Volume I, Issue I
Seknas Habitat
Hari Habitat Dunia 2010:
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Indonesia kembali ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari Habitat Dunia. Pada tahun 2008, Hari Habitat Dunia diselenggarakan di Bali dan pada tahun 2009, Hari Habitat Dunia diselenggarakan di Kota Palembang. Untuk perayaan di tingkat global, Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada tahun 2005 di mana Hari Habitat Dunia mengambil tema The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota). Dengan mengangkat tema Better City, Better Life atau Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik peringatan tahun ini
Tidak terasa sudah 3 tahun sejak Seknas Habitat dibentuk pada tahun 2008. Dalam kurun waktu tersebut sudah banyak kegiatan yang dilakukan untuk mengarus-utamakan Agenda Habitat, yaitu Hunian yang Layak bagi Semua dan Urbanisasi Berkelanjutan diantaranya dengan membuka website Habitat Indonesia di www.habitat-indonesia.or.id, menyelenggarakan diskusi kelompok kerja, peringatan Hari Habitat Dunia di Indonesia, Lomba Lukis Anak-anak, dan publikasi. Buletin ini merupakan rangkuman beberapa kegiatan penting yang dilakukan selama ini termasuk peringatan Hari Habitat Dunia 2010 dan APMCHUD 3 di Surakarta. Kami menyadari masih banyak kekurangan dari media Buletin Seknas Habitat ini. Ke depan kami berharap bahwa Buletin Seknas Habitat dapat terbit secara berkala dan para pakar Seknas Habitat serta pemangku kepentingan bidang perumahan dan permukiman dapat berkontribusi terhadap isi buletin ini. Silahkan menyampaikan kesan, harapan dan artikel ke info@habitat-indonesia. or.id. Akhir kata, selamat membaca Buletin Seknas Habitat!
Peluncuran Buku Kilas Balik Perumahan 1900-2000 dan Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman
Puncak Hari Habitat Dunia 2010 diadakan pada Senin, 18 Oktober 2010 di Auditorium Bina Karna, Komplek Bidakara, Jakarta dan ditandai dengan peluncuran, pameran dan bedah buku Kilas Balik Perumahan 1900-2000 dan Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman. Buku Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 2000 merupakan karya tim penulis yaitu Ark Djauhari, Bambang Eryudhawan dan Cor Passchier dan membahas perumahan di beberapa periode dalam abad ke-20 di Indonesia. Sementara itu buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman merupakan kumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalam kurun waktu sejak tahun 1980-an sampai dengan awal abad 21. Buku ini terdiri dari 2 jilid yang dikemas dalam 1 kotak yang membahas tentang Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan Perumahan dan Permukiman. Peluncuran buku ini dihadiri antara lain oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ibu Oepin Radinal Mochtar, mantan Menteri Perumahan Rakyat Bapak Moh. Yusuf Asyari, mantan Menteri Pekerjaan Umum Suyono Sostrodarsono, dan stakeholders terkait dari penggiat perumahan dan permukiman, perguruan tinggi, LSM, lembaga litbang, dilanjutkan dengan bedah buku yang menghadirkan pembahas dari berbagai kalangan Penerbitan buku ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda selanjutnya dalam perencanaan dan perancangan perumahan dan permukiman yang lebih inovatif dan kreatif. Lebih jauh, terbitnya buku ini merupakan awal bersama dalam hal pendokumentasian proses dan hasil pembangunan perumahan.
Daftar Isi
Rangkaian Kegiatan Hari Habitat Dunia 2010 Rangkaian Kegiatan APMCHUD 3, Surakarta 24-26 Juni 2010 Kegiatan Seknas Habitat Artikel
Volume I, Issue I
Volume I, Issue I
Pameran Buku Kilas Balik Perumahan 1900-2000 dan Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman
Berbarengan dengan kegiatan peluncuran buku Kilas Balik Perumahan 19002000 dan Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman diadakan juga pameran yang menampilkan pesan-pesan utama dari substansi kedua buku yang diluncurkan. Pada hari pertama yaitu 18 Oktober 2010 kegiatan pameran ini berlangsung di tempat yang sama dengan kegiatan peluncuran buku yaitu di Auditorium Bina Karna, Komplek Bidakara, Jakarta. Kegiatan pameran kemudian dilanjutkan di Lobby Kementerian Perumahan Rakyat hingga Jumat, 22 Oktober 2010. Dalam pameran tersebut, secara menarik, Buku Kilas Balik Perumahan 19002000 ditampilkan dalam bentuk kronologi perkembangan perumahan rakyat di Indonesia dari tahun ke tahun. Ditampilkan pula lintasan sejarah perkembangan kelembagaan perumahan di Indonesia. Sementara itu buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman, dalam pameran ini berusaha menampilkan beberapa pesan utama buku seperti pemerintah lokal adalah ujung tombak penyelesaian masalah permukiman dan juga perlu pemikiran yang integrative dan koordinatif dalam penjabaran program nasional perumahan.
Seminar Hari Habitat 2010 Better City Better Live dengan tema : Konsep Penanganan Perumahan dan Permukiman Perkotaan Yang Humanis dan Berkelanjutan
Rangkaian Peringatan Hari Habitat Dunia 2010 di Indonesia dibuka dengan Kegiatan Seminar Nasional Habitat 2010 Better City, Better Life yang diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta pada Kamis, 30 September 2010. Seminar ini memiliki sub tema Konsep Penanganan Perumahan dan Permukiman Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan dan menghadirkan pembicara yaitu Ir. Erna Witoelar, Dr. Imam Prasodjo, Ir. Iman Soedradjat MPM (IAP), Dr. Ing Jo Santoso, Walikota Yogyakarta, Walikota Palembang, dan Asisten Sekda Kota Manado Secara garis besar, seminar ini membahas kota dari aspek kelayakan huni baik aspek sosial, ekonomi, keamanan dan lingkungan. Seminar dibuka oleh Menteri Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa yang dalam sambutannya menekankan pada konsep Balanced Urban Development dimana diharapkan ada upaya yang maksimal guna menciptakan kesempatan yang sama bagi masyarakat
2
berpenghasilan rendah untuk berkontribusi dalam pembangunan kehidupan permukiman perkotaan yang berkelanjutan terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian layak. Pada diskusi sesi pertama yang dimoderatori oleh Jo Santoso dari Universitas Tarumanegara, disampaikan mengenai pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapis masyarakat. Dalam paparannya, dengan menarik Sosiolog UI, Imam B Prasodjo mengangkat topik tentang Branding and Selling Your City. Sementara itu, Erna Witoelar mengangkat tentang Konsep Humanis dan kaitannya dengan Pemenuhan MDGs dalam presentasinya, hal ini relevan dengan posisinya sekarang sebagai UN Special Ambassador for MDGs in the Asia Pacific. Sebagai pembicara ketiga dalam sesi yang pertama,
Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian PU, Iman Soedradjad yang juga Ketua Umum IAP (Ikatan Ahli Perencanaan) memberikan paparan tentang indeks kenyamanan kota-kota di Indonesia Sesi kedua dari seminar ini diisi dengan paparan dari perwakilan kota Yogyakarta, Manado, dan Palembang. Diskusi dalam sesi ini dimoderatori oleh Dr. Kausar A.S, Msi. Walikota Yogyakarta, Herry Zudiyanto, mengangkat topik tentang kenyamanan di mana Yogyakarta merupakan kota ternyaman menurut indeks Livable Cities dari IAP. Kota Manado yang paparannya disampaikan oleh Asisten Sekda mencoba mengangkat tentang upaya kota Manado dalam menuju kota yang nyaman dan berkelanjutan dengan citra waterfront city. Pada presentasi Kota Palembang, Eddy Santana selaku Walikota memberikan paparan mengenai konsep pengembangan kota Palembang sebagai kota tepian sungai.
Volume I, Issue I
Volume I, Issue I
AMPCHUD 3, Surakarta Pada 22 Juni hingga 24 Juni 2010 telah dilaksanakan The Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) ke-3 dengan tema Pemberdayaan Masyarakat untuk Mendukung Urbanisasi Berkelanjutan (Empowering Communities for Sustainable Urbanization) di Surakarta, Jawa Tengah. Konferensi tingkat Asia Pasifik yang diselenggarakan tiap 2 tahun sekali ini diikuti oleh 99 delegasi dari 27 negara anggota. APMCHUD bertujuan untuk menjawab tantangan urbanisasi, perumahan dan
pengelolaan permukiman, Millenium Development Goals (MDGs), kemiskinan perkotaan dan lingkungan kumuh, serta mengembangkan strategi dan kebijakan bagi pengembangan permukiman. APMCHUD juga bertujuan untuk menjadi wadah berbagi pengalaman dan informasi terutama mengenai isu lahan dan rumah serta strategi nasional dan lokal untuk pengurangan kemiskinan. APMCHUD juga memberikan ruang bagi negaranegara di kawasan Asia Pasifik berbicara
Dalam rangka kampanye media Hari Habitat Dunia 2010 terdapat dua kegiatan Talk show di TVRI (Selamat Pagi Nusantara) pada tanggal 5 Oktober 2010 dan 8 Oktober 2010. Talkshow yang pertama mengundang narasumber Budi Yuwono, Dirjen Cipta Karya Kement-
erian PU. Budi Yuwono mengungkapkan bahwa, PBB sangat perhatian terhadap masalah permukiman dan lingkungan. Hari Habitat Dunia diperingati bukan untuk merayakan sesuatu, tapi untuk mengajak kepedulian agar semua pihak baik pemerintah, swasta, stakeholder dan
huni dan melakukan intervensi dengan menyediakan sarana prasarana untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut juga perlu didukung dengan manajemen kota yang lebih baik utnuk menuju kota dan kehidupan lebih baik. Pada talkshow kedua yang disiarkan di radio KBR68H pada14 Oktober 2010, nara sumber yang diundang adalah Tjuk Kuswartojo, penulis buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman dan Ark. Djauhari, salah satu penulis buku Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000. Talkshow ini merupakan kegiatan pengantar menuju Acara Puncak Hari Habitat 2010 yang berlangsung pada 18 Oktober 2010. Dalam talkshow ini Tjuk Kuswartojo dan Ark Djauhari memberikan penjelasan mengenai garis besar buku karya mereka.
Volume I, Issue I
Volume I, Issue I
Pada hari kedua, delegasi juga diajak untuk mengikuti kunjungan lapangan melihat pengalaman kota Solo terkait pemberdayaan masyarakat untuk perumahan dan perkotaan. Solo dipilih sebagai tuan rumah karena memiliki praktek-praktek terbaik yang sesuai dengan tema yang diangkat dala pertemuan APMCHUD yang ketiga ini. Para delegasi antara lain diajak untuk melihat Pasar Notoharjo yang merupakan tempat relokasi para pedagang kakilima dan Rusun Semanggi. Lokasi lain yang dikunjungi adalah lokasi relokasi permukiman bantaran sungai dan hutan kota di area Pucang Sawit. Untuk lokasi yang ketiga adalah lokasi peningkatan kualitas kawasan kumuh di daerah Kratonan dan program sanitasi urbanisasi yang berkelanjutan di Asia Pasifik. Pertemuan tingkat menteri ini kemudian secara resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Pertemuan --yang dihadiri oleh delegasi tiap negara dan dipimpin oleh Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Suharso Monoarfa-- ini menghasilkan kesepakatan untuk mengadopsi Deklarasi Solo dan Rencana Implementasi Solo (yang telah dihasilkan tgl 23 Juni 2010). Rencana Implementasi Solo ini secara detail menyerukan kepada setiap negara tentang rencana aksi terkait lima kelompok kerja dalam APMCHUD . Dalam kedua kesepakatan tersebut, Indonesia juga ditunjuk untuk menjadi Ketua Biro APMCHUD ke-3 periode tahun 20102012 dengan negara-negara anggotanya yaitu: Republik Indonesia, Republik Islam Iran, Republik India, Republik Kepulauan Fiji, Republik Korea Selatan, Pakistan, Republik Islam Irak, dan Kerajaan Hasemit Yordania. Sesuai dengan kesepakatan bersama maka Yordania akan menjadi tuan rumah pertemuan APMCHUD berikutnya.
dan air minum berbasis masyarakat di Serengan. Kota Solo selaku tuan rumah juga menyiapkan beberapa acara budaya antara lain adalah Solo Batik Carnival dan malam kesenian di mana ditampilkan tarian tradisional, musiklokal, serta peragaan busana bertemakan batik. Untuk kaum muda atau mahasiswa yang hadir dalam kegiatan APMCHUD, dilakukan diskusi-diskusi bersama yang menghadirkan pembicara antara lain para pakar perumahan perkotaan, Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono, serta Staf Khusus Kemenpera Kemal Taruc di bawah tajuk Youth Urban Forum.
Pertemuan tingkat menteri untuk APMCHUD 3 dilaksanakan pada 24 Juni 2010. Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono mewakili panitia penyelenggara antara lain menyampaikan tentang diskusi kelompok kerja sebagai masukan untuk Rencana Aksi Implementasi Solo (Solo Implementation Plan). Dr. Anna Tibaijuka selaku Direktur Eksekutif dari UN-Habitat dan Menteri Iran Ali Nikzad dalam sambutannya mengharapkan agar negara-negara berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengatasi permasalahan perkotaan dan mencapai
Volume I, Issue I
Volume I, Issue I
Publikasi dari website http://www.solutionexchange.or.id sendiri telah melalui proses standariasi dari UN (United Nations) server di India dan New York.
Diskusi: Penggunaan Data dan Pemetaan untuk Meningkatkan Proses Pengambilan Keputusan di Kota-kota Indonesia - Seknas Habitat & UN-HABITAT
UN-HABITAT Indonesia bekerjasama dengan SEKNAS Habitat, mengadakan diskusi Using Urban Data and Mapping to Improve Decision Making in Indonesian Cities, di Seknas Habitat padahariSenin, 24 Mei 2010. Peserta rapat berasal dari LSM, pemerintah pusat dandaerah, serta pemerhati perkotaan. Berbagai pengalaman terkait inovasi penggunaan aplikasi data perkotaan (pemetaan partisipatif, perencanaanmasyarakat, assessment kerentaan, dll) mengindikasikanadanyaperhatian yang tinggi dan kebutuhan penggunaan data dan pemetaan informasi di kota-kota di Indonesia saat ini. Berbagai perhatian, baik dari pemerintah daerah, organisasiinternasional, LSM dan masyarakat sipil ini menggaris-bawahi kebutuhan akanpentingnya dialog tentang bagaimana informasi (data perkotaan, pemetaan, database) dapat memberi jawaban atas kebutuhan urban planner, penduduk lokal dan pembuatan keputusan. Diskusi ini diperlukan untuk memfasilitasi individu dan organisasi tentang penggunaan data dan pemetaan perkotaan lebih lanjut. Hasil riset UN -HABITAT tentangpenggunaan data perkotaan di Kota Solo memberikan gambaran dalam proses diskusi, danjuga inisiatif lain di Indonesia (input dari peserta diskusi dan juga masukan dari Forum Solution Exchange). John Taylor memberikangambaran umum tentang metodologi pemetaan berbasis informasi spasial yang diperoleh dari data statistik dan updating dengan pemetaan oleh masyarakat setempat, dilanjutkanpenjelasan oleh wakil Solo Kota Kita tentang proses pelibatan masyarakat dalam pengumpulan data, pemasukan data ke Sistem Informasi Geografis dan analisis. Fasilitator mendampingi masyarakat dalam proses ini dan selanjutnya merangkum seluruh ide masyarakat dalam peta kecil. Peta ini yang akan digunakan dalam proses perencanaan partisipatif selanjutnya (Musrenbang). Proyek pemetaan yang diprakarsai pada bulan Maret 2009 sebagai sebuah proyek uji coba, sekarangsudah berhasil dilaksanakan di 51 Kelurahan di Kota Solo. Dukungan diperolehdari Pemkot Solo, LSM Serasi, USAID dan UNHABITAT.
7 seri buku Panduan Ringkas untuk Pembuat Kebijakan dapat diunduh di www. housing-the-urban-poor.net
Solution Exchange Indonesia Training Programme Housing & Infrastructure Community of Practice
Pada tanggal 9 12 Juni 2009 telah diselenggarakan Training Solution Exchange Indonesia untuk Komunitas Praktik Perumahan dan Infrastruktur di Sekretariat Nasional Habitat Indonesia. Pelatihan ini sendiri dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Departemen PU, Kementerian Perumahan Rakyat dan Sekretariat Nasional Habitat Indonesia. Solution Exchange Indonesia telah resmi diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 13 Februari 2009 di Jakarta pada eksebisi Forum Koordinasi Aceh-Nias. Solution Exchange Indonesia merupakan kelanjutan dari Solution exchange Aceh dan Nias yang berhasil menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan memberikan solusi yang ada di wilayah ini. Dilaksanakan atas dasar pengertian bahwa baik pengetahuan akademis dan praktis adalah sama-sama berharga dan akan lebih baik jika disatukan. Solution Exchange Indonesia dibuat untuk menghubungkan masyarakat yang terdiri dari praktisi-praktisi pembangunan di seluruh Indonesia untuk mengu-
Informasi lebih lanjut mengenai pengalaman Kota Solo dapat diakses di website www.solokotakita.or.id
Volume I, Issue I
Volume I, Issue I
Artikel
Menuju Kota Tanpa Permukiman Kumuh *
Oswar Mungkasa**
Setiap tahunnya Hari Habitat Dunia dirayakan dengan tema yang berbeda. Kali ini temanya Better City, Better Life atau Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik. Terkait dengan itu, terdapat tantangan utama kota-kota di Indonesia dan dunia, yaitu mencegah bertambahnya luasan kawasan kumuh dan dalam jangka panjang meniadakannya. Pemukiman kumuh perkotaan telah menjadi masalah glo- bal. Pada 2008 lalu untuk pertama kali jumlah penduduk dunia di perkotaan telah melampaui batas psikologis 50 persen dari penduduk dunia. Bahkan di Indonesia, pada 2010 penduduk perkotaan telah mencapai 58 persen dan diperki- rakan pada 2025 akan mencapai 68 persen. Diyakini dengan semakin banyak penduduk perkotaan, maka semakin besar luasan permukiman kumuhnya. Data Indonesia menegaskan hal ini. Hal tersebut terlihat dari per- tambahan luasan permukiman kumuh sedikitnya 3.000 hek- tare dalam kurun waktu lima tahun terakhir menjadi 55.000 hektare (2009). Permukiman kumuh perkotaan telah menjadi isu global ditandai dengan keberadaan beberapa kesepakatan interna- sional. Antara lain Agenda 21 tentang pembangunan berke- lanjutan dan Agenda Habitat. Indonesia telah ikut bersepakat untuk melaksanakan prinsipprinsip pembangunan berkelan- jutan secara bertahap, khususnya terkait dengan permukiman. Komitmen Indonesia dalam pelaksanaan Agenda Habitat yang diprakarsai oleh UNCHS semakin konkrit dengan Deklarasi Habitat-II (Deklarasi Istanbul) yang menegaskan masalah hunian merupakan kebutuhan dasar manusia. Dan merupakan hak semua orang untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau (Shelter for All). Disamping itu di dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II juga telah dinyatakan perlunya pembangunan yang mengedepankan strategi pemberdayaan (enabling strategy) di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Komitmen global terbaru adalah Target Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) dan Deklarasi Cities Without Slums Initiative. Keduanya sama-sama mengamanatkan pentingnya upaya pewujudan daerah perkotaan yang terbebas dari permukiman kumuh. Ujung tombak Sejak era otonomi daerah, pembangunan perumahan telah menjadi urusan wajib pemerintah daerah. Namun kondisi obyektifnya menunjukkan bahwa pembangunan perumahan belum menjadi arus utama (main stream) dalam program pem- bangunan di daerah. Hal ini terlihat dari alokasi dana peruma- han dalam APBD yang sangat kecil. Beberapa faktor ditengarai menjadi penyebabnya. Antara lain belum adanya kesadaran pengambil keputusan di daerah bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Juga belum adanya internalisasi rencana pembangunan perumahan baik yang tercantum dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D), maupun dokumen lainnya kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu kemampuan sumber daya manusia di daerah juga belum memadai. Untuk itu, dibutuhkan proses sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah daerah disertai upaya pe- nyusunan dokumen perencanaan yang mengadopsi kebu- tuhan pengembangan perumahan secara lebih baik. Upaya pe- ningkatan kapasitas pemerintah daerah juga perlu dilakukan. Pembangunan perumahan selama ini banyak terfokus pada sisi pasokan dan hanya menjadikan masyarakat sebagai penonton. Mengacu kepada hakikat keberadaan rumah yang sangat menentukan kualitas masyarakat dan lingkungannya dimasadepan,maka penempatanmasyarakatsebagai pelaku utama dengan strategi pemberdayaan merupakan upaya yang sangat strategis. Hal tersebut juga secara jelas tercakup dalam pasal 5, UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang menyatakan setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk berperan serta di dalam pembangu- nan perumahan dan permukiman. Pada pasal 29 juga dinya- takan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kesem- patan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta di dalam pembangunan perumahan dan permukiman, tidak terkecuali laki-laki ataupun perempuan. Untuk itu ke depan, keterlibatan masyarakat dalam pem- bangunan perumahan tidak lagi hanya sebagai pelengkap tetapi betul-betul merupakan persyaratan mutlak. Dari, oleh dan untuk masyarakat tidak lagi hanya sebagai jargon tetapi sudah merupakan suatu keniscayaan. Dengan demikian diharapkan hasil pembangunan perumahan akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Upaya mencapai kota tanpa permukiman kumuh tidak akan berhasil baik ketika pemerintah daerah dan masyarakat bukan menjadi bagian dari proses tersebut. Terkait dengan perayaan Hari Habitat Dunia ke depannya, pelibatan pemerin- tah daerah dan masyarakat dalam kegiatan peringatan Hari Habitat Dunia merupakan sebuah keniscayaan. Selamat Hari Habitat Dunia! Sambungan dari hal.4..
* Tulisan ini pernah dimuat di harian Republika tgl 6 Oktober 2010 ** Ketua Tim Pelaksana Panitia Peringatan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
10
11
Volume I, Issue I
SEKNAS HABITAT INDONESIA Jalan Wijaya I no. 68 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12170 Telepon/Faksimil :62-21-7226530 E-Mail:info@habitat-indonesia.or.id Website: www.habitat-indonesia.or.id
KEPADA YTH.