Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan dasar suka sama suka (sukarela) dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup rumah tangga yang meliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang di Ridhoi oleh Allah SWT.1 Sebagaimana telah disebutkan dalam Q.S. Ar. Ruum (30) ayat 21 sebagai berikut :


( 43:52

: )

Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda baik kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Ruum :21).2 Perkawinan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan saja, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya.3

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, PT. Aditya Bakti. Bandung, 1990 hal. 45. Al-Quran, Surat Ar-Ruum ayat 21, Al-Quran dan Terjemahnya, Yayasan Penyelengara Penerjemah/ penafsir Al-Quran, Depag RI. 1989, hal. 644. Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.69.
3 2

Pelaksanaan pernikahan merupakan pelaksanaan hukum agama, maka perlulah diingat bahwa dalam melaksanakan pernikahan itu oleh agama ditentukan unsur-unsurnya yang menurut hukumnya disebut rukun-rukun, dan masing-masing rukun memerlukan syarat-syarat sahnya.4 Menurut hukum Islam syarat-syarat pernikahan adalah mengikuti rukun. Seperti dalam syarat dan rukun calon mempelai wanita adalah, beragama, terang bahwa ia perempuan, dapat dimintai persetujuan, tidak terdapat halangan perkawinan, tidak dipaksa dan tidak dalam melakukan haji atau umroh. 5 Dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti tentang permasalahan yang ada relevansinya dengan judul Sila-riang atau lebih dikenal oleh komunitas Bugis-Makassar kawin lari adalah suatu perbuatan yang dilakukan untuk membebaskan diri dari pelbagai kewajiban yang menyertai perkawinan dengan cara pelamaran dan pertunangan, dan juga untuk menghindari diri dari rintangan-rintangan dari pihak orang tua dan keluarga.6 Bagi pelaku kawin lari tidak selamanya dapat diterima dan disetujui orang tua salah satu pihak dan kedua pihak. Oleh karenanya dilingkungan masyarakat adat khususnya komunitas bugis-makassar, perkawinan Sila-riang itu tidak dibenarkan oleh kebudayaan setempat, namun sering terjadi perbuatan bujang gadis berlarian untuk melakukan perkawinan.7 Macam-macam istilah kawin lari dari berbagai daerah di Indonesia yaitu, Mangalua, Batak, Selarian, Bengkulu, Sembambangan, Metudau , Lampung, Nyolong, Banyuwangi, Ngerorod, merangkat, Bali, Lari Bini , Ambon, Merari , Sumbawa dan Sila-riang , Bugis.8 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh II, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1993, hal.38 5 Khalil Rahman, Hukum Perkawinan Islam, (Diktat Tidak diterbitkan), IAIN Wali Songo, Semarang, tt, hal. 31-32. 6 Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 91. 7 Soemiyati, Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Liberty, Yogyakarta, 1999, hal. 87. 8 H. Abdullah, Suatu Tinjauan Historis Terhadap Pola Tingkah Laku dan Pandangan Hidup Manusia Bugis-Makassar, Inti Idayu Press, Jakkarta, 1985, hal. 141
4

Di Kecamatan Karimun jawa khususnya di desa Telaga yang sebagian besar penduduknya berasal dari Bugis-Makassar, mempunyai perkawinan yang mereka sebut perkawinan sila-riang walaupun sebenarnya perbuatan itu merupakan perbuatan yang melanggar hukum komunitas Bugis-Makassar, yang akibatnya dikenakan hukuman berupa denda bahkan, sampai hukuman mati. Tindakan semacam ini dipandang sebagai cara menolak balak atas perbuatan yang mengundang petaka dan sebagai jalan mengembalikan kesucian adat. Mengapa perbuatan Sila-riang tersebut dilarang oleh masyarakat setempat? bagaimana peran orang tua dalam menentukan jodoh dan nilai

nominal mas kawin ? serta alasan apa orang tua melarang kawin dengan seseorang yang tingkat ekonominya lebih rendah ?. Menurut salah satu sumber informasi Bapak Ading.9 Perkawinan 52 pasangan dalam ikatan perkawinan secara sah, terdapat 15 pasangan yang melakukan sila-riang oleh masyarakat dan sudah menjadi kebudayaan mereka. Maka hal ini mengundang minat penulis untuk mengadakan penelitian tentang kawin lari untuk dibahas dan dianalisis dalam bentuk skripsi.

B. Penegasan Istilah. Sebelum membahas lebih lanjut kiranya penting terlebih dahulu penulis jelaskan judul permasalahan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini dengan harapan agar mudah dipahami dan tak terjadi kesalahfahaman. Adapun judul yang penulis bahas Perkawinan Sila-Riang Pada Komunitas BugisMakassar Menurut Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Kemujan Karimun Jawa Jepara) . Adapun istilah yang terdapat dalam judul tersebut adalah sebagaimana tersebut.

Wawancara oleh Bapak Ading pada tanggal 9 juni 2004

1. Hukum Islam

: Koleksi daya upaya fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.10 Yang dimaksud di sini adalah Hukum Islam Menurut Mahdzab SyafiI

3. Sila-riang

: Sepasang anak manusia yang telah memadu janji untuk hidup bersama yang secara nekat telah mengambil jalan pintas yang berbahaya untuk hidup bersama dalam sebuah hasil perkawinan yang mereka lakukan sendiri.11 Dan tanpa persetujuan orang tua.12

Jadi makna judul secara keseluruhan adalah kajian ilmiah tentang perkawinan pelaku sila-riang di tinjau menurut hukum Islam yang

mempunyai arti lain kawin lari di Desa Kemujan Karimun Jawa Jepara. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang meletarbelakagi terjadinya perkawinan sila-riang di Desa Kemujan Karimun jawa Jepara ? 2. Bagaimana pandangan Pelaku sila-riang dan pandangan masyarakat tentang perbuatan sila-riang ? 3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sila-riang ?

10

Abdul Djamil, Hukum Islam, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.

34. H. Abdullah, Op. Cit, hal. 141. Badudu dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001, hal. 776.
12 11

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Dalam tujuan dan kegunaan penelitian yang dilakukan mengenai Sila-riang pada komunitas Bugis-Makassar di Desa Kemujan Kecamatan Karimun Jawa Kabupaten Jepara mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kasus perkawinan sila-riang di Desa Kemujan Karimun Jawa Jepara. 2. Untuk mengetahui pandangan pelaku perkawinan sila-riang dan masyarakat terhadap sila-riang. 3. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan sila-riang.

E. Metode Penulisan Untuk menghasilkan karya yang berbobot, dan kualitas serta sesuai dengan kreteria sebuah karya ilmiah, maka yang penulis gunakan dalam penelitian untuk penulisan ini adalah : 1. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan teknis penekanannya menggunakan kajian observatif dan menggunakan kajian teks atau literatur sebagai bahan atau sumber data skunder. 2. Sumber Data 1. Sumber Primer Sumber Primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian yaitu para pelaku perkawinan sila-riang yang ada di desa Kemujan Kecamatan Karimun jawa Kabupaten Jepara. 2. Sumber Skunder. Yaitu sumber data yang diperoleh dari studi keperpustakaan. Data keperputakaan ini penulis gunakan untuk menyusun landasan teoritis sebagai dasar berpijak dalam penyusunan dan praktek

penelitian lapangan. Data keperpustakaan tersebut antara lain; Undang-

undang perkawinan No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Buku-buku perkawinan yang ada kaitannya dengan judul penulis.

F. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan Data penulis menggunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi : Yaitu mengambil data dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan terhadap obyek penelitian, dengan

mengadakan catatan yang dipandang perlu atau bahkan menggunakan daftar pertanyaan atau angket. 2. Wawancara : Yaitu pengambilan data penulis lakukan dengan jalan mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Adapun pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah ini adalah orang yang melakukan kawin lari, instansi-instansi yang terkait seperti Kantor

Kepala Desa Kemujan Kecamatan Karimun Jawa Jepara. 3. Dokumentasi : Yaitu dengan menggali kumpulan data verbal, baik yang berbentuk tulisan ataupun tidak.13 Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang data keabsahan pelaku Perkawinan Sila-riang seperti akta nikah dan arsip-arsip yang dianggap perlu.

G. Metode Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka penulis melanjutkan dengan pengolahan dan analisis data yaitu proses penyusunan data agar ditafsirkan.14 Artinya proses telaah data yang ada, kemudian disusun dalam bentuk sesuatu yang diklasifikasikan dalam kategori-kategori tertentu sebagai berikut : a. Dengan menelaah data-data yang ada kemudian dianalisis dengan sumber data primer.

Kontjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1991, hal. 46.

13

b. Dengan cara menyusun dalam satuan-satuan kemudian dikategorikan dibuat coding. Yaitu tahap mengolah data dengan cara pemberian kode atau simbol terhadap data-data yang akan diperlukan. c. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data (editing) yaitu penulis

mengoreksi kesalahan yang mungkin terdapat dalam data, yang disebabkan kekeliruan coding ataupun pengelolahan data.

H. Pendekatan Analisis Data Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya kedalam berbagai pola atau kategori, tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara konsep15. Mengingat kasus Perkawinan Sila-riang pada komunitas Bugis-Makassar yang penulis angkat pendekatan studi kasus, penulis mengunakan pendekatan sebagai berikut : 1. Insrinsic case study yaitu memahami secara lebih baik tentang studi kasus, untuk mengetahui secara instrinsik mengenai fenomena, keteraturan dan kekhususan dari kasus bukan untuk alasan eksternal lainya. 16 2. Deskripsi, yaitu menerangkan dan mengambarkan sesuatu yang menjadi ciri khas atau menjadi kecenderungan dari variabel-variabel yang dianalisa.17 3. Pendekatan Religius yaitu memahami arti ekspresi keagamaan yang bersifat subjektif seperti, pikiran-pikiran, perasaan dan maksud seseorang yang diungkapkan dalam tindakan-tindakan. Dalam penelitian ini, landasan berfikir penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan
14

phenomenologis

yaitu,

Resume Kahar Utsman, Metode Penelitian, Pusat Penelitian dan Pengabdiasn Kepada Masyarakat (P3M) STAIN Kudus, 2001, hal. 34 15 Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal. 102-103. 16 Yin Dalam Resume Kahar Utsman, Konsep Dasar Studi Kasus, 1981, hal 1 17 Sumadi Surya Brata, Metodelogi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 15

mengambarkan dan mamahami arti peristiwa yang ada kaitanya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Pendekatan ini mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta dan memahami makna yang lebih dalam. Penelitian ini terdapat pada aspek subjektif dari prilaku orang dengan berusaha masuk kedalam dunia konseptual para subyek yang diteliti dengan demikian rupa, sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dan kehidupan seharihari.18 I. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran dalam penyusunan ini secara menyeluruh, penulis akan menyampaikan kerangka skripsi atau

sistematikanya sebagai berikut : 1. Bagian Muka Bagian ini terdiri dari halaman Judul, halaman Persetujuan Pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, halalaman kata pengantar dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam bab, yang perincianya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari Latar Belakang Masalah, penegasan judul, Rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II PERKAWINAN SILA-RIANG DAN PERMASALAHANYA PADA KOMUNITAS BUGIS-MAKASSAR DI DESA KEMUJAN KARIMUN JAWA JEPARA.

Lexy. J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993, hal 104

18

Terdiri dari gambaran umum tentang geografis Desa Kemujan Kecamatan Karimun Jawa Kabupaten Jepara

berisi, keadaan sosial ekonomi, sosial budaya, sosial keagamaan dan pendidikan, pandangan masyarakat Desa Kemujan Karimun Jawa terhadap Perkawinan Sila-riang dan faktor-faktor penyebabnya. BAB III PERKAWINAN DALAM HUKUM ISLAM Terdiri dari dasar hukum perkawinan, syarat dan rukun perkawinan, tujuan dan prinsip-prinsip perkawinan, hal-hal yang berhubungan dengan sah dan batalnya perkawinan. BAB IV PERKAWINAN SILA-RIANG PADA KOMUNITAS

BUGIS-MAKASSAR DI DESA KEMUJAN KARIMUN JAWA JEPARA MENURUT ISLAM. Analisis Perkawinan Sila-riang, Tinjauan hukum Islam menurut Madzhab Syafii. BAB V PENUTUP Terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Berisi tentang lampiran-lampiran TINJAUAN HUKUM

DAPATKAN SKRIPSI LENGKAP DENGAN SMS KE 08970465065 KIRIM JUDUL DAN ALAMAT EMAIL SERTA KESIAPAN ANDA UNTUK MEMBANTU OPRASIONAL KAMI GANTI OPRASIONAL KAMI 50rb SETELAH FILE TERKIRIM

10

SITUS: http://www.lib4online.com/p/bentuk-file.html

Anda mungkin juga menyukai