Anda di halaman 1dari 32

BAB IPENDAHULUAN1 .

Latar Belakang Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien denganventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan

tindakan yang membuat stoma selanjutnyadiikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru -paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi.Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi

diperkenalkan. Pada tahun-tahun belakangan ini digunakanistilah yang lebih tepat yaitu trakeostomi. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dansegera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif dengan

persiapan saranacukup yang dapat dilakukan secara baik. Perbedaan lain dari kedua jenis trakeostomi di atas adalah dari jenis insisinya. Pada trakeostomi darurat, insisi yang dilakukan adalah insisi vertikalyang memberikan keuntungan berupa pembukaan lapangan operasi yang dibutuhkan bagi kontrol jalan nafas secara cepat, sedangkan pada trakeostomi elektif insisi yang dilakukan adalah insisihorizontal karena lebih menguntungkan secara kosmetik.T e r d a p a t berbagai indikasi untuk melakukan tindakan

t r a k e o s t o m i m u l a i d a r i y a n g bersifat darurat maupun elektif. Sejumlah referensi menjelaskan prosedur trakeostomi namun p a d a d a s a r n y a s e m u a mengharuskan adanya persiapan pasien dan alat yang baik.

M e n u r u t Endean et al. (2003), tindakan trakeostomi diindikasikan pada pasien: (1) yang memerlukanventilasi mekanis dalam jangka panjang, (2) keganasan kepala dan leher yang akan dilakukan reseksi yang sulit dilakukan intubasi, (3) trauma maksilofasial disertai dengan resiko sumbatan jalan nafas, (4) sumbatan jalan nafas akibat dari trauma, luka bakar atau keduanya, (5) gangguanneurologis yang disertai dengan risiko sumbatan jalan nafas, (6) severe sleep apnea

yang tidak dapat dilakukan intubasi. Tindakan trakeostomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik.

BAB IIPEMBAHASAN 1.Anatomi trakea Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal darikartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun kedalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis.Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelahanterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak padasulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid. 2 . T r a c h e o t o m y Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru -paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Selain itu, Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakandalam membedakan ostom y dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telahditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu m i n g g u . J i k a d i l a k u k a n d e k a n u l a s i ( m i s a l n y a k a n u l a t r a k e o s t o m i d i l e p a s k a n ) , l u b a n g a k a n menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jikadiperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang per manen dapat dibuat dengan jahitan melingkar ( circumferential ). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.S e d a n g k a n p a d a k u d a

t r a c h e o t o m i d i l a k u k a n k e a d a a n e m e r g e n c y a t a u m e n j a d i s a t u - satunya pilihan. Situasi emergenc y yakni penyumbatan pada pernafasan bagian atas, misalnyakasus yang disebabkan oleh gigitan rattlesnake, abses pada daerah lymphonodule karena infeksi

dari Streptococcus equi, neo plasia nasopharyngeal, adanya edema. Keputusan tracheostom ydilakukan melalui bedah nasal seperti bedah septum nasal, bedah laryngeal atau antisipasi pada dariobstruksi respirasi pasca operasi. Itu juga yang oral,

diindikasikan memburuk, sebaik

pharyngoscopy

dan atau

endotracheal i n t u b a s i bedah pada cavum

arytenoidectomy

u n t u k menyediakan insufflasi oksigen ke dalam trachea selama crisis

hypoxic.Tracheotom y biasanya dilakukan saat posisi kuda berdiri. Rambut dicukur lebih dari s e p e r t i g a l e h e r . D a n a r e a t e r s e b u t d i i n s i s i s e c a r a pembedahan. Daerah yang akan d i b e d a h teranastesi dengan anasthesi lokal

melalui infus subkutan sepanjang daerah insisi sekitar 10 cm. jika prosedur operasinya telah selesai barulah dilakukan dibawah pengaruh anasthesi umum.Daerah operasi pada kuda bisa bervariasi, tetapi umumnya pada daerah sekitar tengah dansepertiga bagian atas leher. Dengan operator dalam posisi berdiri di sebelah kanan kuda (dengana r a h b e r l a w a n a n b e r a r t i di sebelah kiri operator). Insisi 10cm dilakukan melalui ku lit

d a n jaringan subkutan, cara ini dipermudah dengan menekan kulit yang akan diinsisi pada daerahakhir proximal dengan menggunakan tangan kiri dan membuat insisi dengan menggunakan t a n g a n k a n a l . i n s i s i d i l a k u k a n p a d a kulit dan jaringan subkutan, kemudian akan n a m p a k muskulus

