Anda di halaman 1dari 3

KETENTUAN PERADILAN SEMU MATA KULIAH PLKH PRAKTIK PERADILAN PIDANA SEMESTER GENAP TAHUN 2012 FAKULTAS HUKUM

UGM KELAS F
KETENTUAN POKOK 1. Peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok peradilan semu. 2. Setiap kelompok menunjuk Koordinator Kelompok. 3. Setiap kelompok mendapatkan Kasus Posisi Singkat, dan kasus posisi tersebut agar dikembangkan sendiri oleh setiap kelompok. 4. Alat bukti yang diajukan dalam persidangan (saksi-saksi, ahli, surat) diserahkan kepada kelompok sesuai dengan kondisi kelompok. 5. Tiap kelompok menyusun Berkas Peradilan Semu, dengan materi sebagai berikut : a. Kasus Posisi (Lengkap) b. Surat Dakwaan c. Surat Kuasa Terdakwa Kepada Penasihat Hukum d. Keberatan/Eksepsi Penasihat Hukum e. Tanggapan Penuntut Umum Terhadap Eksepsi f. Putusan Sela g. Surat Tuntutan h. Pembelaan/Pledoi i. Replik j. Duplik k. Putusan l. Berita Acara Persidangan (Di dalamnya memuat juga uraian pembuktian) m. Daftar Alat Bukti n. Daftar Barang Bukti o. Lampiran Alat Bukti dan Barang Bukti Tiap pergantian antar materi diberikan tanda pembatas di pojok kanan atas. 6. Tiap kelompok membagi tugas penyusunan Berkas Peradilan Semu kepada semua anggota kelompok. 7. Tiap kelompok menentukan kebutuhan peran dalam praktik peradilan semu, dengan peran pokok yang harus ada adalah sebagai berikut : a. Majelis Hakim (ketua dan 2 orang anggota) b. Panitera c. Penuntut Umum d. Penasihat Hukum e. Terdakwa f. Saksi-Saksi g. Ahli 8. Peran c-g disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. 9. Waktu persidangan 120 menit. 10. Parameter penilaian meliputi : a. Penilaian Berkas Perkara b. Performance c. Inovasi dan Originalitas 11. Berkas Peradilan Semu dikumpulkan selambat-lambatnya 5 (lima) hari sebelum pelaksanaan simulasi persidangan (sekitar tanggal 20 Mei 2012). 12. Referensi : Al.Wisnusubroto, Praktik Peradilan Pidana : Proses Persidangan Perkara Pidana, Jakarta, PT.Galaxy Puspa Mega, 2002.

KASUS POSISI

KERANGKA DAKWAAN

ALAT BUKTI& BARANG BUKTI

KASUS POSISI KELOMPOK I A (Terdakwa) seorang laki-laki menjalin hubungan pacaran dengan B seorang perempuan beralamat di Sleman sejak tahun 2009. Pada hari Minggu, tanggal 18 Desember 2011secara tiba-tiba B memutuskan A tanpa alasan yang jelas hanya dengan mengirimkan SMS. Sejak itu pula B sulit ditemui dan HP-nya selalu non aktif. Ternyata B kemudian berpacaran dengan C (Korban) yang beralamat di Sleman, yang merupakan sahabat karib A. Beberapa kali A mendapatkan informasi dari kawan-kawannya jika B sekarang berpacaran dengan C. Pada hari Minggu, tanggal 25 Desember 2011 A pernah berpapasan dengan B dan C di Ambarukmo Plaza, namun B dan C cuek tidak menyapa A. Setelah kejadian itu A selalu mengirimi SMS kepada B yang isinya meminta B kembali kepada A, atau kalau tidak salah satu diantara A atau C ada yang mati. Pada hari Minggu, tanggal 1 Januari 2012 sekitar pukul 06.00 WIB saat sedang berolahraga di Alun-Alun Utara Yogyakarta, A melihat B dan C berboncengan menggunakan sepeda motor, kemudian A segera mengejar B dan C dengan sepeda motornya hingga akhirnya berhasil menghentikan mereka di depan bekas Pasar Burung Ngasem Yogyakarta hingga kemudian terjadilah percekcokan diantara mereka bertiga. Dengan terdorong rasa emosi A kemudian mengambil pisau kecil yang sejak awal dipersiapkannya dalam jaket lalu menusukkannya ke arah perut C, kemudian A langsung meninggalkan B dan C dengan kondisi pisau masih tertancap di perut C, kemudian C ditolong beberapa orang yang melintas di jalan dan dilarikan ke RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta serta mendapatkan beberapa jahitan. Pada hari Senin, tanggal 02 Januari 2012 C melaporkan kejadian tersebut ke Mapolda DIY, selanjutnya A (Terdakwa) ditahan oleh Penyidik Polda DIY dengan jenis penahanan rutan. Berkas Perkara oleh penyidik Polda DIY diserahkan kepada Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi DIY, dan setelah dinyatakan lengkap (P-21) dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Sleman melalui Kejaksaan Negeri Sleman.

KASUS POSISI KELOMPOK II A (Terdakwa) seorang laki-laki bertempat tinggal di Sleman menjalin hubungan selingkuh dengan B seorang perempuan yang bertempat tinggal di Sleman sejak tahun 2008. Sejak bulan Desember 2011 B secara diam-diam juga menjalin hubungan selingkuh dengan C seorang laki-laki yang bertempat tinggal di Sleman. Pada hari Sabtu, tanggal 31 Desember 2011 sekitar pukul 18.00 WIB, A menelepon B untuk mengajak merayakan malam tahun baru, namun B tidak mau dengan alasan baru sakit. Pada kenyataannya B tidak sakit, tapi justru bermalam tahun baru dengan C di Kawasan Malioboro. Pada saat itu kepergian B dan C diketahui oleh D (teman kerja A) yang bertetangga dengan B dan hal tersebut langsung disampaikan kepada A. Selanjutnya pada sekitar pukul 23.00 WIB, B dan C kembali di rumah B di Sleman dan hal tersebut disampaikan oleh D kepada A. Sekitar pukul 23.30 WIB, A sampai di rumah B dan mendapati B dan C sedang duduk mesra sambil menonton TV. Karena marah, A langsung menyambar botol air keras dan langsung disemprotkan ke arah wajah B hingga mengakibatkan seluruh wajah B mengalami kerusakan. A kemudian meninggalkan tempat kos B. Selanjutnya B dirawat di RSUP DR.Sardjito dengan mengalami kerusakan yang sangat parah pada bagian wajah. Pada hari Senin, tanggal 02 Januari 2012, C melaporkan kejadian tersebut ke Mapolda DIY, selanjutnya A (Terdakwa) ditahan oleh Penyidik Polda DIY dengan jenis penahanan rutan. Berkas Perkara oleh penyidik Polda DIY diserahkan kepada Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi DIY, dan setelah dinyatakan lengkap (P-21) dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Sleman melalui Kejaksaan Negeri Sleman.

KASUS POSISI KELOMPOK III A (Terdakwa) seorang perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut Orkes Melayu LATANZA Purawisata Yogyakarta yang bertempat tinggal di Bantul. Pada awalnya dia adalah penyanyi utama dalam grup tersebut, namun setelah muncul penyanyi baru yang bernama B yang bertempat tinggal di Yogyakarta, dia jarang sekali tampil di panggung. Oleh karena itu A berusaha menghancurkan karier B dengan jalan merusak pita suara A. Untuk melaksanakannya, pada hari Minggu, tanggal 01 Januari 2012 sekitar jam 12.00 WIB, A membeli Roti dan Starbuck Coffee dalam bentuk botol di Ambarukmo Plaza yang merupakan makanan dan minuman kesukaan B. Kemudian A memasukkan bubuk obat perusak pita suara ke dalam botol kopi tersebut, lalu A menyuruh C pembantunya yang bertempat tinggal di Bantul untuk mengantar makanan tersebut kepada B. Kedatangan C tersebut diketahui juga oleh
2

pembantu B seorang suami istri yang bernama D dan E yang bertempat tinggal di Bantul. Setelah menerima makanan dan minuman tersebut, B langsung meminum kopi tersebut namun tidak sampai habis dan beberapa saat kemudian tenggorokannya menjadi sakit dan suaranya menjadi hilang, kemudian B dengan dibantu D pembantunya memeriksakan dirinya ke RSUP DR.Sardjito dengan membawa minuman kopi tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan pita suara B mengalami kerusakan dan pada akhirnya B hanya dapat berbicara tapi dengan suara yang sangat kecil sekali (lirih). Hasil laboratorium juga menyatakan kopi tersebut telah tercampur dengan obat perusak pita suara. Selanjutnya pada hari Selasa, tanggal 03 Januari 2012 B melaporkan A ke Polda DIY. Terhadap A penyidik Polda DIY tidak melakukan penahanan. Berkas Perkara oleh penyidik Polda DIY diserahkan kepada Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi DIY, dan setelah dinyatakan lengkap (P-21) dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Bantul melalui Kejaksaan Negeri Bantul.

Halaman Cover Berkas Peradilan Semu

BERKAS PERADILAN SEMU MATA KULIAH PLKH PRAKTIK PERADILAN PIDANA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA KELOMPOK I/II/III PIDANA KELAS F

No. 1 2 3

Nama SUTO NOYO DADAP,dst,

NIM .. .. ..

Disusun Oleh : Penyusun Berkas Surat Dakwaan Keberatan/Eksepsi Tanggapan Atas Keberatan/Eksepsi,dst.

Peran Peradilan Semu Ketua Majelis Hakim Penuntut Umum Penasihat Hukum,dst.

Anda mungkin juga menyukai