Anda di halaman 1dari 11

Kegawatdaruratan 2

Asuhan Keperawatan
Pada Oedema Paru
Kelompok 3B
Anggota Kelompok
Definisi
 Edema paru adalah kondisi medis  Acute Lung Oedema (ALO) atau Edema Paru
serius yang terjadi ketika kelebihan Akut adalah akumulas cairan di paru-paru yang
atau penumpukkan cairan mulai terjadi secara mendadak. Hal ini dapat
mengisi kantong udara di paru-paru disebabkan oleh tekanan intravaskular yang
(alveolus). tinggi (edem paru kardia) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler
(edem paru non cardiak) yang mengakibatkan
terjadinya kebocoran cairan secara
cepatsehingga terjadi gangguan pertukaran
udara di alveoli secara progresif dan
mengakibatkan hipoksia.
Etiologi
Menurut karya ilmiah yang disusun oleh (Huldani, 2014) menyebutkan bahwa penyebab terjadinya
ALO dibagi menjadi 2, yaitu:

Edema Paru Kardiogenik Edema Paru Non Kardiogenik


Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan 1. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) : dimana
pada jantung atau sistem kardiovaskuler.
terjadi gangguan keseimbangan cairan di kapiler paru dan
permeabillitas paru sebagai akibat endotoksin dan
1. Penyakit pada arteri koronaria
inflamasi.
2. Kardiomiopati
2. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE) : HAPE terjadi
3. Gangguan Katup Jantung
ketika tekanan barometrik yang rendah menyebabkan
4. Hipertensi
hipoksia, biasanya saturasi oksigen kurang dari 90% atau
PaO2 kurang dari 60.
3. Negative Pressure Pulmonary Edema (NPPE) : NPPE
adalah edema paru yang terjadi akibat obstruksi akut
saluran napas
Patofisiologi
 Dalam tahap pertama, akumulasi cairan berlebih dikompensasi oleh aliran limfatik yang bekerja
lebih keras guna membebaskan jaringan interstisial dari cairan. Di tahap ini, cairan belum tertimbun
karena peran pembuluh limfatik.
 Dalam tahap kedua, aliran limfatik sudah tidak bisa mengkompensasi cairan berlebih sehingga
timbul edema pada perihiler paru, mengelilingi bagian bronkiolus dan pembuluh darah besar paru
 Akumulasi cairan bertambah banyak hingga menimbulkan terkumpulnya cairan di interstisial
dinding alveolus di daerah perifer paru.
 Akumulasi cairan di dinding alveolus tidak dapat terbendung lagi dan akhirnya mulai masuk
‘membanjiri’ ruang alveolus yang seharusnya terisi udara
Manifestasi Klinis
 Sputum dalam jumlah banyak, berbusa dan berwarna merah jambu
 Mudah Lelah
 Lebih cepat merasa sesak napas dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion)
 Napas cepat (takipnea)
 Pusing
 Kelemahan
 Tingkat oksigenasi darah yang rendah (hipoksia)
 Pada auskultasi dapat didengar suara-suara paru yang abnormal, seperti ronki atau crakles
Penatalaksanaan
Oksigenasi
1. Diberikan dalam konsentrasi yang adekuat untuk menghilangkan hipoksia dan dispnea.

2. Oksigen dengan tekanan intermiten atau tekanan positif kontinu, jika tanda – tanda hipoksia
menatap.

3. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik, jika terjadi gagal napas.

4. Tekanan ekpirasi akhir positif (PEEP).

5. Gas darah arteri (GDA).


Penatalaksanaan
Farmakologis
1. Morfin : IV dalam dosis kecil untuk mengurangi ansietas dan dispnea

2. Diuretik : furosemid (lasix) IV untuk membuat efek diuretik cepat.

3. Digitalis : unutk memperbaiki kekuatan kontraksi jantung: diberikan dengan kewaspadaan


tinggi pada pasien dngan MI akut.

4. Aminofilin: untuk mengi dan bronkospasme, drip IV kontinu dalam dosis sesuai berat
badan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pemeriksaan Persistem
1. B1 (Breathing): Sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/ non
produktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, SpO 2 , PO2 , PCO2 , pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat, ronchi pada lapang pandang paru, kulit pucat,
cyanosis.
2. B2 (Blood) : Denyut nadi meningkat, denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan, banyak keringat,
suhu kulit meningkat, kemerahan, akral dingin dan lembab, CRT> 2 detik, tekanan darah meningkat
3. B3 (Brain) : Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, reflex menurun
4. B4 (Bladder) : Produksi urine menurun, VU(vesika urinaria) teraba lembek.
5. B5 (Bowel) : Kadang mual, muntah, bising usus normal.
6. B6 (Bone) : Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, sensasi nyeri sendi berkurang.
Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveoluskapiler (SDKI, Hal. 22/D.0003).
2. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (SDKI, Hal. 26/D.0005)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan napas (SDKI, Hal. 18/D.0001)
4. Hipervolemia b.d Kelebihan asupan cairan (SDKI, Hal. 62/D.0022).
5. Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI, Hal.
128/D.0056).
“Hidup kesepian tanpa kekasih, cukup
sekian dan terima kasih!”

Anda mungkin juga menyukai