Anda di halaman 1dari 49

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. PKS merupakan titik kritis dalam alur hidup ekonomi buah kelapa sawit dan merupakan titik kritis dalam alur hidup ekonomi buah kelapa sawit khususnya dan industri kelapa sawit umumnya. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis dan fisik. Pabrik kelapa sawit mengolah TBS (Tandan Buah Segar) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dilakukan dengan proses pemisahan dan pengutipan melalui beberapa tahap, antara lain penerimaan buah, rebusan (sterilizer), pemipilan (Threses), pelumatan (digester), pengempaan (presser), pemurnian (klarifikasi) dan pemisahan biji dan kernel. Keberhasilan disuatu proses itu akan mempengaruhi ke proses selanjutnya. Oleh karena itu, kinerja PKS dituntut harus baik sesuai standart sesuai dengan prinsip pengolahan kelapa sawit, yaitu mengutip minyak dan inti sawit sebanyak banyaknya sehingga tercapainya rendemen yang diinginkan. Salah satu proses pengutipan minyak terjadi stasiun klarifikasi,Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan (pengepresan) perlu

dibersihkan/dipisahkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Pada PKS umumnya memilki standart losses pada slugde <
1

10% max dan NOS < 7% max, sedangkan kadar kotoran 0,20% dan kadar air 0,80%. Untuk mencapainya tidak terlepas dari kontruksi dan fungsi alat didalamnya dalam membantu jalannya proses pemisahan di VCT. Pengaturan Aliran CPO dan Stirer merupakan salah satu alat yang membantu proses pemisahan di VCT dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan sehingga dengan begitu minyak dan non minyak akan lebih mudah terpisah berdasarkan berat jenis dikarenakan adanya gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh putaran stirer. Kontruksi stirer menjadi salah satu tolak ukur dalam menekan juga meminimalisasi kehilangan minyak pada sludge dan kadar kotoran pada minyak. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aliran CPO pada VCT dengan menggunakan stirer propeller terhadap kehilangan

minyak.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemisahan dan pengutipan minyak pada kotoran dengan menggunakan alat pengaduk propeler di VCT. Dari penelitian ini kita dapat mengetahui seberapa efektif kontruksi alat ini bekerja untuk proses pemisahan minyak dan kotoran. B. Perumusan Masalah Setiap PKS menggunakan alat dan mesin yang berbeda beda untuk menghasilkan minyak sebanyak banyaknya pada proses pengutipan minyak. Salah satu tolak ukur keberhasilan proses pengolahan di pabrik kelapa sawit yaitu dapat dilihat dari proses klarifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun klarifikasi pada dasarnya menggunakan sistem pengendapan dan pengutipan minyak. Proses pemisahan awal antara minyak dengan partikel non minyak tejadi di VCT. Disini penulis membuat penelitian tentang pengaruh aliran cpo dengan menggunakan stirer
2

propeler terhadap losses minyak di Vertical Clrifier Tank. Perumusan masalah penilitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh aliran aliran CPO dengan menggunakan stirer

propeller terhadap losses minyak di VCT.


2. Berapa % tase minyak yang terikut pada sludge sehingga menyebabkan

losses pada VCT..

C.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aliran CPO terhadap persentase losses yang terjadi di VCT dengan menggunakan stirer propeller.

D.

Manfaat Penelitian Sebagai bahan referensi dalam melakukan proses pemisahan di VCT melalui tahap uji coba terhadap kontruksi alat. Dan Untuk mengetahui pengaruh setiap pengaturan aliran terhadap kehilangan minyak pada sludge. Sehingga menjadi masukan dalam meminimalisasi kehilangan minyak pada proses pengolahan kelapa sawit dan dapat digunakan sebagai pengembangan pengetahuan bagi penelitian berikutnya.

E.

Lingkup Penelitian Lingkup penelitian/pengamatan ini dilakukan di pabrik kelapa sawit dengan melihat serta mengamati proses pengolahan minyak di stasiun klarifikasi pada suatu alat yaitu VCT dan juga melakukan proses analisa di laboratorium untuk mengetahui persentase pengutipan minyak pada kotoran dari data atau sampel yang diambil dari VCT tersebut.

F.

Batasan Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah yang akan di teliti pada saat pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Penulis hanya menganalisa persentase minyak dan kotoran

b. Tidak membahas tentang ALB pada minyak c. Tidak termasuk kualitas Minyak Kasar yang masuk ke VCT.
d. Analisa dilakukan mengikuti prosedur analisa laboratorium tempat

pelaksanaan pengamatan dan penelitian.


e. Mengetahui komponen alat pada VCT f.

Menganalisa losses minyak pada sludge

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Stasiun Klarifikasi Minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari Screw Press masih mengandung kotoran-kotoran, pasir, cairan, dan benda kasar lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian minyak untuk mengurangi kandungan yang tidak diharapkan sesuai dengan norma yang ditetapkan. Stasiun klarifikasi marupakan stasiun pemurnian minyak yang berasal dari minyak kasar (crude oil) yang akan diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi berupa CPO dengan kualitas yang baik atau sesuai dengan standart penjualan. Tujuan klarifikasi adalah : 1. Efisiensi pemisahan minyak murni dari crude oil pada tingkat awal.

2. Efisensi pemisahan kadar air pada minyak. 3. Pemisahan kadar kotoran. 4. Mendapatkan rendemen minyak yang optimal dengan lossis minyak yang rendah

B. Pemisahan Minyak Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana pemeras dan yang diperas oleh kempa (pressing) terdiri atas campuran minyak, air, sisa-sisa sel serta potongan-potongan serabut halus dan cangkang halus. Sebagian besar berupa minyak bebas yang terutama berasal dari tirisan bejana press, sisanya adalah minyak yang sangat tercampur dengan air terutama berasal dari hasil pressan, bahkan ada juga yan berupa emulsi. Emulsi air dalam minyak masih tidak begitu sukar memisahkannya apabila suhu yang digunakan mencapai 90 95 oC, akan tetapi jika minyak ter-emulsi didalam air maka akan sukar untuk memisahkannya. Dalam cairan minyak terdapat fase yang sulit dipisahkan dengan satu cara, maka dilakukan pemisahan fase minyak, fase NOS dan fase air dengan beberapa tahapan. Pemisahan minyak dari fraksi cairan lainnya yang dilakukan dengan berdasarkan prinsip filtrasi, pengendapan, pemguapan, sentrifugasi dan system pemisahan lainnya. Dalam pericarp buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54%, air 28% dan NOS 18%, dan jika diperas denga screw press maka komposisi ini akan

berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66%, air 24% dan nos 10%, (Ref. Naibaho P. M Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit 1998). Berat jenis minyak lebih kecil dari berat jenis air dan sludge, sehingga butir dan gelembung minyak akan naik kepermukaan. Mula-mula dengan kecepatan yang semakin besar, kemudian karena adanya gaya lawan yang berupa gesekan dari sludge, butir-butir naik dengan kecepatan konstan, (Hukum Stokes). Semakin tinggi viskositas cairan maka akan semakin besar gaya gesekan yang timbul. Oleh karena ituuntuk mendapatkan proses pemisahan dari pengendapan yang maksimal, maka tingkat viskositas harus diturunkan. Hal ini dapat dicapai dengan suhu tinggi, tetapi dalam hal ini suhu terbatas sampai sedikit dibawa titik air berkisar suhu diantara 90 - 95 oC. Selain sebagai penurun tingkat viskositas, pengenceran dan pembagian suhu berfungsi untuk mencegah timbulnya kemungkinan pembentukan lapisan ketiga yaitu berbentuk zat padat bukan lemak. Upaya ini dilakukan agar pembentukan zat padat bukan lemak tersebut tidak terlalu tinggi (< 3,5 %) karena hal ini akan menyebabkan naiknya tingkat viskositas pada cairan. Selain penuruanviskositas, juga perlu dijaga sedikit mungkin pembentukan butiran minyak yang lebih kecil dari 15 mikron, baik dalam press maupun pompa penghantar. C. Vertical Clarifier Tank ( VCT ) VCT adalah tempat pemisahan pertama antara minyak dengan sludge dengan cara pengendapan. Agar pengendapan dapat berlangsung sempurna maka diberi uap

panas dan penahanan waktu yaitu 2-4 jam setelah dari COT, suhu harus dijaga 90 95 oC dan ketebalan minyak pada VCT sebaiknya 30 50 cm baru di lakukan pengutipan minyak melalui skimmer. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah : 1. Temperatur 2. Air dilusi 3. Pengaduk
4. Kualitas dan kuantitas Umpan (feeding) 5. Desain untuk menentukan retention time

Vibrating Screen Crude Oil Tank

Foami ng

Sludge Tank Oil Oil Purifier Tank


Agitator Steam injection
Steam coil

Sludge Sparator Sludge

VCT

Sludge

Pengaturan suhu pada steam coil

Gambar 01 : Alur Proses di Vertical Clarifier Tank pada umumnya (VCT)

Minyak yang mengapung di bagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan (skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketinggiannya dapat distel. Drap (sludge) dikeluarkan dari bagian bawah tangki sedikit diatas dasar lingkaran dari kerucut tangki melalui suatu pipa vertical yang ujungnya terbuka, bibir luapannya sedikit lebuh tinggi dari bibir kerucut luapan minyak, ketinggiannya pun dapat distel. Tangki dilengkapi dengan pengaduk dengan sumbu vertical yang berputar lambat, daun adukan bergerak dalam bidang horizontal shear atau guntingan yang ternyata memberiakan efek pengurangan viskositas,

(Mangoensoekarjo,2003). Cara kerja tangki adalah mengendapkan sludge yang terikut pada minyak. Minyak kasar yang berasal dari crude oil tank didiamkan selama 2-4 jam agar minyak dan sludge dapat terpisah dengan sempurna (pengendapan sludge sempurna). VCT memiliki pengaduk yang dimana berfungsi untuk menghancurkan sludge atau kotoran yang menggumpal yang telah lama terendap didasar VCT,
9

sehingga minyak lebih mudah terpisah dari sludge, dan pada saat blow down tidak terjadi penyumbatan pada keran pipa buang. D. Sistem Pemanasan pada VCT Prinsip perpindahan panas fluida yang terjadi pada VCT dapat dikatakan sebagai perpindahan panas secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi merupakan dua aliran fluida yang bergerak. Aliran dingin bergerak mendekat kepermukaan yang panas. Dimana fluida itu memberikan bagian terbesar dari fluida yang dingin dengan mencampurnya. Konveksi bebas atau alami terjadi ketika ketika fluida bergerak tanpa peralatan mesin pengaduk, (Kern,1988).

Sistem pemanasan pada VCT terdiri dari 2 sistem yaitu : 1. Sistem Coil Sistem ini yaitu penyaluran panas dengan penggunaan pipa berbentuk spiral. Penyaluran uap panas pada system coil yaitu pemanasan dari bagian atas pipa injeksi. Pipa ini memiliki katup yang secara automatis akan terbuka saat tekanan uap di dalam pipa telah melebihi batas. 2. Sistem Injeksi
10

Yaitu penginjeksian uap panas melalui pipa spiral yang berada pada bagian bawah pipa coil. Pipa injeksi inidilengkapi dengan lubang-lubang kecil tempat keluarnya uap panas yang diinjeksikan.

11

Gambar 02. Tampilan VCT dua sisi belum menggunakan stirer propeller Keterangan Gambar :
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Distribution Tank Inlet pipe Oil skimmer Stirer motor & gearbox Sludge skimmer To sludge tank Thermometer Underflow pipe E. Stirer Propeller

9. Stirer arm 10. Steam coil 11. Stirer shaft support 12. Injection steam 13. Steam flushing 14. Drain pipe

7.
8.

Salah satu alat yang berpengaruh dalam proses pemisahan adalah Stirer.Fungsi strirer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge. Kecepatan putaran juga akan mempengaruhi semakin cepat akan menyebabkan gejolak pada minyak sehingga sludge akan ikut naik ke atas. Selain putaran kontruksi stirer perlu diperhatikan diperhatikan agar mempermudah pemecahan partikel partikel / gumpalan gumpalan sehingga akan mempercepat proses pemisahan di VCT.

12

Berikut adalah gambar stirer propeller yang akan digunakan dalam dalam penilitian VCT sesuai judul yang telah di tetapkan.

Gambar 03. Stirer Propeller

Stirer propeller ini biasa nya digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah. Merupakan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi. Rpm : 11501750 (ukuran kecil); 400800 (ukuran besar). Arus cairan meninggalkan propeler secara aksial sampai dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana. Berputar membuat pola heliks di dalam cairan.

13

Rasio jarak zat cair yang dipindahkan terhadap diameter propeler

disebut jarak-bagi (pitch) jarak bagi = 1 disebut square pitch. Paling banyak : marine propeller berdaun tiga dan square pitch.
Diameter propeler biasanya 18 in.

F. Defenisi Aliran Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting. Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas;

aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Dengan demikian yang berhubungan dengan aliran saluran terbuka mempunyai permukaan tertutup tidak

atmosfer, sedang aliran saluran

mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer. Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran terbuka, dan dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran tersebut memiliki prinsip yang sangat berbeda. Aliran melalui saluran terbuka adalah aliran yang memiliki permukaan bebas sehingga memiliki tekanan udara walaupun berada dalam saluran yang tertutup. Adapun yang tidak memiliki permukaan aliran dalam pipa merupakan aliran

bebas, karena aliran air mengisi saluran

secara terus menerus, sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan udara dan hanya dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik.
14

Analisis yang dilakukan pada saluran terbuka lebih sulit dibandingkan analisis yang dilakukan pada aliran dalam pipa dan pada umumnya analisis pada saluran terbuka menggunakan persamaan-persamaan empiris. Hal

tersebut dilakukan karena analisis aliran pada saluran terbuka memiliki banyak variabel yang berubah-ubah dan tidak teratur terhadap ruang dan waktu. Variabel-variabel tersebut antara lain penampang saluran, kekasaran permukaan saluran, kemiringan saluran, debit aliran, kecepatan aliran, pertemuan saluran (junction ), dan sebagainya. Kondisi kenyataan aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan

bahwa kedudukan permukaan yang bebas cendrung berubah sesuai

waktu dan ruang, dan juga bahwa kedalaman aliran, debit, kemiringan dasar saluran dan permukaan bebas adalah tergantung satu sama lain. Kondisi fisik saluran terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan pipa. Kombinasi antara perubahan setiap parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang terjadi. Disisi lain perubahan kecepatan tersebut akan menentukan keadaaan dan sifat aliran. Hal inilah yang ingin diketahui untuk menentukan pengaruh

ketinggian terhadap kecepatan yang terjadi.

G. Jenis Aliran Fluida Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar , aliran transisi dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperiman yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran 3
15

jenis. Jika air mengalir melalui sebuah pipa berdiameter d dengan kecepatan ratarata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarka eksperimen tersebut maka didapatkan bilangan reynold dimana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter. Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. p.d.v Re = 1. Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan persamaan: dimana: = massa jenis fluida (kg/m3) d = diameter dalam pipa (m) v = kecepatan aliran fluida (m/s) = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

16

Karena

viskositas

dinamik

dibagi

dengan

massa

jenis

fluida

merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan: V= p d.v Sehingga Re =

Menurut Orianto (1989), berdasarkan percobaan aliran didalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000, gangguanaliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari 4000. Apabila angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi.

17

III. METODOLOGI PENELITIAN/PENGAMATAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kampus STIP- AP LPP Medan

B. Alat dan Bahan 1. Alat


a.

VCT (Vertikal Clarifier Tank) VCT merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan minyak, air dan sludge yang di pabrikasikan dengan kapasitas kecil 250 liter yang mampu atau bisa ditukar jenis stirer paddle dengan propeller dalam pelaksanaan penelitian ini.

Gambar 04. Vertikal Clarifier Tank

18

Spesifikasi VCT : b.

Tinggi Diameter Tinggi input Diameter input Kapasitas Kecepatan putaran


Stirer Propeller

: 140 cm : 55 cm : 40 cm : 40 cm : 250 liter : 4 6 rpm

Fungsi strirer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge.

19

Gambar 05. Stirer Propeller Spesifikasi stirer propeller : -

Tinggi Leber

: 90 cm : 40 cm

Kecepatan putaran : 4 6 Soxhlet Extraction Soxhlet merupakan alat yang terdiri dari pengaduk atau granul antibumping, still pot (wadah penyuling) bypass sidearm, thimble sulosa, extraction liquid, sypon arm inlet, siphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in dan cooling water out. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesinsi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi.

c.

20

Gambar 06. Soxhlet Extraction d. Oven Oven laboratorium atau yang dapat juga disebut drying oven adalah alat yang berguna untuk memanaskan atau mengeringkan peralatan laboratorium, selain fungsi- fungsi diatas oven biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik, dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air.

21

Gambar 07. Oven

e.

Neraca Analitis Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan dengan ketelitian tinggi (0.0001 gram). Serta digunakan untuk menimbang bahan kimia dalam proses pembuatan larutan untuk uji kuantitatif dan proses standarisasi. Selain itu berfungsi untuk menimbang sampel / bahan dalam analisis kuantitatif..

Gambar 08. Neraca Anlitis f. Desikator Berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan

22

vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Alat ini berfungsi sebagai Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air,

Mengeringkan padatan Cara menggunakannya : - Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.
- Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.

Keterangan : Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru.

Gambar 09. Desikator

23

g.

Cawan Patri Berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.

Gambar 10. Cawan Patri

h.

Timbel ekstraksi Timbel ekstraksi ini berfungsi sebagai wadah sampel dari sludge yang telah di keringkan dari oven.

24

Gambar 11. Timbel ekstraksi

i.

Corong Buchner Berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan berdiameter besar. Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk menyaring sampel agar lebih cepat kering. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternya sama dengan diameter corong.

Gambar 12. Corong Buchner

25

j.

Tabung destilasi Berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang bundar, ada yang rata. Terbuat dari\ kaca tahan panas pada suhu 120-300
o

C.Ukurannya mulai dari 250 mL sampai 2000 mL. berfungsi untuk

memanaskan larutan dan menyimpan larutan.

Gambar 13. Tabung destilasi k. Sentrifuge Berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan padatan dari larutan.

26

Gambar 14. Sentrifuge l. Stopwatch Pengukuran waktu biasanya dilakukan untuk mengetahui besarnya kecepatan rata - rata dan penentuan laju. Alat pengukuran waktu yang umum digunakan adalah stopwatch. jenis dari stopwatch dibedakan menjadi 2, yaitu stopwatch jarum dan stopwatch digital. Bila stopwatch jarum memiliki skala terkecil sebesar 0,1 detik, maka pada stopwatch digital memiliki tingkat ketelitian pengukuran yang lebih baik, yaitu 0,01 detik.

Gambar 15. Stopwatch 2. Bahan


27

a. Sampel aliran output pada tabung umpan VCT Sampel cairan input yang diambil pada umpan adalah cairan cpo yang kaluar pada pipa outlet sebelum masuk ke VCT. Dimana pipa tersebut dapat disambung dan di bongkar pasang sesuai kebutuhan dalam tahap pengambilan sampel pertama untuk mengetahui persentase kadar kotoran dan persentase kadar minyaknya.

b. Sampel cairan pada output sludge VCT Sampel cairan sludge sesudah keluar dari VCT, juga diambil untuk mengetahui berapa persentase minyak yang terikut pada kotoran (losses ) oleh VCT dan seberapa efektif kinerja stirer propeller tersebut terhadap pemisahan minyak dan sludge. c.N-Hexane N-Hexane digunakan sebagai larutan pencampur untuk

mempermudah pengextraksian pada sampel yang akan di analisa.

28

Gambar 16. N-Hexane

C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan membuat stirer jenis propeller membandingkan dan mencari pengaruh pemakaian alat stirer tersebut pada VCT dalam menekan losess dan meminimalisasi kadar kotoran. Dalam penelitian ini, akan diukur keberhasilan stirer yang digunakan dengan pengambilan sample setiap 1 jam sekali dengan input yang sama untuk mendapatkan hasil yang akurat.

29

D. Pengambilan Data

Pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :


a.

Pengambilan sampel yang pertama dilakukan pada cairan input umpan VCT, dimana terdapat pipa aliran yang dapat disambung dan di bongkar pasang sesuai kebutuhan serta mempunyai kran aliran yang mengatur besar kecilnya aliran Crude Oil sebelum masuk ke VCT, untuk mengetahui berapa input crude oil yang masuk setiap variasi aliran.

b.

Pengambilan sampel yang kedua dan seterusnya untuk setiap bukaan kran yang berbeda yaitu bukaan 1/4 ,1/2, 3/4, dan 1 ( penuh ) dilakukan
30

pada output sludge VCT, dan melakukan pengukuran dilaboratorium untuk mengetahui losses minyak pada sludge selama proses berlangsung.

Gambar 17. VCT dengan stirer propeller Secara sistematik penelitian dilakukan sebagaimana flow penelitian sebagai berikut :
Set up alat yaitu VCT 250 Liter

Masukkan Bahan Baku Umpan VCT

Pengulangan pada laju Yang berbeda


Hitung laju aliran pada setiap bukaan Kran yang berbeda Ambil sampel 1 pada input

31

Pisahkan dan analisa persentase kadar kotoran dan kadar minyak Lalu ikuti proses pengendapan pada VCT Pemisahan dan pengutipan antara minyak dan sludge Ambil sampel 2 pada sludge output

LOSSES MINYAK %

Gambar 18. Flow Sistematik Penelitian Tabel 01. Tabel pengambilan sampel No 1 2 3 4 5 6 Waktu pengambilan sample Input 2 jam pertama 20 40 60 80 Satuan 3 sample 3 sample 3 sample 3 sample 3 sample 3 sample

Pengambilan sample minyak di kotoran dengan blowdown :


32

Gambar 19. Tahap pengambilan sampel

E. Pengamatan Penelelitian

Setelah hasil eksperimen/Penelitian atau analisa data pada sampel dilakukan di laboratorium Kampus STIPAP tempat penelitian dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat. Perlakuan pada sampel dilakukan beberapa kali untuk setiap titik pengambilan sampel pada setiap objek penelitian sehingga data yang diperoleh lebih spesifik lagi. Setelah analisa tersebut dilakukan, data yang didapat dibuat dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga dari data tersebut dapat diketahui pengaruh aliran CPO dan seberapa efektif kinerja stirer propeler terhadap losses minyak di VCT.

F. Analisa Data

33

Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam analisa data dan mengetahui hasil dari pengaruh pengaturan aliran dengan setiap variasi yang berbeda terhadap losses minyak yang terjadi dengan menggunakan stirer propeller.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Analisa Kondisi percobaan yang terlihat pada hasil analisa berikut merupakan perbandingan yang terjadi antara penelitian tentang pengaruh aliran CPO dengan menggunakan stirer propeller terhadap losses minyak di VCT. Prosedur analisa kandungan kadar minyak yang tercampur dikotoran pada VCT yaitu :
1.

Ambil cawan yang sudah dibersihkan, kemudian beri sampel sludge setelah itu timbang berat cawan tersebut.

2.

Setelah proses timbang cawan tersebut kemudian letakkan cawan yang berisi tadi tersebut kedalam oven 4jam
34

3.

Setelah dioven kemudian ambil cawan tersebut untuk ditimbang berat keringnya,kemudian kerok sampel yang kering tadi untuk dimasukkan ke kertas timbel.

4.

Setelah dimasukkan kekertas timbel ambillah tabung destilasi dan kemudian beri tanda terhadap tabung destilasi tersebut dan isikanlah n-heksan sebesar 175ml.

5.

Setelah itu bawa tabung destilasi tersebut ke sochlet ekstraksi.dan kemudian tunggu hasilnya sampai warna yang bermula kuning CPO menjadi bening.setelah bening angkatlah tabung destilasi dan catat bahwasannya tabung destilasi tersebut agar tidak salah perhitungan,

6.

Setelah itu timbang tabung destilasi yang berisi kemudian dikurangkan dengan tabung destilasi yang belum terisi

7.

Setelah itu hitunglah persentase minyak yang hilang dan kemudian catatlah. Sebelum menghitung kadar losses, terlebih dahulu harus menghitung jumlah

input dengan cara : Jumlah Input = Sampel Input Berat Plastik 5 Maka hasil yang di peroleh : Tabel 02. Hasil analisa kalibrasi kalibrasi Waktu pengambilan sample (detik) 5 5 Berat sample (gr) 200 500 Pelastik sample (gr) 13,14 13,14 Rata rata Laju (gr/s) 37,37 97,37

1/ 4 1/ 2

35

3/ 4 penuh

5 5

1500 3400

13,14 13,14

297,37 677,37

Cara mengukur data input untuk mengetahui persentase input VCT dengan menggunakan alat sentrifuge, kemudian di ukur dengan menggunakan rol untuk mengetahui persentase Oil, Moisture, dan NOS yang terkandung dalam crude oil input vertical clarifier tank.

Tabel 03. Komposisi Input pada VCT Kalibrasi 1/ 4 1/ 2 3/ 4 penuh Oil (%) 28 37 45 55 Moisture (%) 15 20 20 10 NOS (%) 57 43 35 35

Penelitian dan pengamatan yang dilakukan pada proses pemurnian minyak di VCT, dapat di simpulkan kondisi percobaan yang terlihat pada hasil analisa berikut ini merupakan pemakaian stirer propeller dan terhadap kecepatan pengendapan minyak di kotoran, penelitian tentang pengaruh aliran CPO dengan menggunakan stirer propeller terhadap losses minyak di VCT miniatur berbentuk pertikal dengan diameter yang disesuaikan, yang di laksanakan di sebuah alat

36

percobaan pada tanggal 10 juli sampai 16 juli 2012 maka didapat hasil pengukuran kehilangan minyak sebagai berikut.

Dimana : Nk = persentase losses (%) M1 = massa losses (gr) M2 = massa sample (gr)

Berdasarkan perlakuan pada alat didapat massa losses 2,3 gr, massa sample 20,3 gr. Maka persentase kadar losses dihitung dengan persen dapat dihitung hasilnya sebagai berikut : % 2,3 = x 100 20,3 = 11,33

Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, diperoleh hasil analisa persentasi Losses pada waktu pengambilan 120 menit, 140 menit, 160 menit, 180 menit, 200 menit dengan rata rata (NK) dengan perhitungan sebagai berikut : NK 1 + NK 2 + NK 3 Nk =
37

3 2,5 + 1,9 + 2,5 Nk = 3 Nk = 2,3 gram

Hasil rata rata sample diatas 2,3 gram.

Dengan cara inilah dilakukan seterusnya perhitungan kadar losses untuk setiap perlakuan variasi 1/4, 1/2 , 3/4, dan penuh yang didapat dari data sebagaimana pada tabel yang ditunjukkan diatas. Tabel 04. Data persentase Oil Losses Waktu Pengambilan Sampel 120 menit 140 menit 160 menit 180 menit 200 menit 1/4 Oil Losses (%) 11,3 13 10,4 6,4 26,5 Variasi Bukaan Kran Aliran 1/2 Oil Losses (%) 8,5 8,0 8,4 6,0 8,5 3/4 Oil Losses (%) 18 13 5,5 8,5 6 Penuh Oil Losses (%) 17,5 7 7 5 7

Kemudian data akan ditampilkan dalam bentuk grafik untuk mengetahui perbandingan losses yang terjadi sebagai berikut :

38

Gambar 20. Grafik Persentase Oil Losses B. Pembahasan Kadar losses merupakan suatu campuran antara partikel partikel suatu zat padat dan cair dimana satu campuran yang terdiri dua bahkan tak dapat di campur dengan suatu bahan tersebar difase yang lain. Dalam penelitian experimental ini di coba mencari seberapa besar pengaruh aliran crude palm oil dengan menggunakan stirer propeller terhadap losses minyak di VCT buatan. Analisa pengendapan kadar losses dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 kali selama 4 jam 20 menit.

39

Tabel 05. Rata-rata losses pada setiap kalibrasi Perbandingan Losses pada setiap kalibrasi waktu Persentase kadar Losses 120 menit 20 menit 40 menit 60 menit 80 menit 120 menit 20 menit 40 menit 60 menit 80 menit 120 menit 20 menit 40 menit 60 menit 80 menit 120 menit 20 menit 40 menit 60 menit 80 menit 11,3 13 10,4 6,4 26,5 8,5 8,0 8,4 6,0 8,5 18 13 5,5 8,5 6 17,5 7 7 5 7

Variasi

Rata-rata

1/4 (satu/empat)

13,52

1/2 (satu/dua)

7,88

3/4 (tiga/empat)

10,2

Penuh

43,5

40

50

Rata- rata Persentase losses

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1/4 (satu/empat) 1/2 (satu/dua) 3/4 (tiga/em pat) 13,52 7,88

43,5

10,2

penuh

Kalibrasi

Gambar 21. Grafik perbandigan rata-rata losses pada setiap kalibrasi selama 3 jam 20 menit.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


41

A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian dan pengamatan nilai total losses pada Vertical clarifier tank

( VCT) dapat kita simpulkan bahwa efektifitas kinerja pada suhu yang tinggi maka losses di dapat akan lebih sedikit sehingga pengambilan sample di lakukan dengan baik dan benar, tidak hanya pengambilannya tetapi efektifitas kinerja Vertical Clarifier Tank (VCT) sangat baik. 2. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Stirer di VCT merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses pemisahan minyak dengan fraksi fraksi yang lain seperti air, sludge dan NOS. b. Laju aliran CPO dengan bukaan kran yang besar akan menyebabkan losses yang terjadi sangat tinggi dikarenakan singkatnya waktu pemisahan.
c. Suhu juga mempengaruhi losses yang terjadi di karenakan minyak kasar

di panaskan secara manual dengan tungku pembakaran dan tidak adanya sistem pemanas melalui steam pada eksperimental VCT miniatur ini . Sehingga suhu yang di dapat cepat berubah dan menurun ketika masuk di VCT.

42

3. Dari hasil penelitian menunjukkan rata rata Oil Losses pada setiap Variasi

yaitu :
a. Oil Losses ( % ) Variasi 1/4 = 13,52 %

b. Oil Losses ( % ) Variasi 1/2 = 7,88 % c. Oil Losses ( % ) Variasi 3/4 = 10,2 % d. Oil Losses ( % ) Variasi 1 = 43,5 %

4. Stirer yang digunakan yaitu stirer jenis propeller yang hanya dirubah bentuk namun tidak merubah fungsi dari kinerja stirer di VCT pada umunya.
5. Berdasarkan data hasil penelitian diatas, Losses yang terjadi sangat tinggi

pada bukaan kran variasi 1 ( penuh ) sedangkan pada variasi 3/4 dan 1/2 Oil Losses relatif lebih sedikit dibandingkan pada variasi 1/4 ( seperempat ). Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor seperti suhu yang tidak konstan. Karena tidak adanya sistem pemanas pada VCT miniatur ini. Sehingga pemanasan minyak kasar dilakukan secara manual dengan tungku.

43

B. Saran Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih memahami lagi dasar tentang proses laju aliran CPO dengan pemakaian stirer propeller dan pengaruhnya terhadap losses minyak di VCT. Untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang pengaturan variasi bukaan kran pada laju aliran yang berbeda. Dan

diupayakan berani dalam melakukan eksperimen terhadap kontruksi alat di VCT seperti mengubah letak pipa aliran input ataupun ketinggian pipa yang terpasang di VCT agar kreatifitas semakin terasah dan meningkat.

44

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teknik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV. Naibaho, Ir.Ponten.1998. Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : PPKS Iyung Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manageman Agribisnis dari Hulu Hilir. Jakarta : Swadaya Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajeman Agribisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadja Mada University Press Http://repository.usu.ac.id/simple-search?query=Referensi+Analisis Jenis + Aliran Tebuka +CPO&submit.x=12&submit.y=10

45

Lampiran 01. Data Analisa Oil Losses Variasi 1/4 pada output VCT : W A K T u 120 meni t 20 40 60 80 I 46 20,3 66,3 49,3 3,3 104,9 107,2 2,3 11,3 S a m p e l Berat Cawa n (BC) (Gr) Bera t Sam ple (BS) (Gr) Berat BC + Berat cawan Berat sampel + berat Sample kering sampel Kering (BC+B (BSK) S) (Gr) (Gr) Berat Tabun g Destila si (TD) (Gr) TD + L (Gr) Losse Losse s s (gr) (%)

II III IV V

59,2 70 68,8 49,2

20 20,1 20,4 20

79,2 90,1 89,2 69,2

62,7 72,9 71,5 53,5

3,5 2,9 2,7 4,3

106 104,3 100,2 102,4

108,6 106,4 101,5 107,7

2,6 2,1 1,3 5,3

13 10,4 6,4 26,5

Lampiran 02. Data Analisa Oil Losses Variasi 1/2 pada output VCT S a m p e l Berat Cawa n (BC) (Gr) Berat Sampl e (BS) (Gr) Berat cawan + berat sampe l (BC+B S) (Gr) 87,0 100,2 85,2 81,1 98,3 BC + Berat Sample Kering (BSK) (Gr) Berat sampel kering Berat Tabun g Destila si (TD) (Gr) TD + L (Gr) Losse Losse s s (gr) (%)

I II III IV V

67 80,1 65,1 61 78,2

20 20,1 20,1 20,1 20,1

71,5 84,7 69 69 81,5

4,5 4,6 3,9 8,0 3,3

106,5 100,2 106 104,3 102,4

108,,2 101,8 107,7 105,5 104,1

1,7 1,6 1,7 1,2 1,7

8,5 8,0 8,4 6,0 8,5

Lampiran 03. Data Analisa Oil Losses Variasi 3/4 pada output VCT :
46

Lampira 04. Data Analisa Oil Losses Variasi Penuh ( 1 ) pada output VCT : S a m p e l Berat Cawa n (BC) (Gr) Berat Sampl e (BS) (Gr) Berat cawan + berat sampe l (BC+B S) (Gr) 105,2 74,4 77,3 92,4 69,2 BC + Berat Sample Kering (BSK) (Gr) Berat Berat sampel Tabun kering g Destila si (TD) (Gr) TD + L (Gr) Losse Losse s s (gr) (%)

I II III IV V

85,2 54,4 57,2 72,4 49,1

20 20 20,1 20 20,1

90,3 57,7 61,1 87 52,1

5,1 3,3 3,9 14,6 3,0

104,3 102,4 106,5 106 104,9

107,9 105 107,6 107,7 106,1

3,6 2,6 1,1 1,7 1,2

18 13 5,5 8,5 6

S a m p e l

Berat Cawa n (BC) (Gr)

Berat Sampl e (BS) (Gr)

Berat cawan + berat sampe l (BC+B S) (Gr) 86,2 71,8 83,1 75,7 50,5

BC + Berat Sample Kering (BSK) (Gr)

Berat Berat sampel Tabun kering g Destila si (TD) (Gr)

TD + L (Gr)

Losse Losse s s (gr) (%)

I II III IV V

66,2 51,8 63,1 55,7 30,4

20 20 20 20 20,1

71,5 55,2 66,4 59,2 33,1

5,3 3,4 3,3 3,5 2,7

100,2 104,9 105,7 106 106,5

103,7 106,3 105,7 107 107,9

3,5 1,4 1,4 1 1,4

17,5 7 7 5 7

47

48

49

Anda mungkin juga menyukai