Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pabrik Kelapa
Sawit

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS (Tandan
Buah Segar) sebagai bahan baku menjadi minyak kelapa sawit atau CPO
(Crude Palm Oil) dengan menggunakan berbagai tahapan-tahapan proses
pengolahan dari mulai stasiun penerimaan bahan baku, perebusan, pemipilan,
penggempaan, pemurnian minyak, pengeringan inti sampai setasiun
penimbunan. Dalam tahapan-tahapan proses pengolahan tersebut PKS (Pabrik
Kelapa Sawit) sangat mengedepankan pencapaian rendemen dan mutu.Pada
proses pengolahan kelapa sawit di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada beberapa
stasiun atau alat yang menjadi titik kehilangan minyak yang mempengaruhi
pencapain rendemen (Horiq, 2013). Adapun stasiun atau alat yang merupakan
titik kehilangan minyak tersebut yaitu :

1. Stasiun Perebusan
Pada proses perebusan TBS (Tandan Buah Segar) Losiss terjadi pada
pembuangan air kondensat Sterillizer, dan di lantai Rail Track pada saat
keluarnya lori yang berisi TBR(Tandan Buah Rebus) dari Sterillizer.

2. Stasiun Thresser
Pada proses pemisahan brondolan dari tandan, losiss minyak yang berada
pada tandan kosong yang berupa USB (Un Strip Bunch) yaitu brondolan
yang tidak lepas dari tandan, USF (Un Strip Fruit) yaitu brondolah yang
terikut oleh tandan, dan losiss minyak pada tanda kosong.

1
3. Stasiun Press/Pengempaan
Pengempaan merupakan proses pemisahan/mengeluarkan minyak dari
massa (Cake). Pada proses ini dilakukan penambahan air panas agar
minyak yang keluar tidak terlalu kental (menurunkan viskositas) untuk
mencegah terjadinya penyumbatan pada lubang lubang silinder press,
sehingga kerja screw press tidak terlalu berat. Penambahan air dapat
dilakukan melalui lubang-lubang nozzle pada pipa berlubang pada screw
press. Selain membantu proses pemisahan minyak dan cake, air pengencer
juga berpengaruh terhadap proses klarifikasi di vertical clarifier tank
(VCT), yaitu proses pemisahan minyak dari sludge dan darah Proses
pengutipan minyak yang kurang efektif merupakan salah satu penyebab
terjadinya kehilangan minyak pada sludge Ketika di VCT waktu tinggal
minyak (Retention Time) di tangki terlalu cepat.

4. Stasiun Klarifikasi
Pada proses pemisahan minyak dari air dan NOS (Non Oil Solid) di
Stasiun Klarifikasi, losiss minyak terjadi pada buangan (Blow Down)
setiap tangki tangki pengendapan dan buangan pada alat Sentrifuge.

5. Stasiun Kernel
Pada proses pengolahan kernel, losiss kernel terjadi pada alat pemisahan
.yaitu :
a. Depericarper
b. LTDS (Light Tenera Dust Separator) I dan II
c. Clybath atau Hydrocyclone

Dari beberapa stasiun yang menjadi titik kehilangan minyak paling banyak
adalah Stasiun Kempa/ pressan. Pengepresan berfungsi untuk memisahkan
minyak kasar (Crude Oil) dari ampas (Cake). Massa yang keluar dari
Digester diperas dalam Screw Press yang bertekanan 50-60 bar serta
menginjeksikan air pembilas kedalam Press Cage dengan temperatur 90-
95°C sebanyak 15-20% per ton TBS (Tandan Buah Segar). Dari

2
pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan campuran antara
Nut dengan serat (Cake). Minyak kasar yang di hasilkan dari proses
pengepressan di alirkan ke talang Oil Gutter untuk dilakukan proses
pemisahan selanjutnya, sedangkan cake masuk ke dalam CBC (Cake
Breaker Conveyor) untuk dipisah antara biji dan seratnya.

2.2 Air Delusi/Air Pengencer


Air Delusi atau Air pengencer adalah air yang diberikan pada screw press dan
oil gutter diusahakan suhunya tetap 90-95°C. Pengenceran dilakukan
bertujuan untuk mengencerkan minyak sehingga pasir dan serat-serat yang
terdapat dalam minyak dapat terpisah dengan baik. Pengenceran dapat
berlangsung dengan baik bila suhu air pengencer tetap diantara 90-95°C. Suhu
ini terkadang tidak mendapatkan perhatian yang serius, karena tangki air panas
berada ditempat yang lebih tinggi dari digester sehinga penggunaannya
menjadi lebih sulit.
Semakin tinggi viskositas cairan maka akan semakin besar gaya gesekan yang
timbul. Oleh karena itu untuk mendapatkan proses pemisahan dari
pengendapan yang maksimal maka tingkat viskositas cairan harus diturunkan.
Hal ini dapat dicapai pada suhu tinggi, tetapi dalam hal ini sampai sedikit
dibawah titik didi air, jadi suhu diantara 90-95°C. Selain sebagai penurunan
tingkat viskositas, pengenceran dan pemberian suhu berfungsi untuk
mencegah timbulnya kemungkinan pembentukan lapisan ketiga yaitu
berbentuk zat padat bukan lemak. Upaya ini dilakukan agar pembentukan zat
padat bukan lemak tersebut tidak akan terlalu tinggi (< 3,5%), karena hal ini
akan dapat menyebabkan naiknya tingkat viskositas pada cairan
(Naibaho,1996)
Jumlah air pengencer (Dilution Water) yang digunakan sangat bervariasi
antara satu pabrik kelapa sawit (PKS) dengan PKS lainnya. Jumlah air
pengencer yang digunakan sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw
press. Jumlah air pengencer yang digunakan akan berpengaruh terhadap waktu
retensi (Retention Time) dalam Clarifier Settling Tank (CST) yang sangat

3
penting artinya dalam efisiensi pemisahan minyak dan kualitas minyak.
Menurut Naibaho (1996) bahwa jumlah air pengencer yang dianjurkan adalah
sebanding dengan jumlah minyak yang terdapat dalam cairan (Crude Oil),
yaitu harus sesuai dengan norma yang ditetapkan oleh setiap PKS.
Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat.
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam press-
an dari atas bagian tengah atau di chute screw press.

2.2.1 Manfaat air pengencer


Menurut Naibaho (1996) Air Pengencer yang di berikan kedalam
minyak kasar bermanfaat untuk
1. Untuk menurunkan viskositas cairan, Semakin rendah viskositas
cairan semakin mudah memisahkan minyak dan NOS (Non Oil
Solid) dalam proses pengendapan maupun centrifuge.

2. Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk partikel


halus yang sering melekat di NOS (Non Oil Solid)

2.3 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida.Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedagkan yang lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat
seperti air,alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan
yang mengalir lambat seperti gliserin,minyak castor, dan madu mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya
suatu cairan (Sutiah dkk, 2008).
Viskositas (kekentalan cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-
bagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain).
Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh adanya kohesi dalam
zat cair. Sedangkan viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang
terjadi antar molekul- molekul gas (Yazid, 2005).

4
Cairan mempunyai viskositas yang lebih besar pada kebanyakan cairan
viskositasnya turun dengan naiknya suhu.
Viskositas dihitung sesuai persamaan Poiseuille berikut.

𝜋.𝑃.𝑟4 𝑡
5= 8.𝑉.𝑙 (Glenn dan Elert 2011)

dengan t ialah waktu yang diperlukan cairan bervolume V, yang mengalir


melalui pipa kapiler dengan panjang l dan jari-jari r. Tekanan P merupakan
perbedaan tekanan aliran kedua ujung pipa viskosimeter dan besarnya
diasumsikan sebanding dengan berat cairan.
Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara di atas sulit dicapai. Hal ini
disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran
terutama r sangat besar pengaruhnya karena harga ini dipangkatkan empat.
Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya digunakan suatu
cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan adalah air.

Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama,
berlaku menggunakan rumus.

𝑦′ 𝜌𝘍 . 𝑡′
= (Glenn dan Elert 2011)
𝑦 𝜌. 𝑡

Jadi, bila η dan ρ cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu
yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatannya.

5
Adapun viskositas air pada berbagai suhu menurut Korson (1968) dapat dilihat
pada table berikut :
Table 2.1 Viskositas air diberbagai suhu.
Temperatur Viskositas
(°C) (cP)
10 1,3069
20 1,0020
30 0,7975
40 0,6532
50 0,5471
60 0,4666
70 0,4039
80 0,3538
85 0,3332
90 0,3128
95 0,2949
100 0,2783

2.3.1 Viskometer
Viskometer merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur
viskositas suatu fluida, untuk cairan dengan viskositas yang berbeda
kondisi alirannya. Model viskometer pada umum digunakan berupa
viskometer bola jatuh, tabung (pipa kapiler) dan sistem rotasi. Viskometer
rotasi silinder sesumbu (Concentric Cylinder) dibuat berdasarkan 2
standard yaitu pertama, System Searle dimana silinder bagian dalam
berputar sedangkan silinder bagian luar diam, yang kedua System Couette
dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan bagian dalam silinder
diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan pada celah diantara kedua
silinder.Persamaan matematis untuk menghitung viskositas diturunkan dari
hukum Newton mengenai aliran viskos.

6
2.3.2 Jenis - jenis Viskometer
Ada beberapa jenis alat viskometer, namun tiga diantaranya
jenis viskometer yang sering digunakan sebagai berikut

a. Viskometer Ostwald
Viskometer Ostwald berkerja dengan konsep kecepatan alir suatu
fluida dalam suatu pipa tabung. Semakin kecil kecepatan alir larutan,
maka semakin besar nilai viskositas (Engel dan Reid,2006). Salah
satu viskometer yang berkerja berdasarkan hukum Poiseuille adalah
viskometer Ostwald. Kegunaan Viskometer Ostwald mengukur
waktu yang di butuhkan oleh sejumlah fluida tertentu untuk mengalir
melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat larutan
itu sendiri.

b. Viskometer Cup and Bob


Viskometer Cup and Bobb ini fluida digeser dalam ruangan antara
dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk
persis di tengah-tengah. Kelemahan pada viskometer ini yaitu
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan oleh geser yang tinggi
dibagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.
Penurunan konterasi berakibat bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Aliran ini disebut aliran sumbat ( Moechtar,1990).

c. Viskometer Brookfield
Viskometer Brookfield ini nilai viskositasnya didapatkan dengan
mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder (Spindle) yang
dicelupkan kedalam fluida. Viskometer Brookfield memungkinkan
untuk mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam
viscometry. Untuk mengukur viskositas fluida dalam Viskometer
Brookfield, bahan harus diam dalam wadah sementara itu poros
bergerak sambil direndam dalam fluida (Atkins,1994).

7
2.4 Screw Press
Cara yang paling umum dipakai untuk mengekstraksi minyak kasar dari buah
kelapa sawit yang telah mengalami pelumatan adalah dengan menggunakan
pengempaan (Pressing). Yaitu Screw Press fungsi dari Screw Press adalah
untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran
yang berbentuk spiral (Screw) dengan susunan horizontal dan berputar
berlawanan arah. Sawit yang telah dilumatkan akan terdorong dan ditekan
oleh cone pada sisi lainnya, sehingga buah sawit menjadi terperas (Hasballah
dan Enzo, 2018).

Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus (Conus) berada pada bagian ujung
pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidraulik. Massa yang
keluar dari ketel aduk masuk ke main screw untuk dikempa lebih lanjut.
Minyak yang keluar dari lubang silinder press ditampung dalam talang
minyak (Oil Gutter). Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak
pada oil gutter dilakukan penambahan/pengenceran air panas dari hot water
tank dengan temperature ≥ 95°C (Harahap, 2010).

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat,
pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake kedalam
pressan dari atas bagian tengah atau dichute screw press. Jumlah air pengencer
yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air
pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pengutipan
pertama terhadap minyak kelapa sawit berlangsung pada stasiun pengempaan.
Pada unit ini stasiun ini menggunakan kempa ulir yang berfungsi untuk
mengekstraksi minyak dari daging buah. Peningkatan efisiensi pengutipan
minyak sangat dipengaruhi oleh pemakaian air pengencer atau air delusi
(Naibaho, 1998)

penggunaan jumlah air pengencer yang sesuai akan memperkecil kehilangan


minyak yang terikut pada ampas pressan. Penggunaan air pengencer yang

8
semakin besar akan memperkecil persentase kehilangan minyak pada ampas
pressan, tapi kali ini belum tentu efisien untuk pengutipan minyak karena air
dalam minyak akan tinggi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
pengelolaan selanjutnya (Naibaho,1998).

2.5 Proses Pemurnian Minyak


2.5.1 Sand Trap Tank
Crude oil yang keluar dari digester dan screw press ditampung dalam Oil
Gutter dan dialirkan kedalam sand trap tank.Alat ini berfungsi untuk
mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke Vibrating
Screen (ayakan getar) dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan
pasir kasar yang dapat menyebabkan kehausan ayakan.Alat ini bekerja
berdasarkan gravitasi yaitu mengendapkan padatan. Keberhasilan proses
pengendapan tergantung pada retention time yang diproyeksikan dengan
kapasitas tangki tersebut. Bentuk sand trap tank ada yang bentuk kotak
dan silinder. Ditinjau dari segi mekanismenya bahwa bentuk silinder
memberikan aliran sirkulasi yang dapat mempercepat proses pengendapan
pasir atau padatan yang berat jenisnya lebih besar dari minyak.
Pengendapan padatan lebih baik jika pembersihan dasar tangki terjadwal.
Hal ini jarang dilakukan karena sludge yang berada didasar tangki
mengandung minyak yang tinggi (Naibaho, 1998).

2.5.2 Vibrating Screen


Menurut Naibaho (1996) Pemakaian Vibrating screen atau ayakan getar
bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang berukuran besar, sehingga
pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang memenuhi standar.
Ayakan getar dikenal dengan tipe "rectangulair" dan "vibro" yang
keduanya mempunyai mekanisme pemisahan yang berbeda. Tipe
rectangular bekerja dengan getar atas bawah, muka belakang dan kiri
kanan, yang terdiri dari dua tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40
mesh. Sedangkan ayakan vibro bekerja dengan cara getaran melingkar

9
dan alas bawah, yang terdiri dari dua tingkat ayakan dengan ukuran 30
dan 40 mesh, yang sering disebut dengan double deck.

Fraksi yang dipisahkan dalam alat ini ada dua kelompok yaitu.

a. Pasir dan tanah berasal dari panenan yang terikut bersama


buah.Umumnya pabrik telah memiliki Sand trap tank (STT) untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai berat jenis yang
lebih besar dari 1. Karena waktu pengendapan sangat singkat maka
tidak seluruhnya pasir atau gumpalan tanah terpisahkan, maka
dilanjutkan pemisahannya pada ayakan getar.

b. Serat atau ampas yang terikut dalam minyak dipisahkan dengan


maksud agar kadar kotoran minyak sesuai dengan standard
kualitas.Penambahan alat Sand Trap Tank diantara Screw press
akan menambah ketahanan masa pakai ayakan getar, karena pasir
dalam minyak mempunyai daya gesek yang tinggi dengan ayakan
yang dapat mempercepat kehausan ayakan tidak lagi terikut ke
ayakan getar.

2.5.3 Crude Oil Tank


Crude Oil Tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel
yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tangki ini ukurannya
kecil yaitu 10 m3 dengan masa tunggu 30-45 menit untuk PKS 30 ton/ jam,
dapat dikatakan bahwa retention time minyak relatif singkat sehingga lebih
berfungsi untuk mengendapkan pasir atau lumpur partikel besar.
sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.
Fungsi utamanya oil tank yaitu menampung minyak dari ayakan sebelum
dipompakan pada oil setling tank, yang ditempatkan tepat dibawah
ayakan getar, sehingga minyak dari ayakan getar langsung ditampung.
Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan
80°C, oleh sebab itu dalam COT dipasang alat pipa coil pemanas
(Naibaho, 1996).
10
2.5.4 Continous Settling Tank
Minyak yang berada dilapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil
settling tank untuk diendapkan. Fungsi dari settling tank adalah
mengendapkan kotoran kotoran yang terdapat dalam minyak.
Proses pengendapan ini dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak
dapat dipertahankan pada suhu 80°C. Pada suhu ini kekentalan minyak
lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang berat jenis > 1 akan berada
dibagian bawah tangki dan mengendap.
Campuran minyak yang terdapat dalam oil settling tank terdiri dari tiga
lapisan, lapisan minyak, lapisan air dan lapisan lumpur (sludge). Semakin
lama cairan minyak berada dalam oil settling tank maka pemisahan akan
semakin sempurna dan lumpur pun akan mengendap dibagian dasar tangki
(Naibaho, 1996).

Menurut Naibaho (1996) Faktor Faktor yang mempengaruhi lamanya


minyak bertahan dalam settling tank:
a. Volume tangki
Yaitu ukuran luas permukaan dan tingginya tangki. Semakin luas
permukaan tangki semakin bebas partikel-partikel NOS
mengendap. Pada beberapa pabrik dijumpai oil settling tank yang
bentuk silinder dengan jumlah yang lebih banyak, sehingga
sistim ini dapat disebut dengan semi continuos.

b. Debit pipa masuk


Yang berkaitan dengan volume tangki. Minyak yang masuk
harus diatur perbandingan minyak dengan air, sehingga minyak
dapat bertahan lebih lama dalam tangki. Keberhasilan oil settling
tank memisahkan minyak dipengaruhi masa tunggu dan tindakan
pengenceran.

11
c. Pembuangan lumpur (blow down)
Lumpur yang berada di bawah tangki yaitu yang berada pada
cone dapat mengganggu proses pengendapan, yaitu bila cone
ditutupi oleh lumpur maka dasar tangkiseolah-olah bidang datar,
berarti akan mengurangi volume tangki dan mengurangi waktu
tunggu dalam oil settling tank. Untuk mencapai hasil yang lebih
baik maka pembuangan lumpur perlu dilakukan secara kontinu
dengan selang waktu tertentu. Pembuangan lumpur yang terlalu
cepat dapat mempertinggi oil losses, karena dalam lumpur
tersebut masih terdapat minyak yang menempel. Banyak
tidaknya minyak dalam lumpur juga dipengaruhi oleh suhu
pemanasan.

2.5.5 Vacum Dryer


Minyak yang keluar dari oil purifier atau decanter masih mengan dung air,
maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu
standar. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri gerak yang dihubungkan
dengan steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan
dalam minyak hingga 50 TORR Pengisian minyak kedalam alat ini tidak
dapat dilakukan dengan bantuan pompa.
akan tetapi masuknya minyak didasarkan pada kevacuuman alat
pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap
memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu
minyak produksi.
Pemisahan air dari minyak dalam vacuum dryer dipengaruhi oleh:

a. Suhu minyak
Pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin efektif bila suhu
minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacuum dryer tidak terjadi,
sehingga yang menentukan suhu minyak ialah suhu perlakuan pada
oil purifier atau decanter.

12
b. Kehampaan udara
Bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa udara.
Kehampaan udara tergantung dari kemampuan steam injector atau
pompa vacuum, juga dipengaruhi fluktuasi debit minyak masuk.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Crude Palm Oil ( CPO )


Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya kadar ALB (asam lemak bebas), kadar air dan kadar kotoran.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu
keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus
lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat
ditentukan oleh banyakfaktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung
dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau
kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutannya. Industri
pangan dan non pangan selalu menghendaki minyak sawit
dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit dalam keadaan segar, asli,
murni, dan tidak bercampur dengan bahan tambahan lain yang dapat
menurunkan mutu minyak dan harga jualnya.

Tabel 2.2 Standart Mutu Crude Palm Oil

Spesifikasi Crude palm Oil


Kadar Air Maks 0,5%
Kadar Kotoran Maks 0,5%
Asam Lemak Bebas Maks 5%
Sumber : SNI 01-2901-2006

2.7 Mekanisme Sedimentasi


Tahapan sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes batch settling
ketika partikel - partikel padatan mengendap dari suatu slurry dalam silinder.
Gambar 1(a) menunjukkan slurry dalam silinder dengan konsentrasi padatan
yang seragam.Seiring dengan berjalannya waktu, partikel-partikel padatan

13
mulai mengendap dan laju mengendapnya partikel tersebut diasumsi sebagai
terminal velocity. Pada Gambar 2.1 terdapat beberapa zona konsentrasi.
Daerah D didominasi endapan partikel-partikel padatan yang lebih berat dan
lebih cepat mengendap.Pada zona C terdapat partikel dengan ukuran yang
berbeda-beda dan konsentrasi yang tidak seragam. Daerah B adalah daerah
dengan konsentrasi yang seragam dan hampir sama dengan keadaan mula-
mula.Pada daerah B ini partikel-partikel turun dengan bebas hambatan dan
terjadi proses free settling. Di atas daerah B adalah daerah A yang berupa
liquid jernih. Jika sedimentasi dilanjutkan, tinggi dari tiap daerah bervariasi
seperti pada Gambar (c) dan Gambar (d). Daerah A dan D semakin luas,
sebanding dengan berkurangnya daerah B dan C. Pada akhirnya daerah B dan
C akan hilang dan semua padatan terdapat pada daerah D sehingga hanya
tersisa daerah A dan dimana terbentuk bidang batas tunggal antara liquid
jernih dan endapan (Roessiana, 2014).

Gambar 2.1 Tahapan proses pengendapan

2.8 Kadar Kotoran


Kadar kotoran atau zat pengotor adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang
tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai
persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya, hasil
minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, dengan proses
tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang dapat disaring. Akan
tetapi, kotoran-kotoran atau serabut-serabut yang berukuran kecil tidak bias
disaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya
sama dengan minyak sawit (Yuniva 2010).

14
2.9 Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam sampel.
Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi kadar air, maka
semakin rendah mutu CPO. Air dalam minyak hanya ada dalam jumlah kecil.
Jika kadar air dalam minyak sawit (<0,15%) akan memberikan kerugian mutu
minyak, dimana tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat
memudahkan proses oksidasi minyak itu sendiri. Tetapi, jika kadar air
dalam minyak sawit (>0,15%) maka akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis
lemak, dimana hidrolisis dari minyak sawit akan menghasilkan gliserol dan
asam lemak bebas yang menyebabkan ketengikan dan menghasilkan rasa bau
tengik pada minyak tersebut.
Kadar air yang tinggi di dalam CPO dapat disebabkan oleh buah yang rusak
atau busuk. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuatan dan
akibat perlakuan dalam pengolahan di pabrik serta penimbunan (Yuniva
2010).

15

Anda mungkin juga menyukai