Dry Socket Adalah Suatu Komplikasi Setelah Ekstrasi Gigi Dimana Bekuan Darah Pada Soket Gigi Hilang PDF
Dry Socket Adalah Suatu Komplikasi Setelah Ekstrasi Gigi Dimana Bekuan Darah Pada Soket Gigi Hilang PDF
Setelah pencabutan gigi terbentuk bekuan darah di tempat pencabutan, dimana bekuan ini terbentuk oleh jaringan granulasi, dan akhirnya terjadi pembentukan tulang secara perlahan-lahan. Bila bekuan darah ini rusak maka pemulihan akan terhambat dan menyebabkan sindroma klinis yg disebut alveolar osteitis (dry socket).
Gambaran klinis
Penderita biasanya mengeluhkan sakit yang parah, dan dapat timbul bau tak sedap. Hal ini dapat terjadi kurang dari 24 jam setelah gigi dicabut, namun dapat juga terjadi 3-4 hari paska pencabutan. Kadang-kadang dapat terjadi pembengkakan dan limfadenopati. Frekuensi alveolar osteitis lebih tinggi pada rahang bawah dan di gigi daerah belakang (posterior). Dry socket dapat saja terjadi pada setiap pencabutan gigi, namun lebih sering terjadi pada saat pencabutan gigi molar tiga impaksi. Kemungkinan terjadinya dry socket paling besar pada kelompok umur 40 tahun. Daerah paska pencabutan yang mengalami dry socket awalnya terisi oleh bekuan darah yang berwarna keabu-abuan yang kotor, kemudian bekuan ini hilang dan meninggalkan soket tulang yang
kosong (dry socket). Tulang terekspos dan sangat sensitif. Alveolar osteitis ini terjadi karena adanya perubahan plasminogen menjadi plasmin yang menyebabkan fibrinolisis pada bekuan darah di soket bekas pencabutan.
Diagnosis
- anamnesis - inspeksi di soket gigi yang telah diekstraksi untuk melihat ada atau tidaknya bekuan darah dan untuk melihat apakah tulang alveolar terbuka atau tidak.
Tata Laksana
Bila pasien mengeluhkan rasa sakit paska pencabutan gigi, perlu dilakukan pemeriksaan radiograf untuk mengetahui apakah ada ujung akar yang tertinggal atau ada benda asing. Dry socket adalah suatu reaksi peradangan, namun dapat terinfeksi oleh bakteri. Oleh karena itu, tidak setiap kejadian dry socket membutuhkan perawatan dengan antibiotik. Hal penting dalam perawatan dry socket adalah irigasi. Irigasi dilakukan dengan larutan saline, atau hidrogen peroksida 3 % bila sudah terjadi infeksi. Setelah itu soket akan ditutup dengan "antiseptic dressing" yang akan diganti secara berkala. Dressing yang biasanya dipakai adalah pasta eugenol yang diletakkan di bagian korona dari soket gigi untuk menutup tulang.
Pencegahan
- pencabutan gigi pada waktu yang tepat - infiltrasi anestesi yang cukup - teknik pencabutan gigi yang tepat, sterilisasi alat yang baik - terapi obat - obatan seperti : obat kumur antiseptik, asam polilaktik, larutan saline isotonik, dan antibiotika. - beberapa penelitian menganjurkan pemakaian obat kumur chlorhexidine 0.12 % segera setelah pencabutan dan 7 hari paska pencabutan dapat mencegah terjadinya dry socket. - Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih beresiko mengalami dry socket saat pencabutan. Oleh karena itu sebaiknya tindakan pencabutan dijadwalkan pada hari di mana kadar estrogen rendah (yaitu saat tidak ada suplementasi estrogen, sekitar hari ke-22 hingga 28 dari siklus menstruasi). - irigasi yang baik selama tindakan pencabutan juga dapat mencegah terjadinya dry socket.
Karena merokok merupaan salah satu faktor resiko yang sangat besar, ada baiknya rokok dan produk-produk tembakau lainnya tidak dikosumsi, terutama sehari sebelum operasi. Jika menggunakan pil kontrasepsi, dapat pula berkonsultasi dengan dokter kebidanan terlebih dahulu dan menanyakan kapan kadar estrogen yang terendah karena kadar hormon tersebut dapat mempengaruhi kemampuan darah dalam membentuk bekuan darah. Selain itu pasien juga perlu ditanyakan apakah mengonsumsi obat-obatan dari dokter lain, baik yang rutin maupun tidak, untuk mengetahui ada atau tidaknya obat yang dapat mempengaruhi proses pembekuan darah. Beberapa menyarankan untuk menghindari tekanan negatif pada mulut seperti menghisap/menyedot minuman melalui sedotan karena tekanan yang negatif tersebut dapat menyebabkan copotnya bekuan darah pada soket gigi.
a. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi umum di bedah mulut, dan mungkin terjadi selama pencabutan gigi yang sederhana atau selama prosedur bedah lainnya. Dalam semua kasus, perdarahan terjadi karena trauma pada pembuluh darah dan adanya masalah pada system pembekuan darah. Untuk menanggulangi terjadinya pendarahan lebih lanjut, cara yang dapat dilakukan antara lain : dengan kompresi, ligase, suturing, electrocoagulasi, dan menggunakan berbagai macam agen pembekuan darah b. Fraktur Mahkota dan goyangnya gigi tetangga. Fraktur mahkota merupakan komplikasi umum saat melakukan ekstrkasi dimana gigi yang di ekstraksi mempunyai karies atau daerah tambalan yang luas. Dan kegoyangan gigi tetangga biasanya terjadi karena tenaga yang digunakan saat pencabutan sangat besar dan bias juga terjadi karena gigi tersebut digunakan untuk tumpuan saat pencabutan. c. Cedera pada daerah jaringan lunak. Cedera pada daerah jaringan lunak merupakan komplikasi umum pada saat ekstraksi gigi dan biasanya disebabkan oleh kesalahan yang tidak disengaja oleh operator contohnya elevator yang terpeleset dan mengenai jaringan lunak. Daerah yang paling sering terluka adalah pipi, dasar mulut, palatum, dan daerah retromolar.
d. Fraktur Procesus alveolaris Komplikasi ini dapat terjadi jika gerakan ekstraksi biasanya mendadak dan ceroboh, dapat terjadi juga apabila terdapat gigi yang ankilosis pada tulang alveolar, sehingga menyebabkan bagian lingual, palatal, labial atau bukal ikut tercabut bersama-sama dengan gigi. e. Fraktur Mandibula Komplikasi ini jarang terjadi. Biasanya terjadi saat pecabutan molar tiga bawah dengan menggunakan elevator dan menggunakan kekuatan yang besar.