Anda di halaman 1dari 10

Saran untuk Fresh certified Welding Inspector

ober ewin Mungkin ada yang bisa share atau kasi saran bagaimana seorang yg fresh certified welding inspector dapat memulai menggeluti pekerjaan sebagai welding inspector apabila dia tidak punya pengalaman dibidang itu. mungkin rekan-rekan bisa berbagi pengalaman atau informasi perusahaan (terutama dibatam) yg menerima fresh atau tempat magang untuk mengaplikasikan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman sebagai welding inspector. Mohon saran dari rekan-rekan, Terima kasih Nis Daniel Salam kenal pak... Saya dulu mulai dari sub contractor, dan saya bangga, kenapa? paling tidak saya tahu gimana orang production 'bermain' dan saya jadi tahu gimana bermain yang 'cantik' dan yang paling penting saya belajar membina hubungan baik dengan mereka, yang terakhir ini critical sekali pak (paling tidak menurut saya) kenapa? Anda tiap hari bakal berinteraksi dengan mereka, me-reject suatu barang sangat mudah, baik visual, atau per code, yang paling susah menurut saya menjamin kelancaran produksi TAPI TIDAK mengorbankan quality, kalau kita 100 persen produksi, quality hancur, kita bakal bermasalah dengan client, jika 100 persen quality, masalah dengan production, bakal dibuang kita, saran saya jika memang bapak ingin belajar tentang welding, welder orang yg tepat, belajar gambar, marker atau fitter orang yang tepat. Kalau bapak memang mau bapak bisa mulai dari sub-cont. ober ewin Salam Pak Daniel, Terima kasih atas sarannya, sebagai fresh WI memang harus banyak belajar dari awal karena penguasaan kondisi dilapangan mungkin sangat berbeda dengan teori yg diajarkan. Dan menurut saya mulai dari subcont adalah pilihan yg sangat baik, seperti yg bapak sampaikan bahwa bisa belajar professional attitude sebagai sikap yg harus dimiliki seorang welding inspector.

Akan tetapi, kurangnya informasi merupakan suatu kendala yg sangat besar dan membuat banyak orang menyerah. Salam Pak Pala, mungkin sebagian orang memang bepikiran seperti yg bapak sampaikan.tetapi saya yakin tidak semua berpikiran seperti itu, saya secara pribadi pada saat ini tidak memikirkan uang sebagai motivasi terbesar untuk terjun kebidang inspeksi di Oil & Gas. Akan tetapi lebih termotivasi untuk belajar dan mengaplikasikan pengetahuan kursus NDT dan WI yang saya dapatkan. Mungkin ada informasi perusahaan yg terima fresh atau tempat magang untuk mengaplikasikan pengetahuan mohon dishare. Karena bidang ini memang membutuhkan pengalaman. Terima kasih, Henry Margatama Dari yang saya lihat selama saya magang di salah satu perusahaan fabrikasi offshore structure. Semua new hire (non experience) yang berlatar belakang material ataupun welding inspector, ilmu yang didapat dari selama mereka training itu hanya sebatas kulitnya saja paling 5-10% saja yang dipakai, selebihnya ilmu itu didapat ketika mereka bekerja (aplikasi) dan menghadapi kasus nyata yang terjadi di lapangan. Sedikit sekali permasalahan yang terjadi di lapangan, solusinya didapat dari perkuliahan/training. Sehingga mereka dituntut untuk mengembangkan kemampuan mereka berdasarkan kondisi lapangan.

Pala Utama Betul sekali pa Daniel, Kita tidak bisa menyalahkan mereka dengan mengambil shortcut WI tanpa experience, tapi kondisi negri ini yg membuat anak bangsa yg fresh graduate harus mengambil certificate baik MIGAS, CSWIP dll.agar lebih cepat mendapat pekerjaan, karena banyak factor, di desak pacar, di desak orang tua, karena sawah dan kerbau sdh ludes untuk bayar uang kuliah dulu..he..he..he bercanda aja.. karena mereka berpikir memasuki gelanggang Oil & Gas sangat menjanjikan. jadi menurut saran saya sebaiknya yg penting dapat bekerja dulu, apakah di subkontraktor, atau kontraktor aja dulu...

karena kalau anda langsung jadi Client Inspector akibatnya secara psikologi terlalu kaget dengan gaji besar dan jika langsung bekerja sebagai Client akan mendapat kesulitan, karena nanti gak tau yg mana channel, H-Beam, tubular dan banyak lagi benda2 asing yg belum pernah anda jumpai. kalau anda di kontraktor tidak malu untuk bertanya hal tsb, tapi kalau jadi Client wah...ketahuan Boss...bisa berabe mudah2an anda akan menjadi sukses....di hari2 berikiutnya.

Dirman Artib Tulisan : Jika 100 persen quality, masalah dengan production, bakal dibuang kita. Apa iya jika quality good, maka production akan bermasalah ? Atau, jika quality is not good dan production akan jadi good ? abdi raja Saya juga bingung dengan tulisan tersebut dibawah,koq bisa bagitu ya. Saya sebagai orang production jadi kaget juga nih,karena kita mengerjakan pekerjaan dengan mengedepankan,productivity/progress,quality dan safety. Malahan saya sangat senang dengan teman-teman quality inspector yang cerewet dan banyak memberikan masukan,karena pekerjaan kita sudah diringankan dari sisi quality requirementnya dan kita tinggal eksen aja comentnya selesai barang itu dengan baik. kalau ada QC yang jarang memberikan masukan mengenai quality requirement during fabrication saya malah sebel,karena nanti waktu final inspection bisa-bisa di reject sama client.dan mengakibatkan delivery akan tertunda.dan cost akan naik karena akan ada reworkrework dan saya dimaki-maki sama superintendent saya. Bagi saya kalau memang ada sesuatu yang belum ACC,contohnya F/UP atau DC saya akan senang hati untuk melakukan rectivy,karena kalau after Postweld weldingan repair atau terjadi distortion yang OoT,diperlukan waktu yang lebih untuk pekerjaan repair tersebut. jadi bagi saya, Jadilah QC yang cerewet dan care.jangan mencuricuri,paling tidak product kita tersebut masuk ke minimum tolerance lah. Itulah saya kaget dengan tulisan pak daniel kemarin,atau mungkin bahasanya saja yang kurang pas. Nis Daniel

Terima kasih P Abdi buat commentnya.... Penjelasan atas tulisan saya terdahulu: 1. Bermain cantik: bermain di zona abu abu, bukan bermain di zone hitam atau putih, artinya berusaha untuk mempertahankan Qualitynya di hadapan client karena dia tahu bahwa product tersebut masih masuk dalam acceptable range, QC akan sangat senang bila mendapat seorang engineer/project seperti bapak, yang mau 'menuruti' kemauannya ;) maaf untuk kata mencuri, saya agak gak enak dengarnya, karena selama ini permainan saya terbatas ke code, standart dan client specs, bukan ke segi fisiknya, kalau jelas jelas reject di argue acc ya kelewatan pak. Nis Daniel Pak Dirman, saya hanya berusaha memberikan gambaran gamblang bukan bermaksud mendetail, walaupun saya yakin bahwa jika kita 100% quality, artinya tidak mau tahu sama sekali dengan production, 'pokoknya reject' saya yakin production akan bermasalah, Quality harus berjalan seiring dengan production bukan diatas atau dibawah, banyak sekali saya menemui rekan rekan saya (WI/QC) yang dicari adalah rejection! Memang benar salah satu tugas kami adalah mencari non conformity, tapi tugas yang.. maaf, lebih penting adalah mencari solusi dari suatu problem...... Saya sangat setuju dengan pak Made, bahwa jika quality ditetapkan dengan konsisten dan system sudah berjalan lancar dan semua pihak yg terlibat sadar akan perannya masing masing maka quality dan production akan bisa berjalan seiring. dharma trioko Selamat pagi semua. Mencoba menanggapi tulisan Pak Dirman. Menurut saya, Tulisan : Jika 100 persen quality, masalah dengan production, bakal dibuang kita., berasal dari rahasia umum yang ada di dunia konstruksi Indonesia. [Maaf, karena saya tidak ada informasi mengenai kebiasaan konstruksi di negara lain]. Seringkali (tidak selalu) 100% quality tidak dapat dipenuhi oleh karena beberapa hal yang mungkin dianggap kecil. Tetapi, untuk memenuhi kesalahan (yang dianggap kecil) itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu (terutama untuk proyek OFFSHORE) sangat mahal

harganya, oleh karena itu (kemungkinan) ada tekanan untuk dapat tetap mencapai progres yang diinginkan, yang masih reliable. Hal seperti inilah yang membedakan inpector yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman. parana_mechanical Pak Dirman, Good question pak... apa yg pak Daniel bilang terkadang itu memang terjadi di lapangan... tapi kuncinya "hanya" komunikasi dan kolaborasi yg positive and valuable baik dari engineer, QC, and supervisor-nya to find best solution, so we able to achieve both of those things(good quality + good production performance)... cuma yg sering jadi "bumbu sambal" itu ego dari masing-masing pihak aja... hehe.... Saiful pul Masalah quality dg produksi bila dilihat dr konteks kubu seolah berjalan bersebrangan, produksi pokoknya produktivitas, Qc hanya peduli kualitas. Paradigma ini harus perlahan-lahan dikikis. Quality control dipabrik biasanya menemukan masalah setelah produk jadi dan QC tidak bisa berbuat apa2 selain "reject" atau "repair", dan ini ongkosnya mahal krn reject atau repair tdk memberi nilai tambah terhdp produk. Kalo produk ini lolos ke client lebih mahal lagi ongkosnya. QC lebih mirip sprti tukang sortir,, go no go.Semakin banyak produk yg bermasalah semakin lelah QC dan akhirnya akan ada produk reject yg lolos ke client!! Konsep yg harus kita kembangkan adalah menanamkan kualitas sejak awal produk dikerjakan. Pd operator ditanamkan bahwa QC nomor satu adalah mereka, krn mereka yg tau persis benar atau tidaknya kerjaan tsb. Penting skali melakukan training qc, "acceptance criteria" dsb pd operator produksi. Jd operator tahu persis mana yg ok dan tidak. Insya Allah kalo ini berhasil QC inspector bisa nganggur semua....(jangan tersinggung krn sy juga lama jadi QC). TWI dulu diwebsitenya (sy udah lupa), melakukan program agar para WI mendidik welder ttg pengetahuan kualitas welding dan hasilnya rejection rate turun dan WI lebih banyak duduk-duduk drpd melototin welder...:)

MahadiCapah@Eaton Selamat pagi, Kembali ke topic kita diatas, saya kira saran itu tidak hanya untuk WI Entry level, tapi juga kepada para user di O&G, fabrication, dsb, dengan memberikan kesempatan kepada new entry tsb. Dalam hal ini kita harus mampu membedakan WI Entry Level, cat 1: baru tamat dari kuliah, ambil kursus Wi dan di certified sebagai Welding Inspector, cat 2: sudah pernah bekerja di luar (O&G), ambil kursus Wi dan di certified sebagai Welding Inspector. Yang saya hadapi selama ini dalam melamar adalah user menyamaratakan entry level, padalah merujuk pada cat 2(termasuk saya), sudah pernah bekerja diatas 10 thn, ada yang di QA/QC, Inspector, Civil, Engineering, Process Engineer dan manufacturing, akan tetapi tidak ada pertimbangan dengan pengalaman tersebut. Dan sebagai entry level, kami tidak punya pengalaman di O&G yang requirement nya sangat tinggi Yang kami butuhkan adalah keterbukaan dari user untuk memberikan kepada kami kesempatan untuk memulai pekerjaan ini, walaupun kami tidak punya pengalaman di bidang ini sebelumnya, karena kami punya kelebihan di bidang lain spt reporting, data analysis, MS. Office application, speaking dan management skill karena itu sudah kami lakukan sehari-hari. Inilah yang kami butuhkan yang paling penting saat ini. Berikan kami kesempatan untuk membuktikan bahwa kamipun bisa kerja. andreas.ganefriyanto@akersolutions Tiap departemen dalam suatu sistem manufaktur memang dibuat untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kriteria yang diminta oleh pelanggan. Saya tidak setuju dengan pengkikisan paradigma yang disebutkan Bung Saiful.

Suatu sistem manufaktur yang tiap departemennya bersifat "kekeluargaan" hanya akan menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan kriteria pelanggan. Engineering yang menerjemahkan kebutuhan pelanggan dengan standard dan kemampuan produksi secara global (tidak hanya lokal/tempat dia bekerja saja). Produksi/SCM yang menerjemahkan gambar dan membuat produk sesuai dengannya dan dalam waktu yang juga sesuai dengan perjanjian. Kualitas tentu saja mengecek hasil dari produksi dengan gambar dari Engineering. Bila masing-masing departemen berfungsi sebagaimana mestinya, tidak akan ada konflik dalam sistem manufaktur. ;P Tapi unsur manusia memang membuat sistem ini menjadi menarik karena kehadirannya menghasilkan kepentingan ;P kemampuan produksi yang tidak sanggup menghasilkan produk sesuai gambar, engineering yang silap dalam menerjemahkan kebutuhan pelanggan dan standard ke dalam gambar, kualitas yang silap dalam pengecekan. Dengan adanya potensi konflik ini, manajemen menjadi unsur penting dalam penyelesaiannya. Kiagus Ismail Hamzah Mahbor Berberapa perusahaan menganggap QC hanya sebagai pelengkap, dan apabila dianggap menggangu progress maka level management bisa meng over rule (dulu sering saya alami semasa di Malaysia). Dan banyak juga perusahaan yang sangat menghargai QA/QC, 4 tahun yg lalu, saya bekerja di perusahaan dimana, untuk level jabatan yg sama gaji seorang QA/QC dan HSE 25% lebih besar drpd karywan di bagian engineering dan construction. dan setiap keputusan QA/QC yang dilandasi dengan landasan yang kuat didukung oleh manajemen Semua tempat bekerja baik di owner, di main contractor atau di sub contractor dapat memberikan ilmu dan penghasilan, memang, yg nasibnya kurang baik memulai dari sub-sub contractor dan yang baik memulai bekerja di owner. Jadi tergantng semua pada kualifikasi dan nasib yg kita miliki

Kalau boleh saya sarankan, bekerjalah di perusahaan (contractor atau PSC) yang dimiliki asing, karena dari segi penghasilan, kita tidak akan kerja bakti...tapi kalau kepepet...utk sementara kerja di sub contractor juga gak apa-apa...hitung-hitung nyari ilmu.... novembri nov Mungkin bisa mencontoh perusahaan seperti PT MC Dermott di Batam. Mohon maaf saya menyebutkan hal demikian karena mungkin bisa dijadikan referensi buat perusahaan yang lain...Saya rasa perusahaan lain pun juga banyak yang bagus dalam pencapaian Quality ..tapi saya hanya punya pengalaman di perusahaan ini ... DI sana seorang QC/ WI, Eng, Prod atau siapa saja yang terbukti memain mainkan spec, standard yang sudah disepakati dalam project, dimana untuk QC / WI barang yang menjadi tugasnya untuk di inspeksi ternyata bermasalah dan tidak dijadikan masalah ( diloloskan ) kalau ketahuan akan dituduh melakukan pelanggaran disiplin, ethic (berbohong), tidak cakap dsb. Dan hukumannya akan sangat berat. Bahkan beberapa kasus dianggap zero tolerance. Kalau sudah zero tolerance hari itu juga bisa diproses dan menjadi hari terakhir bekerja di perusahaan tersebut. Production akan mengikuti arahan dan judgementnya QC/ WI sepanjang judgement tersebut memang bisa dipertahankan dan diargumentasi. Artinya disini QC/ WI harus punya ilmu dan pengetahuan yang memadai untuk adu argumentasi. Dan hal ini tidak terbukti Quality menghambat produksi, malah yang terjadi adalah peningkatan producktivity karena semua orang bertanggung jawab terhada barang yang di a buat...Kalau seorang welder banyak menghasilkan reject ..akan didapat statusnya sebagai penyumbang repair dan siap siap saja masuk sekolah lagi... Sepertinya anggapan yang disampaikan Quality menghambat produktifity dan kita orang QC/WI kalau kerja terlalu mengedepankan quality sehingga produksi terhambat kita akan di buang oleh perusahaan...kalau memang begitu, ini suatu yang mengherankan... ( apa bener begitukah kenyataannya...atau hanya perasaan aja akan dibuang karena dapat cerita begitu ..?). Saya hanya khawatir anggapan seperti ini akan sangat mengganggu dunia professional Indonesia dibidang QC / WI. I Made Sudarta I Made Sudarta

Paradigma lama bahwa quality adalah penghalang produksi/progres konstruksi masih belum bisa dihilangkan. jelas quality adalah sangat diperlukan untuk melakukan fungsi kontrol sehingga rencana kualitas dapat dicapai. Terkadang kita lupa dengan perencanaan awal yang dibuat di mana unsur quality menjadi bagian dari rencana tersebut dan seharusnya tidak mengganggu kelancaran progress konstruksi maupun proses produksi, selama quality manajemen system dilakukan dengan konsisten. henry leonard saragih Sekedar menambahkan pendapat Bpk Made Sudarta, Quality dan progress adalah dua hal yang harus berjalan seiring.Dibutuhkan komitment dari semua pihak untuk mendukung berjalannya semua proses dalam pekerjaan.Saya pernah mendapat pengalaman tentang hal ini ketika saya menangani fabrikasi.Namun masalah pertentangan antara quality dan produksi dapat diatasi dengan sikap : 1.Kita bukanlah sebuah perusahaan yang tidak mempunyai integritas, sehingga demi progress atau produksi yan mengabaikan masalah quality. 2.Disisi lain kita bukanlah seniman yang hanya memikirkan quality tanpa pernah berpikir tentang schedule atau progress. Mudah-mudahan cukup membantu. Pala Utama Yang Jelas setiap Perusahaan Oil company(Owner) yg akan membuat suatu pekerjaan jenis apapun, baik itu Skid, Platform,Vessel atau FPSO. Mereka akan merekrut Qualifiied Inspector yg paham dengan standard atau code dan specification yang sdh ada batasan2 tertentu dan tetap ada solusinya contohnya kalau kita potong Beam atau pipa kependekan maka pada batas2 tertentu masih di perbolehkan untuk di Buttering. jadi kalau kontraktor mengabaikan atau tidak perduli dengan Quality maka kontraktor tersebut akan merugi karena banyak NCR atau punch list yg tidak dapat di tutup begitu saja, karena banyak party yg dilibatkan. Maaf saya ini gak ngerti apa2 cuma bisa memberikan gambaran begitu saja. Nis Daniel Sangat tepat pak Saipul, mencegah jauh lebih baik dari mengobati, yang bakal bermasalah adalah penyakit 'Rejection Syndrome' selain oleh

production tidak dipercayai, atau malah lebih parah dikerjain, qc seperti ini mohon maaf, yg kurang flexibel dalam berinteraksi, taunya barang di reject tanpa memberikan solusi, lebih parah lagi malah memberikan informasi yg sepantasnya tidak diberikan ke client, selain karena membuktikan bahwa dia failed dalam menjalankan tugasnya, malah jadi duri dalam daging... Pak Novembri... Terjemahan menipu dalam code saya agak kurang jelas, apakah maksudnya berusaha menipu client tentang keadaan product kita, jika memang itu yang bapak maksudkan... QC tsb tentulah QC yang polos atau maaf (bodoh) karena dia mencari lubangnya sendiri, dah jelas jelas hitam kok dibilang putih, berdebat pula ;) bukan cuma di perusahaan tempat bapak bekerja dulu ada ethic dll, disinipun sudah ada beberapa QC yang terpaksa out karena kasus kasus seperti yang bapak sebutkan. Yang saya maksudkan bermain, seperti email saya ke pak Pala (CMIIW) dan untuk lebih jelasnya saya berikan contoh faktual dan baru saja terjadi. Tinggi capping dalam client specs adalah min 2 max 3 mm, capping sebagian besar pipa kami bervariasi, tapi begitu client melakukan inspeksi semua yang cappingnya 3.00(tiga mm) direject semua alasan dia tinggi 3 termasuk batasan failed, kira kira apa ya kita tinggal diam dan menerima, apa iya max 3mm artinya tidak termasuk 3 mm, atau 3 mm termasuk kategori acceptable??? Sangat banyak case sebetulnya yang bisa dijadikan bahan renungan, sekarang tergantung kitanya, kita bekerja untuk siapa? Ada penyakit rejection syndrome atau tidak dll.

Anda mungkin juga menyukai