Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN ALTERNATIF UNIT DAN PEMANFAATAN DALAM PERENCANAAN PENUTUPAN TPA DETERMINATION OF ALTERNATIVE UNIT AND END-USE IN LANDFILL

CLOSURE PLAN ON A MUNICIPAL SOLID WASTE LANDFILLS


___________________________________________________________________________
Danang Hadisuryo1 and Benno Rahardyan2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132 1 danang_hadisuryo@yahoo.com, 2 rahardyan@yahoo.com
Abstrak : Kegiatan di TPA yang dioperasikan secara open dumping berpotensi untuk menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi TPA yang disebut sebagai eksternalitas, hal tersebut akan berdampak pada biaya awal penutupan TPA dengan sistem operasi yang tidak ramah lingkungan. Dalam Penutupan TPA pasca operasi dibutuhkan perencanaandan dan desain yang baik. Di Propinsi Jawa Barat terdapat 49 TPA lama yang siap untuk ditutup. Dalam perencanaan penutupan TPA lama dibutuhkan prastudi analisis biaya penutupan, studi analisis biaya penutupan ini mengambil beberapa contoh TPA yaitu: Pasir Impun, Leuwi Gajah, dan Sarimukti. Perancangan dan pemanfaatan penutupan akhir suatu TPA harus memperhatikan faktor-faktor seperti karakteristik tanah atau lahan urug yang terbentuk, densitas dari lahan urug yang terbentuk yang mempengaruhi penurunan tanah (settlement), pengawasan terhadap leacheate dan gas yang terbentuk, jenis vegetasi, dan lapisan akhir (final cover. Pra studi tentang pembiayaan untuk penutupan lahan TPA akan di klasifikasikan menjadi 4 alternatif, alternatif 1: pemanfaatan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, alternatif 2: dilakukan pemanfaatan menjadi lahan hutan, alternatif 3: taman dan tempat rekreasi, alternatif 4: TPA dioperasikan kembali. Dalam makalah ini yang akan lebih detail di bahas adalah TPA Leuwigajah. TPA Leuwigajah lebih baik untuk dimanfaatkan sebagai Taman dan sarana olahraga, serta dapat difungsikan sebagian untuk pembukaan kembali TPA. Untuk unit penutupannya disarankan untuk pemakaian lapisan geomembrane dalam kaitannya untuk penggunaan TPA kembali, sebagai fungsi penahan dan pengotrol leachate. Kata Kunci : penutupan lahan urug, analisis biaya, biaya unit, alternatif

Abstract : The landfill activities which operated by open dumping has the potential to cause negative impacts on the environment and communities around the landfill area, the so-called externalities, this will affect the initial cost of closing the landfill with the operating system is not environmentally friendly. In the post-closure landfill operations needed a good plan and design. In West Java Province, there are 49 old landfill that is ready to close. In the old landfill closure plan required prestudy closing cost analysis, cost analysis study of this closure have take some examples of the landfill, there are: Pasir Impun Landfill, Leuwigajah Landfill, and Sarimukti Landfilli. The design and utilization of the end closure of a landfill must take into several factors such as soil characteristics or landfill formed, the density of landfill formed affecting soil degradation (settlement), leacheate and supervision of gas formed, types of vegetation, and the final layer (final cover). Early studies of the financing for the closure of the landfill will be classified into 4 alternatives, alternative 1: use as agricultural and andholticultural, alternative 2: be a forest land use, alternative 3: parks and recreation area, alternative 4: landfill operated again. In this paper which will be discussed in more detail at Leuwigajah.landfill. TPA Leuwigajah better to use as a park and sports facilities, and can be functioning as reopening of the landfill. Recommended unit for closure should use Geomembrane layer for order to re-use of the landfill purpose, as a function of the hold and to control leachate. Key words: landfill closure, cost analysis, unit cost, alternatives

SW14 - 1

PENDAHULUAN
Setiap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah pasti memiliki umur operasional yang ditinjau dari kapasitas lahan urug dan timbulan sampah yang masuk ke TPA. Setelah TPA penuh atau selesai beroperasi, maka dibutuhkan perancangan penutupan TPA yang baik dan sesuai standar agar tidak terjadi pencemaran lebih lanjut pada lingkungan sekitar situs lahan urug atau TPA (Viraraghavan, 1997). Selain dilakukan penutupan pada TPA lama, akan lebih baik jika dilakukan pemanfaatan atau rehabilitasi lahan pasca TPA agar lahan tersebut tidak menjadi lahan kritis dan tanpa fungsi. Pada UU no 18 tahun 2008 menyatakan pada BAB XVI Ketentuan Peralihan Pasal 44 bahwa Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. Hal ini mengakibatkan masing-masing kota dan kabupaten wajib untuk menutup TPA lama mereka yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan menggantinya dengan TPA dengan sistem berbasis sanitary landfill atau controlled landfill terhitung 1 tahun sejak undang-undang ini diberlakukan. Oleh karena itu studi pelaksanaan perancangan penutupan dan pemanfaatan secara tipikal untuk lahan pasca TPA diperlukan untuk perencanaan penutupan TPA di Jawa Barat agar lebih terarah dan terintegrasi dalam pemanfaatannya. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 59 TPA resmi, dari jumlah tersebut hanya 5 saja yang mempunyai luas 10 ha, dan ada 10 TPA dengan luas tapaknya masing-masing 1 hektar atau kurang. Keseluruhan dari TPA resmi di Jawa Barat dioperasikan sebagai tapak open dumping, sehingga memberikan kontribusi terhadap pencemaran air yaitu dengan meresapnya air lindian kedalam air tanah, juga terangkutnya lindian bersama-sama dengan air larian (runoff), dan terhadap pencemaran udara yaitu melalui hembusan asap pembakaran sampah di TPA. Lokasi TPA juga berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, khususnya terhadap para pemulung liar yang mengais nafkahnya di lokasi TPA. Sementara itu, 12 TPA yang semula dirancang sebagai sanitary landfill, ternyata tidak dioperasikan sesuai rencana karena terbatasnya tenaga operator yang terlatih, atau terbatasnya sarana penunjang untuk mengoperasikan TPA tersebut (BPLHD JABAR, 2008). Kondisi sebagian besar TPA di Jawa Barat tersebut memiliki masalah seperti diatas, terlebih lagi dengan hal tersebut membuat ketidakstabilan pada lahan urug yang terbentuk sehingga mempersulit dalam perencanaan penutupan. Perancangan dan pemanfaatan penutupan akhir suatu TPA harus memperhatikan faktor-faktor seperti karakteristik tanah atau lahan urug yang terbentuk, densitas dari lahan urug yang terbentuk yang mempengaruhi penurunan tanah (settlement), pengawasan terhadap leacheate dan gas yang terbentuk, jenis vegetasi, dan lapisan akhir (final cover). Pengisian atau penurunan (settlement) dari lahan urug merupakan issue utama dalam perancangan dan pemanfaatan penutupan TPA yang mana dibutuhkan pembangunan suatu bangunan diatas lahan urug tersebut. Karena untuk lahan urug dengan proses kompaksi yang buruk serta banyaknya terjadi presipitasi dan perkolasi, settlement akan berlangsung dengan cepat dan lebih ekstensive. Sekitar 90 persen dari keseluruhan settelement akan terjadi pada lima tahun pertama, dan sisanya akan secara sangat perlahan terjadi dalam kurun waktu sekitar 25 tahun setelahnya (Yuyun, 2009). Hal-hal yang penting dilakukan untuk penutupan lahan urug atau TPA menurut wasteage.com yaitu Site Closure Checklist menerangkan sebagai berikut (Oleary, 1992) : 1. Pra perencanaan (pre planning) Mengidentifikasi perencanaan bentuk topografi; mempersiapkan perencanaan drainase; spesifikasi sumber untuk material penutup; mempersiapkan vegetasi untuk penutup dan rencana landscaping; spesifikasi prosedur enginering.
SW14 - 2

2. Tiga bulan sebelum penutupan (three month before closure) Review perencanaan penutupan; menentukan deadline rencana penutupan; mempersiapkan time table untuk prosedur penutupan; pemberitahuan dan pengumuman terhadap rencana penutupan. 3. Pelaksanaan penutupan (at closure) Penempatan pagar atau batas pada tempat pemugaran atau penutupan untuk mempersempit akses masuk; mengangkat sampah dan puing serta menempatkannya pada sel akhir sebagai penutup; menempatkan penutup pada setiap sampah yang terlihat. 4. Tiga bulan setelah penutupan (three month after closure) Menyelesaikan drainase yang dibutuhkan; menyelesaikan gas kolektor atau venting system, fasilitas penampung leacheate, serta alat monitor gas dan air tanah; Mempertebal penutup tanah yang diperlukan diatas lahan urug; Penanaman vegetasi di atas penutup akhir. Pemanfaatan lahan bekas TPA bergantung pada karakteristik dari lahan urug tersebut. Pemanfaatan lahan bekas TPA biasanya dimanfaatkan sebagai taman atau tempat rekreasi dan berbagai sarana yang tidak memerlukan pembangunan bangunan berat. Membangun bangunan diatas lahan bekas TPA sangat sulit sekali, disebabkan karena perbedaan area dan waktu settlement, serta timbulan gas.

METODOLOGI
Estimasi penentuan biaya dalam perencanaan penutupan TPA di Provinsi Jawa Barat dapat didapatkan dengan cara menginventarisasi keseluruhan unit atau komponen yang diperlukan dan membuat kriteria alternatif pemanfaatan. Penentuan unit dan pemanfaatan yang terpilih kemudian disesuaikan dengan kondisi eksisting TPA studi di Jawa Barat.
Inventarisasi Unit-unit yang Dibutuhkan Dalam Penutupan TPA Penentuan Kriteria Alternatif untuk Final Cover /top soil Dalam Penutupan TPA Penentuan Kriteria Alternatif Pemanfaatan / Reklamasi pada TPA yang Ditutup Pemilihan Unit-unit dan Pemanfaatan yang Sesuai dengan TPA Studi

Biaya Penutupan TPA Studi dengan Unit dan Pemanfaatan Terpilih

Biaya Pasca Penutupan TPA

Total Biaya Penutupan dan Pasca Penutupan

Gambar 1. Skema metodologi penentuan biaya penutupan


SW14 - 3

Pembiayaan untuk perencanaan penutupan TPA dari tahap awal sampai pemeliharaan serta pemanfaatan serta tahap monitoring perlu diperhitungkan dalam perencanaan awal penutupan. Dibawah ini merupakan aspek-aspek dari biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan penutupan TPA (Oleary, 1992) : Biaya untuk penutupan terdiri dari : Sistem cover, lansekap, sistem drainase air permukaan, penanaman vegetasi penutup termasuk persiapan dan pupuk. Biaya untuk sistem cover, termasuk biaya bahan dan peletakan : Lapisan permukaan (tanah lokal), lapisan pelindung, drainase lapisan (pasir), penghalang lapisan (tanah liat / Geomembrane), lapisan transisi. Biaya pasca penutupan (Long-terms care) terdiri dari : Pemeliharaan umum vegetasi penutup, perawatan untuk perbedaan settlement pada cover penutup, upah dan gaji untuk pemeliharaan situs, yang berkaitan dengan operasi pengumpulan lindi dan sistem ekstraksi, periodik sampling dan analisis parameter lingkungan.

Gambar 2. Komponen dari penutup tanah awal dan akhir (Mishra, 2009). Tahap-tahap dalam perencanaan penutupan TPA, dibutuhkan penutup akhir atau final cover yang terdiri dari lapisan subgrade, media pengumpul gas, lapisan tanah clay dipadatkan, geomembrane HDPE, kerikil, geotekstil, tanah humus, dan vegetasi. Komposisi lapisan-lapisan tersebut tergantung pada jenis karakteristik dari lahan urug. Fungsi yang diharapkan dari penutup akhir (final cover) adalah (Yates, 2009): Pengontrol gerakan air ke sarana supaya timbulan leacheate dibatasi, Pengontrol limpasan air agar keluar sarana, Pengontrol binatang atau vektor-vektor penyakit yang dapat memasukkan penyakit pada ekosistem. Unit-unit yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Penutupan 1. Sistem pengoleksi gas (gas collection system) Sebagai pengontrol gas yang terbentuk di lahan urug. Dilengkapi oleh pipa vertikal atau horizontal sebagai pengoleksi landfill gas (LFG). 2. Sistem drainase air hujan (storm water control) Sebagai pengontrol run-off dari hujan serta mencegah erosi pada top soil. 3. Sistem pengoleksi Leachate (leachate collection system) Leachate bisa dikendalikan dengan menempatkan liner pada bagian dasar landfill dan menginstal leachate collection pipe untuk menyalurkan leachate sebelum leachate tersebut keluar dari landfill (Juanda, 2009).
SW14 - 4

4. Tanah penutup akhir (Vegetative layer) Lapisan tanah akhir yang disertai dengan penanaman vegetasi untuk cegah erosi. 5. Pagar dan buffer area Sebagai penanda batas situs pemanfaatan dan area transisi dengan pemukiman. 6. Lapisan ventilasi untuk gas methane (methane gas venting layer) Sebagai penangkap gas methane yang terbentuk, dilengkapi oleh flare atau dengan pemanfaatan gas methane tingkat lanjut. 7. Sumur monitor (Ground Water Monitoring) Sebagai fasilitas dalam memantau keadaan air tanah di sekitar situs. Berbagai Alternatif Pemanfaatan dalam Perencanaan Penutupan Akhir penggunaan TPA umumnya ditentukan sebelumnya dalam tahap desain dan perencanaan. Apapun, jenis penggunaan akhir harus sesuai dengan yang terdapat dalam rencana penggunaan lahan regional atau tata kota. Berikut merupakan berbagai alternatif pemanfaatan yang akan di kembangkan : a) Pemanfaatan sebagai lahan pertanian dan perkebunan desentralisasi pembuangan limbah yang dipraktekkan sampai pada tahun 1970 sering diikuti dengan pemanfaatan untuk keperluan pertanian atau perkebunan. Reklamasi TPA sering terintegrasi kembali dengan areal pertanian. Petani sangat ingin merebut kembali daerah-daerah tersebut karena, pada waktu itu, itu adalah praktek umum untuk mengkonversi tanah terlantar menjadi kawasan produktif pertanian. Tergantung pada ketebalan lapisan atas tanah, menyebabkan hasil pertanian relatif rendah karena rendahnya kesuburan tanah. Namun pada saat sekarang ini, perkebunan atau pertanian dalam upaya pemanfaatan TPA lama telah menjadi kurang penting dengan adanya pembentukan TPA terpusat dan masalah overproduksi pertanian (Tchobanoglous, 1993). b) Pemanfaatan sebagai taman dan tempat rekreasi Reklamasi TPA dengan menciptakan taman dan fasilitas rekreasi di daerah pinggiran kota adalah alternatif lain. Kondisi-kondisi pada lokasi sangat menentukan dalam pertimbangan untuk penggunaan taman atau tempat rekreasi dalam reklamasi lahan tersebut. Pada umumnya, pembangunan tempat rekreasi menggunakan bangunan dan instalasi lain yang sensitif untuk diselesaikan, seperti utilitas (unit rekreasi) dan drainase, dan mungkin membutuhkan teknik-teknik konstruksi yang khusus. Alternatif lain yaitu termasuk taman umum atau fasilitas olahraga (Christensen, 1994). c) Digunakan sebagai hutan (forestry area) Reklamasi untuk tujuan kehutanan diterapkan terutama pada TPA yang berada di sekitar atau dekat dengan hutan, karena rencana penutupan lebih mudah terintegrasi dengan pengaturan tersebut. Cara yang baik untuk membangun kumpulan pohon adalah dengan menanam spesies tanaman pionir untuk mengembangkan situs yang memiliki kondisi ekstrem. Biasanya, spesies dari hutan di sekitarnya tidak dapat tumbuh di situs tersebut. Penanaman pohon harus dilakukan dengan tujuan menciptakan penutupan TPA dengan pohon, dan bukan untuk memproduksi kayu, karena pertumbuhan pohon tersebut kemungkinan besar akan sulit tumbuh di bekas TPA. Ini berarti bahwa produksi kayu tidak bisa menjadi tujuan utama, walaupun dimungkinkan hasil dapat dipanen (Tchobanoglous, 1993). d) Digunakan untuk tempat pemprosesan sampah tingkat lanjut

SW14 - 5

Reklamasi untuk tujuan sebagai area pemprosesan sampah tingkat lanjut yang didalamnya terdiri dari berbagai teknik pengolahan sampah seperti komposting, daur ulang sampah non organik, dan lain lain. Tempat pemprosesan sampah dalam sistem operasinya diharapkan hanya menerima sampah kering untuk daur ulang dan untuk komposting yaitu sampah tanaman dan sampah sisa dapur dari pemukiman terdekat.

HASIL DAN DISKUSI


Dalam menentukan estimasi biaya penutupan suatu TPA di Jawa Barat dibutuhkan observasi kondisi eksisting TPA yang ditinjau dari segi sistem operasi TPA, kondisi aktual sekitar TPA baik lingkungan dan kemasyarakatan, dan masalah teknis penutupan seperti kesediaan tanah dan pendanaan.
Pengumpulan informasi yang tersedia Fasilitas penunjang landfill Ketinggian sel (lahan urug) Topografi dan luas daerah Sejarah operasi Perencanaan lahan/penutupan,etc. Rencana tata ruang daerah/kota,etc.

Tidak Tidak Lengkap Lengkap

Fasilitas penunjang landfill tersedia dan lengkap, seperti : Gas collection system, Drainase, Leachate collecting system, Top soil,etc

Tidak Tidak Lengkap Lengkap

Terdapat kondisi sensitif (seperti dekat dengan sungai dan air tanah)

Tidak terdapat kondisi

Lengkap

sensitif (seperti dekat dengan sungai dan air tanah)

Mempertimbangkan dampak dari rencana penutupan dan reklamasi lahan. Aspek pendanaan, pencemaran lingkungan, dan gangguan kemasyarakatan

Final cover tidak perlu Diperlukan geomembran dan geotextil pada final cover. menggunakan geonet / geomembrane

Gambar 3. Skema penentuan alternatif final cover dan komponen yang dibutuhkan Dapat dilihat dari Gambar 3 yaitu skema penentuan alternatif penutupan dan unit yang diperlukan. Kondisi sensitif yang dimaksudkan pada skema diatas yaitu kondisi dimana karena keberadaan TPA tersebut dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya (contoh: air tanah). Hasil akhir skema diatas berupa alternatif topsoil dengan menggunakan geomembrane atau tidak. Penggunaan geomembrane pada topsoil harus
SW14 - 6

mempertimbangkan pendanaan yang tersedia karena biaya pemasangan geonet tergolong cukup mahal, oleh karena itu penggunaan geomembrane harus dibatasi untuk TPA yang terdapat kondisi sensitif dan berpotensi mencemari lingkungan lebih lanjut. Penentuan estimasi biaya dalam perencanaan penutupan TPA atau lahan bekas urug dapat dilakukan dengan menginventarisasikan komponen atau unit yang diperlukan terlebih dahulu serta dilakukan penentuan alternatif pemanfaatan (reklamasi) yang sesuai dengan lokasi TPA dan tata ruang wilayah. Dalam penentuan alternatif final cover juga harus diperhatikan perencanaan pasca operasi/pemanfaatan lahan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan mengetahui rencana pemanfaatan sebuah TPA, final cover dapat disesuaikan dengan perencanaan yang sesuai dengan pemanfaatan yang ditentukan dengan tetap tidak mengindahkan syarat-syarat penentuan final cover pada skema di Gambar 3. Berikut adalah skema penentuan alternatif pemanfaatan pada perencanaan penutupan TPA :
Pengumpulan informasi yang tersedia Keadaan sosial kemasyarakatan Fasilitas penunjang landfill Ketinggian sel (lahan urug) Topografi dan luas daerah Sejarah operasi Rencana tata ruang daerah/kota,etc.

Pertimbangan rencana tata ruang daerah/kota bila ada.

Pertimbangan lokasi TPA terhadap ruang lingkup sekitar :


Hutan Pemukiman penduduk Area pertanian dan perkebunan Kota/daerah Kota/daerah membutuhkan area membutuhkan area khusus pengolahan sampah dengan dengan tujuan sampah tujuan daur ulang ulang sampah. sampah. daur

Penyesuaian rencana tata ruang daerah/kota yang telah ada dengan kondisi eksisting pada akhir umur TPA.

Penentuan pemanfaatan sesuai pertimbangan berdasarkan lokasi dan rencana tata ruang, sebagai areal hutan dan/atau lahan pertanian/perkebunan dan/atau taman/tempat rekreasi.

Diperuntukkan untuk untuk lokasi pemprosesan pemprosesan sampah sampah yang yang berbasis berbasis non-landfill non-landfill..

Gambar 4. Skema penentuan alternatif pemanfaatan pada perencanaan penutupan TPA. Pada Gambar 4 Merupakan skema pemilihan alternatif pemanfaatan yang dijadikan pola pikir dalam penyusunan penentuan pemanfaatan pada Tabel 2 tentang pertimbangan dalam penentuan alternatif pemanfaatan berdasarkan lokasi TPA.

SW14 - 7

Tabel 1. Permasalahan dalam penutupan TPA tabel perbandingan (pengembangan dari tabel restoration problems (Crawford, 1985)) Pemanfaatan
Permasalahan Settlement Leachate Gas Kontaminasi Timbulan sampah B3 Kekuatan tanah Profil tanah Pertumbuhan tanaman Perumahan Industri kecil Pertanian/ perkebunan Padang rumput Tempat rekreasi Sarana olahraga Hutan

Nilai Total
Keterangan :

1 1 1 1 1 1 1 1 8

1 2 2 3 2 4 4 4 22

1 1 1 1 1 2 1 1 9

3 2 2 2 2 2 3 4 20

2 3 3 3 2 4 3 4 24

1 2 1 3 1 2 1 2 13

4 3 2 3 4 3 4 4 27

1 = pertimbangan utama (mayor) ; masalah kecil pun akan memiliki konsekuensi serius. 2 = pertimbangan penting ; konsekuensi tinggi, walaupun masalah kecil dapat ditoleransi. 3 = pertimbangan minor ; tidak memiliki konsekuensi serius. 4 = perlu dilakukan pengecekkan pada saat kondisi ekstreem. Nilai Total : nilai rendah = berbiaya mahal; nilai tinggi = relatif berbiaya rendah.

Pada Tabel 1 menggambarkan interaksi antara sebagian besar rencana pemanfaatan TPA dengan kemungkinan-kemungkinan permasalahan pada TPA. Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan sebagai tempat rekreasi, padang rumput, hutan, dan industri kecil merupakan bentuk perencanaan dengan biaya relatif rendah dan memiliki efek jangka panjang yang lebih ringan dan terkendali. Industri kecil pada tabel 1 termasuk juga tempat pemprosesan sampah tingkat lanjut yang berbasis no-landfilling. Tabel 2. Pertimbangan alternatif pemanfaatan lahan bekas TPA (Untuk luas lahan dan sistem operasi, sumber : BPLHD JABAR, 2008)
Nama TPA TPA Sarimukti TPA Leuwigajah Luas Lahan Urug
25,2 Ha Luas awal 16,5 Ha, setelah longsor menjadi 23,5Ha.

Sistem Operasi
Open Dumping

Pertimbangan Lokasi TPA


Dekat dengan kawasan hutan Dekat dengan pemukiman, dan merupakan lokasi terbaik untuk TPA di Bandung Sangat dekat dengan pemukiman

Alternatif Pemanfaatan
Reklamasi lahan untuk areal hutan Taman dan sarana olahraga, serta dapat difungsikan sebagian untuk tempat pemprosesan sampah Taman dan tempat rekreasi dengan sarana olahraga.

Open Dumping dan terjadi longsor

TPA Pasir Impun

3,6 Ha

Sanitary Landfill di pengoperasian awal dan Open Dumping di operasi kedua

Tabel 3. Kondisi eksisting masing-masing TPA studi


Keterangan Tinggi Sel (m) Instalasi Gas Vent Pengolah Leachate Buffer zone Drainase TPA Sarimukti 10-15 Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada TPA Leuwigajah 40-60 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TPA Pasir Impun 15 Ada Ada Tidak Ada Ada

SW14 - 8

Tanah Penutup Lokal Area Sensitif

Tidak mencukupi -

Tidak mencukupi Sungai < 1km, rawan longsor, Lahan pertanian warga

Tidak mencukupi Pemukiman<0,05km

Dalam makalah ini akan dibahas TPA Leuwigajah sebagai contoh dalam penentuan alternatif dan unit-unit yang dibutuhkan dalam perencanaan penutupan TPA. Melalui uraian pertimbangan pada Tabel 3 yang menyebutkan bahwa di TPA Leuwigajah tidak terdapat sistem pengolahan leachate, ventilasi gas, dan drainase serta telah menjadi daerah rawan longsor, sehingga menurut Gambar 3 diperlukan final cover dengan Geotextile dan geomembran/Geonet (HDPE) untuk lapisan drainase pada tanah penutup yang bertujuan untuk mengoleksi dan menahan leachate agar tidak terjadi infiltrasi/perkolasi pada timbunan sampah dibawahnya. Pada Gambar 4 dijelaskan mengenai alternatif pemanfaatan lahan TPA dengan mempertimbangkan ruang lingkup TPA dan kedekatan lokasi TPA dengan sebagaimana pemanfaatan lahan di sekitarnya. Pada Tabel 2 dijelaskan untuk TPA Leuwigajah dipilih perencanaan pemanfaatan penutupan dengan pembuatan Taman dan sarana olahraga, serta dapat difungsikan sebagian untuk tempat pemprosesan sampah berbasis non-landfill. Hal tersebut dengan pertimbangan kebutuhan tempat untuk pengolahan sampah terpadu dan tepat guna bagi wilayah Bandung dan sekitarnya, serta pertimbangan kedekatannya dengan pemukiman sehingga sebagian lahan dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga dan rekreasi. Tabel 3. Rancangan unit penutupan pada masing-masing TPA Unit perencanaan TPA Sarimukti TPA Leuwigajah TPA Pasir Impun Perbaikan pada atas Perbaikan pada Perbaikan pada Perbaikan akibat dan ujung seluruh permukaan seluruh permukaan settlement permukaan cover cover. Bangunan cover. menggunakan sistem panggung. Diperlukan Diperlukan Tidak Diperlukan Pemakaian geomembrane 30 cm 30 cm 30 cm Topsoil Tidak perlu 50 cm 50 cm Subsoil Rendah Tinggi Tinggi Kebutuhan pupuk Pohon kayu dan Rumput gajah dan Rumput gajah Jenis vegetasi vetiver vetiver Diperlukan Diperlukan Penyempurnaan Drainase drainase Perlu pagar Perlu pagar Buffer Zone & pagar Tidak diperlukan Vertikal Vertikal Vertikal Tipe gas vent (tiap 100 m) (tiap 100 m) (tiap 100 m) Diperlukan Diperlukan Diperlukan Sumur monitor Taman : 2-3 Periode perawatan Area pemprosesan tahun* (perawatan pohon, sampah : 0-1 tahun* 1-2 tahun* Sarana olahraga : landscaping, Taman : 2-3 tahun* 5 tahun* pembajakan, etc.) olahraga : 5 tahun*
Keterangan : *berdasarkan Table 7.2. Possible restoration strategies (Crawford, 1985).

SW14 - 9

Pada Tabel 3 diuraikan kebutuhan unit-unit yang dibutuhkan dalam perencanaan masing-masing TPA studi. Pada perencanaan penutupan TPA Leuwigajah dengan pemanfaatannya sebagai tempat rekreasi, sarana olahraga, dan tempat pemprosesan sampah maka dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa TPA Leuwigajah memiliki unit dan persiapan penutupan yang lebih banyak dan lama bila dibandingkan dengan TPA-TPA studi yang lainnya.

Gambar 5. Landfill cover dengan lapisan geotextil dan geonet untuk TPA Leuwigajah. (Juanda, 2009) Pada Gambar 5 diperlihatkan top soil yang dilengkapi dengan lapisan geomembran (HDPE) yang direncanakan untuk TPA Leuwigajah. Lapisan geomembran ditempatkan setelah lapisan tanah liat dan sebelum lapisan pasir sehingga terbentuk lapisan yang dapat menahan dan menyalurkan air limpasan hujan keluar lahan urug menuju drainase. Berikut dibawah ini merupakan satuan harga dari komponen-komponen dalam penutupan lahan urug, Tabel 5. Harga satuan unit top soil dalam perencanaan penutupan (diluar harga pengerjaan) Unit Tanah penutup (m3) Harga* (rupiah) [13] 25.000 - 85.000** Keterangan Termasuk biaya trasportasi Tergantung kualitas tanah Katalog bahan bangunan 2009

120.000,00 Tanah pasir (m3) 32.000 70.000** Geomembrane HDPE (m2) 25.000 Sumber katalog bahan bangunan Tanah liat (m3) 2 Termasuk biaya transportasi 20.000/ m Vegetasi (rumput Gajah) 3.500/pot Vegetasi (rumput Vetiver) 10000-15000/pohon Bibit pohon kayu 150.000/m Merk Maspion Pipa PVC, diameter : 4 inci * harga berdasarkan wawancara langsung dan katalog harga bahan bangunan. ** range harga dalam perbedaan kualitas unit yang digunakan. Untuk harga satuan yang terdapat pada Tabel 5 merupakan komponen-komponen pembentuk final cover. Harga yang tertera pada Tabel 5 berdasarkan katalog harga bahan bangunan tahun 2009 di wilayah Kabupaten Bandung. Untuk pembiayaan perencanaan penutupan keseluruhan, harus dilengkapi dengan biaya pengerjaan penutupan serta biaya

SW14 - 10

maintenance dan monitoring selama 30 tahun kedepan atau sampai TPA stabil yaitu lahan yang telah tidak memproduksi leachate, gas landfill dan, settlement telah selesai. Dalam estimasi pembiayaan perencanaan penutupan perlu diketahui Luas dari urugan sampah yang akan ditutup final cover, biaya pengerjaan (final cover, pembuatan drainase, pemasangan gas,dll), dan biaya maintenance dan monitoring selama kurang lebih 30 tahun. Untuk biaya penutupan atau final cover, harga yang tertera pada Tabel 5 akan di kalikan dengan luas lahan urug dan ketinggian tiap lapisan.

KESIMPULAN
Selain dilakukan penutupan pada TPA lama, akan lebih baik jika dilakukan pemanfaatan atau rehabilitasi lahan pasca TPA agar lahan tersebut tidak menjadi lahan kritis dan tanpa fungsi. Pemanfaatan tersebut dalam makalah ini dibedakan menjadi empat alternatif, yaitu pemanfaatan untuk lahan pertanian dan perkebunan, sebagai lahan hutan, sebagai taman dan tempat rekreasi, dan pemakaian kembali sebagai TPA. Dalam berbagai pertimbangan pada penentuan alternatif pemanfaatan dan unit penutupannya, TPA Leuwigajah lebih baik untuk dimanfaatkan sebagai Taman dan sarana olahraga, serta dapat difungsikan sebagian untuk pembukaan kembali TPA. Untuk unit penutupannya disarankan untuk pemakaian lapisan geomembrane dalam kaitannya untuk penggunaan TPA kembali, sebagai fungsi penahan dan pengotrol leachate. Untuk penentuan estimasi biaya diperlukan keterangan biaya tambahan seperti biaya pengerjaan, maintenance, dan monitoring. Dalam perencanaan penutupan TPA dibutuhkan jaminan keuangan, bahwa dana yang cukup akan tersedia untuk menangani pasca-penutupan dan antisipasi biaya perawatan (Duffy, 2005).

UCAPAN TERIMA KASIH


Tugas akhir ini mendapat bantuan dana dari PHKI-TL ITB.

DAFTAR PUSTAKA
BPLHD JABAR. 2008. Kajian Naskah Akademis Persampahan di Jawa Barat. BPLHD JABAR. Christensen, Thomas H, Cossu R, and Stegmann Reinan. (1994). Landfill of Waste. Mc Graw Hill Singapore. Crawford, John F, and Smith, Paul G. 1985. Landfill Technology. Butterworths. Damanhuri, E. 2006: Lesson Learning from Landslide of Leuwigajah Landfill Towards a Better SWM in Indonesia, 2nd Expert Meeting on Waste Management in Asia-Pacific Islands, Nov 23-24, Kitakyushu Damanhuri, E. 2008. Diktat Landfilling Limbah. Institut Teknologi Bandung. Duffy, Daniel P. 2005. Part III: Landfill Economics Closing Up Shop. MSW Management; Sep/Oct2005, Vol. 15 Issue 6, p118-125, 6p, 2 charts. F.-G. Simon, W.W. Mller. 2004. Standard and alternative landfill capping design in Germany. Environmental Science & Policy 7 (2004) 277290. Federal Institute for Materials Research and Testing, Unter den Eichen 87. Iskandarsyah, M, Yan W, T. 2008. .Peran Batuan Dasar TPA Dalam Mereduksi Penyebaran Air Lindian Sampah (Leachate) Secara Alamiah di Daerah Bekas TPA Pasir Impun. FMIPA UNPAD. Ismawati,Yuyun. 2009. Speech at Goldman Environmental Prize. Juanda, Muhamad. 2009. Redesign Leuwigajah Landfill (sebuah laporan tugas akhir program S-1). Teknik Lingkungan ITB. Landreth, Robert E ,and Rebers,Paul A. 1997. Municipal solid wastes: problems and solutions. CRC press LLC.
SW14 - 11

Mishra, M. 2009. Early landfills and their problems, Modern landfills, The future of landfills, Fig. 1. science.jrank.org. Oleary. P, and Patrick.W. 1992. Landfill Closure And Long-Term care (correspondence course). The Department of Engineering Professional Development, University of Wisconsin-Madison. Tchobanoglous, G, H. Theisen, and S.A.Vigil. 1993. Integrated Solid Waste Management, International Editions. Mc Graw Hill Singapore. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Katalog bahan bangunan : http://info-rumah.com/bahanbangunan.htm Viraraghavan,T., Mahendraker, V., Mihial, D. J. 1997. Landfill closure plans and post-closure care-cover design and maintenance. Journal of Solid Waste Technology & Management; Vol. 24 Issue 1, p37, 0p. Yates,Alfred M., Evans, David W. 2009. Innovative Landfill Closures A Tale of Two Sites. Journal of Solid Waste and Management.

SW14 - 12

Anda mungkin juga menyukai