Anda di halaman 1dari 27

Macam-macam Posisi Berbaring Pasien

Dwi Wahyuningsih, S.Tr.Keb., M.Keb


1. Posisi Berbaring Fowler

• Posisi ini dikenal juga dengan posisi setengah duduk, di mana


bagian atas tempat tidur diangkat sebagian, yaitu antara 45
sampai 60 derajat. Posisi Fowler yang rendah dan semi-Fowler
menggunakan sudut yang lebih kecil. Posisi Fowler yang tinggi
memposisikan kepala tempat tidur lebih tinggi hingga pasien
hampir duduk tegak.
• Tujuan dari posisi ini adalah membantu pasien untuk bernapas
dengan lebih mudah, biasanya digunakan pada pasien yang
mengalami sesak, gangguan pernapasan ringan hingga sedang,
serta penempatan selang orogastrik dan nasogastrik. Ini karena
posisi fowler membantu ekspansi dada secara maksimal,
mengurangi ketegangan di otot perut, dan mengurangi efek
gravitasi pada dinding dada.
2. Posisi Berbaring Dorsal Recumben

• Pada posisi ini, pasien dibaringkan pada punggungnya dengan


lutut mereka ditekuk dan kaki menapak lurus pada tempat
tidur. Lutut direntangkan dan diarahkan ke arah atas dan ke
arah luar, sementara tubuh berbaring dengan tangan dekat
pada sisi tubuh.
• Posisi ini memberikan ruang gerak yang bebas tanpa
menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit, yang baik bagi
pasien dengan gerak terbatas. Posisi ini juga memberikan akses
bagi tenaga medis untuk memeriksa pinggang dengan lebih
mudah.
• Di samping itu, posisi ini membantu menghindari nyeri pada
bengkak di lengan dan persendian. Pada posisi ini, perlu
diperhatikan apakah pasien merasa nyaman di bagian perut
mereka. Biasanya, posisi dorsal recumben juga digunakan
untuk pemeriksaan seperti ginekologi atau urologi.
3. Posisi Knee Chest

• Posisi ini dilakukan dengan membaringkan pasien


dengan area pinggang terbaring secara diagonal pada
meja pemeriksaan atau tempat tidur, serta pinggang
dan lutut ditekuk serupa menungging. Pada posisi ini,
pasien berlutut pada tempat tidur dan merendahkan
bahu mereka ke tempat tidur, sehingga dada dan wajah
berbaring pada tempat tidur.
• Posisi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
mengikuti posisi lateral atau prone. Digunakan pada
pasien yang akan menjalani operasi tulang belakang
dengan pemeriksaan rektal.
4. Posisi Berbaring Lateral

• Pada posisi ini, pasien dibaringkan pada sisi kiri atau sisi
kanan tubuh mereka. Bantal dapat ditempatkan di
bawah kepala untuk mendorong posisi tulang belakang
yang selaras dan memberikan kenyamanan lebih besar.
• Posisi ini digunakan dalam prosedur operasi yang
melibatkan punggung atau panggul. Untuk menjaga
keamanan posisi ini, tekanan pada sebagian tubuh
pasien harus terus diperhatikan, termasuk terjadinya
tanda-tanda penggumpalan darah pada pembuluh
darah vena (Deep Vein Thrombosis atau DVT).
5. Posisi Berbaring Litotomi

• Posisi ini dilakukan dengan membaringkan pasien dengan


punggung lurus pada permukaan tempat tidur sementara
kaki mereka dinaikkan sekitar 30 hingga 45 derajat di atas
bagian perut dengan lutut ditekuk. Umumnya, terdapat
penyokong kaki untuk membantu pasien
mempertahankan posisi tersebut. Posisi ini diperuntukkan
pada pemeriksaan atau operasi yang berhubungan
dengan area pelvis (rongga panggul) seperti pemeriksaan
ginekologi, atau area colorectal (usus besar). Posisi ini
harus memperhatikan tekanan pada punggung untuk
mencegah patah tulang atau cedera saraf.
6. Posisi Sims

• Mirip dengan posisi lateral, perbedaan pada kedua posisi ini


adalah pengekangan pada posisi pasien serta bantalan yang
digunakan agar posisi pasien terjaga lebih baik.
• Tubuh pasien akan dimiringkan dengan kaki bawah diluruskan
dan kaki atas yang ditekuk sedikit. Sementara lengan bawah
diposisikan di belakang punggung, dan lengan atas
diposisikan tertekuk pada bahu dan sikunya.
• Posisi ini berguna pada pemeriksaan tertentu, seperti
pemeriksaan rektal atau vaginal wall prolapse (tonjolan
dalam vagina). Posisi sims juga dapat memudahkan dalam
mengeluarkan cairan dari mulut pada pasien yang tak
sadarkan diri.
7. Posisi Trendelenburg

• Posisi trendelenburg dilakukan dengan membaringkan pasien di tempat


tidur, tetapi posisi kepala pasien diatur agar lebih rendah daripada bagian
tubuh lainnya. Posisi ini harus menggunakan alat penahan supaya tubuh
pasien tidak jatuh dari permukaan tempat tidur.
• Posisi ini berlaku bagi pasien yang membutuhkan operasi tertentu, seperti
di area kolorektal. Selain itu, posisi ini mendorong aliran balik vena bagi
pasien dengan hipotensi atau tekanan darah rendah dan dapat membantu
pasien yang mengalami hambatan pernapasan.
• Yang perlu diperhatikan adalah posisi ini tidak sesuai dengan pasien yang
obesitas atau mempunyai keterbatasan pada kapasitas paru-paru. Perlu
diperhatikan juga tanda-tanda gangguan aliran darah pada vena sekitar
kepala pasien.
8. Posisi Supine

• Posisi ini merupakan posisi paling umum dalam pelaksanaan


operasi, yaitu pasien berbaring dengan punggung bersandar
pada tempat tidur dan posisi punggung, leher, serta tulang
belakang berada pada posisi netral. Tangan pasien dapat
terletak sejajaratau diletakkan menjauhi tubuh kurang dari 90
derajat.
• Tujuan dari posisi ini adalah mencegah tekanan yang tidak
perlu pada ketiak sehingga mencegah cedera plexus
brachialis (saraf somatik). Peletakan lengan dengan tangan dan
punggung tangan di posisi netral, di mana telapak mengarah
pada tubuh, dapat mengurangi tekanan eksternal pada saraf di
bahu hingga jari-jari tangan dan mencegah cedera.
9. Posisi Orthopneic

• Posisi orthopneic sering disebut posisi tripod. Pasien akan diposisikan dalam
posisi duduk menggunakan meja dengan bantal tambahan di depan pasien
sehingga pasien dapat menyandarkan tubuh pada bantal tersebut.
• Posisi ini memberikan ekspansi paru-paru secara maksimal, sehingga
membantu pasien yang mengalami kesulitan dalam mengembuskan napas.
Ujung meja dapat digunakan untuk membantu bernapas dengan lebih baik.
Posisi ini ditujukan bagi pasien Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD),
misalnya emfisema dan bronkitis kronis.
• Pasien dibaringkan pada perut mereka, sedangkan kepala berada pada posisi
netral dan dihadapkan ke arah lain. Perawat dapat menempatkan bantal di
bawah perut atau pada area lain untuk menjaga kenyamanan pasien.
• Manfaat posisi ini memberikan ruang maksimal bagi panggul dan lutut. Hal ini
juga membantu pasien yang tak sadarkan diri untuk mendorong aliran dahak
keluar dari mulut. Posisi ini dapat digunakan pada pasien dengan penyakit
gastroesophageal reflux atau dikenal dengan GERD. Namun, posisi ini tidak
boleh digunakan bagi pasien dengan cedera tulang belakang karena
menyebabkan melengkungnya tulang belakang ke bagian depan.
10. Posisi Trendelenburg Terbalik

• Posisi ini menempatkan kepala pasien lebih tinggi


daripada kaki, kebalikan dari Tredelenburg. Alat
penahan juga diperlukan pada posisi ini.
• Posisi ini digunakan untuk pasien yang akan menjalani
prosedur operasi tertentu, seperti prosedur yang
berhubungan dengan leher dan kepala atau prosedur
laparoskopi (pemeriksaan pada masalah perut atau
sistem reproduksi wanita). Kemungkinan akan tanda-
tanda terjadinya Deep Vein Thrombosis atau kerusakan
saraf perlu diperhatikan pada pasien dengan posisi ini.
11. Posisi Kraske/Jackknife

• Posisi kraske disebut juga dengan Jackknife. Pasien harus


diposisikan berlutut pada periode waktu yang panjang. Karena
itu, perlua dipastikan bahwa pasien mendapatkan bantalan
untuk menghindari ketidaknyamanan.
• Posisi ini bisa juga dilakukan dengan membelah tempat tidur
menjadi dua di bagian pinggang. Sehingga, pinggang terangkat
sedangkan kaki dan kepala akan berposisi lebih rendah. Posisi
ini digunakan ketika pasien membutuhkan prosedur pada
kolorektal (usus besar).
• Perlu dicatat bahwa posisi ini dapat meningkatkan risiko DVT,
maka perlu pengawasan terhadap tanda-tanda tertentu dari
pasien.
12. Posisi Kidney
• Memiliki kesamaan seperti posisi lateral, namun
perbedaan utamanya adalah bagian perut pasien
diangkat dengan menggunakan bantalan. Posisi ini
membutuhkan tali pengaman untuk menjaga
posisi pasien tidak berubah.
• Posisi kidney dapat memberikan akses yang baik
bagi tim medis pada area retroperitoneum (organ
di belakang membran yang melapisi rongga
abdomen atau perut), atau rongga perut bagian
bawah.
Hal yang Penting saat Mengubah Posisi Berbaring Pasien

Ketika akan mengubah posisi berbaring pasien, berikut langkah


langkah yang perlu diperhatikan:
• Beri penjelasan pada pasien sebelum mengubah posisi, agar pasien
tidak bingung dan bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi.
• Posisikan diri sedekat mungkin dengan pasien. Bila perlu, letakkan lutut
di tempat tidur pasien.
• Tinggikan tempat tidur agar mengurangi ketegangan punggung pasien.
• Letakkan salah satu tangan di bahu pasien, sementara tangan lainnya di
pinggul pasien.
• Berdiri dengan satu kaki di depan agar menjadi tumpuan berat badan
ketika menarik bahu pasien mendekat secara lembut.
• Tumpukan berat badan ke kaki belakang ketika menarik pinggul pasien
ke mendekat dengan lembut.
Untuk memastikan posisi berbaring pasien telah
benar, pastikan:
• Siku, lutut, dan pergelangan kaki pasien tidak
bertumpu satu sama lain.
• Kepala dan leher pasien sejajar dengan tulang
belakang.
• Mengembalikan posisi tempat tidur ke posisi
yang nyaman dengan rel samping menghadap ke
atas. Pastikan pasien kembali berbaring dengan
nyaman dan gunakan bantal apabila dibutuhkan.
Thankyou….

Anda mungkin juga menyukai