Anda di halaman 1dari 22

BAB II PEMBAHASAN

A. DAFTAR ISTILAH DALAM SYSTEM PENCERNAAN

-Sistem pencernaan (digestive system) : sistem yang terdiri dari pencernaan saluran dan organorgan lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan. - Sistem Organ Pencernaan: Serangkaian /kumpulan organ yang memiliki fungsi kesatuan dalam pencernaan. Ada saluran Pencernaan dan kelenjar Pencernaan. - Enzim Amilase : Enzim yang terdapat di rongga mulut berperan mengubah amilum menjadi glukosa. -Glandula Parotis : Kelenjar ludah yang terdapat dibawah telinga -Glandula submaksiksilaris : kelenjar ludah yang terdapat di bawah rahang, disusun oleh sel serous dan sel mucus - Glandula subligualis : kelenjar ludah yang berada di bawah lidah, dan sel mukus adalah sel penyusunnya. - epiglotis : berfungsi untuk menutup jalan nafas pada saat menelan. Agar makanan tidak salah masuk ke saluran pernafasan. - Oeshopagus : kerongkongan - Faring : saluran yang menghubungkan nasal ke rongga mulut kepada laring. Terdapat 3 bagian faring yaitu nashoparing, oroparing, laringoparing - Maag (Bahasa belanda) yang berarti lambung - Peristaltik : adalah gerakan mendorong makanan yang dilakukan otot-otot agar makanan bergerak maju dan mencegah makanan balik arah /kembali Apendiks : Umbai cacing. Dentin : Tulang pembentuk gigi. G. Peristaltik: Gerakan meremas-remas dan mendorong makanan yang terjadi di kerongkongan.

B. ORGAN SYSTEM PENCERNAAN MANUSIA

1. Usus Halus (intestinum tenue)


Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang ( 8,5 meter). Terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1.1 Doudenum atau usus dua belas jari Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Usus dua belas jari (bahasa Inggris: duodenum) adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum) dengan panjang antara 2538cm. Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Fungsi: Usus dua belas jari bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot. Usus dua belas jari dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah pemaparan. Pars superior: Bagian pertama, yaitu pars suoerior dimulai dari akhir pilorus. Kemudian saluran akan membelok ke lateral kanan. Bagian ini memiliki panjang 5 cm. Pars ascendens: Bagian terakhir, pars ascendens berbentuk saluran menaik dan berakhir pada awal usus kosong (jejunum).

1.2 jejenum atau usus kosong, panjangnya 7 meter Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
2

penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong. 1.3 ileum atau usus penyerapan, Usus penyerapan (bahasa Inggris: ileum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau secara enzimatis. Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam karena mengandung HCl. Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk mengeluarkan getah usus.

getah usus Monosakarida asam amino, asam lemak, dan gliserolhasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi ataudiserap melalui dinding usus halus terutama di bagian jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral jugadiserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus. Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengansifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalampenyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl, HCO3, dan ion-ion bivalen. Ion K+ penyerapannya terbatas di jejunum. Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh vill (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi,yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).

Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar (kolon). Getah usus mengandung hormon dan enzim yaitu: Hormon: -hormon sekretin: yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan getah pankereas. -hormon kolesistokinin: yang merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan getah empedu. Getah empedu berfungsi mengemulsikan lemak sehingga mudah dicerna oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim: enterokinase: aktivator tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin erepsinogen: memecah peptida menjadi asam amino disakarase: memecah disakarida menjadi monosakarida. Ada tiga macam disakarase, yaitu: -sukrase: memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa -maltase: memecah maltosa menjadi 2 molekul glukosa -laktase: memecah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa lipase: memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

2. Saluran Empedu
Saluran empedu (Bahasa Inggris: bile duct) dalam istilah anatomi, adalah strukturstruktur berbentuk tabung panjang yang membawa empedu. Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan dan disekresikan oleh hati melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus (cystic duct - membawa empedu keluar masuk kantung empedu) untuk membentuk suatu saluran empedu besar menuju usus. Cairan Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut. 1) Air, berguna sebagai pelarut utama. 2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus. 3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air (mengemulsikan lemak).
4

Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh. Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.

3. Usus Besar (Intestinum Crassum Atau Colon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) , dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri". Usus besar atau kolon memiliki panjang 1 meter dan terdiriatas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebutappendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darahputih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus. Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini
5

semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. Fungsi Usus Besar: 1. menyimpan dan eliminasi sisa makanan, 2. menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara menyerap air 3. mendegradasi bakteri. Anatomi dan Histologi Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu sekum, kolon asenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam bagian ini sulit dibedakan secara histologis. Karakteristik utama pada sekum, kolon, dan rektum yaitu tidak membentuk vili seperti usus halus, memiliki kelenjar yang panjang dan berbentuk tubuli sederhana, tidak memiliki sel granuler asidofilik (sel Panneth), dan memiliki jumlah nodul limfatik yang banyak. Gambaran histologis usus besar secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus Lamina propria usus besar terdiri atas jaringan ikat retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus, tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar. Tunika mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah luar tunika mukosa terdapat tunika muskularis eksterna dan tunika serosa. Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat subserosa. Pembuluh Darah Suplai pembuluh darah untuk usus besar berasal dari arteri mesenterica inferior dan superior. Pembagian suplai darah usus besar yaitu sebagai berikut: 1. sekum, kolon asenden, dan kolon transversus proksimal disuplai oleh cabang dari arteri mesenterica superior, 2. kolon transversus distalis, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum bagian atas disuplai oleh cabang dari arteri mesenterica inferior, sisa rektum disuplai oleh arteri
6

rektalis tengah dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna dan arteri pudenda interna

3. Usus Buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing. Usus buntu dalam bahasa Latin disebut sebagai Appendix vermiformis, organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) yang memiliki/berisi kelenjar limfoid

4. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

5. Rectum dan Anus


7

Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Srtuktur: Anus manusia terletak di bagian tengah bokong, bagian posterior dari peritoneum. Terdapat dua otot sphinkter anal (di sebelah dalam dan luar). Otot ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot sphinkter merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya merupakan otot rangka. Peran pada defekasi: Ketika rektum penuh akan terjadi peningkatan tekanan di dalamnya dan memaksa dinding dari saluran anus. Paksaan ini menyebabkan feses masuk ke saluran anus. Pengeluaran feses diatur oleh otot sphinkter. Untuk mencegah penyakit pada anus dan dalam rangka hidup sehat, manusia selalu membersihkan anus setelah defekasi. Biasanya anus dibersihkan dengan membilasnya dengan air atau kertas tisu toilet.

C. PENCERNAAN MAKANAN KELENJAR PENCERNAAN

SECARA

KIMIAWI

DENGAN

BANTUAN

Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organorgan aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pankreas. Pankreas Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu : 1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan 2) Pulau pankreas, menghasilkan hormon Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau- pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan mencegah diabetes melitus. Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pancreas terdapat macam enzim, yaitu :

tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya berfungsi untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino. amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan pH basa, sehingga ketiga enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik

Hati Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung, dan terletak di bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi memecah steroid,
9

membuat empedu, membantu katabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu. Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zatzat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Kandung empedu Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk mencerna lemak 80 % getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain strekobillin yang merupakan warna feses, berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh darah dan memberi warna pada urin (urobilin). Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: Membantu pencernaan dan penyerapan lemak Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

D. PERGERAKAN USUS BESAR DAN REFLEKS DEFEKASI

10

Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Kolon mengekstrasi H20 dan garam dari isi lumennya.1 Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan kolon secara normal berlangsung lambat. Meskipun lambat, pergerakannya masih mempunyai karakteristik yang serupa dengan pergerakan usus halus dan sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan mendorong. Gerakan Mencampur Haustra Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus halus, konstriksikonstriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut haustra. Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti seseorang sedang mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap hari. Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen biasanya bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung, sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar. Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada dilokasi ini. Gerakan Mendorong Pergerakan Massa
11

Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass movement) ini, mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi. Sewaktu makanan masuk kelambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang , refleks ini paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih distal dan member jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks defekasi. Refleks Defekasi Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan memicu refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar. Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak terjadi pengeluaran feses. Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks kembali kekolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan juga
12

merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik instrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus.

E. ABSORPSI YANG TERJADI PADA USUS HALUS Absorpsi ion-ion Transpor aktif natrium.

Tenaga penggerak absorpsi natrium disediakan oleh transport akrif natrium dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraselular. Transport aktif ini mengikuti hokum yang biasa beraku untuk transport aktif: proses ini memerlukan energy, dan proses energy dikatalisis oleh enzin adenosine trifosfat yang sesuai didalam membrane sel. Sebagian dari atrium diabsorpsi bersama dengan ion klorida; sebenarna ion klorida bermuatan negatif terutama secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ion natrium. Transpor aktif natrium melalui membran basolateral sel mengurangi konsentrasi natrium di dalam sel mengurangi konsentrasi natrium di dalam sel sampai ke nilai yang rendah ( kira-kira 50 mEq/L). karena konsentrasi natrium dalam kimus normalnya kira-kira 142 mEq/L (yaitu, hamper sebanding dengan konsentraasi natrium dalam plasma), natrium bergerak menuruni gradient elektrokimia yang tinggi dari kimus melalui brush border sel epitel masuk kedalam sitoplasma sel.hal ini memungkinkan lebih banyak ion natrium yang dapat ditranspor oleh sel epitel masuk kedalam ruang paraselular. Osmosis Air

Osmosis ini terjadi karena gradient osmotik yang besar telah dibentuk oleh peningkatan konsentrasi ion dalam ruang paraselular. Sebagian besar osmosis ini terjadi melalui taut erat diantara batas apical sel-sel apitel, tetapi banyak juga terjadi di sel itu sendiri; dan pergerakan osmotic air menciptakan aliran air ke dalam dan melewati ruang paraselular dan akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah vilus. Aldosteron sangat meningkatkan absorpsi natrium

Fungsi aldosteron ini dalam saluran usus sama dengan efek yang di capai oleh aldosteron di dalam tubulus ginjal. Yang juga bekerja untuk menahan natrium klorida dan air di dalam tubuh saat seseorang mengalami dehidrasi. Absorpsi ion klorida dalam duodenum dan yeyunum
13

Pada usus halus bagian atas, absorpsi ion klorida berlangsung cepat dan dan berlangsung terutama melalui difusi yaitu, absorpsi ion natrium melalui epitel menciptakan keelektronegatifan dalam kimus dan keelektropositifan pada ruang paraselular diantara sel epitel. Kemudian ion klorida bergerak sepanjang gradient listrik ini mengikuti ion natrium. Absorpsi ion bikarbonat dalam duodenum dan yeyunum

Ion bikarbonat diabsorpsi secara tidak langsung dengan cara berikut: bila ion natrium diabsorpsi, ion hydrogen dalam jumlah sedang disekresi kedalam lumen usus untuk ditukar dengan beberapa natrium. Ion hydrogen ini kemudian akan bergabung dengan ion bikarbona untuk membentuk asam karbonat, yang kemudian berdisosiasi untuk membentuk air dan karbon dioksida.

Absorpsi nutrisi a) Absorpsi Karbohidrat Hampir sebagian karbohidrat dalam makanan diabsorpsi ke dalam bentuk monosakarida (glukosa dan fruktosa) dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi sebagai disakarida (sukrosa, maltosa dan galaktosa). Monosakarida yang paling banyak diabsorpsi adalah glukosa, biasanya mencapai lebih dari 80% kalori karbohidrat yang diabsorpsi, karena glukosa merupakan produk pencernaan akhir dari makanan karbohidrat yang paling sering dikonsumsi manusia, yaitu zat tepung. 20% sisanya adalah monosakarida yang diabsorpsi hampir seluruhnya dari galaktosa dan fruktosa. Galaktosa berasal dari susu dan fruktosa merupakan salah satu monosakarida yang dicerna dari gula tebu. b) Absorpsi Protein Hasil dari pemecahan protein menjadi polipeptida oleh enzim tripsin dan kimotripsin yang disekresikan pada pankreas kemudian dibawa ke tahap terakhir pencernaan protein di lumen usus. Di lumen usus, protein dibawa ke enterosit yang melapisi vili usus halus, terutama di dalam duodenum dan jejunum. Sel-sel ini memiliki suatu brush border yang mengandung beratus-ratus mikrovili. Pada membran sel masing-masing mikrovili terdapat banyak peptidase yang menonjol keluar melalui membran, tempat peptidase berkontak dengan cairan usus. Dua jenis enzim peptidase yang sangat berperan penting adalahaminopolipeptidase dan beberapa dipeptidase. Enzim-enzim tersebut bertugas memecahkan sisa polipeptida-polipeptida yang besar menjadi bentuk tripeptida dan dipeptida, serta beberapa menjadi asam amino. Baik asam amino ditambah peptida dan tripeptida dengan mudah ditranspor melalui membran mikrovili ke bagian dalam enterosit. Akhirnya di dalam sitosol enterosit terdapat banyak peptidase lain yang spesifik untuk jenis ikatan antara asam amino yang masih tertinggal. Dalam beberapa menit, sebenarnya semua
14

dipeptida dan tripeptida yang masih tertinggal akan dicerna sampai tahap akhir untuk membentuk asam amino tunggal, kemudian asam amino tunggal tersebut dihantarkan ke sisi lain dari enterosit dan dari tempat itu ke dalam darah. Lebih dari 99% produk pencernaan akhir protein yang diabsorpsi merupakan asam amino tunggal, jarang berupa peptida, dan lebih jarang lagi berupa molekul protein utuh. Molekul protein utuh yang sangat sedikit diabsorpsi ini kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan alergi yang berat atau gangguan imunologik. c) Absorpsi Lemak Ketika lemak dicerna untuk membentuk monogliserida dan asam lemak bebas, kedua produk akhir pencernaan ini pertama-tama akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu. Karena dimensi molekulnya, misel hanya berdiameter 3 sampai 6 nanometer, dan juga karena muatan luarnya yang sangat tinggi, zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor kepermikaan mikrovilibrush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk di antara mikrovili yang bergolak dan bergerak. Di sini,ke duanya baik monogliserida dan asam lemak segera berdifusi ke luar misel dan masuk kebagian dalam sel epitel yang dapat terjadi karena lipid juga larut dalam membran sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kali untuk membantu mengabsorpsi lebih banyak monogliserida dan asam lemak lagi.

Penyerapan air dan mineral a. Penyerapan Vitamin Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak. b. Penyerapan Besi dan Kalsium Absorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut

F. GANGGUAN PADA PROSES PENCERNAAN

1) Malabsorpsi Penyakit usus halus seringkali disertai perubahan fungsi yang bermanifestasi sebagai syndrom malabsorpsi. Malabsorpsi adalah terganggunya absorbsi satu atau banyak zat gizi
15

dalam mukosa usus, menyebabkan terjadinya gerakan makanan terdigesti yang tidak memadai dari usus halus ke dalam darah atau sistem limfatik. Penyebab Pada dasarnya, malabsoprsi disebabkan oleh gangguan salah satu fungsi sistem pencernaan berikut: 1. Digesti intraluminal Proses ini terjadi di sepanjang saluran cerna dimulai dengan saliva di mulut, dilanjutkan di lambung dan di usus halus, dibantu oleh sekresi enzim pankreas dan emulsifikasi oleh garam empedu. 2. Digesti terminal Proses ini melibatkan hidrolisis karbohidrat dan peptida oleh disakaridase dan peptidase di brush border mukosa usus halus. 3. Transpor transepitelial Nutrisi dan elektrolit di transpor melalui epitel usus halus untuk disalurkan ke dalam darah. Lemak disalurkan dalam bentuk kilomikron.

Gejala Secara klinik, sindrom malabsorpsi hampir memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu feses yang banyak, berbusa, berlemak, serta berwarna kuning atau keabuan. Selain itu gejala lainnya adalah: Gejala Mekanisme Berat badan menurun Anoreksia, malabsorpsi nutrisi Diare Absorpsi yang terganggu (osmotik) atau sekresi air dan Flatus elektrolit (sekretorik) sekresi cairang kolon akibat dihidroksi Glositis,keilositis, asam empedu dan asam lemak yang tidak diserap stomatotitis Fermentasi karbohidrat yang tidak terabsorpsi oleh baktei Nyeri abdomen Defisiensi besi, vitamin B12, folat, dan vitamin A Nyeri tulang Distensi usus atau inflamasi, pakreatitis Tetanus, paresthesia Malabsorpsi vitamin D dan kalsium, defisensi protein, Lemah osteoporosis Azotemia, hipotensi Malabsorpsi kalisum dan magnesium Amenorrhea Anemia, depresi elekrolit (terutama K+) Anemia Deplesi cairan dan elektrolit Perdarahan Deplesi protein, penurunan kalori, hipopituarisme sekunder Rabun senja (xerothalmia) Gangguan absorpsi besi, folat, vitamin B12 Neuropati perifer Malabsorpsi vitamin K, hipoprotrombinemia Dermatitis Malabsorpsi vitamin A
16

Defisiensi vitamin B12 dan tiamin Defisiensi vitamin A, seng, dan lemak esensial 2) Peradangan Peradangan pada usus besar kolitis. Beberapa indikator terjadinya peradangan pada usus yaitu vili usus menjadi lebih panjang, dinding usus menebal, dan jumlah jaringan limfatik menjadi lebih banyak Berdasarkan gambaran histopatologi, pada peradangan akut terjadi edema di lamina propia disertai infiltrasi leukosit dalam jumlah yang ringan dan didominasi neutrofil. Selain itu, ruang antar vili dan kripta menjadi lebih lebar. Pada infeksi kronis, infiltrasi sel radang didominasi limfosit dan sel plasma, serta penyebaran kripta menjadi lebih lebar karena berisi leukosit dan sel debris. Dalam beberapa kasus, dapat terjadi inflamasi akut dan kronis secara bersamaan disertai nekrosa, trombosis, dan mineralisasi. 3) Penyakit Usus Buntu Appendicitis merupakan nama penyakit yang menyerang usus buntu. Appendicitis terjadi ketika appendix, nama lain dari usus buntu telah meradang dan membuatnya rentan pecah, ini termasuk darurat medis serius. Operasi dilakukan untuk penyembuhan radang usus yang membengkak. Bila terjadi gejala usus buntu dalam waktu tiga hari berturut-turut, penderita harap segera menghubungi dokter atau datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis sehingga bisa langsung dioperasi, akan tetapi jika gejala usus buntu dibiarkan lebih dari satu minggu, maka perawatan medis serius sangat diperlukan untuk meredakan radang usus yang terjadi sebelum penderita melakukan operasi penyembuhan. Tipe Apendisitis: 1. Apendisitis akut (mendadak). Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. 2. Apendisitis kronik. Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut. Gejala

Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak ke samping kanan bawah. Nafsu makan menurun.
17

Mual dan muntah. Diare, konstipasi (sembelit), atau sering buang angin. Demam rendah setelah gejala lain muncul. Perut bengkak. keram pada perut.

4) PERITONITIS Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. PENYEBAB Peritonitis biasanya disebabkan oleh : 1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati. 2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual 3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia) 4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi 5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus. 6. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut. 7. Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi. 5) Kanker Colorectal Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).

Penyebab

18

Tidak ada yang tahu penyebab sebenarnya dari kanker colorectal ini. Namun, kami tahu bahwa orang dengan kebiasaan tertentu lebih besar kemungkinannya terkena kanker colorectal. Penelitian menemukan faktor-faktor risiko berikut ini untuk kanker colorectal: Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Usia di atas 50: Kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas. Gejala Gejala umum dari kanker colorectal adalah perubahan pada kebiasaan buang air besar. Gejalanya antara lain: Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi) Usus besar Anda terasa tidak kosong seluruhnya Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran Anda Kotoran Anda lebih sempit dari biasanya Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan atau begah Kehilangan berat badan tanpa alasan Selalu merasa sangat letih Mual atau muntah-muntah Umumnya, gejala-gejala ini bukan akibat kanker. Masalah kesehatan lainnya juga bisa menyebabkan gejala seperti ini. Tapi, Anda juga perlu tahu bahwa kanker pada stadium dini biasanya tidak terasa sakit. Oleh karena itu, orang yang mengalami gejala ini harus ke dokter untuk didiagnosis dan dirawat sedini mungkin. 6) GANGGUAN ANOREKTAL
19

Hemoroid Hemoroid atau "wasir" merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi menjadi dua jenis yaitu, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Hemoloid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani dan hemoroid interna timbul di sebelah atas atau di sebelah proksimal sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid interna dikelompokkan dalam derajat I, II dan III. Hemoroid interna I (dini) tidak menonjol melalui kanalis ani hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan proktoskopi. Hemoroid derajat II mengalami prolaps melalui kanalis ani setelah defekasi; hemoroid ini dapat mengecil spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid derajat III mengalami prolaps secara permanen. Gejala hemoroid interna ynag paling sering adalah pendarahan tanpa nyeri, karena tidak terdapat serabut syaraf pada daerah ini. Sebagian besar penderita hemoroid tidak perlu menjalani pembedahan. Pengobatan medis adalah "kompres duduk" atau bentuk pemanasan basah lain, tirah baring, pelunak feses untuk mencegah kostipasi, diet tinggi serat, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila pendarahan menetap, terjadi prolaps, atau terjadi pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi. 7) Fisura Ani (Fisura in Ano) Fisura ani merupakan retakan pada dinding anus yang disebabkan oleh peregangan akibat lewatnya feses yang keras (konstipasi). Diare atau trauma saat lahir juga menyebabkan timbulnya fisura ani. Gejala yang paling mencolok adalah nyeri terbakar hebat setelah defekasi, dan gerakan usus biasanya diikuti oleh sedikit darah merah cerah. Penderita hampir selalu mengalami konstipasi dan menimbulkan nyeri hebat, konstipasi memburuk secara progresif karena penderita takut melakukan defekasi. Fisura ani sering disertai skin tag hemoroid eksterna. Bila diatasi lokal, pemakaian salep, dan pembersih tidak membantu, dilakukan eksisi bedah. 8) Diare Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam [1] . Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

20

Penyeba

Sebuah mikrograf elektron dari rotavirus, penyebab hampir 40% dari diare pada anak di bawah umur 5 tahun. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), kelebihan vitamin C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari. Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget. Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan. Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu. Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu. Kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak. [2]
21

Gejala Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.

22

Anda mungkin juga menyukai