Anda di halaman 1dari 7

Peternakan salah satu penyumbang terbesar dalam efek gas rumah kaca Hal ini dapat diindikasikan melalui

: 1. Gas metana yang dikeluarkan oleh pencernaan hewan ternak. 2. Kotoran hewan ternak. 3. Proses pembuatan pakan ternak. 4. Pengikisan tanah akibat ditebangnya sejumlah tanaman untuk pakan ternak. 5. Pengangkutan hasil ternak, menghasilkan gas CO2. 6. Peternakan penyebab utama polusi tanah dan air. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam. Menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%). Bagaimana cara mengatasinya?? 1. Jadilah vegetarian. 2. Manfaatkan kotoran hewan ternak sebagai bahan bakar. 3. Go Green 4. DLL Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, pada November 2006 PBB telah merilis laporan mengejutkan yang berhasil membuka mata dunia bahwa ternyata 18% dari emisi gas rumah kaca datang dari aktifitas pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan hewan-hewan ternak lainnya. Di sisi lain, mobil, sepeda motor, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi lainnya yang bisa Anda sebutkan hanya menyumbang 13% emisi gas rumah kaca. Bayangkanlah kenyataan ini: Ternyata penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk dan bus dengan

polusinya yang menjengkelkan Anda. Tetapi emisi berbahaya itu datang dari sesuatu yang nampak sederhana, tidak berdaya, dan nampak lezat di meja makan Anda. Yaitu daging!

Mungkin bagi Anda hal ini sangat berlebihan. Tetapi ketahuilah bahwa laporan ini bukan dirilis oleh sekelompok ilmuwan paranoid yang tidak kompeten, ataupun peneliti dari tingkat universitas lokal. Laporan ini dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture OrganizationOrganisasi Pangan dan Pertanian). Tentu agak sulit membayangkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya yang begitu rapuh, yang terlihat begitu kecil dibandingkan luasnya planet ini, bisa memberikan pengaruh yang begitu besar pada perubahan iklim. Jawabannya adalah pada jumlah mereka mereka yang luar biasa banyak. Amerika Serikat saja menjagal tidak kurang dari 10 miliar hewan darat setiap tahunnya (tidak termasuk ikan dan hewan laut lainnya). Bayangkan berapa banyak jumlahnya bila digabungkan dengan seluruh dunia.

1. Pemeliharaan hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging tersebut tiba di rumah/piring makan Anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.

2. Transportasi yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.

3. Peternakan menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi. Tapi dapatkah Anda membayangkan berapa banyak lagi emisi yang dihasilkan tiap industri pendukung tersebut? Perekonomian yang maju tidak ada lagi artinya kalau planet kita hancur! Masih banyak sektor-sektor industri ramah lingkungan

yang bisa dikembangkan di dunia ini. Jadi mengapa harus mengembangkan sektor yang membahayakan kehidupan kita semua?

4. Peternakan membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Demi pembukaan lahan peternakan, begitu banyak hutan hujan yang dikorbankan. Hal ini masih diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Padahal akan jauh lebih efisien bila tanaman tersebut diberikan langsung kepada manusia. Peternakan sapi saja telah menyedot makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Lebih dari jumlah populasi manusia di dunia. KELAPARAN DUNIA TIDAK AKAN TERJADI JIKA SEMUA ORANG BERVEGETARIAN. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang vegetarian menyelamatkan hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Lima puluh lima kaki persegi hutan tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger! Perusakan hutan sama dengan memperparah efek pemanasan global karena CO2 yang tersimpan dalam tanaman akan terlepaskan ke atmosfer bersamaan dengan matinya tanaman tersebut.

5. Hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan (kita mengenalinya sebagai bersendawaglegekan kata orang jawa). Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca yang 23 kali lebih buruk dari CO2. Dan miliaran hewan-hewan ternak di seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi polutan gas rumah kaca yang signifikan. Tidak kurang dari 100 milliar ton metana dihasilkan sektor peternakan setiap tahunnya!

6. Limbah berupa kotoran ternak mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene 300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2. Pertanyaannya adalah: Memangnya seberapa banyak kotoran ternak yang ada? Di Amerika Serikat saja,hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran per detik! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia! Jumlah yang luar biasa besar itu membuat sebagian besar kotoran tidak dapat di

proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah membuangnya ke sungai atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya meracuni tanah dan sumber-sumber air. Kontribusi gas NO dari sektor peternakan sangatlah signifikan

Dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia serta semakin majunya peradaban manusia akan berimbas kepada meningkatnya aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tanpa kita sadari aktifitas kita sedikit banyak telah mengganggu keseimbangan yang ada di bumi ini yang berimbas kepada penumpukan suatu unsure gas yang menyebabkan efek pemanasan global atau yang biasa kita dengar dengan global warming. Global warming belakangan ini telah menjadi perhatian serius para pemimpin dunia, karena efek global warming yang menyebabkan perubahan signifikan terhadap iklim dunia. Perubahan tersebut terkait dengan penumpukan emisi gas gas penyebab rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global atau global warming yaitu karbondioksida, metan, sulfur heksa flourida, nitrous oxide, HFC dan PFC. Seperti yang disimpulkan oleh Panel Antar pemerintah atau yang biasa disebut International Panel on Climate Change (IPCC) yang berada di bawah naungan perserikatan bangsa bangsa (PBB) tentang perubahan iklim terungkap bahwa 90% aktifitas manusia selama 250 tahun terakhir yang menyebabkan pemanasan global. Aktifitas manusia yang menyebabkan efek pemanasan global diantaranya adalah pembabatan hutan , penggunaan bahan bakar fosil, industri peternakan, yang menyebabkan gas rumah kaca di atmosfir bumi meningkat pesat. Gas rumah kaca ini lah yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas rumah kaca ini akan membuat selubung atau pelindung pada atmosfir bumi yang menyebabkan panas yang di keluarkan dari dalam bumi terhalang oleh selubung gas tersebut sehingga panas yang seharusnya dapat di keluarkan ke luar atmosfir bumi kembali di pantulkan ke dalam bumi. Pemanasan global menjadi masalah yang sangat serius belakangan ini dan sektor peternakan merupakan salah satu penyebab utama dari efek pemanasan global. Seperti dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestocks long shadow: Environmental issues and option (di rilis pada November 2006). Peternakan menyumbang paling besar gas rumah kaca kurang lebih sebesar 18%, angka ini melibihi besar gas rumah kaca yang di hasilkan oleh gabungan transportasi di seluruh dunia sebesar 13%. Selain itu peternakan juga melepaskan sebesar 9% karbon dioksida dan 37% gas metana. Selain itu limbah kotoran yang di hasilkan peternakan menyumbang 65% nitrooksida dan 64% ammonia yang menyebabkan hujan asam.

