Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTIKUM 1 BIOMEDIK I
PENGUKURAN TINGGI DAN BERAT BADAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK I DHILLA HARFADILLAH F1E1 09005 WAODE RACHMAWATI MUH. ASRAN ADAM AL HASYIR SAYRMIN SILVANA HITAPEUW MUH. RIZAL A. ASPITA F1E1 09019ak uk F1E1 09023 F1E1 090 F1E1 09030 F1E1 09032 F1E1 090

ZIFFA SHINTA FAUZIAH F1E1 090 MIRNA MAYASARI.S F1E1 09058

RIZKI AMELIA BARLIAN F1E1 09051 ASRYANA ASRUN F1E1 09

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2009

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat yang diberikan sehingga penyusunan laporan praktikum ini dapat terselesaikan dalam batas waktu yang telah ditetapkan. Laporan Praktikum ini disusun dengan latar belakang penjelasan mengenai Pengukuran Tinggi Dan Berat Badan.

Semoga penjelasan secara umum yang mudah dimengerti oleh mahasiswa dapat memotivasi mahasiswa agar lebih memahami cara Pengukuran Tinggi Dan Berat Badan.

kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu sangat diharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakannya.

Demikian dan terima kasih Wassalamualaikum Wr. Wb

Kendari, Oktober 2009

Kelompok I

BAB I TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran pengukuran tinggi dan berat badan, yaitu: 1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengukuran dan pencatatan yang akurat 2. Mahasiswa mampu menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) 3. Mahasiswa mampu melakukan klasifikasi individu berdasarkan kriteria IMT

BAB II SASARAN PEMBELAJARAN Setelah melakukan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan sudah mampu : 1. Mengukur dan mencatat hasil pengukuran secara akurat 2. Menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) manusia 3. Melakukan klasifikasi setiap individu berdasarkan kriteria IMT

BAB III ALAT YANG DIBUTUHKAN Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengukuran tinggi dan berat badan: 1. Timbangan berat badan (kg) 2. Alat pengukur tinggi badan 3. Meteran

BAB IV METODE KERJA Cara pengukuran tinggi badan: 1). Persiapan alat 1. meteran pengukur tinggi badan 2. penggaris atau sejenis

2). Persiapan pasien 1. Jelaskan proses dan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan 3). Cara pemeriksaan 1. pastikan meteran pengukur berfungsi baik ( tergantung macam ) 2. minta pasien berdiri tegak sejajar pengukur 3. minta pasien melepas alas kaki 4. pemeriksan menggunakan penggaris atau sejenis menaruh di ubun-ubun pasien sejajar dengan tempat pijakan 5. perhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris ( centimeter / inchi ) 6. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status. Cara pengukuran berat badan: 1). Persiapan alat 1. timbangan badan 2. alat pencatat 2). Persiapan pasien 1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan 3). Cara pemeriksaan 1. pastikan timbangan badan berfungsi baik dan stel penunjuk pada titik nol. 2. pastikan tidak ada beban ditubuh pasien yang mempengaruhi penimbangan. 3. pasien diminta naik keatas timbangan atau bila bayi baringkan diatasnya. 4. perhatikan angka tempat penunjuk berhenti 5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status

BAB V HASIL PENGUKURAN


TABEL HASIL PENGUKURAN KELOMPOK BERAT BADAN LINGKAR TINGGI BADAN (cm) (kg) PINGGANG (cm) I II III I II III I II III 162,1 158,2 171 161,1 154,9 172 157,2 147,2 144,4 158,5 158,6 161 158,3 170,3 160,9 153,4 172,1 157,5 148,2 144,8 158,4 158,9 160,8 158,2 170,6 160,5 154,2 171,5 157,6 148,6 144,5 158,5 159 58 37,5 59 47 64 59 46 41 42 69 39 58 37,5 59 47 64 59 46 41 42 69 39 58 37,5 59 47 64 59 46 41 42 69 39 76 64 74 69 96 70 74 73 73 93 63 76 64 74 69 96 70 74 73 73 93 63 76 64 74 69 96 70 74 73 73 93 63

NO

SUBJEK DHILLA HARFADILLAH WAODE RAHMAWATI MUH. ASRAN ADAM AL HASYIR SARMIN SILVANA HITIPEUW MUH. RIZAL ASPITA ZIFFA SHINTA MIRNA MAYASARI RIZKY AMELIA ASRIANI ASRUN

TB 161,3 158,2 170,6 160,8 154,1 171,8 157,4 148 144,5 158,4 158,8

MEAN BB 58 37,5 59 47 64 59 46 41 42 69 39

LP 76 64 74 69 96 70 74 73 73 93 63

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

TABEL HASIL ANALISIS DESKRIPTIF VARIABEL NO VARIABEL MAX MIN 1 TINGGI BADAN (cm) 171.9 144.6 2 BERAT BADAN (kg) 69 37.5 3 IMT (kg/m2) 27.6 14.2 4 LINGKAR PINGGANG (cm) 96 63

MEAN 158.2 53.25 20.9 79.5

SD 372.65 496.125 89.78 544.5

GRAFIK HASIL ANALISIS DESKRIPTIF VARIABEL


LINGKAR PINGGANG 36% TINGGI BADAN 25% BERAT BADAN 33%

IMT 6%

NO 1 2 3 4

DISTRIBUSI MENURUT KATEGORI IMT IMT n % KURUS 3 27.27 NORMAL 6 54.54 PRE-OBESITAS 0 0 OBESITAS 2 18.18

GRAFIK DISTRIBUSI MENURUT KATEGORI IMT


PREOBESITAS 0% OBESITAS 18% KURUS 27%

NORMAL 55%

DISTRIBUSI SUBJEK MENURUT KATEGORI LINGKAR PERUT NO IMT n % 1 LAKI-LAKI BERAT 0 0 SEDANG 3 27.27 2 PEREMPUAN BERAT 2 18.18 SEDANG 6 54.54

GRAFIK DISTRIBUSI SUBJEK MENURUT KATEGORI LINGKAR PERUT


LAKI-LAKI (BERAT) 0% LAKI-LAKI (SEDANG) 55% PEREMPUA N (BERAT) 18% PEREMPUA N (SEDANG) 27%

TABEL MENGHITUNG BBN DAN BBI NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 SUBJEK DHILLA HARFADILLAH WAODE RAHMAWATI MUH. ASRAN ADAM AL HASYIR SARMIN SILVANA HITIPEUW MUH. RIZAL ASPITA RISKIANA ZIFFA SHINTA MIRNA MAYASARI RIZKY AMELIA ASRIANI ASRUN BBN 61.3 58.2 70.6 60.8 54.2 71.9 57.4 48.0 44.6 58.5 58.8 BBI 55.2 52.4 63.6 54.7 48.7 64.7 51.7 43.2 40.1 52.6 53.0

GRAFIK PERHITUNGAN BBN DAN BBI


DHILLA HARFADILLAH 9% 7% 8% 9% 11% 9% 8% 9% 10% WAODE RAHMAWATI 9% 11% MUH. ASRAN ADAM AL HASYIR SARMIN SILVANA HITIPEUW MUH. RIZAL ASPITA RISKIANA ZIFFA SHINTA MIRNA MAYASARI

BAB VI PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan bahwa setiap orang dalam kelompok kami didapat 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas dan reliabilitas pengukuran?? 2. Mendekripsikan table II.

Prinsip-prinsip Pengukuran Dua prinsip dasar dalam melakukan pengukuran tersebut yakni2 Validitas Reliabilitas
1. Validitas

Faktor yang mempengaruhi validitas pengukuran salah satunya yaitu alat yang digunakan kurang valid karena adanya kekeliruan dalam proses pengukuran, seperti yang terjadi misalnya pada proses penimbangan berat badan. Ketika pasien yang akan diukur berat badannya tidak diberikan pemberitahuan lebih merinci tentang tata aturan dalam proses pengukuran maka benar saja akan terjadi kesalahan, entah pakaian yang masih digunakan pasien atau alat timbangan yang digunakan adalah alat timbangan digital. Dalam melakukan suatu penelitian, sering kita menanyakan apakah alat ukur yang kita pakai sudah valid & reliable? Validitas suatu alat ukur dapat diartikan bahwa alat ukur tersebut dapat memberikan suatu nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan. Misalnya kita ingin mengukur tinggi badan, meteran/penggaris merupakan alat ukur yang valid karena akan memberikan error yang sedikit. Lain halnya jika kita mengukur tinggi badan menggunakan timbangan. Bagaimana bisa timbangan mengukur tinggi badan? berarti timbangan bukan alat ukur yang valid.

Tipe-tipe Validitas

Tipe validitas sebagaimana disajikan sebelumnya, pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).

1). Validitas Isi Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan. Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya. Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai. Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis). a. Face Validity (Validitas Muka). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.

b. Logical Validity (Validitas Logis). Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi. 2). Validitas Konstruk Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal. Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal. 3). Validitas Berdasar Kriteria Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria.

Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). a. Validitas Prediktif. Validitas prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya. b. Validitas Konkuren. Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren. 2. Reliabilitas Pengukuran berat badan normal dan ideal hanya membutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Untuk menemukan berat badan ideal, pertama kali yang harus dicari adalah berat badan normal. Rumus berat badan normal tinggi badan dikurangi 100. Jika memiliki tinggi badan 170 cm sementara berat badan 80 kg, berarti berat badan tidak normal. Berat badan mempunyai kelebihan sepuluh kg. Sebab, seharusnya berat badan normal orang yang memiliki tinggi badan 170 cm adalah 70 kg.8

Setelah mendapatkan ukuran berat badan normal, ada satu rumus lagi untuk mengukur berat badan ideal. Rumus berat badan ideal adalah berat badan normal dikurangi (10% x berat badan normal). Untuk kasus tinggi badan 170 di atas, perhitungan berat badan idealnya adalah 70 (10% x 70) = 63. Jadi ukuran berat badan ideal untuk seseorang dengan tinggi badan 170 adalah 63 kg. Factor yang mempengaruhi validitas pengukuran salah satunya yaitu alat yang digunakan kurang valid karena adanya kekeliruan dalam proses pengukuran, seperti yang terjadi misalnya pada proses penimbangan berat badan. Ketika pasien yang akan diukur berat badannya tidak diberikan pemberitahuan lebih merinci tentang tata aturan dalam proses pengukuran maka benar saja akan terjadi kesalahan, entah pakaian yang masih digunakan pasien atau alat timbangan yang digunakan adalah alat timbangan digital.
BAB VII KESIMPULAN

Dari hasil pengkuran maupun pengamatan yang kami peroleh dari kelompok, kami menyimpulkan: 1. Mengukur, yaitu membandingkan sesuatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang ditetapkan sebagi satuan. 2. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang. Dari hasil yang didapatkan, Indeksb massa tubuh dapat dihitung, begitu pula berat badan normal dan berat badan ideal., 3. Pada praktikum ini dapat dilakukan klasifikasi IMT dan Lingkar pinggang

Anda mungkin juga menyukai