Anda di halaman 1dari 14

GRAFITI DAN IDEOLOGI ARTISTIKNYA Oleh: Pangeran Paita Yunus

Bagian Pertama: Situasi Yang Mengawali Paling tidak dari sejak awal abad 19, kota Paris selalu menjadi pusat panggung peristiwa sejarah seni rupa modern di Barat. Seniman penganut Neoklasik, Romantisme, begitu pun kaum Impresionis dan Realis serta kelompok-kelompok lain sesudahnya berada di Paris. Pada saat Ekspresionoisme berkumandang di Eropa, maka kota Munchen di Jerman untuk beberapa lama menjadi pusat perhatian dunia seni rupa. Begitu pula ketika Abstrak Ekspresionisme menjadi dominan di Barat, maka mata dunia pun beralih tertuju kepada Amerika Serikat, khususnya kota New York. Dan sebagaimana kita ketahui bersama, ketika itu, New York Paris atau pun London saling berebut tempat di depan untuk merebut sebagai pelopor dunia seni rupa modern, dan dalam banyak hal dan kesempatan ternyata New York sering menjadi pemenang. Pasca Impresionisme, sebagaimana kita ketahui telah memberikan dua dasar yang kuat bagi perkembangan seni rupa selanjutnya, yaitu dasar kebentukan yang dipelopori oleh Paul Cezanne dan George Seurat, dan dasar kekuatan ekspresi yang dipelopori oleh Paul Gauguin dan Vincent Van Gogh. Dua dasar itulah yang nantinya ternyata merupakan landasan yang kuat bagi tumbuhnya aliran-aliran seni rupa pada abad 20/21 yang makin lama jumlah makin banyak. Boleh dikatakan bahwa aliran-aliran yang ada pada dasawarsa tahun tujuhpuluhan kesemuanya dapat dikembalikan pada dua kutub tersebut, yaitu kutub yang mengejar kekuatan bentuk dan struktur dan kutub yang sangat dominant pada kekuatan dan kepekaan ekspresi, atau gabungan antara keduanya. Konstruktivisme, Kubisme, Abstrak Formalisme, minimal art, earth art, neoplastisisme adalah aliran-aliran yang sangat kental dengan kebentukan, sedangkan Surrealisme, abstrak ekspresionisme, fauvisme adalah aliran-aliran yang datangnya dari kubu Ekspresionisme. Mengamati alur sejarah perkembangan seni rupa modern Barat yang begitu jelas dengan tensi perubahan yang cepat, maka pertanyaan yang muncul adalah dimana posisining Jean-Michel Basquiat dalam perkembangan seni rupa Barat (Amerika), siapakah dia, dan mengapa dengan begitu cepat ia terkenal dan sebegitu cepat pula ia pergi?

Bagian Kedua: Karya Basquiat: Idiom Seni Rupa Pembrontakan Basquiat tampil sebagai pelukis di saat bangsa dan rakyat Amerika (New York:Kulit hitam) mengalami satu tingkat ketegangan dan keruwetan sosial yang sangat tinggi dengan berbagai krisis dan kekuatiran. Yaitu zaman dimana orang mesti berpikir keras untuk memahami dan menanggulangi berbagai perubahan yang secara faktual datang begitu deras, mendadak dan

simultan. Ini mengakibatkan berbagai goncangan sosial-budaya. Secara langsung maupun tidak mempengaruhi ekspresi-ekspresi seni. Dalam keadaan seperti ini orang membutuhkan cara-cara pandang, ungkapan, dan perumpamaan baru untuk memahami keadaan guna mencari solusi bagi permasalahan yang mengemuka. Ungkapan-ungkapan baru itu bisa saja idiom-idiom lama yang ditempat dalam satu konteks yang baru misalnya. Bisa juga sang seniman meminjam idiom-idiom serta ekspresi-ekspresi yang datang bersamaan dengan datangnya budaya-budaya baru. Dalam konteks perjalanan berkesenian Basquiat pada masa itu, budaya populer-lah yang paling dominan, yaitu budaya yang dalam peredaran dan perputarannya lebih memberi ruang yang luas bagi kaum muda. Bisa pula campuran dari elemen-elemen berbagai zaman dan dari bahasa/budaya berbeda. Yang jelas ungkapan-ungkapan baru itu tidak serta merta dapat diresapi dan bisa menyejukkan mata. Kerap kali yang baru itu sering nampak menakutkan bagi banyak orang. Namun ekspresi-ekspresi baru tidak akan bisa dibendung, mereka menghambur di setiap waktu dan budaya sebagai indikatorindikator zaman. Sebelum munculnya Basquiat, di tahun 1960-an telah tampil Pop-Art yang dipelopori Richard Hamilton, Roy Lichtenstein, Jasper Johns dan Andy Warhol yang merupakan hasil eksplorasi atas kombinasi media, modal dan benda-benda yang memanjakan pemakainya. Isme ini sedemikian kuat dan dahsyat mengendalikan selera publik atas karya seni. Pop-Art mengangkat kebanalan dari budaya konsumtif masyarakat kapitalis sebagai pernyataan berkesenian mereka. Salah seorang pelopor seni ini di Amerika adalah Andy Warhol. Tahun 1980-an, ditengah kepopuleran Andy Warhol muncul Basquiat seniman muda berbakat alami yang tidak begitu dikenal publik seni, pengamat, kolektor, apalagi kritikus seni pada masa itu. Basquiat adalah pemuda yang senang iseng mencorat-coret, membuat gambar/huruf grafiti di tembok-tembok toko, galeri-galeri mewah dengan penanda Samo = same old shit (tahi yang ituitu juga) tapi tidak dikenal siapa pembuatnya. Ini adalah salah satu bentuk kejengkelan Basquiat terhadap pengelola galeri, kolektor dan media yang hanya menampilkan seniman-seniman yang sudah tenar pada masa itu, seperti misalnya Andy Warhol. Perkenalan dan persahabatan dengan Andy Warhol menjadi simbol dari pertemuan dua kontras yang berbeda. Warhol yang berkulit putih dengan penampilan yang trendy dan necis dan Basquiat yang berkulit hitam dengan penampilan seronok dan fanky. Persahabatan inilah yang dijual kepada publik Amerika. Warhol sendiri bersedia menjadi mentor bagi Basquiat. Basquiat pun tumbuh menjadi populer menyamai mentornya. Dalam masa produktifnya yang begitu singkat (1960-1988), Basquiat menunjukkan siapa dirinya. Dia seorang seniman yang barangkali tidak memiliki pretensi menjadi seniman. Ia berkarya atas keinginan berkreasi semata. Bukan berkarya untuk melayani keinginan pasar dan kolektor. Persahabatan Warhol dengan Basquiat yang singkat menjadi simbol bekerjanya pasar, modal, media, dan manajemen kreatif terhadap dua seniman yang penuh paradoks itu. Andy Warhol yang senang dengan mereproduksi tokoh yang dianggap menjadi ikon-ikon publik sebagai bentuk representasi atas alienasi personal dalam masyarakat modern yang kapitalistik. Sementara Basquiat mengubah figur-figur yang stilistik secara ekspresif. Figur manusia dalam karya Basquiat,

bukanlah model realis ataupun surealis, tapi ekspresi esensial, dimana manusia hanyalah digambar dalam bentuk kerangka saja, atau tubuh yang flat tanpa nuansa (Dwikora, 2005). Gaya grafiti dalam karya Basquiat muncul dalam bentuk tulisan ekspresif, puisi, pernyataanpernyataan, protes, pamplet tanpa pretensi pasar. Hal ini sangat berlawanan terhadap bergairahnya pertumbuhan pasar modal, hedonisme dan kapitalisme Kota New York tahun 1980an. Mengamati karya seni lukis Basquiat, maka kita tak akan lepas dengan pergerakan Grafiti-Wallpainting, Abstrak-Ekspresionisme, dan Pop Art yang berkembang sekitar tahun 1960-an di Amerika. Dari beberapa karya yang ditampilkan pada pemutaran film tentang Basquiat, menunjukkan dengan jelas bahwa ia bekerja murni dari ekspresi jiwanya yang paling dalam, naifkekanak-kanakan yang murni dari re-imajinasi atas memori mengenai obyek-obyek yang terungkap dalam lukisannya. Misalnya pada karyanya Fink Elephant with Fire Engine (1984). Apakah ungkapan visual Basquiat yang naif-ekspresif dan melawan pakem estetika artistik pada masa itu merupakan refresentasi pembrontakannya terhadap subordinasi kultural terhadap warga negara Amerika berkulit gelap seperti dirinya, ataukah pengaruh pikiran alam bawah-sadar yang merupakan akumulasi endapan amarah atas dominasi dan diskriminasi kaum elit kulit putih pada saat itu. Dalam karya yang lain, Monalisa (1983) menggambarkan sosok Monalisa dalam wajah yang buruk tanpa ekspresi, penuh dengan goresan-goresan liar dan tulisan-tulisan grafiti yang khas Basquiat. Pencitraan ini jauh dari Monalisa-nya Leonardo da Vinci yang anggun dengan senyum yang penuh misteri. Hal ini bisa merupakan bentuk pembrontakan Basquiat terhadap antusias dan perhatian yang berlebihan publik seni terhadap Monalisa karya da Vinci. Bagian Ketiga: Karya Basquiat, Menyodorkan Masalah Untuk Dikaji Dalam prosesnya, saya melihat karya Basquiat merupakan fase lanjutan gejala lain dalam perkembangan seni lukis modern dunia yang berlangsung pada dekade tahun 1970-an dan 1980an. Seni rupa yang tumbuh pada dekade ini menurut beberapa kritikus adalah dekade seni rupa pembrontakan (penentangan, penerobosan, perombakan). Seperti lazimnya seni rupa pembrontakan, seni rupa dekade 1970-1980 itu tidak memiliki identitas stabil karena sifatnya yang reaktif, radikal dan tak tersusun secara sistematis. Karena itu baru pada dekade 1980 akhir, setelah munculnya perkembangan pasca-pembrontakan, dasar-dasar seni rupa pembrontakan itu menjadi jelas: menentang prinsip-prinsip modernisme. Pada masa ini, seni rupa pasca-modern itu tidak lagi menentang modernisme, tapi meninggalkannya. Gejala munculnya pada tahun 1960-an, namun baru menjadi jelas pada dekade

1980-an setelah di tahun 1970-an dipengaruhi pemikiran-pemikiran filsafat post-strukturalisme Eropah. Saya melihat karya-karya Basquiat merupakan salah satu contoh kecendrungan seni rupa kontemporer yang diwarnai pula oleh perkembangan yang berlawanan, yaitu modifikasi kecantikan lukisan. Hal ini berkaitan dengan tumbuhnya bisnis dan pasar seni rupa. Arus ini meluaskan praktek seni lukis dan menyerap sejumlah besar perupa, khususnya pelukis. Kendati dasar perkembangannya seni rupa komersial, tidak bisa di sangkal terdapat pula perkembangan seni lukis yang berkualitas di antara seni lukis komoditi ini. Sifatnya yang komunikatif dan idiomnya yang populer, paling tidak menyodorkan masalah untuk dikaji. Paul Gauguin, Vincent Van Gogh, dan Paul Cesanne Peletak Dasar Seni Modern Oleh Nyoman Gunarsa DI Eropa Barat pada pertengahan abad ke-19 terjadi perkembangan yang dahsyat dalam seni lukis, khususnya di Paris, Prancis, sebagai pusat perkembangan aliran impresionisme. Kelompok impressionisme ini menggantungkan ciptaannya pada cahaya matahari. Impressionisme merupakan suatu cara melukis, dimana gambar hampir tak dipentingkan. Karena itu, tak ada garisgaris kontur tebal maupun tipis, sehingga lukisan-lukisan itu hanya merupakan warna-warna. Yang paling tipikal dari kelompok pelukis impressionisme adalah syarat yang dituntut, lukisan itu harus dibuat di luar rumah. Bagi mereka, bukan memberi garis-garis yang jelas dari pemandangan alam, melainkan melukiskan cahaya yang mengenai benda yang dilukis. Karena itu cahaya akan berubah-ubah setiap saat, sehingga untuk mengejar cahaya sang seniman harus bekerja cepat. Teknik melukisnya, warna-warna tak dicampur di palet, tapi langsung di kanvas. Jika dilihat dari dekat tak jelas, namun kalau dilihat jarak jauh, maka muncul warna-warna simpang siur -- itu sebagai suatu pemandangan. Aliran impressionisme ini mendapat respons positif dari kalangan penguasa atau masyarakat saat itu. Sedangkan aliran-aliran lain tak mendapat respons. Tokoh-tokohnya antara lain Monet, Manet, Pissaro, Degas, dan Henry de Toulouse Loutrex.

Tiga Serangkai Di tengah maraknya aliran impressionisme, timbul tantangan-tantangan baru dari Paul Gauguin, Vincent Van Gogh, dan Paul Cesanne. Tiga serangkai ini tak puas melukis dengan cara demikian. Mereka membuat gebrakan baru yang merupakan dasar dari semua aliran seni lukis yang disebut "Seni Lukis Modern". Ketiga seniman itu adalah peletak dasar baru seni lukis modern. Sebagai perintis, ketiganya hidup sangat tragis dan sunyi, sampai-sampai di atas perbatasan ragu dan putus asa. Paul Gauguin yang dulu pegawai bank dengan gaji 40 ribu Frank per tahun, meninggalkan Paris menuju Tahiti, untuk mencari kedamaian, harmoni manusia dengan alam. Apa yang dia dapatkan

dari petualangannya di Tahiti, yakni ciptaannya punya warna-warna halus penuh rasa. Bagi Paul Gauguin, yang secara tak sengaja mengingatkan kita pada persoalan besar dalam seni lukis modern, yaitu warna dan garis punya arti lain dari sekadar melukiskan kenyataan-kenyataan. Katanya: ada garis-garis yang murni, ada pula yang bohong, lebih penting lagi warna, karena warna lebih dalam mempengaruhi mata. Keindahan warna sangat penting baginya. Tulisannya: pikirlah betapakah kedudukan warna dalam menyumbangkan keindahannya kepada seni modern? Warna yang seperti musik merupakan getaran seperti musik pula, akan mendekati nilai-nilai yang paling umum dari dalam diri sendiri. Lantas, bagaimana Vincent Van Gogh? Ia berjiwa besar. Lahir di Belanda dan belajar melukis di Prancis. Dia tak puas melukis dengan gaya impressionisme, dalam jiwanya selalu terdorong hasrat untuk menumpahkan segala isi jiwa. Dia seniman yang pertama mau menyatakan isi jiwanya keluar dengan jalan warna, garis dan komposisi. Dia melukiskan visi-visi sendiri dengan tak ambil pusing pendapat publik, apakah menganggap bagus atau tidak. Dia menentang pendapat umum yang dikuasai kaum impressionisme waktu itu. Hidup Van Gogh sangat tragis karena masyarakat tak mengerti, sehingga hidupnya tidak berguna. Dia meninggal di St. Remis di Prancis Selatan dengan menembak kepalanya sendiri! Ternyata di kemudian hari, apa yang tak dimengerti zamannya, oleh angkatan kemudian malah sangat dihargai. Van Gogh melukis bukan semata-mata untk menyenangkan pemirsa, tapi mau menyatakan pengalaman jiwanya yang mengandung kasih sayang terhadap sesama menusia maupun benda-benda yang ada.

Lalu, Paul Cesanne , bapak seni lukis modern pada masa jayanya aliran impressionisme menguasai opini publik Eropa Barat. Dia sibuk dengan analisanya terhadap alam dan benda-benda sekelilingnya. Dia tidak melukis seperti orang kebanyakan, tapi semua objek dianalisa dengan pembagian bidang-bidang geometri, mengembalikan bentuk-bentuk di alam ke bentuk inti. Bentuk-bentuk itu diciutkan ke bentuk-bentuk elementer yang jadi dasar dari segala bentuk yang ada, misalnya segi empat, segi tiga, sirkel, dan trapezium. Cesane mengolah bentuk-bentuk yang diselaraskan menurut keperluannya untuk keindahan komposisi dan warna-warna yang disebut deformasi. Karya-karya Cesanne mengilhami aliran kubisme berikutnya seperti Pablo Picasso dan Braque.

Ada Perbedaan Perkembangan seni rupa Eropa Barat (dunia barat), kalau dibandingkan dengan dunia timur, sebenarnya ada perbedaan. Dunia barat lebih rasional, realistis berdasarkan alam nyata atau disebut Occidental Art, sedangkan dunia timur cenderung simbolik, dekoratif, abstrak, juga disebut Orriental Art.

Dalam perkembangannya, bukan timur saja yang dipengaruhi barat, atau mengambil barat, seperti isme yang banyak kita saksikan, buku-buku tentang art, media-media seni, maupun museummuseum di Eropa dan Amerika dengan memadukan hasil teknologi yang pesat. Diam-diam, barat memutus perjalanan dunia penciptaannya yang dulu sangat mengagungagungkan rasio dan alam (ingat kaum impressionisme) kemampuan berpikir akan isme seni lukis, lalu mengikuti cara timur yang lebih mengutamakan rasa, abstrak, mengutamakan nilai garis/goresan yang lebih linear, dekoratif agar keakuan Sang Pencipta lebih menonjol. Karena dalam dunia penciptaan, faktor pribadi kemanusiaan lebih urgent. Seni kaligrafi timur yang linear mengutamakan garis-garis seperti pada huruf Jepang, Cina, maupun Arab, telah menginspirasi tokoh-tokoh pelukis barat dari kejenuhan menggantungkan diri pada alam. Mereka cari kebebasan dalam berkesenian dan menemukan inspirasi itu di dunia timur. Di sini, terbukti timur juga mempengaruhi barat. Pada Paul Gauguin, kesadarannya akan unsur-unsur garis dan warna diketemukan di Tahiti. Van Gogh dari spirit kaligrafi Jepang, Picasso dapat inspirasi dari patung-patung primitif Afrika, dengan analisa-analisa periode kubismenya. Henry Maticse dengan goresan-goresan liarnya, mendapat inspirasi huruf-huruf Arab sehingga mendapat julukan Master of Arabesque. Perjalanan seni lukis Indonesia, yang sebelumnya dilatari dengan berbagai jenis seni budaya dari Sabang sampai Merauke, sungguh merupakan berkah Tuhan yang tiada bandingannya. Dunia penciptaan kita kaya sumber yang tersimpan dalam seni budaya tradisi. Para pendekar seni lukis Indonesia yang paling menonjol dalam konteksnya dengan perjuangan kemerdekaan, tak bisa dipungkiri nama-nama S. Sujoyono, Affandi, Hendra, Agus Djaya yang menghimpun para seniman Indonesia berjuang dalam bentuk artistik. Mereka membuat Persagi dan Sanggar Pelukis Rakyat tahun 1939 di Yogyakarta dengan ide "seni untuk rakyat". Selain empat serangkai itu muncul pula nama-nama Rusli, Kusnadi, Widayat Jayengasmoro, hingga Trubus. Mereka mendirikan Sanggar SIM (Seniman Indonesia Muda). Di Bandung timbul Sanggar Cipta Pancaran Rasa di bawah Kartono Jaya Kusuma, Barli dll. Di Jakarta, secara terpisah-pisah terdapat perupa menonjol seperti Oesman Effendi, Zaini, Nashar, dan Mardian. Di Yogyakarta tentu banyak lagi berdiri sanggar-sanggar seni yang didirikan para pelajar dari berbagai daerah seberang, satu di antaranya adalah Sanggar Dewata Indonesia yang didirikan oleh putra-putri Bali yang kuliah di ISI Yogyakarta (dulu ASRI) dengan ide lokal universal yaitu mencari inspirasi dari nilai-nilai seni tradisi dengan memasukkan unsur-unsur luar yang positif. Secara acak karya-karya mereka mencerminkan ke-Indonesia-an, dan kepribadian yang beraneka warna, mengisi taman seni budaya bangsa. Dalam era global, ketika antar-seni budaya berbagai bangsa bertemu dalam satu arus yang besar, di sinilah pentingnya masing-masing seniman bisa menonjolkan gaya pribadi-pribadinya dengan keunikannya. (*) Secara kronologis sejarah seni rupa manca negara/ dunia dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1.Seni Rupa Timur Purba a.Seni Mesir. b.Seni Mesopotamia. c.Seni Mediterania. 2.Seni Rupa Eropa Klasik.

a.Seni Yunani b.Seni Romawi. 3.Seni Abad Pertengahan. a.Seni Masa Pembenyukan b.Seni Masa Gemilang. c.Seni MAsa Kemunduran. 4.Seni Renaissance a.Seni Renaissance. b.Seni Barok. c.Seni Rococo. 5.Seni Modern. Para ahli berpendapat bahwa seni rupa Barat modern pada dasarnya bersumber dari zaman Yunani dan Romawi yang disebut zaman Klasik. Kebudayaan Yunani tersebut dibawa ke Eropa Barat melalui Roma. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada awal abad ke-19 menyebabkan munculnya berbagai produk. Keadaan ini akhirnya mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang seni rupa. Perhatian manusia cenderung pada hal-hal yang bersifat material, hal ini menyebabkan pemberontakan seniman. Pemberontakan seniman termanifestasikan dalam bentuk-bentuk kreativitas, sehingga di dunia perkembangan seni rupa lahir aliran-aliran dalam seni rupa yang saling menerusakan atau menentang aliranaliran sebelumnya. 1. Aliran Neo-Klasik

Pecahnya revolusi Perancis pada tahun 1789, merupakan titik akhir dari kekuasaan feodalisme di Perancis yang pengaruhnya terasa juga ke bagian-bagian dunia lainnya. Revolusi ini tidak hanya perubahan tata politik dan tata social, tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para seniman menjadi bebas dalam memperturutkan panggilan hati masing-masing, dimana mereka berkarya bukan karena adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin melukis saja. Maka dengan demikian mulailah riwayat seni lukis modern dalam sejarah yang ditandai dengan individualisasi dan isolasi diri. Jacques Louis David adalah pelukis pertama dalam babakan modern.

Pada tahun 1784, David melukiskan SUMPAH HORATII. Lukisan ini menggambarkan Horatius , bapak yang berdiri di tengah ruangan sedang mengangkat sumpah tiga anak laki-lakinya yang bergerombol di kiri, sementara anak perempuannya menangis di sebelah kanan. Lukisan ini tidak digunakan untuk kenikmatan, melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran anggota masyarakat atas tanggung jawabnya terhadap Negara. J.L. David merupakan pelopor aliran Neo-Klasik, dimana lukisan Neo-Klasik bersifat Rasional, objektif, penuh dengan disiplin dan beraturan serta bersifat klasik. Ciri-cirinya Lukisan Neo-Klasik : a.Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis. b.Bentuk selalu seimbang dan harmonis. c.Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis. d.Raut muka tenang dan berkesan agung. e.Berisi cerita lingkungan istana. f.Cenderung dilebih-lebihkan. Tokoh penerus J.L. David dalam Neo-Klasik adalah JEAN AUGUAST DOMINIQUE INGRES (17801867) 2. Aliran Romantik

Aliran Romantik merupakan pemberontakan terhadap aliran Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau mengajak kembali pada alam, sebagai manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki perasaan dan emosi. Lukisan-lukisan romantik cenderung menampilkan : Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik) Eksotik, kerinduan pada masa lalu Digunakan untuk perasaan dari penontonnya Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut : a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional. b.Penuh gerak dan dinamis. c.Warna bersifat kontras dan meriah. d.Pengaturan komposisi dinamis. e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan. f.Kedahsyatan melebihi kenyataan.

Tokoh-tokhnya antara lain : a.Eugene Delacroix b.Theodore Gericault c.Jean Baptiste d.Jean Francois Millet Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul RAKIT MENDUSA. Romantisme berasal dari bahasa Perancis Roman (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat. 3. Aliran Realisme

Realisme merupakan aliran yang memandang dunia tanpa ilusi, mereka menggunakan penghayatan untuk menemukan dunia. Salah seorang tokoh Realisme yang bernama Courbet dari Perancis mengatakan : TUNJUKANLAH KEPADAKU MALAIKAT, MAKA AKU AKAN MELUKISNYA, artinya ia tidak akan melukis sesuatu yang tidak ditunjukkan kepadanya (sesuatu yang tidak real/nyata). Aliran Realisme selalu melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu dan tanpa ada idealisasi, distorsi atau pengolahan-pengolahan lainnya. Gustave Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada dasarnya seni yang kongkrit. Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup yang pahit seperti Lukisan Pemecah Batu dll. Tokoh : Jean Francois, Millet dan Honore Daumier. 4. Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme adalah aliran yang mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya. Penganut aliran ini berusaha untuk melukiskan keadaan alam, khususnya dari aspek yang menarik, sehingga lukisan Naturalisme selalu bertemakan keindahan alam dan isinya. Monet merupakan salah satu tokoh pelukis Naturalisme, tetapi terkadang lukisannya mendekati Realisme. Meskipun lukisan Naturalistiknya Monet yang mendekati Realisme, tetapi sangat berbeda dengan lukisan Gustave Courbert sebagai tokoh realisme. Realismenya Courbert bersifat sosialistik yang moralitasnya cukup tinggi, sedangkan realismenya Monet cenderung melukiskan yang indah-indah dan amoral, karena prinsip Monet adalah seni untuk kepentingan seni, bukan untuk apapun. Para pelukis Naturalisme sering dijuluki sebagai pelukis pemandangan. Tokoh Naturalisme yang berasal dari Inggris adalah Thomas Gainsbrough (1727-1788). Tokohnya antara lain John Constable, William Hogart, Frans Hall. 5. Aliran Impresionis

Apabila ada orang mendengar istilah Impresionisme, maka asosiasi mereka biasanya tertuju pada lukisan-lukisan yang impresif, yaitu lukisan yang agak kabur dan tidak mendetail. Claud Monet bukan tokoh impresionisme, tetapi aliran impresionisme banyak diilhami oleh penemuanpenemuan Claud Monet dalam setiap lukisannya. Seorang tokoh impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste Renoir (1841-1919). Pelukis ini sangat gemar melukis wanita, baik dalam kondisi berpakaian maupun tanpa busana. Lukisan impresionis sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, karena melukis dilakukan di luar

studio. Lukisan impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas dan nampak hanya efekefek warna yang membentuk wujud tertentu. Tokohnya : Eduard Manet, Claude Monet,Auguste Renoir, Edward Degas dan Mary Cassat. 6. Aliran Ekspresionisme

Pada tahun 1990-an, para pelukis mulai tidak puas dengan karya yang hanya menonjolkan bentukbentuk objek. Mereka mulai menggali hal-hal yang berhubungan dengan batin, sehingga muncullah aliran ekspresionisme. Vincent Van Gogh (1850) adalah tokoh yang menjadi tonggak kemunculan aliran ekspresionisme dan tokoh lain yang mengikuti adalah Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di Indonesia yaitu Affandi. Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan ke arah suasana kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin. Pelopornya adalah Vincent Van Gogh, Paul Klee, Emile Nolde, W . Kandinsky, dan Edvard Munch. 7. Aliran Fauvisme

Nama fauvisme berasal dari bahas Prancis Les Fauves, yang artinya binatang liar. Aliran fauvisme sangat mengagungkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya seperti pohon berwana 0ranye/jingga atau lainnya. Lukisan-lukisan fauvis betulbetul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya. Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti dari

sebuah lukisan yang dibuat. Maurice De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang banyak terinspirasi oleh goresan warna Vincent Van Gogh, sampai-sampai ia berkata ; Saya lebih mencintai Van Gogh dari pada Ayah saya. Tokoh-tokohnya Antara lain Henr y Matisse, Andre Derain, Maurice de Vlaminc. 8. Aliran Kubisme

Aliran kubisme dilatar belakangi oleh konsep Paul Cezanne yang mengatakanbahwa bentuk dasar dari segala bentuk adalah silinder , bola, balok dan semua bentuk yang ada di dalam di pengaruhi oleh perspektif, sehingga bidang tertuju pada satu titik tengah. Karya Picasso menjadi insfirasi kemunculan karya- karya kubisme, karena motif geometris digunakan oleh Picasso. Lukisan kubisme mengedepankan bentuk-bentuk germetris. Tokoh kubisme yang sangat terkenal adalah Picasso dan Paul Cezanne, tetapi di samping kedua tokoh ini masih banyak tokoh lain yg menganut Kubisme seperti Juan Gris dll. 9. Aliran Abstraksionisme

Aliran Abstraksionime adalah aliran yg berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi atau asosiasis figuratif suatu obyek. Aliran Abstraksionis di bedakan menjadi dua yaitu. Abstrak kubistis

Yaitu abstrak dalam bentuk geometrik murni seperti lingkaran kubus dan segi tiga Tokoh aliraran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich [1913] Abstrak Nonfiguratif Yaitu abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai ugkapan perasaan, di mana garis mewakili garis ,warna mewakili warna dan sebagainya. Bentuk alami ditinggalkan sama sekali. Tokohnya adalah Wassily kadinsky, Naum Goba. 10. Aliran Futuris

Aliran Futuris muncul di Itali pada tahun 1909, sebagai reaksi terhadap aliran kubisme yang dianggap dinamis penuh gerak, karena itu temanya cenderung menggambarkan kesibukankesibukan seperti,pesta arak-arakan, perang dll. Tokoh aliran ini antara lain : Carlo Carra Buido Severini Umbirto Boccioni F.T Marineti 11. Aliran dadaisme

Aliran dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep aliran sebelumnya. Aliran ini mepunyai sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum seni yg telah berlaku. Ciri aliran ini sinis, nihil dan berusaha meleyapkan ilusi. Aliran ini dilatar belakangi oleh perang dunia pertama yg tak

kunjung berhenti. Perang yg tak kunjung padam memberi kesan hilangnya nilai sosial dari nilai estetika di muka bumi, sehinga pandangan dadaisme tidak ada estetika dalam karya seni. Tokoh Dadisme adalah Paul klee, Scwitters Tritan Tzara, Maron Janco dll. 12. Aliran Surealisme.

Aliran surealis banyak di pengaruhi oleh teori analisis psikologis. Sigmund Freud mengenai ketidak sadaran dalam anatomisme dan impian. Surealisme sering tampil tidak logis dan penuh fantasi, seakan-akan melukis dalam mimpi. Tokoh surealis yaitu Salvador Dali Maxt Ernest Jona Mirod

Anda mungkin juga menyukai