Anda di halaman 1dari 18

PENGATURAN POSISI

PASIEN
Cara berbaring pasien dalam perawatan medis.
• Posisi berbaring pasien ketika menjalani perawatan di rumah sakit
adalah sangat penting untuk menjaga keselarasan posisi tubuh secara
netral.
• Ada berbagai posisi baring pasien, seperti fowler, dorsal recumben, knee
chest, lateral, litotomi, sims, trendelenburg, supine, dan sebagainya.
• Tenaga medis perlu memperhatikan penerapan posisi ini untuk
mencegah gerakan berlebihan dan gerak berputar yang ekstrem. Selain
itu juga untuk mencegah cedera lebih lanjut pada pasien yang dirawat.
• Posisi baring yang baik juga mendukung pemulihan dan memudahkan
tenaga medis untuk mengakses lokasi tubuh tertentu ketika perawatan
atau pembedahan.
Tujuan Posisi Berbaring Pasien

Tidak hanya untuk memastikan kenyamanan pasien, tetapi posisi


berbaring juga menjaga keamanan pasien dari cedera akibat gerak
terbatas dan komplikasi fisiologis lainnya. Berikut tujuan utama dari
posisi berbaring pasien:

1. Memberikan kenyamanan dan keamanan pasien. Posisi berbaring dapat menentukan


kelancaran jalur pernapasan dan menjaga sirkulasi selama prosedur berlangsung, seperti
pemeriksaan kesehatan, operasi, pengumpulan spesimen, dan perawatan pasien.

2. Mencegah kerusakan saraf. Kerusakan vena dan ketidaksesuaian antara ventilasi


(pernapasan) dan perfusi (sirkulasi darah dalam pembuluh darah paru) merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada pasien. Dengan menjaga posisi berbaring pasien, hal ini
dapat dicegah dengan membatasi gerak atau perputaran tubuh pasien yang tidak perlu.
3. Menjaga privasi pasien.
Posisi berbaring pasien dapat mengurangi keterbukaan pada tubuh
pasien, dengan begitu hal ini dapat menjaga privasi pasien.

4. Memberikan akses dan ruang penglihatan secara maksimal.


Ketika menjalani operasi, posisi berbaring pasien yang tepat dapat
memberikan kemudahan pada pelaksanaan prosedur operasi
Macam-macam Posisi Berbaring Pasien
Berikut ini adalah macam-macam posisi berbaring pasien di tempat tidur yang sering digunakan di
rumah sakit:

1. Posisi Berbaring Fowler

Posisi Berbaring Fowler dikenal juga dengan posisi setengah duduk, di mana bagian atas tempat
tidur diangkat sebagian, yaitu antara 45 sampai 60 derajat. Posisi Fowler yang rendah dan semi-
Fowler menggunakan sudut yang lebih kecil. Posisi Fowler yang tinggi memposisikan kepala
tempat tidur lebih tinggi hingga pasien hampir duduk tegak.
Tujuan dari posisi ini adalah membantu pasien untuk bernapas dengan lebih mudah, biasanya
digunakan pada pasien yang mengalami sesak, gangguan pernapasan ringan hingga sedang, serta
penempatan selang orogastrik dan nasogastrik. Ini karena posisi fowler membantu ekspansi dada
secara maksimal, mengurangi ketegangan di otot perut, dan mengurangi efek gravitasi pada
dinding dada
2. Posisi Berbaring Dorsal Recumben
Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Dorsal Recumben – Kavacare

Pada posisi Dorsal Recumben, pasien dibaringkan pada punggungnya dengan lutut mereka ditekuk dan kaki
menapak lurus pada tempat tidur. Lutut direntangkan dan diarahkan ke arah atas dan ke arah luar,
sementara tubuh berbaring dengan tangan dekat pada sisi tubuh.
Posisi ini memberikan ruang gerak yang bebas tanpa menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit, yang
baik bagi pasien dengan gerak terbatas. Posisi ini juga memberikan akses bagi tenaga medis untuk
memeriksa pinggang dengan lebih mudah.
Di samping itu, posisi ini membantu menghindari nyeri pada bengkak di lengan dan persendian. Pada
posisi ini, perlu diperhatikan apakah pasien merasa nyaman di bagian perut mereka. Biasanya, posisi dorsal
recumben juga digunakan untuk pemeriksaan seperti ginekologi atau urologi.
3. Posisi Knee Chest
Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Knee Chest – Kavacare

Posisi Knee Chest dilakukan dengan membaringkan pasien dengan area pinggang terbaring secara
diagonal pada meja pemeriksaan atau tempat tidur, serta pinggang dan lutut ditekuk serupa
menungging. Pada posisi ini, pasien berlutut pada tempat tidur dan merendahkan bahu mereka ke
tempat tidur, sehingga dada dan wajah berbaring pada tempat tidur.
Posisi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengikuti posisi lateral atau prone. Digunakan pada
pasien yang akan menjalani operasi tulang belakang dengan pemeriksaan rektal.
4. Posisi Berbaring Lateral
Ilustrasi Posisi Berbaring Lateral – Kavacare

Pada posisi Lateral, pasien dibaringkan pada sisi kiri atau sisi kanan tubuh mereka. Bantal dapat
ditempatkan di bawah kepala untuk mendorong posisi tulang belakang yang selaras dan memberikan
kenyamanan lebih besar.
Posisi ini digunakan dalam prosedur operasi yang melibatkan punggung atau panggul. Untuk menjaga
keamanan posisi ini, tekanan pada sebagian tubuh pasien harus terus diperhatikan, termasuk
terjadinya tanda-tanda penggumpalan darah pada pembuluh darah vena (Deep Vein Thrombosis atau
DVT).
5. Posisi Berbaring Litotomi
Ilustrasi Posisi Berbaring Litotomi – Kavacare

Posisi Litotomi dilakukan dengan membaringkan pasien dengan punggung lurus pada permukaan
tempat tidur sementara kaki mereka dinaikkan sekitar 30 hingga 45 derajat di atas bagian perut
dengan lutut ditekuk. Umumnya, terdapat penyokong kaki untuk membantu pasien
mempertahankan posisi tersebut.

Posisi ini diperuntukkan pada pemeriksaan atau operasi yang berhubungan dengan area pelvis
(rongga panggul) seperti pemeriksaan ginekologi, atau area colorectal (usus besar). Posisi ini harus
memperhatikan tekanan pada punggung untuk mencegah patah tulang atau cedera saraf.
6. Posisi Sims

Ilustrasi Posisi Berbaring Sims – Kavacare

Posisi Sims hampir mrip dengan Posisi Lateral. Perbedaan pada kedua posisi ini adalah
pengekangan pada posisi pasien serta bantalan yang digunakan agar posisi pasien terjaga lebih baik.
Tubuh pasien akan dimiringkan dengan kaki bawah diluruskan dan kaki atas yang ditekuk sedikit.
Sementara lengan bawah diposisikan di belakang punggung, dan lengan atas diposisikan tertekuk
pada bahu dan sikunya.
Posisi ini berguna pada pemeriksaan tertentu, seperti pemeriksaan rektal atau vaginal wall prolapse
(tonjolan dalam vagina). Posisi sims juga dapat memudahkan dalam mengeluarkan cairan dari
mulut pada pasien yang tak sadarkan diri.
7. Posisi Trendelenburg

Ilustrasi Posisi Berbaring Trendelenburg – Kavacare

Posisi Trendelenburg dilakukan dengan membaringkan pasien di tempat tidur, tetapi posisi kepala
pasien diatur agar lebih rendah daripada bagian tubuh lainnya. Posisi ini harus menggunakan alat
penahan supaya tubuh pasien tidak jatuh dari permukaan tempat tidur.
Posisi ini berlaku bagi pasien yang membutuhkan operasi tertentu, seperti di area kolorektal. Selain
itu, posisi ini mendorong aliran balik vena bagi pasien dengan hipotensi atau tekanan darah rendah
dan dapat membantu pasien yang mengalami hambatan pernapasan.
Yang perlu diperhatikan adalah posisi ini tidak sesuai dengan pasien yang obesitas atau mempunyai
keterbatasan pada kapasitas paru-paru. Perlu diperhatikan juga tanda-tanda gangguan aliran darah
pada vena sekitar kepala pasien.
8. Posisi Supine

Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Supine – Kavacare

Posisi Supine merupakan posisi paling umum dalam pelaksanaan operasi. Pada posisi ini, pasien
berbaring dengan punggung bersandar pada tempat tidur dan posisi punggung, leher, serta tulang
belakang berada pada posisi netral.
Tangan pasien dapat terletak sejajaratau diletakkan menjauhi tubuh kurang dari 90 derajat.
Tujuan dari posisi ini adalah mencegah tekanan yang tidak perlu pada ketiak sehingga mencegah
cedera plexus brachialis (saraf somatik).
Peletakan lengan dengan tangan dan punggung tangan di posisi netral, di mana telapak mengarah
pada tubuh, dapat mengurangi tekanan eksternal pada saraf di bahu hingga jari-jari tangan dan
mencegah cedera.
10. Posisi Trendelenburg Terbalik

Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Trendelenburg Terbalik – Kavacare

Posisi Trendelenburg Terbalik menempatkan kepala pasien lebih tinggi daripada kaki, kebalikan dari
Tredelenburg. Alat penahan juga diperlukan pada posisi ini.
Posisi ini digunakan untuk pasien yang akan menjalani prosedur operasi tertentu, seperti prosedur
yang berhubungan dengan leher dan kepala atau prosedur laparoskopi (pemeriksaan pada masalah
perut atau sistem reproduksi wanita).
Kemungkinan akan tanda-tanda terjadinya Deep Vein Thrombosis atau kerusakan saraf perlu
diperhatikan pada pasien dengan posisi ini.
9. Posisi Orthopneic
Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Orthopneic

Posisi Orthopneic sering disebut posisi tripod. Pasien akan diposisikan dalam posisi duduk menggunakan meja
dengan bantal tambahan di depan pasien sehingga pasien dapat menyandarkan tubuh pada bantal tersebut.
Posisi ini memberikan ekspansi paru-paru secara maksimal, sehingga membantu pasien yang mengalami
kesulitan dalam mengembuskan napas. Ujung meja dapat digunakan untuk membantu bernapas dengan lebih
baik. Posisi ini ditujukan bagi pasien Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), misalnya emfisema
dan bronkitis kronis.
Pasien dibaringkan pada perut mereka, sedangkan kepala berada pada posisi netral dan dihadapkan ke arah
lain. Perawat dapat menempatkan bantal di bawah perut atau pada area lain untuk menjaga kenyamanan
pasien.
Manfaat posisi ini memberikan ruang maksimal bagi panggul dan lutut. Hal ini juga membantu pasien yang
tak sadarkan diri untuk mendorong aliran dahak keluar dari mulut. Posisi ini dapat digunakan pada pasien
dengan penyakit gastroesophageal reflux atau dikenal dengan GERD. Namun, posisi ini tidak boleh digunakan
bagi pasien dengan cedera tulang belakang karena menyebabkan melengkungnya tulang belakang ke bagian
depan.
11. Posisi Kraske/Jackknife
Ilustrasi Posisi Berbaring Pasien Jackknife

Posisi Kraske disebut juga dengan Jackknife.


Pasien harus diposisikan berlutut pada periode waktu yang panjang. Karena itu, perlua
dipastikan bahwa pasien mendapatkan bantalan untuk menghindari ketidaknyamanan.

Posisi ini bisa juga dilakukan dengan membelah tempat tidur menjadi dua di bagian pinggang.
Sehingga, pinggang terangkat sedangkan kaki dan kepala akan berposisi lebih rendah. Posisi ini
digunakan ketika pasien membutuhkan prosedur pada kolorektal (usus besar).

Perlu dicatat bahwa posisi ini dapat meningkatkan risiko DVT, maka perlu pengawasan terhadap
tanda-tanda tertentu dari pasien.
12. Posisi Kidney

Posisi Kidney memiliki kesamaan seperti Posisi Lateral, namun perbedaan utamanya adalah
bagian perut pasien diangkat dengan menggunakan bantalan.
Posisi ini membutuhkan tali pengaman untuk menjaga posisi pasien tidak berubah.
Posisi kidney dapat memberikan akses yang baik bagi tim medis pada area retroperitoneum
(organ di belakang membran yang melapisi rongga abdomen atau perut), atau rongga perut
bagian bawah.
Hal yang Penting saat Mengubah Posisi Berbaring Pasien
Ketika akan mengubah posisi berbaring pasien, berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan:
1. Beri penjelasan pada pasien sebelum mengubah posisi, agar pasien tidak bingung dan
bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi.
2. Posisikan diri sedekat mungkin dengan pasien. Bila perlu, letakkan lutut di tempat
tidur pasien.
3. Tinggikan tempat tidur agar mengurangi ketegangan punggung pasien.
4. Letakkan salah satu tangan di bahu pasien, sementara tangan lainnya di pinggul pasien.
5. Berdiri dengan satu kaki di depan agar menjadi tumpuan berat badan ketika menarik bahu
pasien mendekat secara lembut.
6. Tumpukan berat badan ke kaki belakang ketika menarik pinggul pasien ke mendekat dengan
lembut.

Untuk memastikan posisi berbaring pasien telah benar, pastikan:


 Siku, lutut, dan pergelangan kaki pasien tidak bertumpu satu sama lain.
 Kepala dan leher pasien sejajar dengan tulang belakang.
 Mengembalikan posisi tempat tidur ke posisi yang nyaman dengan rel samping menghadap ke
atas. Pastikan pasien kembali berbaring dengan nyaman dan gunakan bantal apabila
dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai