Anda di halaman 1dari 29

alleuita !

Etnografi Mentawai
moile moile!

intro:
Kepulauan Mentawai: Kepulauan Mentawai terdiri dari empat Pulau yang besar, yaitu Pagai Selatan/ Utara (1.675 km2), Sipora (845km2) dan Siberut (4.030km2), terletak 85 sampai 155 km dari pantai Sumatra Barat diantara O 55 dan 3 20 Lintang Selatan dan 98 31 dan 100 40 Bujur Timur. Pada tahun 1999 Kepulauan Mentawai menjadi Kabupaten dengan ibu kota Tua Pejat (Sipora) sebelumnya Kep. Mentawai masuk Kabupaten Pariaman.. Fakta geografi, geologi, biologi laut/ selat Mentawai sedalam 1500m. terpisah dari daratan lain sejak kira kira 500.000 tahun. flora dan fauna terpelihara dari perubahan evolusi dinamis di daratan Sunda Shelf (Sumatra, Jawa, Kalimantan) dan benua Asia, sehingga menunjuk tingkat endemis yg.luar biasa (mamalia 65%). pulau non- vulkanis, dipenuhi lumpur, tanah liat bercampur kapur sedikit batuan schist dan kwarts serta batuan vulkanis (dari Sumatra) yg. relatif mudah. susunan sedimen mudah, tidak tahan erosi menyebabkan dareah lapang, terpotong oleh banyak sungai/ aliran air, sedikit berbukitan yang curam dengan puncak yang hampir rata tingginya (tertinggi 384m.). pola drainase pulau yg. ruwet, batang air curam di berbukitan menjadi sungai/anak sungai yang berkelok kelok di dataran. iklim khatulistiwa yang basah (curah hujan >3300mm/ tahun) tanpa musim kering sama sekali, hujan terjadi lebih 50% hari setiap bulan, dengan curah hujan tertinggi pada bulan April (290mm) dan Oktober (390mm). sering terjadi banjir dan sunggai selalu mengandung/ membawa banyak tanah lumpur yang menciptakan daratan aluvial sepanjang pantai timur dengan garis pantai yang tidak rata banyak teluk/ tanjung, pulau kecil serta berbatuan karang.

pantai barat yang menerima gelombang Samudra Hindia langsung bergaris agak lurus dengan pantai pasir/ batu dan tidak dapat dilayari kapal secara umum.

(WWF 1980: 3ff.)


Tipe hutan (P. Siberut) Hutan Primer Dipterocarp: terdapat di daratan tinggi yaitu bukit- bukit sampai ke punjak. Hutan ini didominasi oleh pohon dari genus Dipterocarpus, Hopea dan Shorea (familia Dipterocarpaceae), serta pohon besar dari genus Palaquium (familia Sapotaceae) dan Hydnocarpus (familia Flacourtiaceae). Rata rata ketinggian kanopi sekitar 35m dengan pohon menjulang setinggi 70m. Tumbuhan menjalar dan epifit hanya terdapat sedikit, seperti halnya dengan rotan besar. Banyak jenis kayu berkualitas yang terdapat di Indonesia (Keruing, Mersawa, Meranti, Kapur, Balau dll.) termasuk familia Dipterocarpaceae. Hutan Primer Campuran: terdapat di lereng bukit dan bukit rendah. Variasi tumbuhan besar tanpa ada jenis yg. dominan dan vegitasi tanah sering rapat. Ketinggian kanopi rata rata 2530m, dengan hanya sedikit pohon menjulang diantara ada dari genus Shorea, Durio dan Dipterocarpus. Di hutan ini terdapat juga banyak palma terutma Oncosperma horridum dan beberapa jenis rotan dan banyak tumbuhan lain yang merambat sampai ke kanopi.. Hutan Paya Tawar, terdapat di beberapa daerah daratan timur dan beberapa tempat di daerah pendalaman. Tumbuhan tanah termasuk palma bulu, rotan, pandan dan aroids dengan pohon terutama Terminalia phellocarpa. Hutan bakau terdapat sepanjang pantai timur dimana laut dankal dengan karang karang. Hutan ini terdiri dari bakau pendek dari jenis Rhizophora dan pohon bakau dari jenis Bruguiera. Di tepi muara sungai sampai ke pinggir hutan bakau terdapat Nipa fructicans. Hutan Barringtonia terdapat di daratan rendah di belakang tepi pantai barat yang curam. Disini tumbuh pohon Casuarina equisetifolia diseling semak Barringtonia, Hibiscus dan Pandanus.

Sekitar 15% dari flora adalah endemis dan banyak tumbuhan yang tidak endemis memiliki ciri yang khas seperti Metroxylon sagu yang tumbuh sangat besar (tinggi sampai 18m).
Fauna

Dari

Fauna Mentawai paling menarik adalah mamalia (27 spesis) dengan tingkat

endemis 65%, termasuk satwa terkemuka yaitu empat jenis kera/ monyet. Mamalia carnivora besar tidak terdapat di kepulauan Mentawai dan pemangsa utama adala ular sanca (Python reticulatus) yang sering makan ayam dan babi peliharaan. Buaya (Crocodylos porosus) pernah sering dijumpai karena jarang diburu oleh masyarakat Mentawai, tetapi tahun 1970an diburu hampir habis oleh pemburu

mendatang. Di perairan timur hidup mamalia laut ikan duyung (Dugon dugon), tetapi satwa ini sangat terancam puna. Empat primata Mentawai merupakan warisan alamiah Indonesia yg. sangat khusus, serta berperan penting dalam kehidupan masyarakat Mentawai. Bilou (Hylobates klossii) merupakan ungko (gibbon) yang paling primitif antara ungko di Indonesia. Bilou jarang sekali diburu oleh masyrakat karena terdapat banyak larangan (tabu), tetapi sangat diancam oleh kegiatan logging. Joja (Presbytis potenziani) atau lutung Mentawai mempunyai tingkahlaku sosial yang unik dalam marga lutung yang besar. Joja sering diburu dan juga sangat terancam oleh kegiatan logging. Simakobu (Siamas concolor) menurut banyak ahli merupakan marga monyet sendiri, yang paling dekat dengan marga Nasalis di Kalimantan. Simakobu terdapat dengan dua variasi warna yaitu kelabu tua dan keemasan. Simakobu sangat mudah diburu karena tidak lari jauh tetapi coba bersembunyi, tetapi yang berwarna emas agak ditakuti oleh masyarakat. Bokkoi (Macaca pagensis) paling dekat hubungan dengan beruk di Sumatra tetapi mempunyai warna bulu dan pekik yang berbeda. Bokkoi hidup dalam kelompok paling besar dan mempunyai habitat yang paling luas dan bervariasi diantara kera Mentawai. Bokkoi juga sering diburu tetapi paling tahan terhadap kegiatan logging, karena kebiasan turun ke tanah.

Primata Mentawai menarik banyak perhatian (ilmuwan) internasional dan menjadi primadona konservasi.
Demografi

Berkait dengan data demografis Kepulauan Mentawai terdapat beberapa hal yang problematis, diantara; -

tidak diperbedakan antar penduduk asli (suku bangsa Mentawai) dan pola pemukiman tradisional yang berpisah pisah dan terpencil (khusus di

pendatang Siberut), serta sifat penduduk asli yang cenderung curiga terhadap instansi pemerintah. sehingga interpretasi data data berikut agar sulit:
Census 1930: 1980: 2006: Siberut Sipora Pagai Jumlah 9,268 (2,0 P/ km) 3,892 (4,6 P/ km) 4,940 (2,9PO/ km) 18,100 18,149(4,0 P./ km) 6,957 (8,2 P./ km) 12,077 (7,2 P./ km) 37,183 ~33,000 asli 64,235 (Nooy- Palm 1968: 161, WWF1980:1, www.wickipedia.com).

Etnografi emis
Emis dan Etis adalah istilah yang digunakan dalam Ilmu Sosial/Antropologi untuk mengambarkan pendekatan (penelitian) dan sudut pandang (tulisan/ karya) yang berbeda...
emis bermakna dengan mata orang dalamnya (insider) satu kebudayaan atau sistem sosial , yaitu sudut pandang satu deskripsi adalah perpspektif dari objek penelitian sendiri. etis bermakana lihat dari luar, yaitu satu deskripsi yang bersandar pada pengetahuan dan leksikal sang peneliti.

Legenda: italic ... / nama


Sejarah Etnografi: Di abad ke 16.- 17. pengatahuan di Negara Barat tentang kepulauan Mentawai terbatas pada laporan pelaut yg amat jarang. 1561 Dias, 1600 Neck, Pieresz (Nassau,Goed Fortuin), 1621 Beaulieu (Montabey) Di pertengahan abad ke 18. orang inggris (dari Bengkulu) mencoba bangun perkebunan di Pagai (Poggy) Di abad ke 19. Kepulauan Mentawai dan penduduknya mulai diteliti dan dideskripsi meskipun kualitas penelitian dan tulisan beragam (Crisp 1799, v. Rosenberg 1853, Maas 1905, Kruit 1924, Wirz 1929, Loeb 1935) Dengan Nooy- Palm (1976) dan Wagner (1988) dll., dan terutama Reimar Schefold 1972, 1974, 1988 dll. catat era etnografi modern/ berkualitas. Etnolimguistik: nganga Mentawai Bahasa Mentawai termasuk rumpun bahasa Austronesia kerabat dengan bahasa Austronesia terdekat (Nias dan Batak) hanya sekitar 17% terpecah paling sedikit ke dalam 13 dialek geografis perbedaan leksikal terbesar terdapat antar dialek Terekan (Sib. Utara) dan Sipora/ Pagai dengan angka kesamaan (Swadeshlist) hanya 64%

kata bahasa Mentawai arti kata/ makna synonim kutipan/ referensi literatur klasifikasi ilmiah (biologi)

tingkat kesamaan leksikal yg. besar terdapat antar Sarereiket, Silaoinan. Saibi di Siberut (berkisar antar 88% - 93%) dan dialek Sikakap (Pagai), Sipora, Taileleu dan Maileppet (Sib.Sel) dengan 93% - 94%.

perbatasan leksikostatistik yang cukup jelas terdapat antar kelompok empat dialek selatan tersebut dan dialek lainya. tingkat kerabat antar dialek di Siberut Utara lebih kecil dibanding antar dialek Siberut Selatan dan Sipora serta Pagai.

(Pampus 1989) kosmologi manua: laggo: urat: koat: aggau: sulu: katciu: katoet: sirimanua: sasareu: langit bulan hujan laut musim badai/ anggau (Aug- Nov) mata hari sun (Cannizzaro 1964: 191). kiri kanan yang hidup,manusia yang dari jauh, orang asing/ pendatang (istilah berdampak negatif), dugunakan untuk orang Indonesia lain tetapi tidak untuk orang barat (turi) simanteu: laki laki/ suami man (Krmer 1907: 41), man living in a lalep (Nooy- Palm 1972: 44), man/ maskulin/ southern language also husband (Pampus 1989: 82). sinanalep: perembuan/ istri married in a lalep living woman/ 1989: referenceterminus for all feminin kin in the first parentalgeneration (Nooy- Palm 1968: 204), woman/ feminin 82). sakalagan: penduduk Pagai man of the village(manusia desa), / inhabitants N- a. S-Pagais (Nooy- Palm 1972: 41), sakalagai (Pampus

(Krmer 1907: 41); dialect of Sipora, N- a. S- Pagai (Wagner 1988: 239). sakalelegan: penduduk Siporainhabitants of Siporas (Nooy- Palm 1972: 41), sakobau (Nooy- Palm 1972: 41), sakobou (Krmer 1907: 41).

bangunan/ pemukiman uma: rumah suku house of sib (Brger 1932: 21), community house/ exogam, patrilineare, genealogical unit (Suzuki 1958: 8), big hut of a rimata (Cannizzaro 1964:50), meeting hall (Wirz 1929: 15), big house (Pleyte 1901: 6), longhouse (Lindsay 1992: 11), patrilinear Klan/ Klanhaus (Wagner 1981: 4, Schefold 1988 a: 120, 229), group of population (Rassers 1927: 146). lalep: keluarga, rumah keluarga family (Schefold 1988 a: 219); house (Brger 1932: 20), / ..with altar a. cooking place (Nooy- Palm 1972: 42); family/ family house (Karny 1926: 35; Cannizzaro 1964: 47), extended family (Suzuki 1958: 8), family house/ family room in a uma (Loeb 1935: 161/ 162). sapou: rusuk: pondok ladang, rumah keluarga fieldhut (Loeb 1928: 410). pondok remaja/ asmara, institusi hubungan pranikah di Sipora, pre marriage- hut without buluat (Nooy- Palm 1972: 43), bachelor- widow house (Loeb 1935: 161)/ familyhouse beside a uma at sapou abak: sapou gougou: tobat: ruag: Siberut (Schefold 1988 a: 120). / purusuat house without (Coronese 1980: 23). sanctuary

pondok sampan boat house (Kis- Jovac 1980: 28). pondok ayam chicken shelter (Kis- Jovak 1980: 26). atap roof/ roofelemet (Kis- Jovak 1980: 23; Maass 1902: 248). ruang/ pembagian uma space in a uma between two crossconstructions (Schefold 1988 a: 108).

arigi: siegge legeu:

tonggak rumah housepost (Schefold 1980: 25), arigi batukerebau main post of an uma (Coronese 1980: 13). Yang tunggu cuaca yg. bagus, tonggak uma khusus (tempat bakkatkatsaila) who wait for good weather/ least errected housepost of an uma (Schefold 1972: 37).

baibai: orat: gare/ laibo: tengan uma: puturukat: bat uma:

peran rumahcross- beam in an uma constrution (Kis- Jovak 1980: 20). tangga rumah carved tree log, which function as stairs (Schefold 1988 a: 112). beranda mukafront/ access gangway (Schefold 1988 a::112). kalaibokat tengah rumah, ruang pertamacenter of the house/ first room (Schefold 1988 a: 1988 a: 115). bat sapou didalam rumah, ruang kedua/ dapur bat sapou inner part of the house, second room/ kitchen (Schefold 1988 a: 296; 118). 114). tempat tari dance floor of an uma (Coronese 1980: 144; Schefold

abu: gare ka kot uma:

tempat api fireplace beranda belakang platform in the back / rear gangway (Schefold 1988 a: 120).

bakkat katsaila: buluat:

pemilik katsaila, jimat utama dalam uma / seperangkat daun gaib main fetisch of an uma (Schefold 1980: 105). jimat utama dalam uma/ lalep main altar (Loeb 1935: 162), fetisch of flowers, plants (Nooy- Palm 1968: 178), altar in a lalep (NooyPalm 1976: 296), fetisch im lalep (Coronese 1980: 13), sibuluat house altar (Karny 1926: 35).

ngong:

gong perunggu bronzegong (Coronese 1980: 151).

umat simagere:

mainan roh, patung burung/ ukiran kayu Spielzeug fr die Seelen toy for the souls/ geschnitzte und bemalte Vogelskulpturen (Schefold 1988 a: 440).

jaraik: tuddukat:

jimat, ukiran kayu Ornamentale Holzschnitzerei/ Fetisch seperangkat (tiga atau empat) gendang kayu dreiteilige Schlitztrommeln, drumset of three pieces (Halusa 1938: 15).

laggai:

batu/ krakal, kampungKiesel/ Stein, Bezeich. f. den Herkunftsort einer Person auf Siberut, place of origin of a person (Schefold 1988 a: 236), Dorf, village (Krmer 1907: 37; Brger 1932: 20; Nooy- Palm 1972: 42)), llgai Dorfgemeinschaft (Pleyte 1901: 31).

pulaggajat: sibakkat laggai: sitoi:

lembah sungai/ wilayah pemukiman Talschaft, settlements in a valley (Schefold 1988 a: 236). pemilik yang batu/suku datang, pemilik tanahBesitzer baru di satu der Steine/ Eigentmer eines Klangebietes/ erste Siedler (Schefold 1988 a: 230). pendatang wilayahDer Ankmmling/ Zuwanderer/ Neuling in einem Siedlungsgebiet (Nooy- Palm 1972: 43; Schefold 1988 a: 230; Djajadinata 1968: 245), plural: tatoit (Nooy- Palm 1968: 170).

barasi: oinan: porak: tinunggulu: mone: leleu: alaman:

bersih, desa/ dusun (Reeves 2001) air, bat ... sunggai Wasser/ Flu (Coronese 1980: 14), (NooyPalm 1968: 170), Wasser (Pampus 1989: 86). bumi/ tanah land, earth (Reeves 2001,Loeb 1935: 169),) ladang baruNeuangelegtes Rodungsfeld (Schefold 1988 a: 138). ladang rimba/ bukitWald (Brger 1932: 25). pondok pemburuEinfacher Jagdunterschlupf/ Htte (Schefold 1988 a: 129, 326).

struktur, kehidupan sosial/ kerabat uma: patriklan, sukuDeszendenzgruppe

lalep: muntogat:

keluarga inti Kernfamilie punyai anak, nama untuk Deszendenskategori yg. eksogam di Sipora, Pagai exogamer Klan, Patrilinie auf Sipora u. Pagai ca. 25 (Nooy- Palm 1972: 42; ebd 1976: 288; Schefold 988 a: 246).

rara:

kelompok,Deszendenzkategori yg. eks, d, SiberutSchar/ Name fr die Patriklans auf Siberut (Schefold 1988 a: 229),/ patrilineare, genealogische Einheit auf Siberut (Loeb 1935: 180).

nappit:

adopsi seorang oleh satu uma Adoption eines Erwachsenen in die uma- Gemeinschaft (Schefold 1988 a: 220).

ale(i): moto: elei: maite: saraina: siripo: sinuruk:

teman/ panggilan laki untuk laki seumur, adik laki teman/ pang. laki. u. perembuan s., adik p teman/ pang. perembuan u. laki s., adik laki teman/ pang. per. u. per. s., adik p. saudara/ panggilan untuk teman sahabat(an) Freundschaftsbndnis/ - partner (Schefold 1988 a: 248). kawan/ pembantu Helfer (Schefold 1988: 254)

ama(n)...(oni toga): Ayah(dari)..nama anak pertama.Vater (von)... (Schefold 1988 a: 179). mae: bai...oni toga: baboi: ina: teu..oni toga: toga: siruak: panggillan untuk ayah Ibu...(dari)Mutter von ... (Schefold 1988 a: 179). pangg. untuk ibu ibumother, Mutter (Nooy- Palm 1972: 42; Schefold 1988 a: 260). Ayah/ Ibu ...(dari) Vater/ Mutter von..(jika satu anak telah meninggal) anak Kind, child (Pampus 1989: 82) anak adopsi Adoptivkind (Schefold 1988 a: 247).

bojok: lumang: gobbai: sikolik: sijiji: sigoiso:

orang tua (satu satunya anak meninggal) Eltern eines verstorbenen Kindes (Schefold 1988 a: 179). janda duda bayi laki Bezeichnung fr mnnl. Suglinge auf Sipora und Pagai (Nooy- Palm 1968: 215). bayi perembuan si kecil pangg. anak laki lakiKleine(r)/ Bezeichnung fr mnnl. Kleinkinder auf Sipora und Pagai (Nooy- Palm 1968: 215), siboitok Siberut.

sibaibai: silainge: siokko:

pangg. anak perembuan si ganteng pangg. remaja laki/ bujangSchner/ Jugendlicher/ adoleszenter Mann (Schefold 1988 a: 188; Nooy- Palm 1972: 43). si 44). gemuk remaja perembuan/ gadisWohlgenhrte/ adoleszentes Mdchen (Schefold 1988 a: 188; Nooy- Palm 1972:

baja: kalabai: teteu:

saudara laki ayah/ panggilan laki (tua)/ Bapak VaBr (NooyPalm 1972: 42) saudara per. ibu/ pang. per.(tua)/ Ibu Tante (Brger 1932: 53), MuSw (Nooy- Palm 1972: 42; Schefold 1988 a: 260). leluhur, hantu gempa bumi / kakek, nenek/cucu dari ego/ orang sederajat ancester/ crocodile on / widow (Loeb 1935: 166), Grovater/ myth. Erdbebengeist (Karny 1926: 35; Coronese 1980: 15), Referenzterminus fr alle Verwandten in der 2. Parental- und Filialgeneration und darber bzw, darunter (Schefold 1988 a: 260).

lakut: eira: kameinan: kamaman:

ipar laki l. SwM ipar per. BrFr (Schefold 1988 a: 248). saudara per. ayah, istri saudara laki l. ibu VaSw (Loeb 1935: 192; Nooy- Palm 1972: 42), VaSw, MuBrFr (Schefold 1988 a: 260). saudara laki laki ibu, suami saudara per. ayah MuBr, VaSwMa (Loeb 1935: 181; Nooy- Palm 1972: 42).

taliku:

menantu/

mertuaMein

Faden,

Schwiegersohn/-

tochter

(Schefold 1988 a: 261) / - vater/ - mutter (Loeb 1928: 422). titi: tatoo/ rajahan Tatauierung (Nooy- Palm 1976: 299; Loeb 1928: 411; Maass 1902: 135), dada - lambinan, sigoiso, baya karurukan, perut- loina, simabiau, sugasuga, paha - bakapan , lengan- para, tangan- takup (Krmer 1907: 39) pasi piat sot: acara runcing gigi Spitzmeieln der Zhne/ Ritual (Lindsay 1992: 66). (m)aila: (se)sere: putalimougat: patalaga: iba pangurei: panilo: malu kaitan, tunangan Bindung/ Verlobung (Schefold 1988 a: 250). pernikahan Ehebndnis (Schefold 1988 a: 249). perantara/ wasit perkawinan Vermittler bei einer Heirat/ Schiedsrichter (Schefold 1988 a: 137, 228). uang jemput/ biaya pihak perembuan berupa babi besar. kategori emas kawin (mata sagu, mata toitet, durian, kuali, babi dll.). pulakebat: pako: totopoi: penguyauan (hilang sejak ~ 1900) Kopfjagd (Schefold 1988: 231) keadaan permusuhan/ rivalitas antar dua uma yang terinstitutionalisasi dalam bentuk persaingan (terutama perburuhan). mainan angin/ tanda keadaan pako Windrad in den Baumkronen (Karny 1926: 63), totob (Maass 1902: 227). sikerei: dukun Priester (Pleyte 1901: 31), Medizinmann/ - frau (NooyPalm 1972: 44; Wagner 1981: 4), / Geisterbeschwrer (Karny 1926: 35); Zauberpriester (Brger 1932: 25. rimata: pemimpin puliajat/ ketua umaKopf der uma/ Zeremonialgemeinschaft (Nooy- Palm 1972: 43; Karny 1926: 35), alat toga/ saki saina:emas kawin/ biaya pihak laki laki sesuai iba pangurei.

Dorfvorsteher (Pleyte 1901: 31), Ratsprsident 49), Zeremonienmeister (Schefold 1982: 77), 1981: 4. tae: pananae:

(Cannizzaro 1964: ltester (Wagner

racun gaibSchdliche Wirkung eines Gegenstands (Cannizzaro 1964: 55), Giftstoff (Loeb 1935: 202; Schefold 1988 a: 215). yang letak tae/ dukun hitam Der/ die das tae legt/ Zauberer, Hexe (Loeb 1935: 203; Schefold 1988 a: 212), pananai Giftmischerin (Maass 1902: 102).

tippu sasa: tulou: tulou sinanalep: tulou paboko:

memukul sasa (rotan)/ ordal hukumSchlagen des Rotang/ Ordal (Schefold 1972: 32; Coronese 1980: dendaStrafe/ Bue (Schefold 1982: 77). denda selingkuhanBue fr die Frau/ Schadensersatzzahlung beim Ehebruch (Schefold 1988 a: 258). denda tuduhan/ dustaBue fr die Verleumdung (Schefold 1972: 33; Coronese 1980: 126). 126).

kepercayaan/ religi arat sabulungan: adat seperangkat bunga (Rudito 2006), Religion der geopferten Gaben (Cannizzaro 1964: 51), traditionelle Religion (Coronese 1980: 14). pasailukat: simagere: bahasa sikerei (Reeves 2001) jiwa/roh segala yg. hidupSeele des lebenden Menschen (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 193), / Tieres (Nooy- Palm 1972: 44), Geister (Lindsay 1992: 11), Seele (Schefold 1988 a: 271), magere (Coronese 1980: 14). ukkui: roh leluhur/ ayah (Sipora) Familienvater (Cannizzaro 1964: 51), / ltester Mann einer Palm 1972: 42),/ im Kernfamilie (Loeb1935: 175), Vater (NooySddialekt (Pampus 1989: 82), Vorfahren/

Geister (Lindsay 1992: 14), 193). kina:

Seelen

der

Verstorbenen/

Ahnen

(Schefold 1988 a: 273), saukui Ahnenseele auf Siberut (Loeb 1935: gelar/ panggilan untuk jiwa/ roh dalam acara religi Geist, welches jedes Ding besitzt (Brger1932: 51; Loeb 1935: 194, Coronese 1980: 13), kina ulau oh Helles/ Sammelbegriff fr Geister im Ritual (Schefold 1988 a: 273). ketsat: jiwa/ roh kematian Seele des Menschen, die diesen beim Tod verlt (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 193; Nooy- Palm 1972: 44; Coronese 1980: 13; Schefold 1988 a: 271), ketiat Seele/ Hirn (Cannizzaro 1964: 50), ktjat Seele/ Hirn (Pleyte 1901: 28). anitu: roh (orang mati) yg. jehatBse Totenseele (Pleyte 1901: 28), Ahnenseele (Coronese 1980: 13), sanitu (Loeb 1935: 193; Cannizzaro 1964: 46; Brger 1932: 25; Lindsay 1992: 13), sanitu sikatai Geist des Fiebers (Coronese 1980: 14). ina oinan: ibu air, hantu sungai, buaya Mutter des Wassers / myth.: Flussgeist (Loeb 1935: 192; Nooy- Palm 1972: 44), sikaoinan Flugeist/ Krokodil (Schefold 1982: 74). taikabagakoat: taikabagapolak: taikaleleu: taikamanua: yg. di dalam lautMeeresgeister (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 192). yg. di dalam bumiErdgeister (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 192). yg. di gunung/ rimbaWaldgeister (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 192), saikaleleu (Schefold 1988 a: 74). yg. di langit Himmelsgeister (Brger 1932: 25; Loeb 1935: 192; Coronese 1980: 15), guter Schpfergeist (Cannizzaro 1964: 46), saikamanua pitto: (Schefold 1988 a: 73). hantu jehat/ roh mayat/ bangkai manusia Bse Geister der menschlichen Kadaver (Schefold 1988 a: 194, 369), pitok (Coronese 1980: 14). gaut: seperangkat tumbuhan gaib Mittlerpflanzen/ Pflanzen mit starken Seelen

aileleppet: pilok: soga: badjou:

bunga dingin kuehlendeGraptophyllum pictum (L.) Griffith, Acanthaceae (Ave 1990: 52). bunga/tumbuhan bunga memutarabdrehende Costus speciosus nigrescens, (Koenig) Smith, Zingiberaceae (Ave 1990: 54; Zahorka 2000a: 4) memanggilrufende Microsorium Polypodiaceae (Ave 1990: 55; Zahorka 2000a: 4). kekuatan gaib/ sinar (berbahaya) satu benda Bse Kraft (Brger: 1932: 44), badju schlechter Einfluss eines Gegenstandes/ Dings (Loeb 1935: 190), bajou Strahlung/ Kraft (Schefold 1970: 17; 1988 a: 272). jeden Dings

lia:

korban ayam/ ritual, acara religi Kleines (Hhner-) opfer (Brger 1932: 52), Familienritus (Loeb 1935: 174; Suzuki 1958: 8), Shneopfer der Familie (Cannizzaro lalep stattfindet (Coronese 1980: 14). 1964: 51), Opferhuhn/ Phase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 350), Ritual welches im

seggei- rimata:

yang dekat rimata Der, der nahe beim rimata ist/Assistent, Vertreter des rimata (Nooy- Palm 1968: 195), sege- rimata Unterhuptling (Brger 1932: 24). sirimata

sikaute lulak:

yg. di ujung lulak, pembantu rimata der am Troganfang (Helfer des rimata) (Loeb 1935: 177) / Jagdfhrer (Nooy- Palm 1972: 44), s. ka ute.

lia pangabela:

lia untuk tangan yg muncul/ acara kelahiranlia fr die herauskommende Hand / (Schefold 1988 a: 178), liat kabebela Geburtsritus (Loeb 1932: 187), punen kabelaat (Coronese 1980: 170).

lia lailai ngalou: lia abinnen: puliajat:

lia kalung manik/ acara pemb. namaNamensgebungsritual (Schefold 1988 a: 178), lia der Perlenkette. acara untuk anak sekitar satu tahun perkerjaan lia/ ritual besar Das Beschftigtsein mit dem lia/ gr. Ritual auf Siberut (Schefold 1988 a: 23 Lindsay 1992: 12).

punen:

ritual besar (Pagai, Sipora) Dorf- / uma- ritual (Suzuki 1958: 8), religises Fest (Loeb 1929: 190; Karny 1926:35; Halusa 1938: 18; Eichberg 1982: 29), Verhaltensmaregeln (Wirz 1927: 486), Tabu (Pleyte 1901: 31).

seggejet: lia sabeu: lia siboitok:

gardu/ simbol pintu dari bambu Symbolisches Tor (Schefold 1988 a: 397). lia besar, hari II. puliajatGroes lia/ zweiter Tag einer puliaijat- Phase (Schefold 1988 a: 393, 437). lia kecil, hari I. p.Kleines lia/ erster Tag einer puliaijat- Phase (Schefold 1988 a: 327, 435).

punen puenegetat: pembangunan uma-punen/ - beim uma- Neubau/ Initationritual (Nooy- Palm 1972: 44), punen eneget (Coronese 1980: 172). simaeru: eeru sikatai: eeru simaeru: bitbit sikatai: bitbit simaeru: betu si pitto: silimen: aggaret: irik: yg. baik"Gut (Schefold 1988 a: 496), maeru (Pampus 1989: 89). perbaiki secara buruk fase I. ritualGut machen auf schlechte Weise / erste Hauptphase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 327). perbaiki secara baik fase II. ritualGut machen auf gute Weise / zweite Hauptphase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 435). menyapu yang buruk a.d.r. Ausfegen des Schlechten/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 378). menyapu yang baik a.d.r.Einfegen des Guten/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 387). memukul pitto a.d.r.Schlagen der pitto/ Phase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 377; Lindsay 1992: 44, 45). daging persembahanOpferspeise (Loeb 1935: 163), Opferfleisch (Coronese 1980: 176; Schefold 1988 a: 465). persembahan kelapa a.d.r.Kokosnuopfer/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 338 ff.). persembahan hati ayam a.d.r.Hhnerleberopfer/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 363, 412).

nini: buburai:

persembahan daging asap a.d.r.Opfer aus geruchertem Fleisch/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 373). meludah a.d.r.Spucken/ Phase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 370), masiburai 1980: 172). Zeremonie whrend des punen (Coronese

paletsei utet iba: panaitai lauru:

menjamu kepala daging a.d.r. Versorgen der Jagdtrophen/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 389). mencari lauru acara ramalan dengan usus ayam, a.d.r.Anstreben des lauru/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 376).

lauru:

tajam, tanda/ ramalan pemburu

Die Schrfe/ Teil des

Bindegewebes beim Darmorakel, welches ber den Jagderfolg Aufschlu gibt (Schefold 1973: 14; Coronese 1980: 130). salou: payung, tanda/ ramalan musibahBeschirmung/ Teil des Bindegewebes beim Darmorakel, welcher ber zu erwartende Krankheiten Auskunft gibt (Schefold 1973: 14; 130). teinungake saina: membuat babi hatinya, ramalan hati/ jantung babi Den Schweinen das Herz machen / Divinationsritus/ Phase eines puliaijat (Schefold 1988 a: 359). akulak: iba: atei: keikei: katsaila: daging (yg. bagus) ikan/ daging hati/ lefer tabu, laranganTabuvorschriften (Coronese 1980: 13; Schefold 1988 a: 282; Lindsay 1992: 17). pengalih, jimat peserta acaraVorbeifhrer/ Palmfieder/ Zeremonie im puliaijat (Schefold 1988 a: 330), Blumenfetisch in einer uma (Loeb 1935: 162; Nooy- Palm 1968: 182), Abwehrfetisch (Brger 1932: 47; Coronese 1980: 13). Coronese 1980:

mgeri: rau: otsai: laggek: siaggai laggek: mabesik: oringen: urai: turuk: lajo:

mandi, bersihkan diri Rituelle Reinigung (Schefold 1988 a: 327). mandi bayiBad/ Wasser (Brger 1932: 23, 48); zeremonielles Bad einer Mutter mit ihrem Sugling (Schefold 1988 a: 178). Nahrungsanteile/ Portionen (Schefold 1988 a: 305, 463). obat Heilmittel/ Medizin (Wagner 1981: 8; Schefold 1988 a: 288), rituelle Medizin (Coronese 1980: 14), lagge (Cannizzaro 1964: 35). yang tahu obat/ pengobat sakit (ringan) misal. luka potong sakit (berat, biasa berikut demam tinggi)/ kehilangan simagere nyanyi tari berlayar, tari tranceSegeln/ Trancetanz (Schefold 1988 a: 403).

ekonomi/ teknologi subsistens sagu:


-

sago/ rumpia Sago/- palme, Metroxylon sagu.


tumbuhan hapaxanth (sekali dalam hidup berbunga), masa infloresens (berbunga) setelah 817 tahun, tinggi: 10- 15m, 30-100cm. data riset ekologi: satu batang 1250 kg berdiri dari: kulit 400 kg (32%) sumsum 850 kg (68%), yg. mengandung tepung (85% Karbohidrat) 250 kg (29%), air 425 kg (50%), serat 175 kg

dengan 236.5 jam kerja hasil tepung sebanyak 618,8 kg atau sekitar 1,5 juta kkal. (2410 kkal./ kg), yaitu kebutuhan seorang untuk 500 hari, jadi satu hari kerja (8jam) untuk 17 hari makan.

sagu mengandung sedikit sekali zat gizi lain, tetapi mudah menjadi sumber protein melalui panen ulat sagu dan sebagai pangan ternak.

(Flach 1981: 4).

mata.. sagu/duriat..: rumpun/ sejumlah (5-6) pohon (sagu, durian dll.) Sprogebiet der Sagopalme (Schefold 1988 a: 137).

kukuilu: bolobog sagu: pusuagat: dedeibu: karug: tapi: tapperi: purut, kaloba: tamara: saina: gougou:
Ekskurs ternak gou gou ayam

pemukul sagu Sagoklopfer (Kis- Jovak 1980: 28; Schefold 1988 a: 133). karanjang dari pelapa sagu pondok/ pencucian sagu Sagostampfanlage (Kis- Jovak 1980: 26). alat menimba dari kulit kayu (dinding) tempat mencuci sagu saring karug dari serat kelapa tempat (anyaman daun) menyimpan sagoSagobehlter aus Sagoblattfiedern (Schefold 1988 a: 134), tapiri (Maass 1902: 224). daun sagu/ daun loba (rotan) untuk panggang sagu ulat sagu (Rhynchoporus ferrugineus) babi Hausschwein (Schefold 1988 a: 140; Loeb 1928: 412). ayamHuhn (Krmer 1907: 40; Schefold 1988 a: 140),

beudogdog anak baru turun beuloisiat anak mulai teriak beumainong (sebesar beo) bulu tumbuh beungorud (sebesar sejenis merpati) siteilakubbeu simanosap (hampir bertelur) situi (sudah bertelur) saina babi sikairumun anak baru lahir (di hutan) sibausuggru anak baru datang ke rumah sabbe saki sekali beli sikabaugad telinga sudah potong/ jantan sudah kebiri beusemeteaouanak silepakkioiri gigi belum keluar beusigelak babui jantan besar beukailaba (sebesar burung enggang) sisotsolod / tara au mata teile (jalu sebsar mata katak) sikailak / tara anna polat (jalu belum runjing) silaluk (jalu panjang)

sipususu betina bunting pertama semeteaouanak simaitcananak sekali melahirkan siteikereg induk besar sigelak betina besar tidak beranak

oilut: roiget:

wabah/ penyakit mematikan (leher bengkak,pernafasan terganggu) pada ternak, manusia bisa juga terinfeksi melalui cairan karancang ayam (rotan) Hhnerkorb (Schefold 1988 a: 140), doiget.

sigeta: iba:

anjing Hund (Schefold 1988 a: 142), jo jo auf d. Sdinseln und in Nordsiberut (Pampus 1989: 85), sibutuan (Maass 1906: 451). ikan/ dagingEbares Fleisch, - leleu aus dem Wald/ Hirsch, Affe, Wildschwein; - koat aus der See/ Schildkrte (Schefold 1982: 71), / Fisch (Loeb 1928: 412).

lulak: sisip: gigiok: ubek: duriat: toktuk: pusinoso: peigu: gette: mago: bio: abak: kalab(b)a: baluga: sinaiming: teg(l)e: teinuktuk: ogud: papati: rourou:

piring pipih kayu Hlzerne Eplatte. sendok menimba dari kelapa Schpfkelle aus Kokosschale u. Holz (Kis- Jovak 1980: 28; Maass 1902: 226). parut (rotan labi) Raspel aus d. Blattstiel von Rotan. tembakauTabak (Maass 1902: 161). durian, Durio zibethinus durian (duri panjang) Durian sp. (D. carinatus Mast.?, D. graveolens Becc.?), Bombacaceae (Ave 1992: 93, Dep. Hut 1998: 1.1.) durian (duri menegah) Durian sp.? cempedak (nangka?), Artocarpus. integer, (A. heterophylus?), Moraceae (Ave 1990: 93; Dep.Hut. 1998: 1.1.), kladiTaro, Colocasia esculenta (Brger 1932: 46). pisang (sekitar 20 macam) Banane, Musa sapientum; Musa paradisiacal dll. (Franke 1992: 267). ubi Cassava Alocasia sp., Araceae (Ave1990: 137) sampanKanu (Loeb 1935: 170; Schefold 1988 a: 157). sampan (perang) besarGroes (Kriegs)kanu ( Maas 1902: 20, 1906: 452; Loeb 1928: 412; Schefold 1988 a: 158). dayung (rakitan) dayung Einteiliger Paddel (Schefold 1988 a: 158). parang Buschmesser (Coronese 1980: 15; Schefold 1988 a: 157). beliung (mata bulat) kapak/ beliung (mata agak) beliung kecil busur (poula) Bogen (Maas 1906: 446).

silogui: bigulu: ligteg: bugbug: omai: sosoat: patara: subba: kinisou: pangisou: panu:

anak panahPfeil (Schefold 1988 a: 144), logui (Maass 1902: 222). ujung panah (ariribug) tali busur (baiko) tempat anak panahPfeilkcher aus Bambus. racun anak panah dibuat dari daggi, lainggit dan daro poison tombak Speer (Schefold 1988 a: 146), soat (Maass 1902: 142), s. ulpup. tombak ikan Harpunenspeer (Maass 1902: 148). tangguk/ jaring tangan perembuan oborFackel (Brger 1932: 52), kisou (Maass 1902: 9; Schefold 1988 a: 488). mencari ikan malam Nachtfischen mit Fackeln (Schefold 1988 a: 488). jaring tepi Groes Scherennetz der Frauen (Maass 1902: 17; Loeb 1935: 207; Nooy- Palm 1976: 285; Schefold 1988 a: 149)).

leggeu: tapi sabeutubu: pepeka: lapara: lululup: oopa: oore: jaragjag tatala: kabit:

lukah Fischreuse (Kis- Jovak 1980:28). jerat rusa perangkap rusa / jebakan tali. perangkap rusa/ jebakan bambu buluk runjing. perangkap babi/ monyet Schweine/ Affenfalle. karanjang punggung kecilTragkorb aus Rotang (Kis- Jovak 1980: 28). karanjang punggung terbuka karanjang punggung besar karanjang, tempat simpan barang di rumah (anyaman halus) cawatLendenschurz aus Baumbast (Maass 1902: 223; Schefold 1980: 72).

punung sabeutubu: perangkap rusa/ lubang.

komak: leppei: letju: bachulu: sabo: sineibak: luat: teteku: ngalou: gejeneng: bagbag: kajeuma: lelega: pipiau: balatu: balugui: parittei: papae: papalo: papakkuru: pupuse:

rok Frauenschurz aus Baststoff oder zerschlitzten Bananen- oder Palmblttern (Schefold 1988 a: 162; Maass 1902: 221). baju, dari kulit baiko(laki laki) atau daun pisang (perembuan) Oberbekleidung/ ponchoartiges Hemd (Schefold 1980: 72). gelang/ anyaman dari rotan koper/ tas benda sikerei dari pelapa sagu rok tari/ hias sikerei Bunter Tanzschurz der sikerei (Schefold 1988 a: 206). rok istri sikerei Bunte Schrze der sikerei- Frauen (Schefold 1988 a: 206). hias kepala sikerei, istrinya Kopf/ Haarschmuck der sikerei (Brger 1932: 25), Haarschmuck (Schefold 1980: 75). hias kepala besar istri sikereiKopfschmuck der sikerei- Frauen (Schefold 1988 a: 443). hias (jimat) dari manik manikAmulett fr ein Neugeborenes (Nooy Palm 1976: 297). lonceng perunggu sikerei pesan tuddukatMitteilung in der Trommelsprache auf dem tuddukat (Schefold 1973: 57). gendangTrommeln m. Fell/ Hautbespannung. alat musik Xylophonhnliche Klanghlzer (Halusa 1938: 10). suling Mundflte aus Bambus (Loeb 1935: 171; Halusa 1938: 15) pisau/ krisDolchmesser (Schefold 1988 a: 157). pisau ukir Schnitzmesser (Schefold 1988 a: 157). pisauDolch (Schefold 1988 a: 157), palite (Maass 1902: 221). pahat Meiel (Schefold 1988 a: 157). pelindung pohon kelapa Palmschutzvorrichtung (Volz 1906: 108). tugal Grabstock (Schefold 1988 a: 138). borBohrer (Schefold 1988 a: 157).

patiti: simabiau: sugasuga: tutuine: cash-crops


rotan

alat merajahTatauiergert (Maass 1902: 228; Le Livre 1992: 54; Schefold 1988 a: 186). Querlaufende Bauchtatauierung (Krmer 1907: 39). Senkrechte Bauchtataueierung (Krmer 1907: 38). mainan anakKreisel mit zwei Rotationskrpern (Eichberg 1989: 153).
rotan (Palmae, Calamoideae) sudah menjadi bahan dagang selama beberapa abad, kemudian cash- crop pertama yang mengakhibatkan over exploitation tiga jenis komersial utama, yaitu: bebeged (Calamus manan Miqu.), sasa (Calamus caesius) dan loba (Calamus ornatus / Simbolon 1997: 53; C. zollingeri ? /Agus 1996: 7; Daemonorops sp.? /Depart. Kehutanan 1995: 72), oleh karena hanya dipanen tumbuhan liar (tidak ditanam). pelege

gaharu

gaharu (aloewood) atau simoite (Aquilaria malaccensis Lamk.; Thymlaeaceae) adalah bahan dari pohon mati yang terinfeksi dari sejenis jamur. Pada tahun 1985 gaharu mencapai harga sangat tinggi (kualitas superior: Rp 1,5 juta / kg atau ca. $US 850 / kg), dan menjadi sumber pendapatan yang baik tetapi tidak terlestari, karena seluruh pohon gaharu dibabat habis, dan sekarang kayu gaharu boleh dikatakan musnah (Department Kehutanan 1998b: Lamp1.1., Lamp10: 9). Pengaruh negatif lain dari gaharu boom adalah kelebihan pemburuhan terhadap binatang tertentu (burung, tupai/ loga) dengan senapang angin yang dibeli dalam jumlah besar.

