Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS OPERASIONAL

Lokasi Produksi
Lokasi usaha terletak di Cisarua. Daerah ini jamur tiram di Bandung. merupakan sentra

Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 20.000 baglog. Produksi dilakukan 4 kali dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 6000 baglog produksi.

Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :

B IT IB JA U M R

MD E IA TA A N M P am enc puran S terilis i as

Inok ulas i

LO G TA A N M Ink ubasi P eliha an em ra P ane em nan

LIM A BH J M R A U

Ket :
JA U M R SGR E A PKN AA D MA O B

Produk utama Produk turunan

Investasi Yang Dibutuhkan


1

Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 30 - 100 juta rupiah. Investasi diperoleh dari beberapa investor.

Rancangan produksi
Sebagai usaha ini gambaran, telah sarana dan prasarana investasi utama yang seperti akan bangunan kumbung dan kelengkapannya dalam pengembangan tersedia sehingga ada difokuskan untuk biaya operasional usaha.

18

Rak Pintu Sekat 12

Rak Pintu

Gambar kumbung pemeliharaan pemeliharaan

Skema kumbung

Gambar rak penyimpanan log.

2m

2m

60 cm 2,5 m 60 cm 60 cm

45 cm

s/d 16 m

Gambar skema rak penyimpanan log

Profil dan Struktur Kepengurusan


Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan berikut : Satu orang Manajer Utama merangkap Manager rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai

Pemasaran bertugas mengelola perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar, melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke konsumen tanpa masalah. Satu orang Manajer jawab Operasional Harian merangkap secara Manager Produksi. Direktur Operasional dan Manajer Produksi bertanggung keseluruhan, terhadap kelancaran produksi bibit, melakukan pengembangan memastikan

produk berada dalam kondisi baik.

Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh manajer pada pengaturan juga arus pada pengembalian investor. dalam modal dan pembagian keuntungan lainnya Bersama dengan

berkordinasi

melakukan

pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap. Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri menengah, susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas produksi berjalan.

ANALISIS KEUANGAN A. Analisis Biaya dan Pendapatan (Skala Produksi 18000 log)
1. Modal tetap
Uraian 1. Lahan 2. Peralatan :cangkul, ember, sekop, sprayer, alat steam, dll Total fix cost Jumlah unit 2 tahun Biaya per unit (Rp) 2.000.000 3.000.000 Harga per unit (Rp) 2.000.000 3.000.000

5.000.000

2. Biaya Penyusutan Nilai ekonomis lahan dan peralatan : 2 tahun Rp. 5.000.000 : 4 1.250.000 3. Modal kerja (Biaya operasional) a. Bahan baku untuk 18000 log
Jumlah unit 610 3.050 1.220 112,5 100 10 1140 1000 1 Biaya per unit (Rp) 3.750 1.200 500 17.000 5.000 22.500 2.500 2.000 15.000

= Rp.

Uraian 1. Serbuk kayu 2. Dedak 3. Kapur 5. Plastik 6. Majun 8. Karet gelang 8. Minyak tanah 9. Bibit sebar 10. Alkohol

Sub Total (Rp) 2.287.500 3.660.000 610.000 1.912.500 500.000 225.000 3.600.000 2.000.000 15.000

11. Upah

*18.000

200

3.600.000 18.395.000

Jumlah total
*

= jumlah log yang dihasilkan b. Gaji pegawai


gaji per Orang (Rp) 100.000 100.000 100.000 200.000 Sub Total (Rp) 100.000 100.000 100.000 200.000 500.000 3.000.000

Uraian

Jumlah

1. Manajer Utama 2. Manager Harian 3. Manager Keuangan 4. Pekerja pemanenan dan pemeliharaan Jumlah

1 1 1 1

Jumlah total per musin (6 bulan)

c. Utilitas
Uraian 1. Listrik 2. Transportasi 3. Air Jumlah Banyaknya unit 1 1 1 biaya (Rp) 1 00.000 1 00.000 50.000 Sub Total (Rp) 1 00.000 1 00.000 50.000 250 .000

4.

Total Modal

= Modal tetap +modal Kerja = Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000 = Rp. 26.645.000

5.

Pendapatan kotor Produksi jamur (kegagalan 20%)= 14.400 log x 0,5 kg = 7.200 kg 7.200 kg @ 5000 = Rp. 36.000.000

6.

Biaya Produksi

= Biaya penyusutan + modal kerja = Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000 = Rp. 22.895.000

7.

Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor biaya produksi = Rp. 36.000.000 Rp. 22.895.000 = Rp. 13.105.000

B. Break Event Point


BEP Produksi satuan = Total biaya produksi / harga = 22.895.000 / 5000 = 4579 kg Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 4579 kg BEP Harga produksi = Total biaya produksi / jumlah

= 22.895.000 / 7200 = Rp. 3179,86 Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila harga jual Rp. 3179,86 per kilo

C. Benefit Cost Ratio


BC Ratio = 0,5 Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam pembibitan bibit jamur adalah 0,5 di atas total biaya. usaha = Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000

D. Masa Pengembalian Modal


Masa pengembalian modal = 1.250.000 x 100% 000 = 53,88 % Rp. 13.105.000 + Rp. Rp.26.645.

E. Pembagian keuntungan
7

Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut: Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%) profit Pengembangan usaha Pengelola Dividen investor : 25 % profit : 20 % profit : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian modal)

PENUTUP Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran, operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai