Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak sekaligus mempersiapkan generasi penerus di masa depan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya selain itu ASI juga mengandung antibodi yang membantu bayi membangun sistem kekbalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan1. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004). Pemberian makanan tambahan pada bayi adalah pemberian makanan dan minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi setelah pemberian ASI ekslusif (Depkes RI, 2007). Pemberian makanan tambahan pada bayi harus dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah, menelan, dan mampu menerima bermacam- macam bentuk makanan yaitu bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2004) menyatakan di Indonesia hanya 14 % bayi mendapat ASI ekslusif sampai 6 bulan, selanjutnya diberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayi. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) (2002) menyatakan bahwa persentasi ibu yang memberikan makan tambahan terlalu dini kepada bayi usia 2-3 bulan sebanyak 32 % dan bayi usia 4-5 bulan sebanyak 69 % di indonesia. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, cakupan pemberian ASI ekslusif bayi 0-5 bulan sebesar 27,2 %. Jika dilihat lebih detail, pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 5 bulan bahkan hanya 15,3 %. (riset kesehatan dasar punya afra). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi Semarang tahun 1977 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI + Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada pengaruh susu botol lebih besar.3 1.2 Tujuan Adapun tujuan makalah penyuluhan adalah untuk: 1. Mensosialisasikan kepada pasien di poli anak mengenai pemberian ASI 2. Mensosialisasikan kepada pasien di poli anak mengenai pemberian MP-ASI 3. Memperarat hubungan antara dokter terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai