Anda di halaman 1dari 6

APA PENYEBAB STROKE?

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi awalnya adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Jangan berpikir bahwa penyumbatan pembuluh darah itu terjadi sebagai proses penuaan yang wajar, kata Virgil Brown, M.D.,pimpinan American Heart Association dan profesor ilmu kedokteran pada Emory University di Atlanta, karenaarteriosklerosis merupakan akibat dari gaya hidup modern yangpenuh stres, pola makan tinggi lemak, dan kurang berolahraga.Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko yang dapatdikendalikan. Tentu saja ada pula faktor-faktor lain yang tidakdapat dikendalikan. Keduanya akan diuraikan berikut ini.

FAKTOR RISIKO TAK TERKENDALI Yang termasuk dalam kelompok faktor ini adalah usia, jeniskelamin, garis keturunan, dan ras atau etnik tertentu Usia Semakin bertambah tua usia Anda, semakin risikonya.Setelah berusia 55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroketerjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi, itutidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok umur

Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapipenelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah(cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke yang lain.

FAKTOR RISIKO TERKENDALI Adapula faktor-faktor risiko yang sebenarnya dapat disembuhkan dengan bantuan obat-obatan atau perubahan hidup. Hipertensi Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 14090 tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan antihipertensi dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38 persendan pengurangan angka kematian karena stroke sebesar 40persen. Penyakit jantung Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat

dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalangumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke. Penyakit jantung lainnya adalah cacat pada bentuk katup jantung (mitral valve stenosis atau mitral valve calcification).Juga cacat pada bentuk otot jantung, misalnya PFO (patentforamen ovale) atau lubang pada dinding jantung yangmemisahkan kedua bilik atas. Secara alami, gumpalan dalamdarah biasanya disaring dalam paru-paru, tetapi karena berlubang, dinding jantung dapat meloloskan gumpalan darahitu sehingga tidak melalui paru-paru tetapi langsung menuju pembuluh di otak sehingga menyebabkan stroke. Cacat katup jantung lainnya adalah ASA (atrial septal aneurysm) atau cacat bentuk kongenital (sejak lahir) pada jaringan jantung, yakni penggelembungan dinding jantung ke arah salah satu bilik jantung. PFO dan ASA seringkali terjadi bersamaan sehingga memperbesar risiko stroke. Masih ada dua cacat bentuk jantung yang nampaknya meningkatkan risiko stroke tanpa penyebab yang jelas. Yang pertama adalah pembesaran atrial kiri-bilik jantung kiri yang lebih besar dari ukuran normal-sehingga irama ja n tu n gmenjadi pincang. Lainnya adalah ventricular hypertrophy kiri,di mana dinding kamar jantung kiri lebih tebal sehingga kurang elastis memompa darah. Selanjutnya, faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung yang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkanstroke. Diabetes Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidaphipertensi. Kadar kolesterol darah Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke.

Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan olahraga yang teratur dapat menurunkan risikoaterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol. Merokok Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan. Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua. Alkohol berlebihan Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkantekanan darah sehingga memperbesar risiko stroke, baik yangiskemik maupun hemoragik. Tetapi, konsumsi alkohol yangtidak berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalanplatelet dalam darah, seoerti halnva asnirin. Dengan demikian, konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh dari bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18 November, 2000 dari The New England Journal of Medicine,dilaporkan bahwa Physicians Health Study memantau 22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alkohol satu kali sehari. Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya penurunan risiko stroke secara menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and Womens Hospital di Boston beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini masih terlihat pada konsumsi seminggu satu minuman. Walaupun demikian, disiplin menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula, penelitian lain menyimpulkan bahwa konsumsialkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah,yang menjurus ke pendarahan di otak serta memperbesarrisiko stroke iskemik. Obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dansenyawa olahannya dapat menyebabkan stroke, di sampingmemicu faktor risiko yang lain seperti hipertensi, penyakitjantung, dan penyakit pembuluh darah. Kokain jugameyebabkan gangguan denyut jan tun g (arrythmias) ata udenyut jantung jadi lebih cepat. Masingmasing menyebabkan pembentukan gumpalan darah.Marijuana mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor risiko lain, seperti hipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah. Cedera kepala dan leher Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapatmenyebabkan pendarahan di dalam otak dan menyebabkankerusakan yang sama seperti pada stroke hemoragik. Cederapada leher, bila terkait dengan robeknya tulang punggung atau pembuluh karotidakibat peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau adanya tekanan pada pembuluhmerupakan penyebab stroke yang cukup berperan, terutamapada orang dewasa usia muda. Infeksi Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan faktorrisiko lain dan membentuk risiko terjadinya stroke. Secaraalami, sistem kekebalan tubuh biasanya melakukanperlawananan terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkanperadangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah.Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan faktorpenggumpalan dalam darah yang memicu risiko strokeembolik-iskemik. STROKE PADA WANITA Perlu diwaspadai juga risiko stroke khusus pada wanita yangmenggunakan pil kontrasepsi, hamil dan melahirkan, danmenopause. Penggunaan kontrasepsi oral Faktor risiko stroke ini berkaitan dengan terjadinya fluktuasi dan perubahan hormonal yang mempengaruhi seorang wanitadalam berbagai tahapan dalam kehidupannya. Penelit ia nmemperlihatkan bahwa kontrasepsi oral jenis lama, dengan kandungan estrogen yang tinggi dapat memperbesar risiko stroke pada wanita. Tetapi, kontrasepsi oral jenis baru dengan kandungan estrogen lebih rendah, secara nyata tidak meningkatkan risiko stroke pada wanita. Kehamilan dan melahirkan

Penelitian lain memperlihatkan bahwa kehamilan dan melahirkan menempatkan seorang wanita pada risiko terkena stroke meskipun tidak tinggi, yakni 8 di antara 100 wanita hamil. Risiko stroke terbesar seringkali terjadi pada periode 6 minggu setelah melahirkan (post-parturn). Penyebabnya tidak diketahui namun perubahan hormonal pada akhir kehamilan diduga dapat meningkatkan risiko stroke. Menopause Berbagai penelitian menunjukkan ketika produksi hormonestrogen pada usia menopause berkurang, risiko stroke padawanita meningkat secara drastis. Untuk mengurangi pengaruh menopause sekaligus menurunkan risiko stroke kadangkali disarankan terapi sulih hormon (Hormon Replacement Therapy) tetapi terapi tersebut perlu dilakukan dengan kontrol dokter untuk memperkecil efek sampingnya (kanker payudara dan kanker rahim).

STROKE PADA USIA MUDA Para ahli klinis seringkali membagi kelompok muda dalam duakategori, yaitu di bawah usia 15 tahun, dan berusia antara 15hingga 44 tahun. Orang yang masih muda nampaknya lebihberpeluang menderita stroke hemoragik dibandingkan strokeiskemik. Seorang anak yang mengalami stroke mungkinkehilangan suara, kehilangan bahasa yang ekspresif (termasukbahasa tubuh dan gerak isyarat), kehilangan tenaga pada salah satu sisi tubuh (hemiparesis), kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), kerusakan pembicaraan (disartria).

Anda mungkin juga menyukai