Proyeksi PDRB,
dan Financial Programming
Policy
Juni 2023
Bimbingan Teknis Penyusunan Kerangka Ekonomi Makro Daerah
PENGANTAR EKONOMI
MAKRO
PENGANTAR EKONOMI MAKRO (1/2)
Adanya ‘scarcity’ atau ‘kelangkaan’ akibat Disatu pihak keinginan masyarakat relatif tak terbatas
Penentuan Variabel • Ketersediaan data sangat penting karena tanpa data yang valid, estimasi menjadi tidak akan valid.
dan Data 2 • Data dalam ekonomi dapat berbentuk cross section, time series, dan Panel
• Penentuan model matematika penting untuk dipahami sebagai dasar dalam estimasi dan hipotesa
Persamaan Matematika 3 • Teori Konsumsi: C = a + b.Y
• Setiap parameter menunjukkan sebuah hubungan dari satu variabel terhadap variabel lain
Interpretasi & Analisis 7 • Hasil analisis perlu dikonfirmasi kesesuaiannya dengan teori
• Hasil analisis yang robust dan sesuai dengan teori dapat diformulasikan menjadi sebuah
Rekomendasi Kebijakan 8 kebijakan
Proses menghasilkan parameter sebuah model WAJIB mengikuti prosedur estimasi yang baku
Konsep Sederhana Melihat Hubungan antara Dua Variabel adalah Menggunakan Hubungan Elastisitas
Elastisitas adalah PERSENTASE perubahan dari sebuah variabel akibat PERUBAHAN 1% dari variabel
lain. Contoh: Hubungan Permintaan Barang (Hp)
• QHP = a - b*HargaHP
• Semakin tinggi harga HP, semakin sedikit HP yang diminta
• Semakin rendah harga HP, semakin banyak HP yang diminta
P
Rumus Elastisitas e = (40/20)*100% : (3/8)*100%
8 A = 200% / 37,5%
D
= 5,3%
=
B
-5,3%
5
*tanda (-) menunjukkan hubungan negatif antara
Intepretasi: Harga dan Kuantitas
20 60 Q Jika Harga HP meningkat 1%, maka Permintaan HP menurun 5,3% dan sebaliknya
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi
LEVEL ELASTISITAS
Pengambil Kebijakan Perlu MEMAHAMI DENGAN BAIK Level Hubungan dari Variabel
Potensial
menengah tanpa adanya kejutan (shock) dan jadi, dan jasa
tekanan inflasi.
PDB
DEFLATOR
PDB:
PDB Sisi Pengeluaran
Kontribusi thd
Pertumbuhan/Sumb Harga Konstan
er Pertumbuhan
2021 2022
Komponen (Miliar Rupiah)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.684.448 2.773.067 2.816.495 2.846.069 2.819.330 2.924.458 2.977.973 2.988.637
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 1.450.478 1.469.152 1.466.421 1.510.657 1.513.456 1.550.029 1.545.443 1.578.262
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 31.444 33.655 33.536 33.777 33.298 35.343 35.537 35.701
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 163.800 211.933 229.647 305.818 152.963 202.127 223.783 291.220
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 874.465 850.707 889.950 934.096 910.125 876.983 934.275 965.191
Perubahan Inventori 61.381 56.016 8.033 - 62.721 60.312 53.462 15.668 - 58.693
Ekspor Luar Negeri 561.769 601.235 635.920 659.108 641.634 699.820 759.369 757.494
Impor Luar Negeri 487.176 519.482 510.945 587.635 565.295 585.536 640.553 624.376
PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.684.448 2.773.067 2.816.495 2.846.069 2.819.330 2.924.458 2.977.973 2.988.637
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 1.450.478 1.469.152 1.466.421 1.510.657 1.513.456 1.550.029 1.545.443 1.578.262
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 31.444 33.655 33.536 33.777 33.298 35.343 35.537 35.701
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 163.800 211.933 229.647 305.818 152.963 202.127 223.783 291.220
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 874.465 850.707 889.950 934.096 910.125 876.983 934.275 965.191
Perubahan Inventori 61.381 56.016 8.033 - 62.721 60.312 53.462 15.668 - 58.693
Ekspor Luar Negeri 561.769 601.235 635.920 659.108 641.634 699.820 759.369 757.494
Impor Luar Negeri 487.176 519.482 510.945 587.635 565.295 585.536 640.553 624.376
Pertumbuhan QtoQ
PRODUK DOMESTIK BRUTO -2,4 -4,2 5,0 -0,4 -0,9 3,3 1,6 1,1 -0,9 3,7 1,8 0,4
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga -2,0 -6,5 4,7 0,5 -0,6 1,3 -0,2 3,0 0,2 2,4 -0,3 2,1
Pengeluaran Konsumsi LNPRT -2,2 -0,9 0,8 0,4 -3,9 7,0 -0,4 0,7 -1,4 6,1 0,5 0,5
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -44,0 22,6 16,5 27,3 -43,6 29,4 8,4 33,2 -50,0 32,1 10,7 30,1
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto -8,0 -9,7 8,4 4,2 -2,2 -2,7 4,6 5,0 -2,6 -3,6 6,5 3,3
Perubahan Inventori -291,0 30,6 -111,4 668,5 -206,4 -8,7 -85,7 -880,8 -196,2 -11,4 -70,7 -474,6
Ekspor Luar Negeri -5,6 -14,8 12,5 2,4 4,2 7,0 5,8 3,6 -2,7 9,1 8,5 -0,2
Impor Luar Negeri -13,9 -15,8 -0,1 13,7 9,9 6,6 -1,6 15,0 -3,8 3,6 9,4 -2,5
Dari sisi produksi, sektor dengan kontribusi terbesar, industri pengolahan, mengalami pertumbuhan. Sektor pertanian tumbuh positif
didorong oleh subsektor perkebunan; konstruksi tumbuh positif didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur strategis; sementara
sektor transportasi terkontraksi serta akomodasi dan mamin tumbuh melambat seiring dengan aktivitas pariwisata dan mobilitas yang belum
sepenuhnya pulih seperti masa pra-pandemi
0 0
60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99 02 05 08 11 14 17 20 70 73 76 79 82 85 88 91 94 97 00 03 06 09 12 15 18 21
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20
PERTANIAN
MANUFAKTUR
JASA-JASA
Chenery-Syrquin (1975)
60 50
50
40
40
30
30
20
20
10 10
0 0
60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99 02 05 08 11 14 17 20 94 96 98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Agr Man Ser Agr Man Ser
60 80
70
50
60
40
50
30 40
30
20
20
10
10
0 0
60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99 02 05 08 11 14 17 20 94 96 98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18 20
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Sumber: https://data.worldbank.org/country/
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi
TRANSFORMASI STRUKTURAL DI INDONESIA
Share of Agriculture in GDRP, 2017
SULAWESI BARAT
40
GORONTALO
30 LAMPUNG
ACEH JAMBI
Share of Agriculture in GDRP (%)
KEP. RIAU
0 DKI JAKARTA
KEP. RIAU
JAWA TENGAH
BANTEN
Share of Manufacturing in GDRP (%)
30
JAWA TIMUR
PAPUA BARAT
RIAU
20 KEP. BANGKA
SUMATERA BELITUNG
UTARA
LAMPUNG SUMATERA SELATAN KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI SELATAN
DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA
SULAWESI TENGAH
MALUKU UTARA
BENGKULU SULAWESI
BALI TENGGARA
MALUKU ACEH
NUSAGORONTALO
TENGGARA BARAT
PAPUA
NUSA TENGGARA TIMUR
0
DKI JAKARTA
BALI
DI YOGYAKARTA
60 MALUKU
Share of Services in GDRP (%)
20
KALIMANTAN TIMUR
RIAU
Share Pertanian terhadap PDRB, Share Industri terhadap PDRB, 2022 Share Jasa terhadap PDRB, 2022
2022 (Persen) (Persen) (Persen)
50.0 80
45.0 DKI JAKARTA
JABAR KEP. RIAU
45.0 BALI
SULBAR 40.0 70
Share Pertanian terhadap PDRB, 2022 Share Industri terhadap PDRB, 2022 Share Jasa terhadap PDRB, 2022
(Persen) (Persen) (Persen)
77.0 Mamuju Tengah 30.0 60.0
Pasangkayu
67.0 Mamasa
25.0 50.0
Majene
Share Pertanian terhadap PDRB (%), 2022
Mamasa
5.0 Mamuju 10.0
17.0 Majene
GDRP per capita (constant 2010, in thousand IDR), log GDRP per capita (constant 2010, in thousand IDR), log GDRP per capita (constant 2010, in thousand IDR), log
Sumber: BPS
10.0
3.6
Indeks Keyakinan
Q1
-25,2
Q2
27,1
Q3
-1,4
Q4
30,9
Q1
30,2
Q2
18,2
Q3
44,3
Q4
2,6
Q1
7,3
• Bagaimana proyeksi
Konsumen
Impor Barang Konsumsi
Penjualan Mobil
16,6
-21,0
31,5
758,7
54,9
110,7
50,1
62,3
11,7
41,0
5,0
2,4
-4,1
21,0
-13,9
11,6
2,7
7,1
konsumsi RT di Q1
Penjualan Motor
Credit Cons
-17,6
-1,1
268,6
2,0
32,5
3,0
64,8
4,7
-2,4
6,1
-14,9
7,0
4,1
9,2
24,1
9,4
44,5
9,2
2023?
