Anda di halaman 1dari 125

PERENCANAAN ELEMEN MESIN III

SISTEM TRANSMISI GEAR BOX


Disusun oleh :
Nama : Panji Prasetya
No. Mhs : 210003048
Jenjang Studi : Strata Satu ( S-I )
Program Studi : Teknik Mesin
JURUSAN TEKNIK MESIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2009
HALAMAN PERSETUJUAN
Makalah Elemen Mesin ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi kurikulum dalam studi jurusan Teknik Mesin S-1 Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional Yogyakarta
Disusun Oleh :
Nama : Panji Prasetya
No. Mhs : 210003048
Jenjang Studi : Strata Satu ( S-I )
Program Studi : Teknik Mesin
Yogyakarta, 09 Juli 2009
Mengetahui Disetujui dan disahkan
Ketua Jurusan Teknik Mesin Dosen Pembimbing
Sutrisna. ST, MT Ir. Sri Yatno
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK MESIN
TUGAS ELEMEN MESIN III
No. Soal : 13-KS/STTNAS/TM/EM3/III/2007
Nama : PANJI PRASETYA
No. Mahasiswa : 210003048
Soal : Rencanakan Kotak Roda Gigi Untuk Mentransferkan
Daya 60 Pk Dengan Putaran Input 1500 Rpm dan
Putaran Output 15 Rpm.
Yogyakarta, 09 Juli 2009
Dosen Pembimbing
( Ir. Sriyatno )
MOTTO
Mulailah dari diri kita sendiri. Mulailah dari yang terkecil dan mulailah dari
yang sekarang.
Tidak ada usaha yang gagal, kegagalan adalah usaha untuk mencapai
kemenangan.
Jika kamu gagal yang ketujuh kali cobalah untuk yang ke delapan kali.
Jangan kecewa bila dunia tidak mengenal anda tetapai kecewalah bila
anda tidak mengenal dunia.
Berkerjalah untuk duniamu dan beramallah untuk akhiratmu.
Persiapan yang baik untuk masa depan ialah tugas yang terakhir
dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Kejujuran dan kesabaran adalah harta orang yang bijak.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Seminar Perancangan Elemen mesin III dengan judul Sistem
Transmisi Gear Box dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang
ditentukan.
Seminar Perancangan Elemen mesin III ini merupakan salah syarat yang
harus dipenuhi oleh mahasiswa jurusan Teknik Mesin Strata Satu Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Tersusunnya laporan ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari
semua pihak, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dan Ibu, serta keluarga tercinta yang telah memberikan
dukungan dan dorongan baik berupa material maupun spiritual.
2. Bapak Ir. H. R. Soekrisno, MSME, Ph.D selaku ketua Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bapak Sutrisna, ST. MT, selaku ketua jurusan Teknik Mesin
4. Bapak Ir.Sri Yatno, Selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung
maupun tidak langsung sehingga terselesaikannya laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, , 09 Juli 2009

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................ii
HALAMAN SOAL...............................................................................iii
MOTTO ..............................................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat Perencanaan.....................1
1.3 Batasan Masalah................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan......................................................3
2.2 Roda Gigi............................................................4
2.2.1 Roda Gigi lurus........................................7
2.2.2 Roda Gigi Cacing....................................7
2.3 Poros..................................................................10
2.3.1 Klasifikasi Poros............................10
2.4 Pasak..................................................................11
2.4.1 Klasifikasi Pasak...........................11
2.5 Bantalan..............................................................13
2.5.1 Klasifikasi Bantalan.......................13
2.5.2 Kelakuan Pada Bantalan..............15
2.5.3 Sistem Pelumasan Pada Bantalan 16
BAB III PERHITUNGAN PERENCANAAN
3.1 Perhitungan Roda Gigi Lurus.............................19
3.2 Perhitungan Roda Gigi Cacing...........................30
3.3 Perhitungan Poros..............................................41
3.4 Perhitungan Pasak.............................................62
3.5 Perhitungan Bantalan Rol Kerucut.....................68
BAB IV SISTEM PERAWATAN DAN PELUMASAN
4.1 Perawatan Mesin................................................80
4.1.1 Pengertian Perawatan.............................80
4.1.2 Perawatan Transmisi Roda gigi cacing. . .81
4.1.3 Pelumasan...............................................82
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................85
5.2 Saran..................................................................92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran
Tabel 1 Kasifikasi Roda Gigi....................................................................I
Tabel 2 Harga Modul Standar...................................................................II
Tabel 3 Tegangan Lentur yang Diijinkan Pada Bahan Roda GigiI.........III
Tabel 4 Sudut Tekanan Normal................................................................IV
Tabel 5 Faktor Ketahanan Terhadap Keausan.........................................V
Tabel 6 Sudut Kisar...................................................................................VI
Tabel 7 Baja Karbon Cor...........................................................................VII
Tabel 8 Ukuran dan Standart Pasak........................................................VIII
Tabel 9 Bantalan Rol Kerucut...................................................................IX
Tabel 10 Konversi Satuan...........................................................................X
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada suatu masalah atau
pekerjaan yang dilakukan tanpa melalui sebuah perencanaan. Sebenarnya
apakah arti dari merencana atau perencanaan itu sendiri. Merencana
berarti merumuskan suatu rencana sebelum menyelesaikan masalah atau
pekerjan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
1.1.Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, banyak
dijumpai berbagai peralatan rumah tangga, permesinan dan suku cadang
yang sudah modern dan sangat canggih. Tujuan dari perkembangan yang
demikian maju ini adalah untuk membantu manusia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari, meningkatkan mutu produksi serta kemampuan
untuk menghasilkan produk dengan biaya ekonomis dan bermutu tinggi.
Melihat keadan ini penulis mencoba ikut serta merencanakan
sebuah perencanaan sistem reduksi roda gigi berdaya 60 HP dengan
putaran input (n
in
) sebesar 1500 rpm hingga putaran output (n
out
) sebesar
15 rpm. Adapun dalam perencanan ini perbandingan reduksi yang
digunakan adalah dengan transnmisi roda gigi.
1.2. Tujuan dan Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat dari perencanaan ini adalah:
1. Sebagai salah satu persyaratan tugas seminar elemen
mesin.
2. Meningkatkan pengetahuan tenteng system transmisi roda
gigi.
3. Adanya modifikasi atau perencanaan ulang pada transmisi roda gigi
diharapkan dapat tercipta sebuah system transmisi yang lebih baik,
lebih kuat, dan tahan lama namun dngan harga yang ekonomis.
4. Mampu menganalisa serta memahami dari cara kerja sistem
transmisi roda gigi.
1.1.Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam perencanaan ini adalah
bagaimana merencanakan sistem reduksi menggunakan transmisi roda
gigi. Dimana dari transmisi tersebut didapat daya maksimum dan putaran
yang diinginkan.
Dalam perencanaan ini penulis hanya merencanakan susunan
transmisi roda gigi yang akan dibagi menjadi tiga tingkat adapun jenis roda
gigi yang digunakan adalah roda gigi lurus dan roda gigi cacing. Untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam perencanaan ini, maka perlu
dilakukan survei atau penelitian langsung yang berhubungan dengan
perencanaan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pendahuluan
Reduksi adalah perbandingan transmisi dari suatu alat
yang digunakan untuk meneruskan putaran atau daya dari
elemen mesin ke elemen mesin lainnya. Karena pentingnya
elemen ini maka cara yang dipakai disesuaikan dengan
fungsinya. Ada beberapa cara dalam mentransmisikan putaran
yaitu dengan sabuk, rantai, roda gesek, dan roda gigi, kabel, atau
tali. Akan tetapi kabel atau tali hanya dipakai untuk maksud
khusus.
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang
saling bersinggungan pada kelilingya salah satu diputar maka
yang lain akan ikut berputar pula. Alat yang menggunakan cara
kerja semacam ini untuk mentrasmisikan daya disebut roda gigi.
Cara ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran
yang tidak perlu tepat.
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang
tepat tidak dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua
roda tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga
penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling
terkait. Roda bergigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder
atu kerucut, disebut roda gigi.
Di luar cara transmisi diatas, ada pula cara lain untuk
meneruskan daya, yaitu dengan sabuk atau rantai. Namun
demikian, transmisi roda gigi mempunyai keunggulan dibanding
sabuk atau rantai karena lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan
tepat, dan daya lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu
menyebabkan dipilihnya roda gigi disamping cara yang lain,
karena memerlukan ketelitian lebih besar dalam pembuatan,
pemasangan, maupun pemeliharaannya. Pemakaian roda gigi
sebagai alat transmisi menduduki tempat yang terpenting
disegala bidang selama 200 tahun terakhir ini. Penggunaanya
dimulai dari alat pengukur yang kecil dan teliti seperti jam
tangan, sampai roda gigi reduksi pada turbin besar yang berdaya
puluhan megawatt.
Dalam bab ini akan, dibahas terlebih dahulu penggolongan roda
gigi, dan kemudian akan diuraikan nama setiap bagian roda gigi,
cara menyatakan ukuran roda gigi, dan peristilahan, untuk roda
lurus yang merupakan roda gigi yang paling dasar diantara
lainnya. Dalam hal profil gigi, di sini hanya akan dibicarakan profil
gigi involut atau evolven saja, karena hal ini hanya satu-satunya
yang dipakai secara umum. Dalam hal roda gigi dengan
perubahan kepala (atau modifikasi kepala) dan perhitungan
kekuatan roda gigi, akan diperkenalkan metode perencanaan
terbaru secara terperinci, dengan bantuan diagram aliran.
2.2. Roda Gigi
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi di mana
giginya berjajar pada dua bidang silinder (disebut bidang jarak
bagi); kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang
satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu sejajar. Roda
gigi lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi
yang sejajar poros. Roda gigi miring (b) mempunyai roda gigi
yang berbentuk ulir pada silinder jarak bagi. Pada roda gigi
miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (disebutperbandingan kontak) adalah lebih besar dari
pada roda gigi lurus sehingg perpindahan momen atau putaran
melalui gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini
sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban
besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan
kontak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur roda gigi yang
terbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros. Dalam hal roda gigi miring ganda (c) gaya aksial
yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk V
tersebut akan saling meniadakan. Dengan roda gigi
ini,perbandingan reduksi, kecepatan keliling, dan daya yang
terus diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar,karena pinion terletak pada roda
gigi. Batang gigi (e) merupakan dasar profil pahat pembuat gigi.
Pasangan antara batang gigi dan pinion di pergunakan untuk
merubah gerakan putar menjadi lurus atau sebaliknya.
Dalam hal roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan
bidang kerucut yang puncaknya terletak di titik potong sumbu
poros. Roda gigi kerucut (f) dengan gigi lurus, adalah yang paling
mudah di buat dan paling sering di pakai. Tetapi roda gigi ini
sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Juga
kontruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada
kedua ujung poros-porosnya. Roda gigi kerucut spiral (g), karena
mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, dapat
meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua
roda gigi kerucut ini biasanya di buat 90.
Dalam golongan roda gigi poros bersilang,terdapat roda
gigi miring silang (i), roda gigi cacing (j and k), roda gigi hipoid
(i), dll. Roda gigi cacing meneruskan putaran dengan
perbandingan reduksi besar. Roda gigi macam (j) mempunyai
cacing dalam bentuk silinder dan lebih umum di pakai. Tetapi
untuk beban besar, cacing globoid atau cacing selubung ganda
(k) dengan perbandingan kontak yang lebih besar dapat di
gunakan. Roda gigi hipoid adalah seperti yang di pakai pada roda
gigi diferensial otomobil, Roda gigi ini mempunyai jalur gigi
berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya bersilang,
dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara
meluncur dan menggelinding.
Roda-roda gigi yang telah di sebut di atas semuanya
mempunyai perbandingan kecepatan sudut cepat antara kedua
poros. Tetapi disamping itu terdapat pula roda gigi yang
perbandingan kecepatan sudutnya bervariasi, seperti misalnya
roda gigi eksentris, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong
seperti seperti pada meteran air, dll. Ada pula putaran roda gigi
yang putus-putus dan roda gigi geneva, yang dipakai misalnya
untuk menggerakan film pada proyektor bioskop.
Dalam teori roda gigi pada umumnya di anut anggapan
bahwa roda gigi merupakan benda kaku yang hampir tidak
mengalami perubahan bentuk untuk jangka waktu lama. Namun
pada apa yang disebut transmisi harmonis di pergunakan
gabungan roda gigi yang bekerja dengan deformasi elastis dan
tanpa deformasi.
Menurut Sularso dalam bukunya Dasar Perencanaan Dan
Pemilihan Elemen mesin ,2004, bahwa roda gigi diklasifikasikan
menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi seperti
pada (Gambar 2.1) yaitu :
Gambar 2.1 Macam-macam roda gigi
(Sularso, 2004)
2.2.1.Roda Gigi Lurus
Gambar 2.2 Nama-nama bagian roda gigi.
(Sularso, 2004)
Roda gigi lurus merupakan salah satu komponen mesin
yang dapat digunakan untuk mentransmisikan daya. Roda
gigi lurus pada kelilingnya dibuat bergerigi, sehingga
penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang
saling terkait. Gigi-gigi ini memiliki bentuk silinder atau
kerucut. Transmisi roda gigi lurus dibandingkan transmisi
sabuk atau rantai memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
bentuk lebih ringkas, daya lebih besar, putaran lebih tinggi
dan tepat.
2.2.2.Roda Gigi Cacing
Pasangan roda gigi cacing terdiri dari sebuah poros
yang mempunyai ulir luar dan sebuah roda cacing yang
berkait dengan poros cacing tersebut. Perbandingan
transmisi roda gigi cacing dapat dibuat hingga perbandingan
reduksi 1 : 100 dan cara kerjanya halus atau hampir tanpa
bunyi. Namun, pada umumnya transmisi tidak dapat dibalik
untuk menaikkan putaran, yakni pada roda cacing ke cacing.
Adapun kekurangan dari transmisi roda gigi cacing adalah
memiliki efisiensi mekanis
( )
yang rendah, terutama jika
sudut kisarya
( )
kecil. Dalam kerjanya, cacing dan roda
cacing terjadi gesekan yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan banyak panas, oleh sebab itu kapasitas
transmisi roda gigi sering dibatasi jumlah panas yang timbul.
Gambar 2.3. Nama-nama bagian roda gigi
(Sularso, 2004)
Keterangan :
D
1 C
= diameter inti cacing
D
2 C
= diameter jarak bagi cacing
D
C
= diameter luar cacing
D
1 RC
= diameter lingkaran kaki roda cacing
D
2 RC
= diameter jarak bagi roda cacing
D
3 RC
= diameter tenggorok roda cacing
D
RC
= diameter luar roda cacing
Z
C
= jumlah kisar cacing efektif
C
P
= jarak kisar cacing

RC
= sudut lengkung roda cacing

C
= sudut kisar cacing
h
k
= tinggi kepala cacing
h
f
= tinggi kaki cacing
a = jarak sumbu roda cacing dan sumbu cacing
2.3. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari
setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-
sama dengan putaran utama dalam transmisi yang dipegang oleh
poros.
2.3.1 Klasifikasi Poros
Menurut pembebanannya poros untuk meneruskan daya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1). Poros transmisi (line shaft)
Poros ini mendapat beban putir dan lentur. Daya
ditransmisikan pada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk, rantai, dll.
2). Spindel (Spindle)
Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.
3). Gandar (axle)
Poros ini biasanya dipasang diantara roda-roda kereta api,
dimana poros tidak mendapat beban puntir dan tidak
berputar. Poros ini hanya mendapat beban lentur, kecuali
bila digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
4). Poros (shaft)
Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari
mesin ke mekanisme yang digerakkan. Poros ini mendapat
beban puntir murni dan lentur.
Poros yang digunakan pada dongkrak elektrik ini yaitu
poros cacing, poros ini meneruskan daya dari roda gigi lurus
yang terhubung dengan motor listrik ke roda gigi cacing.
2.4. Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk
menetapkan bagian-bagian seperti roda gigi, sprocket, puli,
kopling, dan yang lainnya. Bahan pasak yang digunakan lebih
lemah dari bahan poros, sehingga pasak akan lebih dulu rusak dari
pada poros atau nafnya. Lebar pasak sebaiknya antara 25%-30%
dari diameter poros, dan panjang pasak jangan terlalu panjang
dibandingkan dengan diameter poros antara 0,75-1,5 diameter
poros.
Pasak menurut letak pada porosnya dapat dibedakan
antara pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak
singgung, yang umumnya berpenampang segiempat. Disamping
beberapa macam pasak diatas ada pula pasak tembereng dan
pasak jarum.
Gambar 2.8 Macam-Macam Pasak
(Sularso, 2004)
2.4.1 Klasifikasi Pasak :
1. Pasak tembereng
Pasak tembereng memiliki bentuk setengah lingkaran,
pada penerapannya pasak ini menghasilkan sambungan
pasak yang paling murah dan paling sedikit membutuhkan
pengerjaan akhir. Khususnya digunakan pada mesin perkakas
dan juga pada kendaraan yang mempunyai momen putar
tidak terlalu besar.
2. Pasak rata
Pasak ini mempunyai bentuk bujur sangkar, dan pada
semua sisinya rata. Pada sambungan pasak ini, perlemahan
poros karena perataan tidak sebesar perlemahan karena alur.
3. Pasak benam
Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat
dimana terdapat bentuk prismatis dan tirus yang kadang-
kadang diberi kepala untuk memudahkan pencabutannya.
4. Pasak singgung
Pada pasak ini, poros dan naf ditegangkan pada arah
kelilingnya sehingga dalam pemasangan pasak ini bebas
kelonggaran.
Pasak yang digunakan pada dongkrak elektrik ini adalah
pasak benam yang dipasang pada kerangka. Pasak ini
berfungsi untuk menahan poros ulir tidak ikut berputar saat
mesin dioperasikan, sehingga gerakan poros ulir hanya naik-
turun.
2.5. Bantalan
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang menumpu poros
beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-balik dapat
berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur. Bantalan
harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi
dengan baik maka sistem kerja seluruh unit mesin akan menurun
atau tidak dapat bekerja dengan semestinya.\
2.5.1 Klasifikasi Bantalan
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan
gelinding yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan
luncur. (Gambar 2.10) Elemen gelinding seperti bola atau rol
dipasang antara cicin luar dan dalam. Dengan memutar salah
satu cicin tersebut, bola atau rol akan melakukan gerakan
gelinding sehingga gesekan akan jauh lebih kecil. Pada
bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dengan bentuk dan
ukurannya merupakan suatu keharusan. Karena luas bidang
kontak antara bola dan rol dengan cincin sangat kecil, maka
besarnya beban yang dipakai harus memiliki ketahanan dan
kekerasan yang sangat tinggi.
Gambar 2.10 Macam-Macam Bantalan Gelinding
(Sularso, 2004)
Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula dibagi
atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula dapat
dibedakan menurut banyaknya baris dan konstruksi dalamnya.
Bantalan yang cincin dalam dan cincin luarnya dapat saling
dipisahkan disebut macam pisah.
Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan
gelinding dapat dibagi atas:
- Diameter luar lebih dari 800 (mm) Ultra besar
- Diameter luar 180-800 (mm) Besar
- Diameter luar 80-180 (mm) Sedang
- Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan Kecil
diameter luar sampai 80 (mm)
- Diameter dalam kurang dari 10 (mm),dan Diameter kecil
diameter luar 9 (mm) atau lebih
- Diameter luar kurang dari 9 (mm) Miniatur
Menurut pemakaianya, dapat digolongkan atas bantalan
otomobil, bantalan instrumen, bantalan mesin. Bantalan
gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris dan inch, dan
distandarkan menurut ISO dengan nomor kode international
menurut ukurannya. Namun demikian perlu diketahui bahwa
bantalan otomobil dapat mempunyai ukuran khusus dengan
pemakainya.
2.5.2 Kelakuan Pada Bantalan
1. Membawa beban aksial
Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar
antara elemen dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban
aksial. Bantalan bola macam alur dalam, bantalan bola
kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan bantalan
yang dibebani gaya aksial kecil.
2. Kelakuan terhadap putaran
Diameter (d) (mm) dikalikan dengan putaran permenit
(n) (rpm) disebut harga d atau n. Harga ini untuk suatu
bantalan yang mempunyai bantalan empiris, yang besarnya
tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya.
3. Kelakuan gesekan
Bantalan bola dan bantalan rol silinder mempunyai
gesekan yang relatif kecil dibandingkan dengan bantalan
yang lainnya. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan
merupakan penentuan ketelitiannya.
4. Kelakuan dalam bunyi dan getaran.
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol,
kebulatan cincin, kekerasan elemen-elemen tersebut,
keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi
mesin (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran
dalam bantalan.
2.5.3 Sistem Pelumasan Pada Bantalan
Dalam penggunaan bantalan pada suatu mesin, haruslah
memperhatikan sistem pelumasan yang akan digunakan.
Pemilihan cara pelumasan sangat perlu diperhatikan bentuk,
kondisi kerja, dan letak bantalan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan. Sehingga tempat pelumasan, bentuk serta
kekerasan alur minyak juga merupakan faktor-faktor penting.
Dalam pelumasan bantalan, dikenal bermacam-macam cara,
antara lain :
1. Pelumasan tangan
Cara ini sesuai pada beban ringan, kecepatan rendah,
atau kerja yang tidak terus-menerus. Kekurangannya adalah
bahwa aliran pelumasan tidak selalu tetap, atau pelumasan
menjadi tidak teratur.
2. Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah
yang banyak dan teratur melalui sebuah katup jarum.
3. Pelumasan sumbu
Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan
dalam mangkok minyak sehingga minyak terisap oleh sumbu
tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal pelumasan
tetes.
4. Pelumasan percik
Dari suatu bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini
digunakan untuk melumasi torak dan silinder motor bakar
torak yang berputar tinggi.
5. Pelumasan cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan
pada poros sehingga akan berputar bersama poros sambil
mengangkat minyak dari bawah. Cara ini dipakai untuk
beban sedang.
6. Pelumasan pompa
Pelumasan pompa dipergunakan untuk mengalirkan
minyak ke dalam bantalan. Cara ini dipakai untuk melumasi
bantalan yang sulit letaknya, seperti pada bantalan utama
motor putaran tinggi dan beban besar.
7. Pelumasan grafitasi
Pada bantalan diletakkan sebuah tangki, minyak dialirkan
oleh gaya beratnya. Cara ini dipakai untuk kecepatan sedang
dan tinggi pada kecepatan keliling sebesar 10-15 m/s.
8. Pelumasan celup
Sebagian dari bantalan dicelupan dalam minyak. Cara ini
cocok untuk bantalan dengan poros tegak, seperti pada
turbin air. Disini perlu diberikan perhatian pada besarnya
gaya gesekan, karena tahanan minyak, kenaikan temperatur
dan kemungkinan masuknya kotoran atau benda asing.
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya
dapat berlangsung dengan halus, aman dan berumur
panjang (Sularso, 2004). Bantalan dalam permesinan seperti
halnya dalam pondasi bangunan. Artinya apabila bantalan
tidak berfungsi dengan baik, maka system tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya.
Dalam memilih bantalan yang akan digunakan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tinggi rendahnya putaran poros
2. Jenis bahan yang dikenakan
3. Besar-kecilnya beban yang dikenakan
4. Ketelitian elemen mesin
5. Kemudahan perawatannya.
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN
3.1. Perhitungan Roda Gigi Lurus
3.1.1. Perhitungan Roda Gigi Lurus I dan II
Direncanakan:
- Daya motor (P
m
) = 60 HP = 44,76
kW
- Putaran motor yang ditransmisikan (n
1
) = 1500
rpm
- Perbandingan Reduksi (i) = 2
- Jarak sumbu poros (a) = 180 mm
- Modul (m) = 4 mm
1) Diameter lingkar jarak bagi roda gigi dengan jarak
sumbu poros (d
g
) :
d
g
=
( ) i
a
+

1
2
...........................................................
1
maka :
d
g1
=
( ) 2 1
. 2
+
a
d
g1
=
a
3
2
d
g1
=
180
3
2

d
g1
= 120 mm
dan :
1 Ibid, hal. 214
d
g2
=
( ) i
i a
+

1
2
..........................................................
2
maka :
d
g2
=
( ) 2 1
2 2
+
a
d
g2
=
( ) 2 1
. 4
+
a
d
g2
=
180
3
4

d
g2
= 240 mm
2) Mencari jumlah gigi (z
g
) :
z
g
=
m
d
g
1
..............................................................
3
maka:
z
g1
=
m
d
g
1
z
g1
=
4
120
z
g1
= 30 gigi
2 Ibid, hal. 214
3 Ibid, hal. 214
dan :
z
g2
=
m
d
g
2
z
g2
=
4
240
z
g2
= 60 gigi
3) Mencari diameter luar roda gigi (d
kg
) :
d
kg
= ( z
g
+ 2 ) m...............................................
4
maka :
d
kg1
= ( z
g1
+ 2 ) m
d
kg1
= ( 30 + 2 ) 4
d
kg1
= 128 mm
dan :
d
kg2
= ( z
g2
+ 2 ) m
d
kg2
= ( 60 + 2 ) 4
d
kg2
= 248 mm
4) Mencari tinggi kepala gigi pada roda gigi (h
kg
) :
h
kg
= m...............................................................
5
maka :
4 Ibid, hal. 219
5 Ibid, hal. 219
h
kg
= 4 mm
5) Mencari tinggi kaki gigi (h
fg
) :
h
fg
= k.m + c
k
.m................................................
6
maka :
h
fg
= (1 4) + (0,16 4)
h
fg
= 4,64 mm
keterangan:
k : Faktor kepala yang besarnya adalah 1
c
k
: Kelonggaran puncak yang besarnya adalah
0,16 . m
6) Mencari tinggi gigi (h
g
) :
h
g
= 2 m + c
k
m..............................................
7
maka :
h
g
= (2 4) + (0,16 4)
h
g
= 8,64 mm
7) Mencari jarak bagi lingkar (t
g
) :
t
g
= m............................................................
8
maka :
t
g
= 3,14 4 mm
t
g
= 12,56 mm
6 Ibid, hal. 220
7 Ibid, hal. 220
8 Ibid, hal. 220
8) Mencari diameter dalam (Dd
g
) pada roda gigi :
Dd
g
= dk
g
2 h
g
..................................................
9
maka :
Dd
g1
= dk
g1
2 h
g
Dd
g1
= 128 2 8,64
Dd
g1
= 110,72 mm
dan :
Dd
g2
= dk
g2
2 h
g
Dd
g2
= 240 2 8,64
Dd
g2
= 230,72 mm
9) Jadi perbandingan reduksi (i
g
) untuk roda gigi
adalah :
i
g
=
1
2
Zg
Zg
............................................................
10
diketahui :
- Zg
1
jumlah gigi = 30
- Zg
2
jumlah gigi = 60
- Daya motor (P
in
) = 44,76 Kw
- Putaran motor(n
1
) = 1500 rpm
i
g
=
1
2
Zg
Zg
maka :
9 Ibid, hal. 220
10 Ibid, hal. 238
i
g
=
2
30
60

10) Putaran reduksi (n) :


n
2
................................................................=
i
n
1
11
maka :
n
2
=

2
1500
750 rpm
11) Gaya tangensial pada roda gigi lurus (F
tg
) :
F
tg
=
v
Pm 102
........................................................
12
keterangan :
P
m
= Daya motor = 44,76 kW
v = Kecepatan roda gigi lurus (m/detik)
maka :
v =
1000 . 60
. dg .
2 2
n
..................................................
13
=
1000 . 60
750 240
= 9,42m/det
jadi gaya tangensial roda gigi :
11 Ibid, hal. 238
12 Ibid, hal. 238
13 Ibid, hal 238
F
tg
=
det / 42 , 9
76 , 44 102
m

= 484,66 kg
3.1.2. Perhitungan Roda Gigi Lurus III
Direncanakan:
- Daya motor (P
m
) = 60 HP = 44,76
kW
- Putaran motor yang ditransmisikan (n
1
) = 750 rpm
- Perbandingan Reduksi (i) = 2,5
- Jarak sumbu poros (a) = 420 mm
- Modul (m) = 4 mm
1) Diameter lingkar jarak bagi roda gigi dengan jarak
sumbu poros (d
g
) :
d
g
=
( ) i
a
+ 1
. 2
diketahui :
d
g2
= 240 mm
maka :
d
g3
=
( ) i
i a
+

1
2
d
g3
=
( ) 5 , 2 1
5 , 2 2
+
a
d
g3
=
( ) 5 , 2 1
. 5
+
a
d
g3
=
420
5 , 3
5

d
g3
= 600 mm
2) Mencari jumlah gigi (z
g
)

:
z
g
=
m
d
g
1
diketahui :
d
g3
= 600 mm
d
g2
= 240 mm
z
g2
= 60 mm
maka :
d
g3
= z
g3
m
z
g3
=
m
d
g
3
z
g3
=
4
600
z
g3
= 150 gigi
3) Mencari diameter luar roda gigi (d
kg
) :
d
kg
= ( z
g
+ 2 ) m
diketahui :
d
kg2
= 248 mm
maka :
d
kg3
= ( z
g3
+ 2 ) m
d
kg3
= ( 150 + 2 ) 4
d
kg3
= 608 mm
4) Mencari tinggi kepala gigi pada roda gigi (h
kg
) :
h
kg
= m
maka :
h
kg
= 4 mm
5) Mencari tinggi kaki gigi (h
fg
) :
h
fg
= k.m + c
k
.m
maka :
h
fg
= (1 4) + (0,16 4)
h
fg
= 4,64 mm
keterangan:
k : Faktor kepala yang besarnya adalah 1
c
k
: Kelonggaran puncak yang besarnya adalah
0,16 . m
6) Mencari tinggi gigi (h
g
) :
h
g
= 2 m + c
k
m
maka :
h
g
= (2 4) + (0,16 4)
h
g
= 8,64 mm
7) Mencari jarak bagi lingkar (t
g
) :
t
g
= m
maka :
t
g
= 3,14 4 mm
t
g
= 12,56 mm
8) Mencari diameter dalam (Dd
g
) pada roda gigi :
Dd
g
= dk
g
2 h
g
diketahui :
Dd
g2
= 230,72 mm
d
kg3
= 608 mm
maka :
Dd
g3
= dk
g3
2 h
g
Dd
g3
= 608 2 8,64
Dd
g3
= 592,72 mm
9) Jadi perbandingan reduksi (i
g
) untuk roda gigi
adalah :
i
g
=
2
3
Zg
Zg
diketahui :
- Zg
2
jumlah gigi = 60
- Zg
3
jumlah gigi = 150
- Daya motor (P
in
) = 44,76 Kw
- Putaran motor(n
2
) = 750 rpm
maka :
i
g
=
2
3
Zg
Zg
i
g
=
5 , 2
60
150

10) Putaran reduksi (n)


n
3
=
i
n
2
maka :
n
3
=

5 , 2
750
300 rpm
11) Gaya tangensial pada roda gigi lurus (F
tg
) :
F
tg
=
v
Pm 102

keterangan :
P
m
= Daya motor = 44,76 kW
v = Kecepatan roda gigi lurus (m/detik)
v =
1000 . 60
. dg .
3 3
n

=
1000 . 60
300 600
= 9,42m/det
jadi gaya tangensial roda gigi :
F
tg
=
det / 42 , 9
76 , 44 102
m

= 484,66 kg
3.2. Perhitungan Roda Gigi Cacing
Dalam perencanaan roda gigi cacing ini diketahui data-data
sebagai berikut :
Daya yang ditransmisi (P
m
) = 44,76 kW
Putaran input (n
3
) = 300 rpm
Perbandingan transmisi (i) = 20
1) Mencari putaran output (n
4
) :
i =
4
3
n
n
...............................................................
14
maka :
n
4
=
i
n
1
14 G. Neiman. Machine Element, hal. 180
=
20
300
= 15 rpm
2) Modul aksial (m) :
m =
28 , 6
7 , 12 . 2
2
+

Z
a
....................................................
15
dimana :
a = jarak sumbu poros = 500 mm
z
2
= jumlah gigi roda cacing
= i x z
1
..........................................................
16
= 20 x 1
= 20
maka :
m =
28 , 6 20
7 , 12 500 . 2
+

= 37,57 mm
3) Diameter inti cacing (Dc
1
) :
Dc
1
= 0,6 x a
0,85
..................................................
17
dimana :
a = jarak sumbu poros = 300 mm
maka :
Dc
1
= 0,6 x 500
0,85
= 118 mm
15 Sularso, Elemen Mesin, hal 277
16 Ibid, h 276
17 Ibid, hal 185
4) Diameter jarak bagi gigi cacing (Dc
2
) :
Dc
2
= Dc
1
+ 2,4 m..............................................
18
= 118 + (2,4 x 37,57)
= 208 mm

5) Faktor profil gigi (z
f
) :
z
f
=
m
Dc
2
..........................................................
19
=
57 , 37
208
= 5,5 mm
6) Sudut kisar cacing adalah (
m
) :
= arc tg
F
z
z
1
.....................................................
20
= arc tg
5 , 5
1
= 10,3


7) Modul normal (m
n
) :
m
n
= m cos
m
....................................................
21
= 37,57 x cos 10,3
= 37 mm
8) Kelonggaran puncak (c) :
18 G. Neimen, Machine Element, hal 180
19 Ibid, hal 180
20 Ibid, hal 180
21 Sularso, Elemeen Mesin, hal 277
c = 0,157 m
n
..................................................
22
= 0,157 x 37
= 5,8 mm
9) Tinggi kepala (hk) :
hk .......................................................................=
m
n

23
= 37 mm
10)Tinggi kaki (hf) :
hf = 1,157 x m
n
................................................
24
= 1,157 x 37
= 42,8 mm
11)Tinggi gigi (h) :
h = 2,157 x m
n
................................................
25
= 2,157 x 37
= 79,8 mm
12) Diameter luar cacing (Dc) :
Dc = Dc
2
+ 2 hk.................................................
26
= 208 + (2 x 37)
= 282 mm
13) Diameter jarak bagi roda cacing (dm
2
) :
D
RC2
= 2a - Dc
2
.......................................................
27
= (2 x 500) 208
= 792 mm
14) Diameter inti roda cacing (D
RC1
) :
22 Ibid, hal 277
23 Ibid, hal 277
24 Ibid, hal 277
25 Ibid, hal 277
26 G. Nieman, Machine Element, hal.186
27 Ibid, hal 180
D
RC1
= D
RC2
2,4 m .............................................
28
= 792 (2,4 x 37,57)
= 701,8 mm
15) Diameter tenggorok roda cacing (dk
2
) :
D
RC3
= D
RC2
+ 2 h
f
...................................................
29
= 792 + (2 x 42,8)
= 877,6 mm
16) Diameter luar roda cacing (D
RC
) :
D
RC
= D
RC2
+ 3 m..................................................
30
= 792 + (3 x 37,57)
= 904,7 mm
17) Nomor gigi cacing (Zm
2
) :
Zm
2
=
m
RC2
D
.........................................................
31
=
57 , 37
792
= 21,08 mm
18) Lebar gigi cacing (b
1
) :
b
1
= 2,5 m
2
2
+ zm
.......................................
32
28 G. Nieman, Machine Element, hal 180
29 Ibid, hal 186
30 Ibid, hal 186
31 Ibid, hal 186
32 Ibid, hal 186
= 2,5 x 37,57
2 08 , 21 +
= 451 mm
19) Lebar roda cacing (b
2
) :
b
2
=
35 , 6 )
cos
( 38 , 2 +

mn
.........................................
33
= 2,38
35 , 6
3 , 10 cos
37 14 , 3
+

,
`

.
|
o
= 287,4 mm
20)Lebar sisi gigi efektif (be) :
be ....................................................................= Dc
sin
)
2
(


34
dimana :
.......................................... = sudut yang
dibentuk lengkungan gigi rata cacing = 60
o
= 282 sin
)
2
60
(
= 141 mm
21)Jari-jari kelengkungan puncak roda cacing (rt) :
33 Sularso, Elemen Mesin, hal 277
34 Ibid, hal 277
rt =
hk
2
Dc2
....................................................
35
=
37
2
208

= 67 mm
22)Jarak bagi (H) :
H = m z
1
................................................
36
= 3,14 x 37,57 x 1
= 117,97 mm
23) Kisar (L) :
L = 2 x H ......................................................
37
= 2 x 117,97
= 235,94 mm
24) Sudut kontak (tg ) :
tg....................................................................=

cos
n tg

38
dimana:
n adalah sudut kontak normal = 20
maka
:
35 Ibid, hal 277
36 G. Nieman, Machine Element, hal 180
37 Sularso, Elemen Mesin, hal 276
38 G. Mieman, Machine Element, hal 180
= arctg
3 , 10 cos
20 tg
= 20,3
o
25)Koefisien fiskositas (Fn) :
Fn =
85 , 0
2
2
Vf +
.....................................................
39
dimana :
Vf = kecepatan sleding gigi
Vf =
cos 19100
Dc
2 2

n
.................................................
40
=
3 , 10 cos 19100
300 208

= 3,2 m/s
maka :
Fn =
85 , 0
2 , 3 2
2
+
Fn = 0,37
26)Koefisien umur dari roda cacing adalah (fh) :
39 Ibid, hal 196
40 Ibid, hal 196
fh =
3
Lh
12000
........................................................
41
dimana :
Lh = Kondisi operasi tersebut adalah 8 jam perhari
dan bekerja selama 365 hari pertahun serta
direncanakan umur roda gigi adalah 10 tahun,
maka harga Lh didapat:
Lh = 8 x 365 x 10
= 24000 jam
maka :
fh =
3
24000
12000
= 0,79
Koefisien beban fw diambil = 1 untuk beban dianggap konstan, maka
grentz = Ko x fn x fh x fw........................................
42
dimana :
Ko = 0,8 (Tabel 24/5 buku Machine Element, G. Neiman)
fn = koefisien fiskositas = 0,37
fh = koefisien umur roda gigi cacing = 0,79
fw = koefisien beban = 1
maka :
grentz = 0,8 x 0,37 x 0,79 x 1
= 0,23 kg/mm
2
41 Ibid, hal 196
42 Ibid, hal 196
27) Tegangan izin permukaan gigi adalah ( zul) :
Bila sf adalah angka keamanan sisi gigi diambil 1,25
zul =
sf
grentz
.............................................................
43
=
25 , 1
23 , 0
= 0,184 kg/mm
2
28)Beban lentur yang diizinkan (Fab) :
Fab = ba x be x m
n
x Y ...............................
44
dimana :
ab = tegangan lentur diizinkan untuk bahan perunnggu = 11
kg/mm
2
be = lebar sisi gigi efektif = 141 mm
m
n
= modul normal = 37 mm
Y = faktor bentuk gigi = 0,421 (Tabel 6.5 Sularso)
maka :
Fab = 11 x 141 x 37 x 0,421
= 24159,93 kg.
29)Beban permukaan yang diizinkan (Fac) :
Fac ....................................................................= K
c
x D
RC2
x be x K


45
43 Ibid, hal 196
44 Sularso, Elemen Mesin, hal 279
45 Ibid, hal 279
dimana :
K
c
= faktor tahan aus = 0,056
D
RC2
= diameter jarak bagi roda cacing = 792 mm
be ....................................................................=
lebar sisi gigi efektif = 141 mm
K ....................................................................
= faktor sudut kisar untuk > 10
o
= 1,25
maka :
Fac = 0,085 x 792 x 141 x 1,25
= 11865,15 kg
Harga terkecil diantara Fab dan Fac diambil sebagai Fmin
Fmin = 11865,15 kg
30)Beban tangensial (Ft) :
Ft
RC
=
v
Pm 102
dimana :
Pm = daya yang ditransmisikan
= 44,76 kw
v = kecepatan keliling
v =
1000 . 60
. D .
3 2 RC
n

=
1000 . 60
15 792
= 0,62 m/det
jadi :
Ft
RC
=
62 , 0
76 , 44 102
= 7363,74 kg
Fmin

Ft
RC
11865,15 kg

7363,74 kg, sangat baik


31)Gaya pada permukaan cacing
Koefisien fiskositas cacing
( ) Fn
= 0,37
Tangensial sudut maju cacing
( ) Tg
,
Tg

=
C
D
H

=
282
97 , 117

= 0,13 mm
32)Sudut maju cacing
( )
,
( )
= Arc tg 0,13
= 7,4

.
33)Gaya pada permukaan cacing (Fc),
Fc =
( )


sin . cos
cos sin .

+
Fn
Fn F
TRC
=
( )


4 , 7 sin 37 , 0 4 , 7 cos
4 , 7 cos 37 , 0 4 , 7 sin 7363,74

+ kg
= 3866,78 kg.
3.3.Perhitungan Poros
3.3.1. Perencanaan Pada Poros Gigi I
1) Analisa beban kerja
Pada roda gigi I
- Beban vertikal (FV),
V = Gaya tangensial roda gigi (Ftg) = 484,66 kg
- Beban horizontal (FH),
H = Gaya tangensial roda gigi (Ftg) = 484,66 kg
jadi :
- Beban Gabungan (F),
F =
2 2
FH FV +
F

=
2 2
kg 484,66 kg 484,66 +
= 685,4 kg
- Berat sendiri poros relatif kecil, sehingga diabaikan.
2) Statika
a. Pembebanan pada poros gigi I


MB = 0
R
AV
. 289,2 685,4 144,6 = 0
R
AV
=
2 , 289
6 , 144 685,4
R
AV
= 342,7 kg ()
MA = 0
R
BV
. 289,2 685,4 144,6 = 0
R
BV
=
2 , 289
6 , 144 685,4

R
BV
= 342,7 kg ()
R
AV
+ R
BV
= F
342,7 kg + 342,7 kg = 685,4 kg
685,4 kg = 685,4 kg
Momen yang terjadi adalah :
MA = 0
MB = 0
MC = 0
L3 = 237,75 mm L1 = 144,6 mm
D
C
A B
L= 526,95 mm
L2 = 144,6 mm
F = 685,4 kg
MD = 342,7 kg 144,6 mm
= 49554,42 kgmm

RAV =
342,7 kg
L3 = 237,75 mm
L1 = 144,6 mm
RBV =
342,7 kg
( - )
L=526,95 mm
L2 = 144,6 mm
D C A B
SFD
()
342,7 kg
685,4 kg ()
( + )
F1 = 685,4 kg
()
342,7 kg

Gambar 3.1 Diagram Gaya Geser dan Diagram
Momen Lentur
3) Torsi pada poros gigi I :
T = 9,74 x 10
5

1
n
Pd
...............................................
46
= 9,74 x 10
5

1500
76 , 44
= 29064,16 kg.mm
4) Tegangan geser ijin bahan ( a) :
Bahan poros yang diambil adalah SF 60 JIS G 3210, dari
Tabel 3.7 (lampiran) diketahui :
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Faktor Keamanan Sf
1
= 6
46 Sularso, Elemen Mesin, hal. 7
MD =
49554,42 kg.mm
( + )
BMD
MC = 0 MA = 0 MB = 0
- Faktor Keamanan Sf
2
= 2
- Daya motor transmisi (P
in
) = 44,76 kW
- Momen lentur maksimum (M) = 49554,42 kg.mm
- Torsi pada poros gigi I = 29064,16 kg
mm
- Faktor koreksi karena pembebanan momen lentur
tetap dengan tumbukan ringan (K
m
), dipakai 2
- Faktor koreksi karena pembebanan momen puntir
dengan beban sedikit kejutan (K
t
), dipakai 1,5
maka :
a =
2 1 sf sf
b

..........................................................
47
a =
2 . 6
70
= 5,83 kg/mm
2
5) Diameter poros gigi I (ds) :
ds =
3
1
2
t
2
a
) T x K ( ) M x Km (
1 , 5
]
]
]
]

,
`

.
|

........................
48
dimana :
Km = faktor koreksi
untuk momen lentur = 2
Kt = faktor koreksi untuk momen puntir = 1,5
47 Sularso, Elemen Mesin, hal. 7
48 Sularso, elemen Mesin, hal. 18
M = Momen lentur maksimum = 49554,42
kg.mm
T = Torsi pada poros gigi I = 29064,16
kg.mm
ds
3
1
2 2
) 29064,16 5 , 1 ( ) 49554,42 2 (
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|

3
1
1900632142 9822562166 (
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|
3
1
08 1172319431
83 , 5
1 , 5
]
]
]

,
`

.
|

64,15 mm
maka diameter poros (ds) yang dipakai = 65 mm
6) Perhitungan defleksi puntiran :
= 584
4
ds G
L T

49
= 584
4 3
) 65 ( 10 3 , 8
2 , 289 29064,16

= 0,033
o
(baik)
dimana batas defleksi putaran = 0,25
o

49 Ibid, hal 18
3.3.2. Perencanaan Poros Pada Gigi II
1) Analisa beban kerja
Pada roda gigi II
- Beban vertikal (FV),
V = Gaya tangensial roda gigi (Ftg) = 484,66 kg
- Beban horizontal (FH),
H = Gaya tangensial roda gigi (Ftg) = 484,66 kg
jadi :
- Beban Gabungan (F),
F =
2 2
FH FV +
F

=
2 2
kg 484,66 kg 484,66 +
= 685,4 kg
2) Statika
Pembebanan pada poros gigi II


L1 = 130 mm
C A B
L= 260 mm
L2 = 130 mm
F = 685,4 kg
MB = 0
R
AV
. 260 685,4 130
R
AV
=
260
130 685,4
R
AV
= 342,7 kg ()
MA = 0
R
BV
. 260 685,4 130
R
BV
=
260
130 685,4
R
BV
= 342,7 kg ()
R
AV
+ R
BV
= F
342,7 kg + 342,7 kg = 685,4 kg
685,4 kg = 685,4 kg
Momen yang terjadi adalah :
MA = 0
MB = 0
MC = 342,7 kg 130 mm
= 44551 kgmm

BMD
RAV =
342,7kg
L1 = 130 mm
C
A
MC = 0
RBV =
342,7 kg
MA = 0
B
SFD
()
342,7kg
685,4kg ()
MC =
44551 kg.mm
( + )
( - )
L=260mm
L2 = 130 mm
F1 = 685,4kg
()
342,7kg
( + )


Gambar 3.2 Diagram Gaya Geser dan Diagram
Momen Lentur
3) Torsi pada poros gigi II :
T = 9,74 x 10
5

n
Pd

= 9,74 x 10
5

750
76 , 44
= 58128,32 kg.mm
4) Tegangan geser ijin bahan ( a) :
Bahan poros yang diambil adalah SF 60 JIS G 3210, dari
Tabel 3.7 (lampiran) diketahui :
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Faktor Keamanan Sf
1
= 6
- Faktor Keamanan Sf
2
= 2
- Daya motor transmisi (P
in
) = 44,76 kW
- Momen lentur maksimum (M) = 44551 kg.mm
- Torsi pada poros gigi II = 58128,32 kg
mm
- Faktor koreksi karena pembebanan momen lentur
tetap dengan tumbukan ringan (K
m
), dipakai 2
- Faktor koreksi karena pembebanan momen puntir
dengan beban sedikit kejutan (K
t
), dipakai 1,5
maka :
a =
2 1 sf sf
b


a =
2 . 6
70
= 5,83 kg/mm
2
5) Diameter poros gigi II (ds) :
ds =
3
1
2
t
2
a
) T x K ( ) M x Km (
1 , 5
]
]
]
]

,
`

.
|

dimana :
Km = faktor koreksi
untuk momen lentur = 2
Kt = faktor koreksi untuk momen puntir =
1,5
M = Momen lentur maksimum = 44551 kg.mm
T = Torsi pada poros gigi II = 58128,32
kg.mm
ds
3
1
2 2
) 58128,32 5 , 1 ( ) 44551 2 (
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|

3
1
7602528569 7939166404
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|
3
1
3 1554169497
83 , 5
1 , 5
]
]
]

,
`

.
|
3
1
47 , 122240
83 , 5
1 , 5
]
]
]


,
`

.
|

45,96 mm
maka diameter poros (ds) yang dipakai = 60 mm
6) Perhitungan defleksi puntiran :
= 584
4
ds G
L T

= 584
4 3
) 60 ( 10 3 , 8
260 58128,32

= 0,082 (baik)
dimana batas defleksi putaran = 0,25
3.3.3. Perencanaan Poros Gigi Cacing
1) Analisa Beban Kerja
a. Pada lokasi cacing
- Beban vertikal-1 (V
1
),
V
1
= Gaya permukaan cacing (Fc) = 3866,78 kg
- Beban horizontal-1 (H
1
),
H
1
= Gaya permukaan cacing (Fc) = 3866,78 kg
jadi :
- Beban Gabungan-1 (F
1
),
F
1
=
2
1
2
1
H V +
F
1
=
2 2
3866,78 3866,78 +
= 5468,46 kg
- Beban aksial (F
A
),
F
A
= Gaya tangensial pada roda cacing (F
TRC
) =
7363,74 kg
b. Pada lokasi pada roda gigi
- Beban vertikal-2 (V
2
),
V
2
= Gaya tangensial pada roda gigi (Ft) = 660,71
kg
- Beban horizontal-2 (H
2
),
H
2
= Gaya tangensial pada roda gigi (Ft) = 660,71
kg
jadi :
- Beban Gabungan-2 (F
1
),
F
2
=
2
2
2
2
V H +
F
2
=
2 2
660,71 660,71 +
= 934,38 kg
c. Beban poros
- Berat poros sendiri relatif kecil, sehingga diabaikan.
2) Statika
Pembebanan pada poros cacing


MB = 0
R
AV
. 1000 5468,46 475 + 934,38 197,5 = 0
R
AV
=
950
5 , 197 934,38 475 5468,46
L3 = 197,5 mm L1 = 475 mm
D
C
A B
L= 1147,5 mm
L2 = 475 mm
F2 = 934,38 kg F 1= 5468,46 kg
R
AV
=
950
05 , 184540 5 , 2597518
R
AV
= 2539,978 kg ()
MA = 0
R
BV
. 1000 934,38 1147,5 5468,46 475 = 0
R
BV
=
950
475 5468,46 1147,5 934,38 +
R
BV
=
950
5 , 2597518 05 , 1072201 +
R
BV
= 3862,86 kg ()
R
AV
+ R
BV
= F
1
+ F
2
2539,978 kg + 3862,86 kg = 5468,46 kg +
934,38 kg
6402,84 kg =
6402,84 kg
Momen yang terjadi adalah :
MA = 0
MB = - 934,38 kg 197,5 mm
= - 184540,05 kg.mm
MC = 0
MD = 2539,978 kg 475 mm
= 1206489,55 kg.mm

( + )
BMD
RAV =
2539,978 kg
L3 = 197,5 mm
L1 = 475 mm
D C A
RBV =
3874,17 kg
B
SFD
()
2539,978 kg
934,38 ()
5468,56 kg ()
( + )
( - )
L=1147,5 mm
L2 = 475 mm
F2 = 934,38 kg F1 = 5468,56 kg
()
3862,86 kg


Gambar 3.3 Diagram Gaya Geser dan Diagram
Momen Lentur
3) Torsi pada poros cacing :
T = 9,74 x 10
5

3
n
Pd

= 9,74 x 10
5

300
76 , 44
= 145320,8 kg.mm
4) Tegangan geser ijin bahan ( a) :
MB =
- 184540,05 kgmm
MC = 0 MA = 0
( - )
MD =
1206489,55 kg.mm
( + )
Bahan poros yang diambil adalah SF 60 JIS G 3210, dari
Tabel 3.7 (lampiran) diketahui :
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Faktor Keamanan Sf
1
= 6
- Faktor Keamanan Sf
2
= 2
- Daya motor transmisi (P
in
) = 44,76 kW
- Momen lentur maksimum (M) = 1206489,55 kg.mm
- Torsi pada poros cacing = 145320,8 kg
mm
- Faktor koreksi karena pembebanan momen lentur
tetap dengan tumbukan ringan (K
m
), dipakai 2
- Faktor koreksi karena pembebanan momen puntir
dengan beban sedikit kejutan (K
t
), dipakai 1,5
maka :
a .......................................... =
2 1 sf sf
b

a ..........................................=
2 . 6
70
= 5,83 kg/mm
2
5) Diameter poros cacing (ds) :
ds =
3
1
2
t
2
a
) T x K ( ) M x Km (
1 , 5
]
]
]
]

,
`

.
|

dimana :
Km = faktor koreksi untuk momen lentur = 2
Kt = faktor koreksi untuk momen puntir = 1,5
M = Momen lentur maksimum = 1206489,55
kg.mm
T = Torsi pada poros cacing = 145320,8 kg.mm
ds
3
1
2 2
) 145320,8 5 , 1 ( ) 1206489,55 2 (
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|

3
1
44 , 3 4751580355 81 , 036 5822468137
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|
3
1
25 , 590 5869983940
83 , 5
1 , 5
]
]
]

,
`

.
|
3
1
974 , 2422804
83 , 5
1 , 5
]
]
]


,
`

.
|

122,36 mm
maka diameter poros (ds) yang dipakai = 130 mm
6) Perhitungan defleksi puntiran :
= 584
4
ds G
L T

= 584
4 3
) 130 ( 10 3 , 8
5 , 1147 145320,8

= 0,041

(baik)
dimana batas defleksi putaran = 0,25
3.3.4. Perencanaan Poros Pada Roda Cacing
1) Analisa beban kerja
Pada roda cacing
- Beban vertikal (FV),
V = Gaya tangensial roda gigi (Ft
RC
) = 7363,74 kg
- Beban horizontal (FH),
H = Gaya tangensial roda gigi (Ft
RC
) = 7363,74 kg
jadi :
- Beban Gabungan (F),
F =
2 2
FH FV +
F

=
2 2
kg 7363,74 kg 7363,74 +
= 10414 kg
2) Statika
Pembebanan pada roda poros cacing


C B
L1 = 512,9 mm L2 = 361,075 mm
A
F = 10414 kg
L3 = 361,075 mm
D
MB = 0
R
AV
722,15 10414 361,075
R
AV
=
15 , 722
075 , 361 10414
R
AV
= 5207 kg ()
MA = 0
R
BV
722,15 10414 361,075
R
BV
=
15 , 722
075 , 361 10414
R
BV
= 5207kg ()
R
AV
+ R
BV
= F
5207 kg + 5207kg = 685,4 kg
10414 kg = 10414 kg
Momen yang terjadi adalah :
MA = 0
MB = 0
MC = 0
MD = 5207 kg 361,075 mm
= 1880117,525 kgmm
L= 1235,05 mm

BMD
RAV =
5207 kg
L2 = 361,075 mm
D
A
MB = 0
RBV =
5207 kg
MC = 0
B
SFD
()
5207 kg
10414 kg ()
( + )
( - )
L=1235,05 mm
L3 = 361,075 mm
F1 = 10414 kg
( + )
C
L1 = 512,9 mm
MA = 0
()
5207 kg


Gambar 3.4 Diagram Gaya Geser dan Diagram Momen
Lentur
3) Torsi pada poros roda cacing :
T = 9,74 x 10
5

n
Pd

= 9,74 x 10
5

15
76 , 44
= 2906416 kg.mm
4) Tegangan geser ijin bahan (a) :
Bahan poros yang diambil adalah SF 60 JIS G 3210, dari
Tabel 3.7 (lampiran) diketahui :
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Faktor Keamanan Sf
1
= 6
- Faktor Keamanan Sf
2
= 2
- Daya motor transmisi (P
in
) = 44,76 kW
- Momen lentur maksimum (M) = 1880117,525 kg.mm
- Torsi pada poros roda cacing = 2906416 kg mm
- Faktor koreksi karena pembebanan momen lentur
tetap dengan tumbukan ringan (K
m
), dipakai 2
MD =
1880117,525.mm
- Faktor koreksi karena pembebanan momen puntir
dengan beban sedikit kejutan (K
t
), dipakai 1,5
maka :
a =
2 1 sf sf
b


a =
2 . 6
70
= 5,83 kg/mm
2
5) Diameter poros roda cacing (ds) :
ds =
3
1
2
t
2
a
) T x K ( ) M x Km (
1 , 5
]
]
]
]

,
`

.
|

dimana :
Km = faktor koreksi
untuk momen lentur = 2
Kt = faktor koreksi
untuk momen puntir = 1,5
M = Momen lentur maksimum = 1880117,525
kg.mm
T = Torsi pada poros gigi II = 2906416 kg.mm
ds
3
1
2 2
) 2906416 5 , 1 ( ) 5 1880117,52 2 (
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|

3
1
1376 1900632142 5025 , 1248 1413936763
83 , 5
1 , 5
]
]
]

+
,
`

.
|
3
1
5025 , 2624 3314568905
83 , 5
1 , 5
]
]
]

,
`

.
|
3
1
28 , 5757229
83 , 5
1 , 5
]
]
]


,
`

.
|

162,8 mm
maka diameter poros (ds) yang dipakai = 170 mm
6) Perhitungan defleksi puntiran :
= 584
4
ds G
L T

= 584
4 3
) 170 ( 10 3 , 8
15 , 722 2906416

= 0,17 (baik)
dimana batas defleksi putaran = 0,25
3.4. Perhitungan Pasak
3.4.1. Pasak Pada Roda Gigi III
Direncanakan :
Daya motor transmisi (P
m
) = 44,76
kW
Bahan poros SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Bahan pasak adalah SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
Diameter poros cacing = 130
mm
Faktor Keamanan Sf
1
= 6
Faktor Keamanan Sf
2
= 2
Diketahui :
Torsi pada poros cacing = 145320,8 kg
mm
Gaya tangensial (F
t
) = 484,66 kg
Dari diameter pada poros = 130 mm maka dari Tabel 3.8
(lampiran) diperoleh ukuran pasak sebagai berikut :
- b h = 32 18 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t
1
= 11 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t
2
= 7 mm
- Tekanan permukaan yang diijinkan (p
a
) = 32
kg/mm
2
- Faktor keamanan Sfk
1
= 6,0
- Faktor keamanan Sfk
2
= 2,0
1). Tegangan geser
k
(kg/mm
2
) yang ditimbulkan adalah

k
=
l b
F
t
.
.................................................................
50
dimana :
l ` = Panjang pasak (antara 90 360 mm)
= diambil = 105 mm
b = lebar pasak = 32 mm
jadi

k
=
90 32
484,66

k
= 0,168

kg/mm
2
2). Tegangan geser yang diijinkan
ka
(kg/mm
2
)

ka
=
( )
2 1
.Sf Sf
b

........................................................
51

ka
=
( ) 2 . 6
/ 70
2
mm kg

ka
= 5,83 kg/mm
2
jadi
k

<

ka,
maka pasak aman
3). Tekanan permukaan p (kg/mm
2
) adalah :
50 Ibid, hal. 25
51 Ibid, hal. 8
p =
( )
2 1
ataut t lx
F
t
........................................................
52
p =
11 90
484,66

p = 0,49 kg/mm
2
jadi p < p
a ,
maka pasak aman
3.4.2. Pasak Pada Poros Cacing
Direncanakan :
Daya motor transmisi (P
m
) = 44,76
kW
Bahan poros SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Bahan pasak adalah SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
Diameter poros cacing = 130
mm
Faktor Keamanan Sf
1
= 6
Faktor Keamanan Sf
2
= 2
Diketahui :
Torsi pada poros cacing = 145320,8 kg
mm
Gaya tangensial (F
tRC
) = 7363,74 kg
Dari diameter pada poros = 130 mm maka dari Tabel 3.8
(lampiran) diperoleh ukuran pasak sebagai berikut :
- b h = 32 18 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t
1
= 11 mm
52 Ibid, hal. 24
- Kedalaman alur pasak pada poros t
2
= 7 mm
- Tekanan permukaan yang diijinkan (p
a
) = 32
kg/mm
2
- Faktor keamanan Sfk
1
= 6,0
- Faktor keamanan Sfk
2
= 2,0
1). Tegangan geser
k
(kg/mm
2
) yang ditimbulkan adalah

k
=
l b
F
tRC
.
dimana :
l ` = Panjang pasak (antara 90 360 mm)
= diambil = 105 mm
b = lebar pasak = 32 mm
jadi

k
=
105 32
7363,74

k
= 2,19

kg/mm
2
2). Tegangan geser yang diijinkan
ka
(kg/mm
2
)

ka
=
( )
2 1
.Sf Sf
b

ka
=
( ) 2 . 6
/ 70
2
mm kg

ka
= 5,83 kg/mm
2
jadi
k

<

ka,
maka pasak aman
3). Tekanan permukaan p (kg/mm
2
) adalah :
p =
( )
2 1
ataut t lx
F
tRC
........................................................
p =
11 105
7363,74

p = 6,37 kg/mm
2
jadi p < p
a ,
maka pasak aman
3.4.3. Pasak Pada Poros Roda Cacing
Direncanakan :
Daya motor transmisi (P
m
) = 44,76
kW
Bahan poros SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
- Bahan pasak adalah SF 60 JIS G 3210 dengan:
- Kekuatan Tarik (
b
) = 70 kg/mm
2
Diameter poros cacing = 170
mm
Faktor Keamanan Sf
1
= 6
Faktor Keamanan Sf
2
= 2
Diketahui :
Torsi pada poros roda cacing = 2906416 kg
mm
Gaya tangensial (F
tRC
) = 7363,74 kg
Dari diameter pada poros = 160 mm maka dari Tabel 3.8
(lampiran) diperoleh ukuran pasak sebagai berikut :
- b h = 32 18 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t
1
= 11 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t
2
= 7 mm
- Tekanan permukaan yang diijinkan (p
a
) = 32
kg/mm
2
- Faktor keamanan Sfk
1
= 6,0
- Faktor keamanan Sfk
2
= 2,0
1). Tegangan geser
k
(kg/mm
2
) yang ditimbulkan adalah

k
=
l b
F
tRC
.
dimana :
l = Panjang pasak (antara 90 360 mm)
= diambil = 287,45 mm
b = lebar pasak = 32 mm
jadi

k
=
45 , 287 32
7363,74

k
= 0,8

kg/mm
2
2). Tegangan geser yang diijinkan
ka
(kg/mm
2
)

ka
=
( )
2 1
.Sf Sf
b

ka
=
( ) 2 . 6
/ 70
2
mm kg

ka
= 5,83 kg/mm
2
jadi
k

<

ka,
maka pasak aman
3). Tekanan permukaan p (kg/mm
2
) adalah :
p =
( )
2 1
ataut t lx
F
tRC
p =
18 45 , 287
7363,74

p = 1,4 kg/mm
2
jadi p < p
a ,
maka pasak aman
3.5. Perhitungan Bantalan
3.5.1. Bantalan Pada Poros Gigi I
Diketahui perhitungan gaya (F) pada poros gigi I adalah =
685,4 kg
1). Beban aksial yang terjadi (F
a
)
F
a
= 0,6 beban keseluruhan................................
53
F
a
= 0,6 685,4 kg
F
a
= 411,24 kg
2). Beban radial yang terjadi (F
r
)
F
r
= F
a
jari-jari efektif / l......................................
54
F
r
= F
a
(d
g1
/ 2) / l
F
r
= 411,24 (120/2) /526,95
F
r
= 46,82 kg
Karena poros pada bantalan yang digunakan adalah
diameter 65 mm, maka dari Tabel 3.9 (lampiran)
bantalan yang digunakan adalah :
- Nomor bantalan = 30313
- Diameter dalam (d) = 65 mm
- Diameter luar (D) = 140
mm
- Lebar bantalan (B) = 35,5 mm
- Jari-jari fillet (r) = 3,5
- Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 12500 kg
- Faktor beban diambil (w) = 1,1-1,3
53 Ibid, hal. 135
54 Ibid, hal. 135
- Konstanta (e) = 0,35
- Faktor beban radial bekerja pada cincin dalam (V)
= 1
78 , 8
46,82 1
411,24

r
a
F V
F
Maka:

e
F V
F
r
a
>

, atau 8,78 > 0,35


Digunakan :
- Faktor X = 0,4
- Faktor Y = 1,9
3). Gaya radial yang terjadi pada bantalan (P) yaitu :
P
r
= X V F
r
+ Y F
a
..................................................
55
P
r
= 0,4 1 46,82 + 1,7 411,24
P
r
= 717,87 kg
4). Faktor kecepatan (
n
)

n
=
10 / 3
1
3 , 33
]
]
]

n
............................................................................................................
56
Keterangan :
55 Ibid, hal. 136
56 Ibid, hal. 136
n
1
= Putaran pada poros cacing : 1500 rpm

n
=
10 / 3
1500
3 , 33
]
]
]

............................................................................................................
57

n
= 0,32
5). Faktor umur bantalan (fh)
f
h
= f
n
C/P
r
...........................................................
58
Dimana :
f
n
= faktor kecepatan
C = kapasitas dinamik spesifik (kg)
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
f
h
= f
n
C/P
r
f
h
= 0,32 12500 / 717,87
f
h
= 5,57
6). Umur nominal bantalan
Untuk bekerja dan pemakaian jarang, jam kerja
disyaratkan minimal 2000 jam
L
h
= 500
h
3,33
............................................................
59
= 500 (5,57)
3,33
= 500 304,58
57 Ibid, hal. 136
58 Ibid, hal. 136
59 Ibid, hal. 136
= 152290 jam
Jadi :
152290 jam > 2000 jam
........................................
Baik
3.5.2. Bantalan Pada Poros Gigi II
Diketahui perhitungan gaya (F) pada poros gigi II adalah =
685,4 kg
1). Beban aksial yang terjadi (F
a
)
F
a
= 0,6 beban keseluruhan
F
a
= 0,6 685,4 kg
F
a
= 411,24 kg
2). Beban radial yang terjadi (F
r
)
F
r
= F
a
jari-jari efektif / l
F
r
= F
a
(d
g2
/ 2) / l
F
r
= 411,24 (240/2) / 260
F
r
= 189,8 kg
Karena poros pada bantalan yang digunakan adalah
diameter 60 mm, maka dari Tabel 3.9 (lampiran)
bantalan yang digunakan adalah :
- Nomor bantalan = 30312
- Diameter dalam (d) = 60 mm
- Diameter luar (D) = 130
mm
- Lebar bantalan (B) = 33 mm
- Jari-jari fillet (r) = 3,5
- Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 10800 kg
- Faktor beban diambil (w) = 1,1-1,3
- Konstanta (e) = 0,35
- Faktor beban radial bekerja pada cincin dalam (V)
= 1
17 , 2
189,8 1
411,24

r
a
F V
F
Maka:

e
F V
F
r
a
>

, atau 2,17 > 0,35


Digunakan :
- Faktor X = 0,4
- Faktor Y = 1,9
3). Gaya radial yang terjadi pada bantalan (P) yaitu :
P
r
= X V F
r
+ Y F
a
P
r
= 0,4 1 189,8 + 1,7 411,24
P
r
= 775,028 kg
4). Faktor kecepatan (
n
)

n
=
10 / 3
2
3 , 33
]
]
]

n

Keterangan :
n
2
= Putaran pada poros cacing : 750 rpm

n
=
10 / 3
750
3 , 33
]
]
]

n
= 0,39
5). Faktor umur bantalan (fh)
f
h
= f
n
C/P
r
Dimana :
f
n
= faktor kecepatan
C = kapasitas dinamik spesifik (kg)
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
f
h
= f
n
C/P
r
f
h
= 0,39 10800 / 775,028
f
h
= 5,43
6). Umur nominal bantalan
Untuk bekerja dan pemakaian jarang, jam kerja
disyaratkan minimal 2000 jam
L
h
= 500
h
3,33
= 500 (5,43)
3,33
= 500 279,82
= 139910 jam
Jadi :
139910 jam > 2000 jam
........................................
Baik
3.5.3. Bantalan Pada Poros Cacing
Diketahui perhitungan gaya (F) pada poros cacing adalah =
6402,84 kg
1). Beban aksial yang terjadi (F
a
)
F
a
= 0,6 beban keseluruhan
F
a
= 0,6 6402,84 kg
F
a
= 3841,7 kg
2). Beban radial yang terjadi (F
r
)
F
r
= F
a
jari-jari efektif / l
F
r
= F
a
(Dc
1
/ 2) / l
F
r
= 3841,7 (208/2) / 1147,5
F
r
= 348,18 kg
Karena poros pada bantalan yang digunakan adalah
diameter 130 mm, maka dari Tabel 3.10 (lampiran)
bantalan yang digunakan adalah :
- Nomor bantalan = 30226
- Diameter dalam (d) = 130
mm
- Diameter luar (D) = 230
mm
- Lebar bantalan (B) = 43 mm
- Jari-jari fillet (r) = 4
- Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 24500 kg
- Faktor beban diambil (w) = 1,1-1,3
- Konstanta (e) = 0,35
- Faktor karena radial bekerja pada cincin dalam (V) =
1
03 , 11
348,18 1
3841,7

r
a
F V
F
Maka:

e
F V
F
r
a
>

, atau 11,03 > 0,35


Digunakan :
- Faktor X = 0,4
- Faktor Y = 1,9
3). Gaya radial yang terjadi pada bantalan (P) yaitu :
P
r
= X V F
r
+ Y F
a
P
r
= 0,4 1 348,18 + 1,7 3841,7
P
r
= 6670,16 kg
4). Faktor kecepatan (
n
)

n
=
10 / 3
2
3 , 33
]
]
]

n

Keterangan :
n
2
= Putaran pada poros cacing : 300 rpm

n
=
10 / 3
300
3 , 33
]
]
]

n
= 0,517
5). Faktor umur bantalan (fh)
f
h
= f
n
C/P
r
Dimana :
f
n
= faktor kecepatan
C = kapasitas dinamik spesifik (kg)
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
f
h
= f
n
C/P
r
f
h
= 0,517 24500 / 6670,16
f
h
= 1,9
6). Umur nominal bantalan
Untuk bekerja dan pemakaian jarang, jam kerja
disyaratkan minimal 2000 jam
L
h
= 500
h
3,33
= 500 (1,9)
3,33
= 500 8,5
= 72712,7 jam
Jadi :
72712,7 jam > 2000 jam
........................................
Baik
3.5.3. Bantalan Pada Roda Cacing
Diketahui perhitungan gaya (F) pada poros roda cacing adalah =
10414 kg
1). Beban aksial yang terjadi (F
a
)
F
a
= 0,6 beban keseluruhan
F
a
= 0,6 10414 kg
F
a
= 6248,4 kg
2). Beban radial yang terjadi (F
r
)
F
r
= F
a
jari-jari efektif / l
F
r
= F
a
(Dc
1
/ 2) / l
F
r
= 6248,4 (208/2) / 1205,75
F
r
= 538,5 kg
Karena poros pada bantalan yang digunakan adalah
diameter 170 mm, maka dari Tabel 3.10 (lampiran)
bantalan yang digunakan adalah :
- Nomor bantalan = 30234
- Diameter dalam (d) = 170 mm
- Diameter luar (D) = 310 mm
- Lebar bantalan (B) = 53 mm
- Jari-jari fillet (r) = 4
- Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 40500 kg
- Faktor beban diambil (w) = 1,1-1,3
- Konstanta (e) = 0,35
- Faktor karena radial bekerja pada cincin dalam (V) =
1
6 , 11
538,5 1
6248,4

r
a
F V
F
Maka:

e
F V
F
r
a
>

, atau 11,6 > 0,35


Digunakan :
- Faktor X = 0,4
- Faktor Y = 1,9
3). Gaya radial yang terjadi pada bantalan (P) yaitu :
P
r
= X V F
r
+ Y F
a
P
r
= 0,4 1 538,5 + 1,7 6248,4
P
r
= 10837,68 kg
4). Faktor kecepatan (
n
)

n
=
10 / 3
2
3 , 33
]
]
]

n

Keterangan :
n
2
= Putaran pada poros cacing : 15 rpm

n
=
10 / 3
15
3 , 33
]
]
]

n
= 1,27
5). Faktor umur bantalan (fh)
f
h
= f
n
C/P
r
Dimana :
f
n
= faktor kecepatan
C = kapasitas dinamik spesifik (kg)
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
f
h
= f
n
C/P
r
f
h
= 1,27 40500 / 10837,68
f
h
= 4,74
6). Umur nominal bantalan
Untuk bekerja dan pemakaian jarang, jam kerja
disyaratkan minimal 2000 jam
L
h
= 500
h
3,33
= 500 (4,74)
3,33
= 500 178
= 89000 jam
Jadi :
89000 jam > 2000 jam
........................................
Baik
BAB IV
PERAWATAN DAN PELUMASAN
4.1 . Perawatan Mesin
4.1.1. Pengertian Perawatan
Perawatan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
menjaga atau memelihara fasilitas peralatan dan untuk
menjaga kondisi kerja mesin-mesin yang dilakukan secara
kontinyu sesuai petunjuk yang ada, hal ini dimaksudkan agar
mesin-mesin dalam kondisi siap pakai dan dapat digunakan
sesuai dengan umur pemakaianya, sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancer dan memuaskan sesuai dengan
rencana.
Perawatan atau perbaikan yang dilakukan membutuhkan
pemahaman dari komponen-komponen yang dirawat, terutama
mengenai cara kerja dan sifatnya.
Dalam perawatan transmisi elevator misalnya, diperlukan
penjadwalan perawatan yang terencana dengan baik sehingga
operator dapat bekerja dengan baik dan dengan demikian
diharapkan dapat berdaya guna semaksimal mungkin. Ada dua
istilah atau pengertian dalam perawatan yaitu :
1. Preventive Maintenance.
Adalah pemeliharaan berkala yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk menghindari terjadinya kerusakan dan
menjaga kondisi mesin agar tetap dalam kondisi baik.
Perawatan ini dilakukan secara kontinyu yaitu harian,
mingguan, bulanan dan tahunan, dengan demikian kerusakan
yang akan terjadi dapat diantisipasi sejak dini, sehingga
dapat memperlancar aktivitas.
2. Break Down Maintenance.
Adalah perawatan yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan pada peralatan atau mesin. Kegiatan ini sebagai
konsekuensi dari kegiatan preventive maintenance yang
kurang berhasil selain karena faktor umur mesin atau
komponen mesin yang bersangkutan.
Beberapa hal yang menjadi tujuan perawatan antara lain :
Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Memperpanjang umur
Memelihara kontinyunitas operasi dari transmisi
Menghemat biaya perbaikan
Mengurangi terjadinya kerusakan
4.1.2. Perawatan Transmisi Roda Gigi Cacing
Setiap mesin maupun peralatan yang bekerja mutlak
adanya perawatan. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kelangsungan dari mesin itu sendiri maupun terhadap aktivitas
pemakaian.
Pemeliharaan dan perbaikan transmisi roga gigi cacing
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Cleaning
Adalah membersihkan bagian-bagian luar transmisi dan
mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada. Pekerjaan ini
dilakukan bersamaan dengan oiling.
b.Oiling
Yaitu jenis pekerjaan pelumasan, sedangkan bahannya
berupa oil dan grease. Penggunaan bahan pelumas yang
sesuai untuk masing-masing peralatan adalah sangat
penting. Karena bahan pelumas sangat menentukan umur
dari peralatan atau mesin tersebut.
Transmisi roda gigi cacing ini menggunakan system
pelumasan minyak dengan cara dicelup seperempat atau
sebagian roda gigi cacing terjadi panas yang tinggi.
Pelumasan menggunakan kekentalan oli SAE 90 GL 2.
c. Scouring
Yaitu cleaning seperti pada point a, tetapi lebih
menyeluruh dan teliti. Dalam scouring elemem-elemen mesin
dapat dibuka dan dikeluarkan untuk dapat dibersihkan.
Penelitian ringan juga dilakukan dalam scouring ini seperti,
keadaan poros, bantalan dan komponen-komponen yang lain.
Dalam hal ini bila menemukan komponen yang rusak dann
perlu diganti maka harus diganti.
d.Overhoul
Yaitu pembongkaran secara menyeluruh dari suatu mesin
atau peralatan karena umur atau waktu bekerja dari mesin
tersebut. Pemeriksaan yang direncanakan harus dilakukan
untuk perawatan transmisi dengan didasarkan pada frekuensi
penggunaannya.
4.1.2.Pelumasan
a.Pelumasan pada bantalan
Pelumasan bantalan dimaksudkan untuk mengurangi
gesekan dan keausan antara elemen gelinding dengan cara
membuat lapisan film antara kedua permukaan benda yang
bergesekan. Membawa keluar panas yang terjadi, mencegah
korosi serta mencegah masuknya debu. Cara pelumasan ada
dua cara yaitu pelumasan gemuk (grease) dan pelumasan
minyak (oil)
Untuk mencegah terjadinya kebocoran pelumas dan
masuknya debu atau benda asing kedalam bantalan maka
ndigunakan sekat pelumas, dalam perencanaan ini sekat
pelumas yang digunakan adalah jenis seal minyak. Seal
minyak merupakan satu kesatuan yang terdiri atas karet
sintetis dengan bentuk penampang tertentu, cincin logam
dan cincin pegas. Keuntungan penggunaan seal minyak ini
adalah dapat digunakan untuk bantalan dengan kecepatan
keliling tinggi, tekan dari dalam tinggi serta tahan terhadap
lingkungan berdebu.
b.Pelumasan pada roda gigi
Pelumasan pada transmisi roda gigi yang digunakan
adalah system pelumasan celup yaitu dengan cara
memasukan 1/2 atau 1/3 bagian dari penampang gigi cacing
kedalam pelumas, sehingga saat gigi cacing berputar minyak
tersebut dapat terangkat oleh gigi cacing dan membasahi
serta melumasi tiap bagian roda gigi cacing dan elemen
pendukungnya.
Panas yang terjadi karena adanya gesekan lambat laun
akan mempeagaruhi minyak pelumas. Jumlah minyak
pelumas yang ada di penampang akan berkurang atau kotor,
oleh karena itupada jangka waktu tertentu minyak pelumas
harus ditambah.
Besarya beban permukaan roda gigi, permukaan yang
kasar dan kecepatan yang meluncur menghasilkan gesekan
yang besar dan pertambahan panas yang ditimbulkan, untuk
alas an tersebut maka oli roda gigi harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
1. Kekentalannya sesuai
Dalam pemilihan oli roda gigi harus diperlihatkan tingkat
kekentalannya yaitu dengan cara melihat kondisi kerja
yang dialami roda gigi serta temperaturnya. Untuk kondisi
berat separti pada roda gigi cacing ini kekentalan yang
digunakan adalah SAE 90 GL. 2 kode GL untuk klasifikasi
kualitas adalah kependekan daei Gear Lubrication yang
mempunyai arti oli untuk roda gigi, adapun angka 2
adalah penunjukan dari kualitas oli yang dikhususkan
untuk roda gigi cacing.
2. Meredam getaran
Saat berhubungan antara satu dengan yang lainnya,
tekanan dan beban goncangan yang terjadi besar, untuk
itu oli roda gigi harusmampu memikul atau meredam
getaran yang dialami roda gigi tersebut.
3. Tahan terhadap panas dan oksidasi
Saat oli roda gigi memburuk akibat panas, kotoran dan
oksidasi kemampuan pelumasan akan menurun, bahkan
akibat oksidasi dapat menimbulkan kadar asam dalam oli
yang dapat menyebabkan karat yang berpengaruh pada
keawetan komponen. Untuk mengatasi hal itu maka
diperlukan oli roda gigi yang baik dan stabil terhadap
panas dan oksidasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alat pendukung yang digunakan dalam proses perencanaan
transmisi gear box meliputi roda gigi lurus, roda gigi dan poros cacing,
poros, pasak, serta bantalan rol kerucut, . Transmisi utamanya adalah
roda gigi cacing sehingga tidak diragukan lagi kekuatannya untuk
menopang beban yang berat serta mereduksi putararan yang besar,
selain sudah dilakukan perencanaan, perancangan, dan perhitungan
melalui rumus-rumus dengan teliti.
Apabila terjadi pembebanan berlebih akan terjadi slip pada
transmisinya, Dari uraian perhitungan dan pembahasan dapat
dismpulkan sebagai berikut:
5.1.1. Roda Gigi Lurus
- Daya motor (P
m
) = 60 HP = 44,76
kW
- Putaran ditransmisikan antara gigi I dan II (n
1
) = 1500 rpm
- Putaran ditransmisikan antara gigi II dan III (n
2
) = 750 rpm
- Perbandingan reduksi gigi I dan II (i) = 1 : 2
- Perbandingan reduksi gigi II dan III (i) = 1 : 2,5
- Jarak sumbu gigi I dan II (a) = 180 mm
- Jarak sumbu gigi II dan III (a) = 420 mm
- Modul (m) = 4 mm
- Diameter jarak bagi roda gigi (d
g
)
- Pada roda gigi I (d
g1
) = 120 mm
- Pada roda gigi II (d
g2
) = 240 mm
- Pada roda gigi III (d
g3
) = 600 mm
- Jumlah gigi (z
g
)
- Pada roda gigi I (z
g1
) = 30 mm
- Pada roda gigi II (z
g2
) = 60 mm
- Pada roda gigi III (z
g3
) = 150 mm
- Mencari diameter luar roda gigi (d
kg
),
- Pada roda gigi I (d
kg1
) = 128 mm
- Pada roda gigi II (d
kg2
) = 248 mm
- Pada roda gigi III (d
kg2
) = 608 mm
- Tinggi kepala gigi pada roda gigi (h
kg
) = 4 mm
- Tinggi kaki gigi (h
fg
) = 4,64 mm
- Mencari tinggi gigi (h
g
) = 8,64 mm
- Mencari diameter dalam (Dd
g
)
- Pada roda gigi I (D
kd1
) = 110,72 mm
- Pada roda gigi II (D
kd2
) = 230,72 mm
- Pada roda gigi II (D
kd3
) = 592,72 mm
- Gaya tangensial pada roda gigi I dan II (F
t
) = 484,66 kg
- Gaya tangensial pada roda gigi II dan III (F
t
) = 484,66 kg
5.1.2. Roda Gigi Cacing dan Poros Cacing
- Putaran poros yang ditransmisikan(n
2
) = 300 rpm
- Jumlah ulir cacing (z
1
) = 1
- Jumlah gigi roda cacing (z
2
) = 20
- Sudut kisar () = 10,3
- Jarak sumbu poros = 500 mm
- Bahan untuk cacing = SF60
- Bahan untuk roda gigi cacing = FC20
- Perbandingan Reduksi (i) = 1 : 20
- Modul normal (m
n
) = 37
- Proporsi bagian cacing adalah:
- Diameter lingkaran jarak bagi (D
C2
) = 208 mm
- Tinggi kepala gigi cacing (h
k
) = 37 mm
- Tinggi kaki gigi cacing (h
f
) = 42,8 mm
- Kelonggaran puncak (c) = 5,8 mm
- Tinggi gigi (H) = 79,8 mm
- Diameter inti cacing (D
C1
) = 118 mm
- Diameter luar cacing (D
C
) = 282 mm
- Jarak bagi cacing (
a
t
) = 117,97 mm
- Proporsi roda gigi cacing untuk cacing adalah :
- Diameter jarak bagi roda cacing (D
RC2
) = 792 mm
- Diameter inti roda cacing (D
RC1
) = 701,8 mm
- Diameter tenggorok roda cacing (D
RC3
) = 877,6 mm
- Diameter luar roda cacing (D
RC
) = 904,7 mm
- Lebar sisi gigi roda gigi cacing (b) = 451 mm
- Lebar sisi gigi efektif (b
e
) = 141 mm
- Jari-jari lengkungan puncak roda cacing (r
t
) = 67 mm
- Jarak antar sumbu poros (a) = 500 mm
- Beban lentur yang diijinkan (F
ab
) = 24159,93 kg
- Beban permukaan gigi yang diijinkan (F
ac
) = 11865,15 kg
5.1.3. Poros
1. Beban Poros Gigi I
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Gaya yang terjadi (F)
- Gaya pada titik A (R
Av
) = 342,7 kg
- Gaya pada titik B (R
Bv
) = 342,7 kg
- Gaya pada titik C = 0 kg
- Gaya pada titik D = 684,4 kg
- Momen yang terjadi (M)
- Momen dititik A (MA) = 0 kg.mm
- Momen dititik B (MB) = 0 kg.mm
- Momen dititik C (MC) = 0 kg. mm
- Momen dititik D (MD) = 49554,42 kg.mm
- Torsi yang terjadi (T) = 29064,16 kg mm
- Tegangan geser yang diijinkan (
a
) = 5,83 kg/mm
2
- Diameter minimal poros (ds) = 65 mm
- Defleksi pada poros (
ds
) = 0,033
2. Beban Poros Gigi II
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Gaya yang terjadi (F)
- Gaya pada titik A (R
Av
) = 342,7 kg
- Gaya pada titik B (R
Bv
) = 342,7 kg
- Gaya pada titik C = 685,4 kg
- Momen yang terjadi (M)
- Momen dititik A (MA) = 0 kg.mm
- Momen dititik B (MB) = 0 kg.mm
- Momen dititik C (MC) = 44551 kg. mm
- Torsi yang terjadi (T) = 58128,32 kg mm
- Tegangan geser yang diijinkan (
a
) = 5,83 kg/mm
2
- Diameter minimal poros (ds) = 60 mm
- Defleksi pada poros (
ds
) = 0,082
3. Beban Poros Cacing
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Gaya yang terjadi (F)
- Gaya pada titik A (R
Av
) = 2539,978 kg
- Gaya pada titik B (R
Bv
) = 3862,86 kg
- Gaya pada titik C = 934,38 kg
- Gaya pada titik D = 5468,46 kg
- Momen yang terjadi (M)
- Momen dititik A (MA) = 0 kg.mm
- Momen dititik B (MB) = - 184540,05
kg.mm
- Momen dititik C (MC) = 0 kg. mm
- Momen dititik D (MD) = 1206489,55 kg.mm
- Torsi yang terjadi (T) = 145320,8 kg mm
- Tegangan geser yang diijinkan (
a
) = 5,83 kg/mm
2
- Diameter minimal poros (ds) = 130 mm
- Defleksi pada poros (
ds
) = 0,041
4. Beban Roda Gigi Cacing
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Gaya yang terjadi (F)
- Gaya pada titik A (R
Av
) = 5207 kg
- Gaya pada titik B (R
Bv
) = 5207 kg
- Gaya pada titik C = 0 kg
- Gaya pada titik D = 10414 kg
- Momen yang terjadi (M)
- Momen dititik A (MA) = 0 kg.mm
- Momen dititik B (MB) = 0 kg.mm
- Momen dititik C (MC) = 0 kg. mm
- Momen dititik D (MD) = 1880117,525 kg.mm
- Torsi yang terjadi (T) = 2906416 kg mm
- Tegangan geser yang diijinkan (
a
) = 5,83 kg/mm
2
- Diameter minimal poros (ds) = 170 mm
- Defleksi pada poros (
ds
) = 0,17
5.1.6. Pasak
1. Pada Roda Gigi III
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Torsi yang terjadi (T) = 145320,8 mm
- Gaya tangensial (Ft) = 484,66 kg
- Tegangan geser (
k
) = 0,168

kg/mm
2
- Tegangan geser yang diijinkan (
ka
) = 5,83 kg/mm
2
- Tekanan permukaan (p) = 0,49 kg/mm
2
2. Pada Poros Cacing
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Torsi yang terjadi (T) = 145320,8 mm
- Gaya tangensial (Ft) = 7363,74 kg
- Tegangan geser (
k
) = 2,19

kg/mm
2
- Tegangan geser yang diijinkan (
ka
) = 5,83 kg/mm
2
- Tekanan permukaan (p) = 6,37 kg/mm
2
3. Pada Poros Roda Cacing
- Bahan = SF 60 JIS G 3210
- Torsi yang terjadi (T) = 2906416 mm
- Gaya tangensial (Ft) = 7363,74 kg
- Tegangan geser (
k
) = 0,8

kg/mm
2
- Tegangan geser yang diijinkan (
ka
) = 5,83 kg/mm
2
- Tekanan permukaan (p) = 1,4 kg/mm
2
5.1.7. Bantalan
1. Pada Poros Gigi I
- Jenis bantalan = Bantalan rol kerucut
30313
- Beban aksial yang terjadi (Fa) = 411,24 kg
- Beban radial yang terjadi (Fr) = 46,82 kg
- Gaya radial yang terjadi (Pr) = 717,87 kg
- Faktor kecepatan (f
n
) = 0,32
- Faktor unur bantalan (f
h
) = 5,57
- Umur nominal bantalan (L
h
) = 152290jam
2. Pada Roda Gigi II
- Jenis bantalan = Bantalan rol kerucut
30312
- Beban aksial yang terjadi (Fa) = 286,77 kg
- Beban radial yang terjadi (Fr) = 189,8 kg
- Gaya radial yang terjadi (Pr) = 775,028 kg
- Faktor kecepatan (f
n
) = 0,39
- Faktor unur bantalan (f
h
) = 5,43
- Umur nominal bantalan (L
h
) = 139910 jam
3. Pada Poros Cacing
- Jenis bantalan = Bantalan rol kerucut
30226
- Beban aksial yang terjadi (Fa) = 3841,7 kg
- Beban radial yang terjadi (Fr) = 348,18 kg
- Gaya radial yang terjadi (Pr) = 6670,16 kg
- Faktor kecepatan (f
n
) = 0,517
- Faktor unur bantalan (f
h
) = 1,9
- Umur nominal bantalan (L
h
) = 72712,7 jam
4. Pada Roda Gigi Cacing
- Jenis bantalan = Bantalan rol kerucut
30234
- Beban aksial yang terjadi (Fa) = 6248,4 kg
- Beban radial yang terjadi (Fr) = 538,5 kg
- Gaya radial yang terjadi (Pr) = 10837,68 kg
- Faktor kecepatan (f
n
) = 1,27
- Faktor unur bantalan (f
h
) = 4,74
- Umur nominal bantalan (L
h
) = 89000 jam
5.2 Saran
1. Penggunaan alat hendaknya sesuai dengan ukuran dan daya yang
disarankan sehingga akan dapat bekerja dengan baik dan tidak mudah
rusak.
2. Penggunaan literatur buku sebaiknya digunakan yang terbaru.
3. Memungkinkan perencanaan alat ini dapat lebih dikembangkan dan
disempurnakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sularso dan Suga, K. 2004. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. PT. Pradnya Paramita . Jakarta
Niemen G., 2000, Jilid II, Elemen Mesin, PT. Erlangga, Jakarta.
Takeshi Sato, G dan Sugiarto Hartanto, N. 1983. Menggambar Mesin
Menurut Standart ISO. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel
LAMPIRAN I
Tabel 1 Klasifikasi Roda Gigi
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke 12,
Jakarta.
LAMPIRAN II
Tabel 2 Harga modul standar
Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3 Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3
0,1
0,15
3,5
3,75
Letak poros Roda gigi Keterangan
Roda gigi dengan
poros sejajar
Roda gigi Miring, (a)
Roda gigi Lurus (b)
Roda gigi Miring ganda (c)
(Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi)
Roda gigi Luar
Roda gigi dalam dan pinyon (d)
Roda gigi dan pinyon (e)
Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi dengan
poros berpotongan
Roda gigi kerucut lurus, (f)
Roda gigi kerucut spiral, (g)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
(Klasifikasi atas dasar bentuk jalur
gigi)
Roda gigi permukaan dengan poros
berpotongan (h)
(Roda gigi dengan poros berpotongan
berbentuk istinewa)
Roda gigi dengan
poros silang
Roda gigi miring silang, (i)
Batang gigi miring silang
Kontak titik
Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)
Roda gigi cacing selubung ganda
(globoid), (k)
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan silang
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,8
1
1,25
1,5
2
2,5
3
0,25
0,35
0,45
0,55
0,7
0,75
0,9
1,75
2,25
2,75
0,65
3,25
4
5
6
8
10
12
16
20
25
32
40
50
4,5
5,5
7
9
11
14
18
22
28
36
45
6,5
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN III
Tabel 3 Tegangan lentur yang diijinkan pada bahan roda gigi
Bahan roda gigi cacing Pembebanan satu arah Pembebanan dua arah
Besi cor 8,5 5,5
Perunggu untuk roda gigi
Perunggu antimon
Damar sintetis
17
10,5
3
11
7
2
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN IV
Tabel 4 Sudut Tekanan Normal
Sudut tekanan normal Faktor bentuk

14,5
20
25
30
0,100
0,125
0,150
0,175
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN V
Tabel 5 Faktor Ketahanan Terhadap Keausan K
C
Cacing Roda gigi cacing Kc (kg/mm
2
)
Baja (Kekerasan HB 250)
Baja celup dingin
Baja celup dingin
Baja celup dingin
Baja celup dingin
Perunggu fosfor
Besi cor
Perunggu fosfor
Perunggu fosfor yang dicil
Perunggu antimon
0,042
0,035
0,056
0,085
0,085
Besi cor Damer sintetis
Perunggu fosfor
0,087
0,106
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN VI
Tabel 6 Sudut Kisar K
y
Sudut kisar K
y
K
y
< 10
K
y
= 10 - 25
K
y
> 25
1
1,25
1,50
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN VII
Tabel 7 Baja Karbon Cor ( JIS G 5101)
Lambang
Batas mulur (kg/mm
2
) Kekuatan tarik
(kg/mm
2
)
Keterangan
SC 37
SC 42
SC 46
SC 49
18
21
23
25
37
42
46
49
Untuk bagian motor
Untukkonstruksi
umum
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke12
Jakarta.
LAMPIRAN VIII
Tabel 8 Ukuran dan standart pasak
*/ harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam tabel
6,8,10,12,14,16,20,22,25,28,32,36,40,45,50,56,63,70,80,90,100,110,125,140,160,180,200,220,250,280,320,360,400
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke 12, Jakarta.
LAMPIRAN IX
(7 7)
8 7
10 8
12 8
14 9
7
8
10
12
14
7 7,2
0,25-
0,40

0,40-
0,60
0,69-
0,80
16-80
18-90
22-110
28-140
36-160
4,0
4,0
5,0
5,0
5,5
3,0 3,5 3.0
2,4
2,4
2,4
2,9
0,16-
0,25
0,25-
0,40
0,40-
0,60
Lebih dari 20-25
Lebih dari 25-30
Lebih dari 30-38
Lebih dari 38-44
Lebih dari 44-50
7
8
8
9
3,3
3,3
3,3
3,8
(1510)
1610
1811
2012
2214
15
16
18
20
22
10 10,2 40-180
45-185
50-200
56-220
63-250
5,0
6,0
7,0
7,5
9,0
5,0 5,5 5,0
3,4
3,4
3,9
4,4
Lebih dari 50-55
Lebih dari 50-58
Lebih dari 58-65
Lebih dari 65-75
Lebih dari 75-85
Lebih dari 80-90
Lebih dari 85-95
Lebih dari 95-110
Lebih dari 110-135
10
11
12
14
4,3
4,4
4,9
5,4
(2416)
2314
2816
3218
24
25
28
32
16 16,2 70-280
70-280
80-320
90-360
8,0
9,0
10,0
11,0
8,0 8,5 8,0
4,4
5,4
6,4`
14
16
18
5,4
6,4
7,4
Ukuran
nominal
Pasak
bl
Ukuran
Standart
Ukuran standar h C l
*
Ukuran
Standart
t1
Ukuran standart t2 r1
da
n
r2
Referansi
Pasak
prismatis
Pasak
luncur
Pasak
tirus
Pasak
prismatis
Pasak
luncur
Pasak
tirus
Diameter poros yang
dapat dipakai d
**
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
2
3
4
5
6
2
3
4
5
6
0,16-
0,25
6-20
6-36
8-45
10-56
14-70
1,2
1,8
2,5
3,0
3,5
1,0
1,4
1,8
2,3
2,8
0,5
0,9
1,2
1,7
2,2
0,08-
0,16
Lebih dari 6-8
Lebih dari 8-10
Lebih dari 10-12
Lebih dari 12-17
Lebih dari 17-22
Tabel 9 Bantalan Rol Kerucut
F
a
/ VF
r
e F
a
/ VF
r
> e
X Y X Y
1 0 0,4 Y1
Harga e, Y1 dan Y0 dalam hubungannya dengan tabel dibawah
Nomor
Bantalan
Ukuran Luar (mm)
Faktor
beban
aksial
Konstanta
Kapasitas
nominal
dinamis
spesifik
(kg)
Kapasita
s
nominal
statis
spesifik
(kg)
d D T B b R r1 p Y1 Y0 e C Co
30302
30303
30304
30305
30306
30307
30308
30309
30310
30312
1
5
1
7
2
0
2
5
3
0
3
5
4
0
4
5
5
0
6
0
42
47
52
62
72
80
90
100
110
130
14,25
15,25
16,25
18,25
20,75
22,75
25,25
27,25
29,25
33,50
13
14
15
17
19
21
23
25
27
31
11
12
13
15
16
18
20
22
23
26
1,5
1,5
2
2
2
2,5
2,5
2,5
3
3,5
0,5
0,5
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1
1,2
3,3
4,6
4,4
5,0
5,2
6,0
5,0
5,9
6,1
7,1
2,1
2,1
2,0
2,0
1,9
1,9
1,7
1,7
1,7
1,7
1,2
1,2
1,1
1,1
1,0
1,0
0,95
0,95
0,95
0,95
0,28
0,28
0,30
0,30
0,32
0,32
0,35
0,35
0,35
0,35
1640
2030
2490
3300
4200
5350
6100
7600
8900
11900
1000
1280
1670
2250
2970
3950
4750
6050
7150
9950
32304
32305
32305
32305
32305
32305
32305
2
0
2
5
3
0
3
5
4
0
4
5
5
0
52
62
72
80
90
100
110
22,25
25,25
28,75
30,75
35,25
38,25
42,25
21
24
27
31
33
36
40
18
20
23
25
27
30
33
2
2
2
2,5
2,5
2,5
3
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1
8,2
9,5
9,7
12,1
12,3
12,5
13,7
2,0
2,0
1,9
1,9
1,7
1,7
1,7
1,1
1,1
1,0
1,0
0,95
0,95
0,95
0,30
0,30
0,32
0,32
0,35
0,35
0,35
3200
4400
5650
7000
8150
9850
12000
2350
3300
4500
5700
7000
8600
10800
Sularso,Suga K, 2004, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin,edisi ke 12, Jakarta.
LAMPIRAN X
Tabel 10 Konversi satuan
Besaran Dari satuan Kesatuan metrik Kalikan dengan
1. Panjang mil
ft
in
mikron
km
m
mm
m
1,609 344
0,304 8
25,4
1
2. Kecepatan mil/h
knot
(internasional)
ft/s
in/s
km/h
km/h
m/s
mm/s
1,609 344
1,851 999 8
0,304 8
25,4
3. Percepatan (mil/h)/s
ft/s
2
(km/h)/s
m/s
2
1,609 344
0,304 8
4. Luas in
2
ft
2
mil
2
m
2
m
2
km
2
0,000 645 16
0,092 903 04
2,589 998
5. Volume yd
ft
ft
in
in
m
m
3
l
cm
3
l
l
0,764 554 9
0,028 316 35
28, 316 85
16,387 06
0,016 387 06
3, 785 412
gal
6. Masa ton (long)
ton (short)
lb
slug
Mg,t
Mg,t
kg
kg
1,016 047
0,907 184 7
0,453 592 4
14,593 90
7. Masa per satuan
panjang
lb/ft
lb/yd
kg/m
kg/m
1,488 164
0,496 054 7
8. Masa per satuan
Luas
lb/ft
2
kg/m
2
4,882 428
9. Berat spesifik lb/ft
2
lb/ft
2
lb/gal
Kg/m
3
Kg/m
3
Kg/l
16,018 46
27676,90
0119 826 4
10. Volume aliran ft
3
/s
gal/m
m
3
/s
l/men
0,028 316 85
3,785 412
11. Laju aliran
masa
lb/men
lb/s
kg/men
kg/s
0,453 592 4
0,453 592 4
Besaran Dari satuan Kesatuan metrik Kalikan dengan
12. Gaya lbf
kgf
dyne
N
N
N
4,448 222
9,806 650
0,000 01
13. Tekanan lb/in
2
lb/ft
2
in Hg (60
0
F)
in H
2
O (60 F)
mm Hg (0 C)
kgf/cm
2
bar
atm (standar =760
torr)
lbf/in
Kpa
Kpa
Kpa
Kpa
Kpa
Kpa
Kpa
Kpa
Pa
6,894 757
0,047 880 26
3.376 85
0.248 84
0,133 322
98,066 5
100
101,325
6894,757
14. Energi,kerja, ft.lbf J 1,355 818
entalpy, kalor Btu
kkal
kW.h
hp.h
kJ
kJ
MJ
MJ
1,055 056
4.186 8
3,6
2.684 520
15. Energi
Spesifik
Btu/lb mol
Btu/lb mol
kal/g
Btu/lb
kal/gmol
J/gmol
J/g
kJ/kg
1/1,8
2,326
4,186 8
2,326
16. Daya kkal/s
Btu/men
PS (75 mkgf/s)
Hp (550 ft lbf/s
W
W
kW
kW
4148
17,572 504
0,735 499
0,745 699 9
17. Daya per
satuan luas
Btu/(ft
2
h) W/m
2
3,154 591
18. Momentum lb.ft/s kgm/s 0,042 14011
19. Momentum
sudut, Momen
momentum
lb.ft
2
/s Kgm
2
/s 0,042 140 11
20. Konstanta
pegas linear
lbf/in N/mm 0,175 126 8
21. Konstanta
pegas puntir
lbf.ft/der N.m/der 1.355 818
22. Momen gaya lbf.in
lbf.ft
kgf.cm
ozf.in
N.m
N.m
N.m
mN.m
0,112 984 8
1,355 818
0,098 066 5
7,061 552
23. Modulus
Elastisitas
lbf/in
2
Mpa 0,006 894 757
24. Modulus
Penampung
In
3
Mm
3
16387,06
Besaran Dari satuan Kesatuan metrik Kalikan dengan
25. Momen inersia lb.ft
2
kgm
2
0,042 140 11
26. Momen masa oz.in kg.mm 0,720 077 8
27. Temperatur
0
F
0
R
0
C
K
t0
C =
8 , 1
) 32 (
0
F
t
8 , 1
0
R
K
T

28. Selisih
temperature
0
F K 1K = 1
0
C = 1,8
0
F
29. Kalor spesifik Btu/(lb.
0
F) kJ/(kg.K) 4,186 8
30. Koefisien
perpindahan
kalor
Btu/(h.ft
2
.
0
F) W/(m
2
.K) 5,678 263
31. Konduktivitas
termal
Btu.ft/(hft
2
.
0
F) W/(m.K) 1,730 735
32. Pemakaian
bahan bakar
Mil/gal km/l 0,425 143 7
33. Pemakaian
bahan baker
Spesifik
g/(ps.h)
lb/(hp.h)
lb/(hp.h)
lb/(hpf.h)
g/(kW.h)
g/(kW.h)
g/MJ
kg/(kN.h)
1,359 6
608,277 4
168,965 9
101,971 6
34. Viskositas
dinamik
cP mPa.s 1
35. Viskositas
kinematik
cSt Mm
2
/s 1
36. Frekuensi Mc/s
Kc?s
Mhz
kHz
1
1
Catatan :
Percepatan grafitasi standar g = 9,806650 m/s
2
= 32, 1740 ft/s
2
1Pa = 1N/m
2
1J = 1N.m
1W = N.m/s = 1 J/s
1 atmosfir standar internasional 1 atmosfir teknik
= 0,101 325 MPa = 1 atm
= 1,013 25 bar = 0,980 67 bar
= 1,013 25 N/m
2
= 1kgf/cm
2
= 1,033 2 kgF/cm
2
= 1 kp /cm
2
= 14,697 lbf/in
2
= 144,223 lbf/in
2
= 735,6 mm.Hg
No. Simbol Nama satuan No. Simbol Nama satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Btu
c
0
C
c/s
der
ft
0
F
g
gal
h
hp
Hz
in
in.Hg
British thermal unit
siklus
Derajat Celcius
siklus per detik
derajat
(1der=(

/180)rad )
kaki
derajat Fahrenheit
gram
gallon
jam
Horse power
Hertz
19. kgf kilogram-gaya
20. K derajat Kelfin
21. l liter(11=10
-3
m
3
22. lb pound
23. lbf pound-gaya
24. m meter
25. men menit
26. mil mil
(1mil = 1,609 344 km)
27. N Newton
28. ozf onz-gaya
29. P Poise
30. Pa Paskal
31. PS Daya kuda metric
(1PS = 75 m kgf/s)
15.
16.
17.
18.
19.
in H
2
O
J
kal
kc
W
inci
inci air raksa
inci air
Joule
kalori
kilosiklus
Watt
32.
0
R derajat Rankine
33. s detik
34. St Stokes
35. yd Yard
36. MPa Mega-Pascal
(Prof. DR. Aris Munandar, Guru besar STTNAS)

Anda mungkin juga menyukai