Dalam buku yang berjudul Livestocks long shadow: environmental issues and option peternakan juga adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Sebesar 70% bekas hutan di amazon telah di alih fungsikan menjadi lading lading peternakan. Dampak dari penebangan hutan tersebut dalam setahun di perkirakan menyumbangkan emisi sebesar 2,4 miliar ton gas CO2 dalam setahun. Menurut organisasi yang berada di bawah naungan PBB (FAO) bagian sektor peternakan yang menymbang emisi gas penyebab rumah kaca adalah: 1. Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak Dalam proses pembuatan pakan ternak memerlukan proses terlebih dahulu pada saat pengolahan lahan pertanian untuk pakan ternak dapat menghasilkan gas karbon dioksida sebanyak 28 juta ton pertahunnya. Sedangkan karbon dioksida yang terlepas daripadang rumput yang terkikis menjadi gurun sebesar 100 juta ton pertahunnya. Pembukaan lahan yang di gunakan untuk peternakan menyumbang emisi 2,4 miliar ton karbon dioksida pertahunnya. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar fosil, peternakan menyumbang 90 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya. 2. Emisi karbon dari pencernaan hewan ternak Dalam proses pencernaan hewan ternak khususnya ruminansia dibantu oleh bakteri metanogen. Bakteri ini menimbulkan produksi gas metan, gas metan yang di hasilkan dari pencernaan hewan ternak dalam setahun dapat mencapai 86 juta ton pertahunnya. Sedangkan metana yang terlepas dari pupuk dari kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton pertahunnya. 3. Emisi karbon dari pengangkutan seta pengolahan hasil ternak Pada saat pengolahan daging hasil peternakan dapat menghasilkan emisi karbon sebesar puluhan juta ton pertahunnya. Sedangkan dari pengangkutan hasil ternak ke konsumen dapat menghasilkan emisi gas karbon dioksida dapat mencapau 10 juta ton pertahunnya. Sedangkan pernyataan lebih ekstrim di kemukakan oleh World Watch Institute, dalam watch magazine edisi November/Desember 2009 mereka menyebutkan sektor peternakan telah menyumbang sebesar 51% gas rumah kaca yabg telah menyebabkan efek pemanasan global. World Watch adalah sebuah organisasi riset independen yang berada di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1974. Metana yang dihasilkan mempunyai kekuatan lebih besar 72 kali dari

CO2 dalam janga waktu 20 tahun dan 23 kali lebih bahaya pada jangka waktu 100 tahun. Sedangkan dinitrogen yang dihasilkan lebih berbahaya 296 kali dari CO2 . Selain menyebabkan gas rumah kaca, peternakan juga di duga sebagai penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Diperkirakan sekitar 30% dari permukaan tanah bumi di pakai untuk lahan peternakan. Selain itu lahan dan air yang di gunakan untuk penanaman pakan ternak juga banyak memakan lahan. Dari uraian diatas dapat dilihat seberapa besar kontribusi dari berbagai sektor peternakan dalam menyumbang emisi gas yang dapat memngakibatkan pemanasan global. Di Australia bahkan emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan sektor peternakan bahkan lebih besar dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Sektor peternakan Australia setiap tahunnya menyumbang 3 juta ton gas metana. Selain menyebabkan polusi serta pemicu efek pemansan global peternakan juga dikenal sebagai penyumbang energi alternatif dari pemanfaatan limbah ternaknya. Untuk para peternak dengan skala industri mungkin ini telah termanfaatkan tetapi ini belum bisa atau kurang termanfaatkan oleh peternak peternak yang memiliki usaha ternak dengan skala kecil seperti yang pada umumnya berada di Indonesia. Kotoran ternak yang dihasilkan belum mendapat perhatian yang serius bagi mereka atau mungkin biaya yang masih terlalu mahal untuk mengolah limbah kotoran ternak tersebut,seperti pengolahan biogas. Bahkan sebagian dari mereka membuang limbah kotoran ternak langsung ke sungai. Tanpa mereka sadari itu merupakan bentuk dari perusakan lingkungan. Oleh karena itu, kita sudah sepatutnya ikut mensosialisasikan dan membantu gerakan yang dapat mengurangi efek buruk yang di timbulkan dari sektor peternakan atau bahkan menemukan terobosan baru yang dapat mengurangi dampak yeng di timbulkan dari usaha peternakan dengan teknologi yang ramah lingkungan serta biaya yang relatif kecil agar dapat termaksimalkan penggunaannya oleh peternak dengan skala yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai