan hukum dasar tertulis dan
tertinggi di Indonesia. Amandemen dilakukan untuk merevisi bagian yang sudah ada dan
menyempurnakan isi dari bagian undang-undang tersebut.
TUJUAN
TUJUAN
Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
perkembangan zaman dan sesuai kebutuhan berbangsa dan bernegara.
Amandemen pertama dilakukan karena adanya desakan kuat selama masa ‘hiruk-pikuk’ dunia
perpolitikan dan krisis kepercayaan pada krisis moneter 1997.
Meledaknya keinginan masyarakat mewujudkan struktur dan sistem bernegara yang lebih
andal.
Sistem konstitusi masih bersifat sarat eksekutif atau executive heavy, yaitu kekuasaan yang
bertumbuk di pemerintahan/ kepala negara.
Kekuasaan terpusat pada presiden menyebabkan banyak pelanggaran hak asasi manusia.
LATAR BELAKANG
Masa jabatan presiden yang tidak terbatas memunculkan otoriterisme.Tidak ada check
and balances.
Pasal 14 ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi oleh presiden memperhatikan pertimbangan DPR.
Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain diatur dengan undang-undang.
Pasal 17 ayat 2 dan 3: Menteri diangkat oleh presiden dan membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
Pasal 20 ayat 1 - 4: DPR memegang kekuasaan membentuk rancangan undang-undang atau RUU untuk
disetujui bersama. Jika RUU tidak mendapat persetujuan bersama, maka tidak boleh diajukan lagi dalam
masa itu. Jika disetujui, maka presiden mengesahkan RUU menjadi UU.Pasal 21: Anggota DPR berhak
mengajukan usul rancangan undang-undang.
PERIODISASI PEMBERLAKUAN
UUD 1945
PPKN XIF SAINS 1
KELOMPOK 1