Visitor Arrival
Farmer's Term of Trade
-86,7
0,0
-20,4
3,5
-21,5
3,8
-0,1
4,5
4,8
5,5
168,1
3,2
411,5
1,1
384,7
0,6
524,9
1,4
• Bagaimana proyeksi
Index
Indeks Penjualan Ritel -16,3 11,0 -2,4 10,4 12,4 5,2 5,2 1,8 1,6 investasi di Q1 2023?
Indikator Investasi
2021 2022 2023
YoY
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Kredit Investasi -4,3 -0,4 0,4 4,0 5,6 10,8 10,7 12,0 11,4
Kredit KMK -5,1 0,3 2,8 6,3 7,7 12,9 12,3 12,2 9,5
Kredit Properti 4,3 5,3 5,7 4,8 5,9 5,0 6,5 8,4 8,7
Impor Barang Modal 11,5 29,1 16,0 26,6 30,7 21,3 44,1 15,0 10,5
Impor Bahan Baku 9,9 57,8 53,6 56,4 33,4 27,7 34,2 1,3 -6,6
Konsumsi Semen Domestik 0,0 11,6 0,6 -0,6 7,9 -2,4 -4,7 -9,5 -9,2
Belanja Modal Pemerintah 186,2 45,2 32,7 2,7 -45,3 1,8 5,8 9,4 25,5
320
10.00 1,400
260
5.00
200 1,000
0.00 140
600
-5.00 80
20 200
-10.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2021 2022 2023
CCI BI -30,3 -27,1 -17,9 19,6 34,2 28,1 -7,0 -11,0 14,5 43,5 28,8 22,6 41,0 31,8 18,9 11,4 23,5 19,4 53,6 61,3 22,8 6,1 0,4 1,3 2,8 8,2 11,1 11,5
Import Cons. Goods -0,3 46,0 16,1 34,1 50,4 16,7 46,4 58,3 59,7 53,4 53,9 45,1 10,3 -3,0 25,7 4,2 7,8 3,3 1,3 -2,0 -11,2 10,1 -16,2 -27,4 1,1 13,4 -2,9 -17,7
Car Sales -34,2 -38,2 10,6 902,9 1.443,6 476,1 163,6 123,5 73,2 54,1 62,4 69,2 59,0 64,6 16,0 4,8 -9,3 8,5 29,4 16,4 18,9 23,3 4,4 9,0 12,0 7,4 2,7 -28,8
Motorcycle Sales -14,7 -30,8 -7,2 282,0 1.065,7 155,1 28,9 48,2 22,0 39,9 95,6 67,4 12,5 -2,6 -13,6 -7,1 -2,5 -30,9 -13,3 11,6 10,7 20,9 26,9 24,6 38,6 56,3 40,5 -19,4
Credit Cons -1,0 -1,2 -1,1 0,3 1,4 2,0 2,4 2,8 3,0 3,7 4,1 4,7 5,0 5,2 6,1 6,5 6,2 7,0 7,6 8,1 9,2 8,8 9,1 9,4 9,4 9,7 9,2 8,7
Visitors Arrival -90,2 -87,9 -75,3 -28,7 -13,8 -19,0 -18,3 -26,6 -19,4 -4,0 4,2 -0,3 -3,6 -0,6 18,4 104,0 138,9 257,1 370,1 426,7 440,3 364,6 336,5 447,1 503,3 567,3 512,1 276,3
Farmer's Term of
-0,9 -0,2 1,2 2,6 3,9 4,0 3,4 4,0 4,0 4,3 4,2 4,9 5,2 5,6 5,8 5,4 2,0 2,3 0,7 1,6 1,1 0,6 0,6 0,6 1,1 1,6 1,4 2,0
Trade Index
RSI -16,4 -18,1 -14,6 15,6 14,7 2,5 -2,9 -2,1 -2,2 6,5 10,8 13,8 15,2 12,9 9,3 8,5 2,9 4,1 6,2 4,9 4,6 3,7 1,3 0,7 -0,6 0,6 4,9 1,5
- Spare part &
-22,1 -21,0 -13,2 8,1 39,6 22,8 -13,5 -3,7 -10,1 -6,6 -3,3 -3,4 4,8 -5,3 6,2 1,6 -1,3 3,4 33,4 7,0 -0,1 -5,2 -9,5 -8,2 -10,8 -1,5 -9,5 -4,9
accessories
- Food Drinks and
-7,0 -9,8 -9,0 26,7 22,0 7,3 6,7 5,8 5,3 14,5 19,1 23,9 23,8 21,3 15,7 12,9 7,8 11,3 6,2 6,9 8,1 8,0 4,8 0,5 1,5 3,5 9,4 4,6
Tobaccos
- Fuels -17,1 -17,5 3,2 37,3 53,5 47,4 4,5 5,9 22,8 29,4 33,8 37,9 55,6 55,1 48,5 39,6 39,3 18,6 67,2 43,0 8,0 0,5 -5,7 -10,4 -11,3 -9,8 -12,5 -8,3
- Stationary and
-38,8 -39,7 -38,8 -31,1 -28,6 -31,8 -36,5 -32,4 -28,8 -18,9 -15,7 -16,2 -14,7 -15,5 -18,0 -8,8 -12,8 -26,5 -19,2 -20,8 -22,1 -20,7 -16,3 16,6 -4,1 -18,9 -18,4 -23,5
Communication
- HH Appliance -25,8 -27,4 -23,3 -10,8 -7,4 -5,7 -22,3 -20,3 -24,9 -20,3 -16,4 -24,0 -20,4 -22,8 -18,8 -21,0 -24,7 -27,7 -3,8 -9,0 -6,8 -14,8 -14,2 -10,2 -11,5 -6,8 -9,0 -2,9
- Cultural and
-53,0 -51,0 -41,9 -7,8 8,4 -4,5 -20,0 -16,3 -12,6 -12,0 -14,4 -11,9 -3,9 -0,2 -1,4 0,0 9,6 5,4 21,3 15,1 7,1 3,7 5,8 8,2 -0,7 -2,2 1,1 9,9
Recreational Goods
- Other Goods -44,5 -44,1 -17,1 48,2 43,1 25,1 -16,8 -16,6 -15,7 -7,8 -8,3 -5,1 -1,5 5,4 -6,2 2,8 -24,7 -8,4 34,6 28,1 18,0 14,0 8,1 3,5 -3,4 0,6 4,2 0,5
Investasi/PMTB -0,21 7,52 3,76 4,49 3,80 4,08 3,09 4,98 3,33 3,87 2,11
Ekspor 2,17 28,41 20,74 22,24 17,95 14,22 16,40 19,41 14,93 16,28 11,68
Impor
5,21 33,20 31,08 32,61 24,87 16,04 12,72 25,37 6,25 14,75 2,77
GDP -0,69 7,08 3,53 5,03 3,70 5,02 5,46 5,73 5,01 5,31 5,03
Pembentukan Model harus sesuai dengan Tujuan Penggunaannya dan Memperhatikan Frekuensi Waktu
Model Satelit:
IO, IRIO, CGE, GTAP Model Y
(Bappenas Policy Modelling DashboarD)
• Model Pot. Output
Kelompok 1:
Analisis Dampak • Model Sektoral
Oxford Economics • Model Konsumsi
(ie: Indonesia Province Impact Model) Q/Y
• Model Investasi
• Model Inflasi
• Model Nilai Tukar
SR - LR:
Q/Y
OXFORD ECONOMICS • OE Global Industry
Kelompok 2: Model
Model Proyeksi
SR: • Big Data
Nowcasting (nasional), SAPER Q • Dll
(regional)
15.0% wisman adalah sebesar (misal) 10%, maka pertumbuhan akmamin pada
10.0% tahun 2023 adalah sebesar 6%.
5.0%
• Dengan menggunakan asumsi koefisien yang dihasilkan, Pemerintah Daerah
0.0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 dapat membuat Dokumen Perencanaan dengan lebih baik.
Pertumbuhan Kunjungan Wisman Pertumbuhan Akmamin
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi
KERANGKA MODEL EKONOMI
Policy Simulation
Nowcasting Econ Growth
(Indicator based Model)
Oxford Economics - VAR-FAVAR
(Province Impact Model and Financial Programming and Policy - DFM
Indonesia Chart Pack) Quarterly, Annual
National, Province Oxford Economics
IO, IRIO, CGE Model: (Global Economic Model)
- Indoterm
- Provincial Economic Growth
GTAP MACROECONOMIC FRAMEWORK
- Model: SAPER
E3
- Static Artificial Intelligence
h
berbagai kementerian yaitu Bappenas, BKF
o
Kemenkeu, DKEM BI, SKK Migas, Kemenko
t
ekonomi.
n
• Pertemuan dilakukan untuk diskusi terhadap
realisasi ekonomi terkini serta prospek
o
ekonomi ke depan untuk menyamakan serta
c
menyepakati kerangka ekonomi makro yang
nantinya akan dituangkan dalam dokumen
perencanaan baik Rencana Kerja Pemerintah
maupun Nota Keuangan APBN.
Sumber: Gaikindo, AISI, BI, BPS, OJK, IHS Markit, ASI, Kemenkeu perbaikan dari periode yang sama di tahun sebelumnya
*)Data hingga bulan Februari 2023 perlambatan dari periode yang sama di tahun sebelumnya
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi 44
Hasil nowcasting untuk Q1-2023 berkisar antara 4,57 – 5,57 persen dengan median
NOWCASTING dan rata-rata masing-masing sebesar 5,09 dan 5,01 persen. Sementara secara FY
2023 hasil nowcasting pada kisaran 4,32 – 5,20 persen dengan median dan rata-rata
Q1 2023 masing-masing sebesar 4,73 dan 4,72 persen.
Oxford Market Consensus • Pola peningkatan didorong oleh tetap terjaganya Indeks Keyakinan Konsumen
Nowcasting
Economics Bloomberg (IKK) di tengah inflasi yang masih tinggi serta terus berlanjutnya peningkatan
4,70 – 5,20 4,57 – 5,57 jumlah kunjungan wisman yang menandakan proses pemulihan sektor wisata.
4,23
(5,00) (5,09)
Pertumbuhan Q1-2023 • Sementara pola penurunan proyeksi dipicu oleh perkembangan ekspor yang
(persen, yoy) melambat pada Februari 2023 dan bahkan terkontraksi pada Maret 2023. Selain
itu pola penurunan juga dipicu penurunan konsumsi semen pada triwulan I-2023.
Low High
6.5
6.0
CPI Tourist
Tourist Ekspor dan
Nilai Tukar Arrivals, IKK
5.57
Arrivals, IKK Impor
5.5
Tourist
Tourist Ekspor
Arrivals, IKK
5.0 Arrivals, IKK
PDB
4.57
Konsumsi
4.5 Semen
Jumlah
Penggunaan
Ekspor Jumlah
4.0 Ekspor dan Kartu Kredit
Konsumsi Penggunaan Ekspor
Impor
Konsumsi Semen Kartu Kredit
Semen
3.5
3.0
Jan-23 Feb-23 Mar-23 Apr-23
Sumber: Exercise Dit.PMAS, Oxford Economics, Bloomberg per 29 April 2023
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi 45
PENERAPAN TOOLS KERANGKA MODEL EKONOMI:
POLICY SIMULATION - DASHBOARD CGE BAPPENAS
Model I – O
X = (I – A) -1 F
TK Sektoral
3. Sektor PenyerapTenagakerja
Dapat juga memberikan shock untuk simulasi terkait dengan
dampak suatu kebijakan maupun dampak lain seperti bencana,
dan pandemi covid-19
ASUMSI:
Rp304,0T
Total Investasi untuk IKN 6,5%
Rata-rata Kenaikan nilai PDB ADHB dari 2016 – 2021
(digunakan sebagai discount rate)
Rp 208.6T* 5 Provinsi Selain Kalimantan Timur yang mengalami kenaikan output tert-
Total Peningkatan Permintaan Akhir Sektor inggi
(persen terhadap baseline)
Konstruksi di Kaltim akibat pembangunan
8.21
infrastruktur IKN
1,38%
11.61
1,61% 1,41%
7.05
4.94 4.17 3.95
Rule of Thumb!!! semakin terbatas ketersediaan dan kualitas informasi, gunakan metode proyeksi yang lebih sederhana
Pertumbuhan Kredit Konsumsi (yoy) 11,1 10,1 8,3 10,8 8,6 6,8 7,7 3,7 4,6 8,2 6,6 6,1 7,1 7,1 4,6 5,7
Pertumbuhan Simpanan Masyarakat (yoy) 10,8 10,5 10,5 5,7 -3,3 -0,8 17,7 14,7 21,1 16,4 2,8 701,9 11,6 7,6 -1,0 -86,0
Non Performing Loan (%Kredit) 1,1 1,1 1,2 1,0 1,2 1,0 0,9 0,8 1,0 1,0 0,6 0,9 1,1 1,2 1,4 1,3
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang 45,7 44,8 48,3 48,2 43,6 13,1 24,2 42,9 22,9 21,4 21,7 37,8 21,6 25,9 31,7 35,4
Inflasi (yoy) 0,9 1,3 1,0 1,2 2,6 2,9 2,7 2,1 3,4 3,7 3,5 3,8 3,4 3,8 5,6 5,2
1
Investasi
Pertumbuhan Kredit Investasi (yoy) 31,9 23,6 20,3 11,7 7,3 1,2 0,6 -4,8 -8,5 -5,1 -4,8 -0,6 2,1 7,1 5,0 8,6
Pertumbuhan Kredit Modal Kerja (yoy) 19,3 17,9 17,8 10,3 13,3 5,0 8,3 16,5 14,0 21,4 182,6 18,2 18,1 25,5 -51,0 8,4
Pertumbuhan Realisasi Pengadaan Semen (yoy) 6,0 -13,6 -22,6 -18,3 -8,7 -12,9 -12,5 -18,7 3,9 39,8 15,9 16,4 20,4 -14,4 -10,2 11,7 2
Sumber: BI, BPS, OJK, ASI, via CEIC (diolah)
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat
Komponen
2020
2020
2021
2021
2022
2022
2023 •1 Tingkat inflasi (yoy)
I II III IV I II III IV I II III IV I
cenderung tinggi
Konsumsi RT 4,1 -0,9 -0,6 -0,5 0,5 -0,1 3,4 1,8 2,5 1,9 3,4 4,0 3,5 3,5 3,6 3,2
hingga akhir 2022
Konsumsi LNPRT -6,9 -7,6 -4,3 -4,9 -5,9 8,6 3,3 1,1 2,4 3,8 -3,8 9,8 15,3 5,5 6,5 3,4
Konsumsi Pemerintah 1,0 -9,8 -4,1 -10,1 -6,7 0,4 14,7 -12,4 4,4 0,9 5,9 -4,1 11,9 -4,5 1,6 3,3
•2 Pertumbuhan realisasi
Investasi/PMTB 3,4 -11,3 -11,4 -13,6 -8,5 -7,4 10,8 9,6 17,6 7,4 3,5 -3,5 -1,4 1,0 -0,1 -1,1
pengadaan semen
Ekspor 0,2 -32,7 10,2 -25,2 -14,6 -10,7 26,4 16,7 -6,4 4,7 -55,9 -60,0 -4,5 -6,9 -32,4 49,2
(yoy) cenderung
Impor -4,9 -49,4 -99,4 -98,3 -67,6 -97,3 -89,3 144,1 506,9 -89,0 148,4 152,4 184,3 -1,4 93,1 -6,1
menurun pada
Net Ekspor antar daerah -13,9 -81,3 -4,8 -29,9 -36,5 -31,6 162,9 9,4 17,1 15,2 -75,0 -69,5 -17,3 -14,8 -34,4 83,0
pertengahan tahun
PDRB 4,9 -0,8 -5,1 -7,4 -2,3 -1,2 5,3 2,9 3,3 2,6 1,0 2,1 3,5 2,5 2,3 3,6
2022
Financial Program atau Adjustment Program adalah suatu Financial Programming adalah proses/langkah-
paket kebijakan yang komprehensif dan terukur dengan langkah untuk menyusun financial program
menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk mencapai secara sistematis.
tujuan tertentu.
Neraca Pendapatan Nasional Neraca Pemerintah Neraca Moneter terkait: Neraca Pembayaran terkait:
(PDB) terkait: (Fiskal/APBN) terkait: • Aset dan Kewajiban • Transaksi dengan luar
• Produksi dan penggunaan • Pendapatan moneter negeri
barang dan jasa • Belanja
• Pembiayaan
𝐺𝑁𝐷𝐼 𝐶𝐴𝐵
𝐺𝑁𝐷𝐼 =𝐶+𝑆
Pertanyaan utama: Apakah suatu negara merupakan
net saver atau net borrower?
• Net Saver: tabungan lebih tinggi dari investasi
(sehingga dapat meminjamkan dana ke luar
negara)
• Net Borrower: tabungan lebih rendah dari
investasi (sehingga membutuhkan pinjaman
Referensi: Balance of Payments Manual 6th Edition, IMF dana dari luar negara)
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi 58
FINANCIAL PROGRAMMING AND POLICIES (FPP):
SEKTOR FISKAL
Penerimaan & hibah (T)
- Penerimaan pajak
- Penerimaan nonpajak
Kendala anggaran
- Hibah
pemerintah:
Pengeluaran & pemberian pinjaman netto (G)
- Pengeluaran rutin T – G + Pembiayaan = 0
- Upah & gaji
- Barang & jasa
(Cg)
Implikasinya:
- Bunga utang LN & DN
- Subsidi & transfer Setiap kenaikan
- Pengeluaran modal (Ig) pengeluaran (G) harus
- Pemberian pinjaman netto diimbangi oleh kenaikan
Surplus (+) / defisit (-)
penerimaan (T) atau
Pembiayaan
kenaikan utang
- Utang LN netto
- Utang DN netto
- Perbankan (termasuk bank sentral)
- Nonbank
Keterkaitan antar sektor (Riil, Fiskal, Eksternal, dan Moneter) diperlukan untuk
membangun sebuah gambaran yang coherent dari sebuah perekonomian (macroeconomic
framework) yang dapat digunakan untuk:
• Analisis dalam proses penyusunan kebijakan
• Pembuatan skenario untuk menilai dampak makroekonomi dari sebuah “shock”
bagi perekonomian
Konsistensi data antar sektor diperlukan karena setiap data yang dikumpulkan oleh
setiap agen memiliki metode pengumpulan data, pencatatan (acrual basis atau cash
basis) dan konsep definisi yang berbeda
Keterkaitan antar ekonomi dapat dilihat dari
• Keterkaitan antar akun sebagai starting point untuk analisis
• Hubungan behavior yang menunjukkan faktor-faktor yang menentukan antar sektor
Cadangan Uang
Neraca Pendapatan Primer (Bersih)
Neraca Pendapatan Sekunder (Bersih) Currency
Pemerintah Cadangan Bank
Swasta
NERACA MODAL Perbankan (mata uang lokal, stocks)
NERACA FINANSIAL Aset Asing Bersih
Investasi Langsung
Modal Jangka Menengah/Panjang (Bersih) Cadangan Bank
Sektor Swasta (o/w banks) Aset Domestik Bersih:
Pemerintah Kredit ke sektor pemerintah bersih
Modal Jangka Pendek (Bersih) Kredit ke sektor non-pemerintah
Sektor Swasta (o/w banks) Lain-lain (bersih)
Pemerintah
Keseimbangan keseluruhan Kewajiban pada Otoritas
Cadangan (Perubahan Aset Asing Bersih) Moneter
Deposit Sektor Swasta
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi 63
KONSISTENSI DATA: BEHAVIORAL CONSISTENCY
• Tim yang melakukan proyeksi perlu membangun skenario agar proyeksi yang dihasilkan lebih feasible.
Konsistensi akun meningkatkan akurasi dan realibiltas sebuah skenario
• Skenario yang dibuat tidak kredibel jika terdapat angka yang ada pada setiap sektor yang berbeda,
misalnya angka pada sektor moneter dan sektor fiskal tidak saling terkait
• Seorang ekonom harus memahami kondisi perekonomian terkini dan harus dapat menilai arah
perekonomian berdasarkan trend dan kebijakan yang sedang diterapkan
𝒀 =𝑪+ 𝑰 + 𝑮+( 𝑿 − 𝑴 )
• Dalam membuat sebuah perencanaan, perencana perlu membuat scenario kebijakan
• Melakukan penilaian awal terhadap inflasi dan pertumbuhan PDRB dari sisi supply (Y) dan melakukan penilaian
awal atau analisis dari sisi demand (misalnya adalah hubungan antara impor dan pendapatan terhadap inflasi,
pertumbuhan PDRB riil, dan nilai tukar riil
Contoh:
• Perubahan pada pendapatan fiscal dapat mempengaruhi private consumption melalui pendapatan disposable
rumah tangga
• Ketika permintaan agregat berlebihan dan berisiko meningkatan inflasi, pemerintah perlu memotong
anggaran belanja dan meningkatkan penerimaan pajak. Namun, peningkatan pajak yang signifikan dapat
mengurangi pendapatan disposable rumah tangga*
* Nawawi dan Irawan, 2010 (Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik - Kedeputian Bidang Ekonomi 64
GAMBARAN KETERKAITAN ANTAR SEKTOR DI PROVINSI
(1/2)
Terdapat keterkaitan antar sektor-sektor
dalam ekonomi provinsi:
• Konsumsi pemerintah di sektor riil dan
di sektor fiskal
Konsumsi Pemerintah
• Dalam melakukan proyeksi, konsumsi
25000
pemerintah pembentuk PDRB di sektor riil
seharusnya sejalan dengan konsumsi
20000
pemerintah di sektor fiskal yang sudah
15000
mempertimbangkan belanja dan
pendapatan daerah
10000 • Pada grafik di samping, PDRB konsumsi
pemerintah di sektor riil maupun fiskal
5000 cenderung mengalami tren yang sama dengan
arah meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga,
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
walau masih ada gap, dapat dikatakan data yang
diproksi oleh indikator-indikator dalam FPP
Konsumsi Pemerintah Kolektif di Sektor Riil Konsumsi Pemerintah di Sektor Fiskal
sudah cukup mencerminkan keadaan nyata
perekonomian.
Ekspor Impor
350000 80000
300000 70000
60000
250000
50000
200000
40000
150000
30000
100000
20000
50000 10000
0 0
2017 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2021
Ekspor Barang Luar Negeri di Sektor Riil Impor Barang Luar Negeri di Sektor Riil
Ekspor Barang Luar Negeri di Sektor Eksternal Impor Barang Luar Negeri di Sektor Eksternal
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
ADHK (triliun Rp)
PDB 6864 7288 7727 8156 8565 8983 9435 9913 10426 10949 10723 11119 11710
Total PDRB 34 Provinsi 6864 7287 7736 8178 8604 9033 9499 9995 10538 11062 10838 11239 11840
Selisih (PDRB-PDB) 0,0 -0,7 8,7 21,3 38,8 50,7 64,2 82,3 111,9 112,9 114,5 120,4 129,4
Pertumbuhan (persen)
PDB 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,03 5,07 5,17 5,02 -2,07 3,69 5,32
Total PDRB 34 Provinsi 6,16 6,16 5,71 5,21 4,99 5,16 5,23 5,43 4,98 -2,03 3,71 5,34
Secara historis, dapat dilihat bahwa terdapat konsistensi dan arah yang sejalan antara pertumbuhan
ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi total 34 provinsi. Walaupun dapat dilihat bahwa secara
nilai ada selisih yang terus meningkat. BPS menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara jumlah
PDRB 34 Provinsi dan PDB Indonesia antara lain disebabkan oleh diskrepansi statistik
Pertumbuhan (Persen)
PDRB Prov Sulawesi Barat 10,73 9,25 6,93 8,86 7,31 6,01 6,39 6,26 5,56 -2,34 2,57 2,30
Total PDRB Kab/Kota 10,66 9,37 7,26 9,12 7,37 6,34 6,64 5,89 5,42 -1,93 2,58 2,30
Pada level yang lebih rendah yaitu antara Kabupaten/Kota dan Provinsi, selisih terlihat semakin membesar, namun secara umum, arah
pertumbuhan masih sama. Data pada tingkat kabupaten terbatas dan exercise hanya dapat dilakukan hingga sektor fiskal
Konsumsi Swasta
(Rumah Tangga Proyeksi Nilai Proyeksi Dapatkan nilai
dan LNPRT) PDRB ADHK Deflator PDRB ADHB