nilam

Dari daun kering didapatkan dengan cara penyulingan sehingga menghasilkan minyak nilam atau Patchouli (Ave 1990: 171; Moestafa 1992: 59). Minyak nilam (Pogostemon cablin, Lamiaceae) dibutuhkan oleh industri kosmetika sebagai bahan fiksasi wangi, dan dibeli terutama oleh Negeri Eropa Barat, USA dan Jepang. Meskipun sudah sejak 1970 dipromosikan oleh Department Perindustrian, penanaman nilam secara umum dan luas dimulai di Kepulauan Mentawai sekitar 1995. Saat itu harga gaharu telah turun dan sebaliknya harga nilam meningkat dari ca. Rp 20.000 / kg (ca. $US 9 / kg) pada 1994 (Departemen Kehutanan 1995: 78) mencapai Rp 1.500.000 / kg (ca. $US 175) pada pertengahan 1998. Hampir setiap keluarga di Mentawai membuka ladang seluas paling sedikit 0,5- 1 hektar dan mulai menanam sejenis nilam lokal (patikkoilok). Alat sulingan, yang dibuat dari drum minyak bekas, dibeli oleh pedagang setempat dengan harga ca. Rp 500.000 (ca. $US 60; 1998). Tetapi kemudian harga nilam turun sampai Rp 90.000 / kg (ca.

$US 12) pada tahun 1999. Akhibat fluktuasi harga tersebut banyak produsen mengalami kerugian dan berhenti produksi, alat sulingan pun cepat hancur. cengkeh tanaman cengkeh mempunyai peran besar bagi ekonomi masy. di Pagai dan Sipora tetapi hanya di wilayah tertentu di Siberut. Fluktuasi harga komoditas ini juga cukup besar dan pada ketengah 1990an harga yang merosot mengakhibatkan banyak pemilik pohon tidak panen cengkehnya.

flora / fauna bilou: bokkoi: simakobu: joja: sibeutubu: siamang kerdilGibbon Hylobates klossii (WWF 1980: 39ff.). keraMentawaimakake, Macaca nemestrina pagensis (WWF 1980: 45). monyet ekor pendek Schweinsaffe/ Langurenart, Simias concolor (Schefold 1988 a: 66; WWF 1980: 43). lutung Mentawai (Presbytis potenziani). rusa Hirsch, Sambar, Cervus unicolor oceanus (WWF 1980: 54), sipangangasa (Schefold 1988 a: 66), simatsura (Nooy- Palm 1976: 279). dujong: siaggau: simaigi: simalina: baiko: katuka: poula: dugong Seekuh, Dugong dugong (WWF 1980: 54). burung babi hutan Sus christatus penyu pohon terok/ tarok Artocarpus sp. (elasticus?),Moraceae pohon (abag, lulag) Shorea pauciflora King, Diptereocapaceae (sejenis) pohon aren Zucker- oder Arenpalme, Arenga obtusifolia Martius, Palmae,Araceae (Zahorka 2000: 2; or local variety?) katsaila (rel.) ariribug: kiniu: nibung Oncosperma horridum, (Oncosperma tigillaria?), Arecaceae enggeu (rel.-) (Dep.Kehut. 1998: 1.1.) kunyitGelbwurzel Curcuma longa

lainggit:

tumbuhan racun/ akar tuba, racun saraf, Derris elliptica Benth., Fabacea Hlsenfrchtler; neurotoxin and haematotoxin (Zahorka 2000: 14,15)

daggi:

tumbuhan

(kulit)

racun,

melumpuhkan

jantungErvatamia

peduncularis, King et Gamble, Apocynaceae (Hundsgiftgewchs; paralysing (lhmend) heart poison (Zahorka 1998: 105). !!bukan Antiaris toxicaria/ Ipuh. daro: sakole: lado kutu, komponen racun Capsicum sp., Solanaceae tebu Zuckerrohr, Saccharum officinarum (Maass 1902: 160).

Ave, W. u. Sunito,S. : 1990 Bellwood, Peter, S.: 1985 Brger, F.: 1932

Medical Plants of Siberut. A WWF Report. Gland/ CH.

Prehistory of the Indo- Malaysian archipelago. Centrecourt, Orlando. Vom Punen der Mentaweier. und Wie ein Punen bei den

London,

Mentaweiern abluft. In: Berichte der Rheinischen Missionsgesellschaft. Jahrg. 89. S. 18- 28 u. 44- 54. Barmen/ Wuppertal.

Cannizzaro, A.: 1964 Coronese, Stefano: 1980 Depart. Kehutanan: 1998 Eichberg; Henning: 1981

Und die Seinen nahmen Ihn auf. Bei der Urbevlkerung der Mentawai- Inseln. Wien, Mnchen. Una religione che muore. La cultura delle Isole Mentawai nellimpatto con il mondo moderno. Bologna. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Siberut. Buku III. Lampiran Jakarta. Blumen im Haar sind verboten. In einem Dorf der Mentawaier in Indonesien. Dalam: Duerr, H.P. (Hrsg.): Unter dem Pflaster liegt der Strand. Zeitschrift fr Kraut und Rben. Bd. 8. S. 7- 41. Berlin.

1989:

Eine andere Sinnlichkeit. Krper und Gesellschaft in Mentawai. 149- 197. Bremen.

In: Wagner,

W. (Hrsg.): Mentawai. Identitt im Wandel auf indonesischen Aueninseln. S.

Flach, M.: 1977

Yield Potential of Sagopalm and ist Realisation. Sago Starch. In: Sago- 76 : Papers of the First International Sago Symposium. S. Kuala Lumpur. 157- 177.

1981

Possibilities for Increasing Yields of Sagopalms. In: Symposium Pembangunan Sosio- Economi, Kebudayaan Tradisional Hidup Pulau Siberut. Padang. dan

Mengenat.

Lingkungan

Karny, Heinrich H.: 1926

Auf den Glcksinseln. In: Natur. Illustrierte Halbmonatszeitschrift fr Naturfreunde. Bd.17. S. 9- 16, 28- 39, Leipzig. 59- 67, 80- 89, 102- 110.

Kis- Jovak, J.I.: 1980 Kruyt. A. C.: 1923

Autochthone Architektur auf Siberut. ETH Zrich.

De Mentaweiers. In: Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde, uitgegeven door het Koninklijk Bataviaasch Genootschap Kunsten en Wetenschappen. 62. Hal. 1- 188. Batavia. van

Lindsay, C. W.: 1992 Loeb, Edwin M.: 1928 1929:

Mentawai- Schamane. Wchter des Regenwalds. Frankfurt a. M.

Mentawei Social Organization. Dalam: American Anthropologist. N. Hal. Vol. 30. Hal. 408- 433. Arlington. Mentawei Religious Cult. Dalam: University of California Puplication in American Archaelogy and Ethnology. Vol. 25. Hal. 186- 247: Berkeley/ California.

1935:

The Mentawei Islands. In: ebd. u. Heine- Geldern, R. (Hrsg.):

Sumatra

its History and people. S.158- 207. Wien. ebd. u. Broek, J.O.: Social Organization and the Long House in Southeast Asia. In:

1947

American Anthropologist. N. S. Vol. 49. S. 414- 425. Arlington.

Maass, Alfred: 1902 1905:

Bei liebenswrdigen Wilden. Berlin.

Ta k- ki- ki Tabu. In: Zeitschrift fr Ethnologie. Jahrg. 37. Berlin.

S.153- 162.

1906:

Die primitive Kunst der Mentawai- Insulaner. In: Zeitschrift fr Jahrg. 38. S.433- 455. Berlin.

Ethnologie.

1912: Marschall, W.:

Durch Zentral- Sumatra. Bd. 2. Berlin. Sind die Kulturen von Mentawei altinonesisch? Dalam: Paideuma Vol. 11-12. S. 128- 134. Wiesbaden. 1966

Morris, Max: 1900 Nooy- Palm, Hetty: 1968

Die Mentawai- Sprache. Berlin.

The culture of the Pagai- islands and Sipora, Mentawei. Dalam : Vol. 1. Hal. 152- 241. Leiden.

Tropical

Man: yearbook of the Anthropology Departm. Royal Tropical Institute.

1972:

Mentaweians In: LeBar Frank M. (Hrsg.): Ethnic Groups of Southeastasia. Vol. I: Indonesia, Andaman Islands, and 44. New Haven.

Insular

Madagascar. S. 41-

1976:

Mentaweians. Dalam: LeBar, Frank M.(Hrsg.): Insular Southeast Asia: Ethnographic Studies. Vol. 2. S. 278- 301. New Haven.

Pampus, Karl H.: 1989 a, b

Zur dialektgeographischen Gliederung des Mentawai- Archipels. (a) dan berlegungen zur Orthographie des Mentawaiischen.(b) Dalam: Wagner, W. (Hrsg.): Mentawai. Identitt im Wandel auf indonesischen Ausseninseln. S. 61- 101 u. 103- 118. Bremen.

Persoon, Gerard: 1989

Beyond Dreaming: Envirol Planning for Man and Nature on

Siberut

(West Sumatra, Indonesia). Dalam: Wagner, W. (Hrsg.): Mentawai. Identitt im Wandel auf indonesischen Ausseninseln. Hal. 199- 224. Bremen.

Pleyte, C.M.: 1901 Santesson C.G.: 1939 Schefold, Reimar: 1972 1973:

Die Mentawei- Inseln und ihre Bewohner. Dalam: Globus. Illustrierte Zeitschrift fr Lnder und Vlkerkunde. Hal. 1- 32. Braunschweig. Pfeilgifte und ethnographische Notizen von dem MentaweiArchipel(Ostindien). Dalam: Ethnos.Vol.4. S. 129- 146. Stockholm. Divination in Mentawai. Dalam: Tropical Man: yearbook of the Anthroplogy Departm. Royal Tropical Institute Vol. 3. Hal. 10- 87. Leiden. Schlitztrommeln und Trommelsprache in Mentawai. In: Zeitschrift Ethnologie. 98. Hal. 36- 73. fr

1976:

Religious Involution; Internal Change, and its Consequences, in Departm. Royal Tropical Institute. Vol. 5. Hal. 46- 81. Leiden.

the Taboo-

System of the Mentawaians. In: Tropical Man: yearbook of the Anthropology

1980: 1981:

Spielzeug fr die Seelen. Zrich. The traditional culture of Siberut. In: Symposium Mengenat. Lingkungan

Pembangunan Sosio- Economi, Kebudayaan Tradisional dan Hidup Pulau Siberut. Padang. 1982: The Culinary Code in the puliaijat Ritual of the Metawaians. In: tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Deel 138. S. 641988: 1989 a,b: Lia: das grosse Ritual auf den Mentawai- Inseln. Berlin.

Biijdragen

97. Leiden.

The Origins of the Woman on the Raft: On the Prehistory of the Mentawaians.(a) dan Religise Involution auf den Mentawaiinseln: Vernderungen in den Tabubestimmungen und W. (Hrsg.): Mentawai. Identitt im S. 1- 26 u. 119- 147. Bremen. ihre Folgen.(b) Dalam: Wagner, Wandel auf indonesischen Ausseninseln.

Suzuki, P: 1958 Velde, P. van de:

Critical Survey of Studies on the Anthropology of Nias, Mentawai and Enggano. S- Gravenhage/ NL. The Prehistory of Indonesia: An Introduction. Dalam: ebd. (Hrsg.): Prehistoric Indonesia. A Reader. Leiden. 1984

Vivelo, Frank. R.:

Handbuch der Kulturanthropologie. Stuttgart (1. Aufl. 1981). 1995 (Org.: New York 1978).

Cultural Anthropology Handbook. A Basic Introduction. Volz; Wilhelm: 1906

Beitrge zur Anthropologie und Ethnographie von Indonesien. Zur Kenntniss der Mentawei- Inseln. Dalam: Archiv fr Anthropologie. Neue Folge Bd. 4. S. 93- 109. Braunschweig.

Wagner, Wilfried: 1981

Some Preliminary Remarks on the Social History of Mentawai (West Sumatra/ Indonesia). Dalam: Symposium Mengenal Pembangunan Sosio- Economi, Kebudayaan Tradisional dan Lingkungan Hidup Pulau Siberut. Padang.

1988

Zur Geschichte der Mentawai Inseln. Dalam: Pampus,K.H. u. B. (Hrsg.): Die deutsche Malaiologie. Heidelberg.

Nothofer,

1989:

Das Pagaiabenteuer der East India Company. Dalam: ebd. (Hrsg.): Mentawai. Identitt im Wandel auf indonesischen Ausseninseln. S.27- 60. Bremen.

Wallace, A.F.C.: 1951 Wirz, Paul: 1927 1929: 1950:

Mentaweian Social Organisation. In: American Anthropologist. N.S. Vol. 53. S. 370- 375. Arlington. Auf den Glcksinseln. In : Die Koralle: Magazin fr alle Freunde von Natur und Technik. Bd.3. Berlin. Nias. Die Insel der Gtzen. Bilder aus dem westlichen Insulinde. Zrich.

Der Ersatz fr die Kopfjgerei und die Trophenimitation; unter besonderer Bercksichtigung der vom Verfasser auf Neuguinea und Sabirut (Mentawei) gesammelten Objektem. In: Beitrge zur Gesellungs- und Vlkerwissenschaft, R. Thurnwald gewidmet. S. 411- 434. Berlin.

WWF: 1980 Zahorka, Herwig 1998a

Saving Siberut: A Conservation Masterplan. Bogor.

2000

OMAI - Die Pfeilgiftmixtur der neolithischen Jger auf der indonesischen Mentawai-Insel Siberut, eine letale Mischung dreier Arten (Ervatamia, Derris, Capsicum). In: Der Palmengarten 62/2 : S.103-108, Frankfurt/M. The Arrow Poison Chemical Composition with a Neolithic Tribeal Community in Siberut - Indonesia. In: EXPLORASI, Vol.4, No.1: S.14-15. ISSN No.0854-9222. Indonesian Network for Plant Conservation, Indonesian Istitute of Sciences LIPI. Botanical Garden Bogor, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai