Anda di halaman 1dari 89

METODE PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

Andi Tenrisukki Tenriajeng – Civil Engineering


UG
A. PENDAHULUAN

I. DIFINISI :
Pelaksanaan pekerjaan meliputi semua kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam transformasi Gambar-
Gambar dan RKS-nya dalam suatu proses untuk
mewujudkan kedalam bentuk yang nyata berupa Fisik
Bangunan dilapangan atau lokasi.
 MPK = Metode Konstruksi

 MPK = Suatu proses perwujudan dari gambar

rencana menjadi wujud nyata suatu


konstruksi bangunan yang lazim dilaku-
kan secara bertahap.
 MPK = Salah satu faktor sumber daya pembangunan
pada pengelolaan pelaksanaan pekerjaan
dalam industri konstruksi.

II. BIDANG KONSTRUKSI :


A. TUJUAN :
Tujuan utama Manajemen Proyek ada 6
sasaran yaitu :
1. Progres dan penyelesaian proyek agar
sesuai dengan anggaran dan target waktu
pelaksanaannya.
.
2. Pelaksanaan yang efisien dan peningkatan kualitas.
3. Penyerahan kekuasaan / wewenang .
4. Keadaan pekerjaan yang aman dan
memuaskan
5. Penanganan hubungan kerja sedemikian
rupa sehingga tercipta suasana motivasi
6. Tercipta organisasi secara team.

B. INDUSTRI JASA KONSTRUKSI


Lingkup kerja jasa industri ada 2 bidang
industri yaitu :
- Bidang Industri Konstruksi :
Produk yang dihasilkan dipergunakan .
dimanfaatkan ditempat ia dibuat.
- Bidang Industri Manufacturing :
Produk dibuat disuatu tempat tertentu
(pabrik) dan kemudian diangkut/dibawa
ketempat dimana ia diperlukan/digunakan.

Lingkup kerja jasa konstruksi sangat beragam


secara garis besar meliputi :
 Bangunan Gedung : -Perkantoran. -Rumah Sakit
-Perhotelan. -Pabrik.
-Apartemen. -Work Shop.
-Plaza /Mal. - Dll.

 Prasarana dan Transportasi : -Jalan.


 -Jembatan.
-Landasan Terbang.
-Dermaga. -Dll.

 Pengairan : - Saluran Irigasi.


- Bendungan.

 Berbagai Bangunan Fisik Lainnya.


C. LINGKUP KEGIATAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN SUATU PROYEK TERDIRI :

- TAHAP PERTAMA :
Preliminary Engineering Studies, untuk merumus-
kan Studi Kelayakan dan Scop Proyek yang dapat diukur
terhadap kebutuhan umum atau keuntungan-keuntungan
tertentu.

-TAHAP KEDUA :
Engineering Design, mempersiapkan Gambar-
Gambar Rencana dan Rencana Kerja dan Syaratnya .


-TAHAP KETIGA :
Construction, Permulaan pelaksanaan dan
kelanjutan sampai selesainya pelaksanaan
pekerjaan konstruksi bangunan itu.

D. DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI ADA 3


BIDANG KONSTRUKSI :

1. BUILDING CONSTRUCTION
Pelaksanaan pekerjaan Gedung dan perumahan

2. INDUSTRIAL PROJECT
Pelaksanaan pekerjaan Pabrik dan Plant-
Equipment.
3. CIVIL ENGINEERING WORKS
Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan Teknik Sipil
seperti Jalan, Jembatan, Bendungan, Pelabuhan,
Reklamasi, Irigasi dan lain sebagainya.

E.SUMBER DAYA PEMBANGUNAN KONSTRUKSI


:
Komponen sumber daya pembangunan dalam
industri konstruksi / proyek konstruksi ada 5
komponen (5 M) yaitu :
1. Tenaga kerja (Man)
2. Bahan/Material (Materials)
3. Peralatan (Mechines)
4. Metode/Pengelolaan (Methods)
5. Dana/Uang (Moneys)

 DALAM BAHASA EKONOMI SUMBER


DAYA/FAKTOR TERDIRI :
1. Tenaga Kerja (Man)
2. Bahan/Material (Materials)
3. Peralatan (Mechines)
Disebut : FAKTOR PRODUKSI
(PRODUCTION FACTOR)
 DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI SUMBER
DAYA/
FAKTOR TERDIRI :
1. Tenaga Kerja (Man)
2. Bahan/Material (Materials)
3. Peralatan (Mechines)
4. Metode/Sistim (Methods)
5. Dana/Uang (Moneys)
DISEBUT : SUMBER DAYA (RESOURCES)
 METODE KONSTRUKSI
(Construction Methods)
 Merupakan salah satu komponen sumber daya
dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan
konstruksi.

 Merupakan alat/sistim transformasi dari gambar-


gambar rencana dan RKSnya menjadi wujud fisik
bangunan.

 Merupakan salah satu faktor yang penting dalam


pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan
dalam Manajemen Proyek.
III. JENIS PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM
PEKERJAAN KONSTRUKSI
A.GOLONGAN PEKERJAAN INDUSTRI
KONSTRUKSI

MENURUT JENIS PELAKSANAAN PEKERJAAN


DAPAT DIBAGI DALAM 3 GOLONGAN YAITU :

1. TYPICAL CONSTRUCTION WORKS


Yaitu pekerjaan-pekerjaan yang lazimnya
terdapat pada setiap pekerjaan konstruksi
(Construction Works).
2. HEAVY CONSTRUCTION WORKS
Yaitu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
yang mempergunakan banyak Alat-Alat
Berat.

3. MARINE WORKS
Yaitu pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan diatas dan atau dibawah
permukaan air, terutama proyek-proyek
pelabuhan.
B. KATAGORI PEKERJAAN-PEKERJAAN
YANG TERDAPAT DALAM GOLONGAN
YAITU :
1. Typical Construction Works :
- Sumur Kerja (Bouwfort)
- Ruang Kerja Sub-Structure(Basement)
- Galian Pondasi
- Pondasi-Pondasi
- Cofferdams
- Dan lain-lain.
2. Heavy Construction Works :
- Jalan dan Jembatan
- Gedung-Gedung
- Land Clearing
- Pabrik-Pabrik
- Irigasi dan Bendungan
- Lapangan Terbang
- Dan lain-lain.
3. MARINE WORKS :
- Pelabuhan
- Pengerukan
- Reklamasi Pantai
- Bendungan Penahan Gelombang
- Dan lain-lain.
IV. PENGENALAN DAN PERKEMBANGAN
METODE KONSTRUKSI

A. PENGENALAN METODE KONSTRUKSI


 Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu
proyek konstruksi. Umumnya aplikasi teknologi
ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanaan pekerjaan konstrukski.
 Penggunaan metode yang tepat, praktis dan
aman sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan proyek konstruksi.
sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

 Penerapan metode pelaksanaan konstruksi


yang sesuai kondisi lapangan akan sangat
membantu dalam penyelesaian proyek
konstruksi bersangkutan.

 Penerapan metode pelaksanaan konstruksi


selain terkait erat sekali dengan kondisi
lapangan, juga tergantung jenis pekerjaan.
 Didalam menetapkan sesuatu metode
pelaksanaan konstruksi terlebih dulu perlu
dikuasai pengetahuan tentang Metode-
Metode Dasar bagi pelaksanaan suatu
konstruksi.

 Dengan mempergunakan dasar-dasar teknik


dan anlisa didalam kegiatan-kegiatan
konstruksi akan didapat suatu metode
pelaksanaan yang tepat dengan sasaran
peningkatan kualitas dan biaya yang rendah.
 Sedangkan untuk memperoleh suatu metode
pelaksanaan konstruksi yang efisien dan
efektip serta competitive perlu dimiliki
perkembangan dalam bidang teknologi dari
bidang konstruksi.

Jadi kesimpulan disini bahwa setiap konstruksi


harus terlebih dulu dibuat suatu perencanaan
pelaksanaan konstruksi yang pada garis besarnya
terdiri :
 METODE PELAKSANAAN
KONSTRUKSI TERMASUK SELEKSI
PERALATAN.

 SKEDUL KONSTRUKSI.

 PERSYARATAN TERHADAP SUMBER


DAYA.

 JOB LAY-OUT LOKASI PEKERJAAN.


B. PERKEMBANGAN METODE
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
 Sejalan dengan perkembangan akan teknologi
dan ilmu pengetahuan di negara berkembang,
semakin dirasakan bahwa teknik-teknik
konstruksi semakin kompleks serta kesulitan
dalam me-menage jenis-jenis pekerjaan yang
semakin kompleks untuk memenuhi tuntutan-
tuntutan struktural maupun teknis
pelaksanaannya.
 Dengan perkembangan pada saat ini, dimana
kegiatan-kegiatan pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi terpecah (terbagi-bagi)
dalam berbagai spesialisasi dan fungsi
keteknikan termasuk didalamnya antara lain
dalam aspek : STRUKTUR, ARSITEKTUR,
MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN INTERIOR
yang pembangunannya diikut sertakan
KONTRAKTOR KHUSUS /SUB-KONTRAKTOR,
KONTRAKTOR UTAMA BERGERAK SEBAGAI
KOORDINATOR / SUPERVISI seluruh kegiatan.
 Perkembangan metode pelaksanaan
konstruksi yang ada di Barat tidak begitu saja
dapat diterapkan di Indonesia, hal ini disebab
kan karena kondisi di Indonesia mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu.

 Maka untuk memilih suatu sistim yang paling


tepat, masih diperlukan studi yang lebih men-
dalam disertai dengan perbandingan dalam
banyak hal disesuaikan kondisi di Indonesia.
 Seorang Pelaksana Fisik (Kontraktor) yang
tidak memiliki informasi-informasi dan
pengetahuan terbaru perihal teknologi
konstruksi dan metode-metode terbaru akan
mengalami bahwa competitor-competitor
nya dapat underbidding terhadap-terhadap
nya.
 Merupakan tantangan bagi para teknisi di
Indonesia untuk mengikuti kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai dinegara-
negara yang telah lebih dulu berkembang.

Dari hal tersebut diatas telah menunjukan bahwa


pada dasarnya perkembangan-perkembangan
metode baru pada dewasa ini dapat diterima
dengan baik, bahkan makin terasa kebutuhan
sejalan dengan perencanaan proyek-proyek besar.
V. GAMBARAN UMUM PROSES KONSTRUKSI
A. LINGKUP KEGIATAN PROSES KONSTRUKSI
Rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam proses konstruksi (pembangunan)
yang lebih populer diistilahkan dalam
Manajemen Proyek dengan sebutan

“ S I D C O M “ yang terdiri dari :

> SI = SURVEY AND INVESTIGATION


Yang merupakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan
dilapangan berupa kegiatan :
- SURVEY
- OBSERVASI
- INVESTIGASI
- PENGUKURAN
- DAN LAIN-LAIN

> D = DESIGN
Yang merupakan kegiatan kegiatan
Perencanaan Teknik dokumen
proyek yang berupa seperti :
- GAMBAR RENCANA DENGAN DETAIL
(Detail Engineering Design)

- RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(Bestek / Spesification)

- DAFTAR KUANTITAS/VOLUME
PEKERJAAN (Bill of Quantity)

- RENCANA ANGGARAN BIAYA


(Cost Estimate/Engineering Estimate)
> O = OPERATION
Yang merupakan kegiatan-kegiatan
Paska Konstruksi dalam penggunaan
/pemanfaatan bangunan sesuai
fungsinya.

> M = MAINTENANCE
Yang merupakan kegiatan-kegiatan
Pemeliharaan Fisik untuk menjaga
bangunan agar dapat berfungsi dengan
baik (operasional) sesuai umur
kegunaannya.
B. PENERAPAN METODE PELAKSANAAN
KONSTRUKSI

1. PERENCANAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN

> Seperti telah diuraikan diatas didalam


pelaksanaan pekerjaan sesuatu bangunan
apapun juga selalu terlebih dulu harus di-
buat suatu perencanaan metode dan
teknik pelaksanaan pekerjaannya.

> Dimana pada umumnya setiap pelaksanaan


proyek baru adalah tidak sama dengan proyek
lalu dan lazimnya produk yang dihasilkan dari
kegiatan konstruksi bersifat complicated yang
umumnya berlainan dengan aspek desain
1. LANGKAH-LANGKAH DASAR :

Langkah-langkah dasar dapat diambil


dalam mencapai dasar perencanaan per-
siapan pelaksanaan konstruksi.

> PEMILIHAN KOMBINASI TERTENTU ANTARA


KERTIGA FAKTOR/SUMBER DAYA UTAMA
(TENAGA KERJA, ALAT DAN BAHAN).

> PERHATIAN TERHADAP PERKEMBANGAN


DIDALAM TEKNIK DAN TEKNOLOGI

> BERFIKIR SECARA RASIONAL.


> PERBANDINGAN KUANTITATIF ALAT-ALAT
BESAR DENGAN PADAT KARYA.

> PERHATIAN TERHADAP KUANTITAS, KUALI-


TAS BAHAN DAN PEKERJAAN.

> PERLU KERJASAMA DAN HUBUNGAN YANG


BAIK ANTARA PEMILIK, PERENCANAAN DAN
PELAKSANA FISIK.
2. AZAS PERENCANAAN PERSIAPAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI :

> PLANNING (MERENCANAKAN)


Adalah suatu proses pemilihan dan
penetapan suatu metode dan teknik
pelaksanaan konstruksi tertentu beserta
tata kerja pelaksanaan untuk suatu
proyek dari beberapa cara yang mungkin
dilakukan untuk melaksanakan
pekerjaan itu, lengkap dengan perumus-
an dan semua kegiatan yang perlu dilaku
kan untuk mengerjakan dan menyelesai-
> SCHEDULING (PENJADWALAN)
Adalah penentuan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan masing-masing
kegiatan pelaksanaan (operasi dan proses)
dimana kumpulan dari waktu-waktu pelak-
sanaan itu merupakan jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dimaksud.
3. KEGIATAN-KEGIATAN PERENCANAAN
PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI:

Kegiatan perencanaan persiapan pelaksana


an dimulai dengan pembuatan apresiasi,
yaitu merumuskan situasi dan kondisi, de-
ngan berfikir secara logika, serta bertahap
secara spesifik dan urutan yang teratur :

> TAHAP I : Terdiri dari merumuskan


maksud-maksud yang fundamental
kemudian diadakan inventarisasi
dari semua faktor yang mungkin
timbul didalam melaksanakan
pekerjaan itu.
> TAHAP II : Selanjutnya berdasarkan
faktor-faktor itu ditentukan cara
cara yang mungkin dapat diper-
gunakan untuk melaksanakan
maksud-maksud tersebut.

> TAHAP III : Setelah itu diadakan pengujian


terhadap setiap cara yang feasi
bel didalam segi untung-rugi
nya dan mudah sukarnya
masing-masing cara dengan
memperhitungkan semua
faktor-faktor yang berlaku.
TAHAP IV : Kemudian setelah selesainya
pengujian-pengujian tersebut
diatas, diambil cara yang terbaik
dan itulah yang menjadi Rencana
Pelaksanaan Konstruksi.

Perencanaan konstruksi ini akan sangat


banyak mempengaruhi jalannya pelaksanaan
pembangunan suatu proyek konstruksi,
karena hal ini merupakan suatu cara untuk
memecahkan/mengatasi masalah pokok
yang akan terjadi pada saat pelaksanaan
semua kegiatan proyek, sumber-sumber ser-
ta waktu untuk proyek tersebut.
Untuk memperoleh perencanaan untuk pelaksanaan
konstruksi yang tepat guna dan kalkulasi biaya yang
cukup teliti, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan ter-
dibawah ini :
> mempelajari secara mendalam semua gambar-
gambar dan RKS-nya serta kondisi-kondisi yang
tertera didalam kontrak. Agar dengan demikian
dikuasai dengan betul-betul sifat dan persyaratan
serta detail-detail dari pekerjaan yang akan diker-
jakan tersebut.

> Mempelajari Bill of Quantities terhadap gambar-


gambar yang bersangkutan.
> Setelah tercapainya langkah yang kesatu dan kedua
tersebut diatas ini, kiniterlah menjadi familiar
dengan proyek. Maka sekarang dapat dibuat app-
resiasi secara tertulis dan kemungkinan-kemung-
kinan metode dan teknik pelaksanaan beserta pro-
sedurnya dengan semua alternatifnya.

> Kunjungan ke lapangan/lokasi pekerjaan, setelah


adanya pra perencanaan dan program pelaksanaan
sementara beserta lay-out pekerjaan dengan
syarat-syaratnya setelah mengetahui semua masa-
lah dari proyek, kunjungan ke lapangan akan men-
jadi bermanfaat.
Dimana di lapangan dilakukan studi tentang :

- TOPOGRAFI.
- GEOLOGI.
- IKLIM.
- FAKTOT-FAKTOR LAIN.

Akhirnya, di lapangan harus diadakan keputusan


tentang alternatif-alternatif metode dan teknik
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan sementara.

> Sekembalinya dari kunjungan ke lapangan, appre-


siasi tertulis tersebut dalam kegiatan terdahulu di-
untuk disesuaikan dengan hasil-hasil dari peninjau-
an ke lapangan. Kemudian perumusan-perumusan
penyempurnaan untuk sutu perencanaan pelaksa-
naan pekerjaan yang akan diterapkan.

Akhirnya dibuat :
> RENCANA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
DAN
SCHEDULE.
> METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI.
> PERHITUNGAN BIAYA.
Bilamana perlu kunjungan ke lapangan bisa diulang
untuk lebih akurasinya perencanaan dan penerapan-
nya dalam suatu pelaksanaan tersebut.
4. FAKTOR PRODUKTIVITAS

Faktor produktivitas memegang peranan penting,


dimana mempengaruhi biaya bahan, biaya peralat-
an dan biaya tenaga kerja.

> Produktivitas dihitung dengan jalan menghitung


karya satu siklus kerja ( “Works Cycle”) dari per-
alatan kerja dengan asumsi pelaksanaan yang
ideal, yaitu tidak ada waktu kerja yang tidak diper-
gunakan untuk produksi.

> Sedangkan untuk produktivitas tenaga kerja


(buruh), dilakukan bertitik tolak pada suatu pelak-
> Sedangkan untuk produktivitas tenaga kerja
(buruh), dilakukan bertitik tolak pada suatu pelak-
sanaan pekerjaan yang ideal selama jam kerja,
yang diambil dari catatan pengalaman-pengalam-
an yang kemudian dikurangi dengan faktor kondisi
lapangan yang perlu dilakukan agar terjadi penye-
sesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya.

Dengan demikian sasaran dari perencanaan Metode


Pelaksanaan Konstruksi ini adalah :

> PENINGKATAN KUALITAS PEKERJAAN.


> PENURUNAN BIAYA.
1. METODE PELAKSANAAN

GEDUNG
1. PELAKSANAAN GEDUNG
1. PENDAHULUAN
 Perkembangan Proyek konstruksi

 Siklus Proyek Konstruksi

 Stakeholder Proyek

 Kontrak Proyek Konstruksi

2. PERENCANAAN
 Filosofi Perencanaan

 Perencanaan Tahapan Konseptual Proyek

 Pengadaan/Pelelangan proyek

 Konsep Perencanaan Tahapan-Tahapan Pelaksanaan

 Rekayasa Nilai (Value Engineering)

 Perumusan Struktur dan Hierarki Proyek

 Perencanaan Sumber Daya


Pelaksanaan Gedung (lanjutan)
3. Karakteristik Gedung Bertingkat
4. Pekerjaan Persiapan
 Jalan Masuk (Akses Road)

 Site Plan

 Pedoman pengukuran

 Alat Angkat

5. Pekerjaan Dewatering
 Open Plumbing

 Predrainage

 Cut Off
Pelaksanaan Gedung (Lanjutan)
7. Pekerjaan Galian
 Galian Terbuka Tanpa penahan Tanah

 Galian Dengan Penahan

8. Concrete Diaphragma Wall


 Pekerjaan Persiapan

 Pekerjaan Galian Diaphragma Wall

 Pekerjaan Pembesian Panel Female dan Male

9. Struktur Basement
 Sistem Konvensional

 Sistem Top Down


Pelaksanaan Gedung (Lanjutan)
10. Pile Cap dan Ground Beam
 Sistem Form Work Tradisional
 Sistem Form Work Permanen
11. Struktur Atas
 Core Wall / Shear Wall
 Climbing Form
 Slip Form
 Auto Jump Form
 Layout Auto Jump Form (Tanpa Deck)
 Kolom, Balok, dan Plat / Slab
 Kombinasi/Campuran dengan Precast
 Precast Half Slab
 Hollow Slab
 Precast Double Tee Beam / Channel Slab
 Precast Tangga
 Struktur Beton Precast Penuh
Pelaksanaan Gedung (Lanjutan)
12. Pekerjaan Finishing
 Pasangan Bata (Dinding)

 Plesteran Dinding

 Dinding panel Beton

 Lantai Tegel

 Plafond

 Lapisan Dinding Luar

 Panel Dinding Luar

13. Lift Slab Method


Referensi
1. Asiyanto, Metode Konstruksi Gedung Bertingkat;
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
2. Husen, Abrar, Manajemen Proyek; Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2011.
3. R. Chudley & R. Granero; Building Construction
Handbook.
4. Merrit, Fredrick, & Ricketts, Jonathan T; Building
Design and Construction Handbook.
2. METODE PELAKSANAAN

DEWATERING

Civil Engineering Department, Gunadarma University


PENGERTIAN
Dewatering (pekerjaan pengeringan) adalah
pekerjaan sipil yang bertujuan untuk dapat mengendalikan air (air
tanah/permukaan) agar tidak mengganggu/menghambat proses
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk pelaksanaan
bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.
Dewatering juga merupakan penghilangan air dari bahan padat atau
tanah, filtrasi, atau proses pemisahan serupa padat – cair.
APLIKASI DEWATERING
Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan dewatering
adalah :
 Tunnel (terowongan)

 Basement
TUJUAN DEWATERING
Tujuan dewatering :
 Menjaga agar dasar galian tetap kering.

 Mencegah rembesan pada tanah.

 Memperbaiki kestabilan tanah.

 Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah


terutama tanah dasar.
 Mengurangi tekanan tanah lateral.
FUNGSI DEWATERING
Fungsi Dewatering diantaranya :
 Menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai

tujuan tersebut biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 –


1 m di bawah dasar galian.
 Mencegah erosi buluh. Pada galian tanah pasir (terutama pasir

halus dibawah muka air tanah) rembesan air kedalam galian


dapat mengakibatkan tergerusnya tanah pasir akibat aliran air.
 Mencegah resiko sand boil. Pada saat dilaksanakan galian,

maka perbedaan elevasi air didalam dan diluar galian semakin


tinggi.
 Pengeringan lubang galian.
KEUNTUNGAN
Keuntungan menggunakan dewatering adalah :
 Muka air tanah menjadi turun.

 Mengurangi terjadinya kelongsoran.

 Lereng menjadi lebih curam.

 Mengurangi tekanan tanah.


KERUGIAN
Kerugian menggunakan dewatering adalah :
 Mata air pada sekeliling menjadi turun.

 Permukaan pada tanah juga menjadi turun.


METODE PELAKSANAAN
DEWATERING
Metode pelaksanaan dewatering adalah :
 Open Pumping

 Predrainage

 Cut Off

 Compressed Air

Pada waktu merencanakan bangunan sudah harus


memiliki salah satu dari empat jenis metode dewatering
tersebut, atau dengan cara melakukan kombinasi antara
metode tersebut.
Metode Open Pumping
Pada metode ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam
lubang galian, kemudian dipompa keluar melalui
sumur/selokan penampung di dasar galian.

Gambar Pot. Tampak atas


Melintang
Metode Open Pumping
Metode open pumping, dipilih bila :
- Karakteristik tanah merupakan tanah padat,
bergradasi dan berkohesi.
- Jumlah air yang akan dipompa tidak besar

(debitnya).
- Dapat dibuat sumur/selokan penampung.

- Galian tidak dalam.


Video Metode Open Pumping
Metode Predrainage
Pada metode ini muka air tanah (water table)
diturunkan terlebih dahulu sebelum penggalian dimulai,
dengan menggunakan wells, wellpoints.

Gambar Pot.
Melintang

Tampak atas
Metode Predrainage
Metode Predrainage, dipilih bila :
 Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak
dengan banyak celah.
 Jumlah air yang akan dipompa cukup besar (debitnya).
 Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.
 Penurunan muka air tanah tidak mengganggu/merugikan bangunan di
sekitarnya.
 Tersedia saluran pembangunan air dewatering.
Pelaksanaan Metode Predrainage :
Prinsip predrainage di sini adalah muka air tanah di daerah galian
diturunkan sampai di bawah elevasi rencana dasar galian, dengan
menggunakan wellpoint system, sebelum pekerjaan galian dimulai. Dengan
demikian selama proses penggalian tidak akan tergganggu oleh air tanah.
Video Metode Well Point
Metode Cut Off
Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong
aliran air dengan suatu dinding pembatas, sehingga daerah yang
dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari pergerakan
air tanah, Metode dewatering cut off ini paling baik, karena tidak
terjadi aliran air tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air tanah
di sekeliling luar daerah galian. Jenis dinding yang digunakan
beserta urut-urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Steel Sheet Pile

 Concerete Diaphragm Wall

 Secant Piles

 Slurry Trenches
Metode Cut Off
Berikut merupakan gambaran metode cut off.

Gambar Pot. Tampak atas


Melintang
Metode Cut Off
Metode Cut Off dengan Steel Sheet Pile
Metode ini pada dasarnya berfungsi sebagai struktur
penahan tanah, dan cara kerjanya sama seperti
pekerjaan pemancangan.

Metode cut off dengan steel sheet pile


Metode Cut Off
Metode Cut Off dengan Concrete Diaphragm Wall
Diaphragm Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah
membentuk dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off
dewatering dan sebagai struktur penahan tanah. Pada proses
penggalian tanah (basement).

Guide wall
Metode Cut Off
Metode Cut Off dengan Secant Piles
Dewatering dengan Metode Cut Off dapat dilakukan dengan
menggunakan Secant Piles, yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga
membentuk dinding yang rapat.
Prosesnya sama dengan diaphragm wall, tetapi materialnya
menggunakan tiang beton bertulang dan tiang dari semen bentonite.

Tampak atas tiang Pengeboran diantara


bentonite tiang bentonite
Metode Cut Off
Metode Cut Off dengan Slurry Trenches
Metode ini digunakan untuk konstruksi dewatering, untuk
penjagaan polusi terhadap air tanah, untuk pengendalian seepage
pada dam/tanggul.

Metode Cut Off dengan


Slurry Trenches
Metode Cut Off
Metode Cut Off, dipilih bila :
 Sama dengan persyaratan pada Metode dewatering predrainage,

kecuali item terakhir (karena pada metode dewatering Cut Off ini
tidak ada penurunan muka air tanah di sekitarnya).
 Dinding Cut Off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.

 Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air

tanah.
 Tidak tersedia saluran pembuang (saluran drain).

 Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan

basement.
Video Metode Cut Off
 Metode Concrete Diaphragm Wall
 Metode Secant Piles
 Metode Slurry Trenches
PERALATAN DEWATERING
Untuk pekerjaan dewatering, alat yang paling utama adalah pompa,
sedangkan alat yang lain adalah sifatnya membantu saja.

1. Open Pumping
Peralatan yang diperlukan hanya pompa saja. Bila pompa yang
dipergunakan pompa listrik, maka perlu juga disediakan generator
(bila tidak tersedia power listrik di tempat).
Dewatering Pump
PERALATAN DEWATERING
2. Predrainage
Untuk sistem well (jarak titik lebih dari 5 m) peralatan yang
diperlukan adalah :
a. Jetting, yaitu untuk well diameter 600 mm, dengan kedalaman 30 m,
dan tanah berupa pasir.
b. Self jetting, yaitu untuk well diameter 200 mm, dengan kedalaman
dangkal, dan tanah berupa pasir.
c. Hole puncher, untuk lapisan tanah yang sulit ditembus dan memiliki
kemampuan bor yang lebih dalam.
d. Pipa casing dengan screen. Alat ini biasanya dipasang bersama pada
saat pengeboran, misalnya dengan hole puncher.
e. Pompa submarsible, diletakkan dalam casting yang ada.
f. Generator listrik untuk melayani pompa submarsible.
PERALATAN DEWATERING
Untuk sistem wellpoint (jarak titik 1 – 4 m) peralatan yang diperlukan
adalah :
a. Sama seperti pada well sistem, tetapi yang dimasukkan ke dalam
casing adalah pipa yang dilengkapi dengan footclep.
b. Pipa header, yang menghubungkan semua wellpoint.
c. Pompa yang dihubungkan pada pipa header.

Pada sistem ini yang perlu diperhatikan adalah sambungan pipa tidak
boleh bocor.
Alat Predrainage Dewatering

Jetting dan Self Jetting Contoh pompa Pipa casing dengan


submersible screen
PERALATAN DEWATERING
3. Cut Off
Peralatan yang digunakan dalam metode ini, agak lain
karena sama sekali tidak menggunakan pompa. Hal ini
disebabkan oleh sifat sistem ini yang menurunkan muka
air tanah hanya pada daerah galian tanpa menggunakan
pompa, yaitu dengan cara mengurung daerah galian
dengan dinding.
TUNNEL
DEWATERING
Tunnel Dewatering
Pembuatan terowongan (tunnel) merupakan
pekerjaan yang memiliki karakteristik unik, maka yang
harus dipertimbangkan pengendalian air tanah. Problem
dewatering terus timbul, bila letak terowongan berada di
bawah muka air tanah (ground water level)
Bila tanah berada di sekitar tunnel cukup kohesif
atau well graded maka air tanah mudah dikendalikan, tetapi
bila tanah sekitar tunnel terdiri dari uniform fine sand atau
silty sand maka rembesan air yang kecil pun dapat
menyebabkan keruntuhan tanah.
Tunnel Dewatering
Pada Tunnel Dewatering biasanya menggunakan beberapa
metode yaitu :
 Tekanan Udara (Compressed Air)

 Pembekuan (Freezing)

 Grouting

 Saluran (Subdrainage)
Tunnel Dewatering
Tekanan Udara (Compressed Air)
Konsep dewatering dengan metode ini sederhana, yaitu
tekanan udara di dalam tunnel dijaga agar lebih besar daripada
tekanan rembesan air tanah.
Secara sederhana berdasarkan pertimbangan hidrostatik
dapat dijelaskan bahwa setiap tekanan 1 psi dapat mengatasi
tekanan tinggi air sebesar 2,31 ft atau setiap tekanan 1 kg/cm2
dapat mengatasi tekanan tinggi air sebesar 10 meter. Analisis
hidrostatis ini hanya digunakan sebagai pedoman kasar saja,
karena pada kenyataannya tekanan udara pada tunnel
dipengaruhi oleh hubungan yang kompleks antara beberapa
faktor.
Tunnel Dewatering
Pembekuan (Freezing)
Pada daerah dingin, ada kemungkinan alternatif
menggunakan dewatering dengan teknik pembekuan air tanah. Tempat
atau daerah yang akan dibangun terowongan, air tanahnya harus
dibekukan dengan proses elektrik, sehingga pada waktu dilakukan
penggalian terowongan tidak terjadi kesulitan karena air tanah. Setelah
proses pemasangan steel support galian, proses pembekuan dapat
dihentikan.

Dewatering metode
pembekuan
Tunnel Dewatering
Grouting
Bila proses pembekuan air tanah tidak dapat diambil sebagai
alternatif, maka dapat digunakan dewatering dengan metode
grouting. Prosesnya adalah daerah sekitar terowongan dilakukan
grouting, sehingga pada saat penggalian air tanah tidak akan
mengganggu.

Dewatering metode
grouting
Tunnel Dewatering
Saluran (Subdrainage)
Untuk tanah yang kecepatan rembesnya kecil, air tanah tidak
akan banyak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Namun
demikian kumpulan air tanah tersebut harus dapat disalurkan
keluar melalui saluran di dasar terowongan.

Dewatering metode
saluran

Anda mungkin juga menyukai