sternothyroideus. Muskulus ini dipisahkan dengan benda tumpul pada bagian tengahd e n g a n g u n t i n g a t a u u j u n g d a r i s c a l p e l . k e m u d i a n t e m u k a n c i n c i n t r a h e a n y a . B a g i a n p i s a u Scalpel yang tajam dimasukkan dijalur tengah antara cincin trachea satu dan yang lainnya. Insisiini dibuat secara horizontal sekitar 1 cm pada bagian tengah. Jika insisinya sudah selesai, selangtracheotomy bias dimasukkan. Cara ini digunakan ketika selang tracheotomy hanya digunakandalam jangka waktu yang sebentar. Metode lainnya adalah menghilangkan bentukan elips dari dua cincin kartilago yang berdekatan. Hal ini juga menghilangkan bagian semicircular kartilagod a r i p e r m u k a a n

cranial

cincin

kartilago

pertama

ke

permukaan

caudal

c i n c i n k a r t i l a g o berikutnya.

3.Sejarah Tracheotomy Pertama kali diketahui berdasarkan buku suci agama Hindu yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM yang menjelaskan satu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara bilarawan leher dipotong. Asclepiades adalah orang yang pertama melakukan operasi ini. Dari laporan yang ada, dari tahun 1546-1833 hanya 28 tindakan trakeostomi yang dilaporkan. Operasii n i m u l a i p o p u l a r d i d a r a t a n E r o p a o l e h T r o u s s e a u d a n B r e t o n n e a u s e b a g a i t i n d a k a n d a l a m penatalaksanaan difteri. Lambat laun, mulai berkembang bermacam teknik trakeostomi. Indikasid a r i t r a k e o s t o m i pun semakin banyak seperti pada cedera kepala yang disertai

h i l a n g n y a kesadaran, cedera dada berat, intoksikasi barbiturat dan membuka jalan nafas pasca operasi. 4.Indikasi traechotomy Indikasi trakeostomi termasuk: Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring. Mengurangi ruang rugi ( dead air space ) di saluran nafas bagian atas seperti daerah ronggamulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh seluruh oksigen yang dihirupkan akan masuk ke

dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkansekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan). Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi. Cedera parah pada wajah dan leher. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga

mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi 5.Pembagian trakeostomi Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi p e n g g u n a a n p e r m a n e n d a n penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, t rakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurutwaktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trake ostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapatdilakukan secara baik. a.Penggunaan trakeostomi sementara

6.Jenis Tindakan Trakeostomi Jenis-jenis tindakan pada trakeostomi: Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan

d i l a k u k a n d i dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan padaunit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua ataudua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebihcepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. 7.Jenis pipa trakeostomi 1) Cuffed Tubes ; Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi. 2) Uncuffed Tubes ; Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang

t i d a k mempunyai risiko aspirasi.Tabung trakeostomi yang ideal harus mengukur tidak lebih besar dari satu setengah diameter lumen trakea, memperpanjang sekitar enam sampai tujuh cincin trakea, dan terbuat dari bahan autoclavable (misalnya, silikon, perak, atau nilon) yang tidak menyebabkan iritasi pada trakea atausekali pakai.

8.Teknik traechotomy Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepalauntuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurusdan trakea akan terletak di garis median dekat per mukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai d e n g a n p r i n s i p a s e p t i k d a n antiseptik dan ditutup dengan kain steril. O b a t a n e s t e t i k u m disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulitdapat vertikal di garis tengah l eher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jikamembuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuatkirakira tiga sampai lima sentimeter. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringandi bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bilalapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supayac i n c i n t r a k e a j e l a s t e r l i h a t . J i k a tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dandipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda

t e p i n y a d a n disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan caramenusukkan jarum pada membran ant ara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. B u a t s t o m a d e n g a n m e m o t o n g c i n c i n t r a k e a k e t i g a d e n g a n g u n t i n g y a n g t a j a m . K e m u d i a n pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien d a n luka operasi ditutup dengan kasa. Untuk menghindari t e r j a d i n y a k o m p l i k a s i p e r l u diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. 9.Perawatan pasca trakeostomi Tabung trakeostomi memerlukan perawatan intensif dan monitoring untuk mempertahankan patensi dan mencegah mengancam nyawa komplikasi (misalnya, tabung dislodgment atau oklusid a r i d a r a h d a n l e n d i r ) . P a d a b e b e r a p a p a s i e n , t a b u n g h a r u s d i s e d o t s e t i a p 1 5 m e n i t s e l a m a periode langsung pasca operasi sedangkan di lain tabung dapat diperiksa setiap 4 sampai 6 jam.Pemeliharaan melibatkan memindahkan dan membersihkan tabung atau kanula dalam, pengisapan trakea, mempertahankan kelembaban yang t epat dalam saluran udara pasien, danmembersihkan stoma.P a s i e n h a r u s m e n j a l a n i p r e o x y g e n a t i o n u n t u k s e t i d a k n y a 2 m e n i t s e b e l u m p r o s e d u r dimulai karena penyedotan trakea dapat menyebabkan hipoksemia, yang dapat menyebabkanhipoksemia miokard dan kontraksi ventrikel prematur. Selain itu, karena stimulasi vagal dari trakea iritasi dapat menyebabkan bradikardia, pasien harus dalam pemantauan elektrokardiografiselama pengisapan. Stimulasi vagal juga dapat menyebabkan tersedak atau muntah; Oleh karenaitu, trakea tidak harus disedot segera setelah pasien makan. Kucing mungkin memerlukan lebihsering pemantauan tabung karena mereka dilaporkan memiliki lebih banyak masalah dengan pembentukan lendir tebal.Selama penyedotan, cannula batin trakeostomi yang tabung atau tabung tunggal seluruhlumen harus dipindah dan direndam dalam larutan klorhek sidin 2% dan setelah penyedotan,dibilas dengan larutan garam steril sebelum diganti. Menggunakan teknik aseptik, kecil, sterilkateter suction harus lembut dimasukkan melalui kanula luar. Penyedotan tidak boleh dimulai apabila sampai kateter benar diposisikan dalam lumen trakea dan harus terus tidak lebih dari 10sampai 12 detik. Kateter kemudian harus diputar dan ditarik dan oksigen segera diberikan kepada pasien. Prosedur ini dapat diulang jika perlu tetapi harus tidak dilanjutkan pada pasien yang menunjukkan ketidaknyamanan yang berlebihan atau pernapasan atau jantung perubahan.P e r b a n h a r u s d i g a n t i s e t i d a k n y a s e k a l i s e h a r i d a n s i t u s d i p e r i k s a u n t u k t a n d a - t a n d a infeksi. Daerah ini sekitar tabung harus dibersihkan dengan larutan encer dari povidone -iodinea t a u chlorhexidine dan perban (kasa gulung lembut) diganti untuk m e m i n i m a l k a n g e r a k a n tabung.

10.Komplikasi akibat tindakan trakeostomi Komplikasi yang melibatkan tabung trakeostomi termasuk obstruksi parsial atau lengkap,tersedak dan muntah selama penyedotan, e mfisema subkutan, dan trakea infeksi dan nekrosis. K o m p l i k a s i a k u t j u g a m e l i p u t i p e r d a r a h a n , k e r u s a k a n n e u r o v a s k u l a r p e r i t r a c h e a l s t r u k t u r , emfisema subkutan, pneumotoraks, dan pneumomediastinum. Iritasi trakea disebabkan olehtabung dapat menyebabkan pembent ukan trakeo fistula di membran trakea dorsal dan / atau pembuluh darah erosi dan hemoragi

BAB IIIPENUTUP1 . K e s i m p u l a n Trakeostomi ialah operasi membuat jalan udara melalui leher

l a n g s u n g k e t r a k e a u n t u k mengatasi afiksi jika ada gangguan lalulintas udara pernafasan. Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan tujuan akhir trakeostomi

DAFTAR PUSTAKA J. N. Leverment* & s. Rae 1978. cuffed tube tracheostomy in the dog. Laboratory animals (i978)12,203-206. 21, No. 1 January 1999 F Patricia Colley, DVM Ralph Henderson, DVM, MS, Michael

H u b e r , D V M , M S . 1 9 9 9 . Tracheostomy Techniques and Management. Vol. 21, No. 1 January 1999.

http://www.scribd.com/doc/66224376/Tracheostomy

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan respirasi. terhadap Perawatan penyakit pasca (keadaan) yang besar

mengakibatkan

insufisiensi

trakeostomi

pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir trakeostomi. Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge, Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal mengenai trakheostomi.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi 1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui definisi trakeostomi Mengetahui fungsi dari trakeostomi Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakheostomi Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi? 1.4 Manfaat Manfaat penulisan dari pembuatan makalah yaitu:

a. Bagi institusi kesehatan Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapt menjadi masukan bagi rumah sakit dan petugas kesehatan yang lainnya untuk mengevaluasi maslah tifus abdominalis pada anak dan dapat pula digunakan sebagai bahan pemikiran dalam upaya

mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kesehatan. b. Bagi institusi pendidikan Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi peserta didik dimasa yang akan datang. c. Bagi penulis

Makalah ini untuk menambah pengetahuan,wawasan,dan pengalaman penulis tentang penyakit trakeostomi pada anak serta menerapkan ilmu didapat dibangku kuliah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Trakea Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid. 2.2 Definisi Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4. Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang

dipergunakan dalam membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil

pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi

memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi. 2.3 Fungsi Trakeostomi Fungsi dari trakheostomi antara lain: Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7) Proteksi terhadap aspirasi Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma. 2.4 Indikasi dan kontraindikasi

2.4.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain: Terjadinya obstruksi jalan nafas atas Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). Apabila terdapat benda asing di subglotis Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa Obstruksi laring karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor. Cedera parah pada wajah dan leher Setelah pembedahan wajah dan leher Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga

mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring 2.4.2 Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :

Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili.

2.5 Klasifikasi 2.5.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi Trakeostomi elektif Trakeostomi emergensi : Insisi horisontal : Insisi vertikal

2.5.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik

2.4.3

Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen.

Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule). Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning) 2.6 2.6.1 Penatalaksanaan Jenis Tindakan Trakeostomi

Surgical trakeostomy Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Percutaneous Tracheostomy

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. Mini tracheostomy Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator. 2.6.2 Jenis Pipa Trakeostomi Cuffed Tubes Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi. Uncuffed Tubes Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam) Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi Silver Negus Tubes Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri. Fenestrated Tubes Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara. 2.6.3 Alat-Alat Trakeostomi

Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai. 2.6.4 Teknik Trakeostomi Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu

ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa. Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. 2.7 Perawatan Trakeostomy

2.7.1. Perawatan trakeostomi meliputi: Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet, Perawatan luka pada trakeostomi Perawatan anak kanul Humidifikasi untuk menjaga kelembapan 2.7.2 Tujuan Perawatan Trakeostomi Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging) Untuk mencegah infeksi Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi) Bronkial toilet yang efektif 2.7.3 Prosedur trakeobronkial Toilet Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan. Siapkan alat alat yang diperlukan Cuci tangan Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan) Buka kit kateter pengisap Isi kom dengan normal salin

Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril ) Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk

Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia)

Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea Bilas selang pengisap Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor. 2.7.4 Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy a. Tujuan : Untuk mencegah infeksi b. Persipan Alat dan Bahan

Pinset anatomis dan cirurgis Sarung tangan Asa minimal 3 Kom/mangkuk kecil NaCL 0.9% Gunting perban Antibiotik Bengkok Perlak

Tali trakeostomy c. Persiapan Pasien

Pasien dberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan Mengatur posisi yang nyaman Prosedur Kerja Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik Pemasangan perlak Pasang sarung tangan Angkat kasa dari luka Kaji kondisi luka Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kea rah luar Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut Berikan obats esuai indikasi Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut kasa) 2.8 Komplikasi

2.8.1 Waktu tindakan operasi Perdarahan Cardiac arrest Perforasi Emboli udara Ruptur pleura servikalis Apneu Sumbatan darah / sekret

2.8.2 Setelah operasi Infeksi Perdarahan Sumbatan kanul Pergeseran stenosis Pembentukan jar. granulasi Aspirasi, atelektasis Pneumotoraks Pipa trakeostomi tercabut

2.8.3 Komplikasi Jangka panjang Obstruksi jalan nafas atas Infeksi Fistula trakeoesofagus Stenosis trakea Iskemia atau nekrosis trakea 2.9 Indikasi Pelepasan Trakeostomi Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan : Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru. Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada. Tidak terdapat infeksi lanjutan. Tanda-tanda vital klien normal.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Terdapat 2 macam tracheostomy Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule). Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama 4.2 Saran Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan trakeostomy.

DAFTAR PUSTAKA Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.

Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.

http://jiemway.blogspot.com/2012/02/makalah-trakeostomi.html

TRAKEOSTOMI (TRACHEOSTOMY)
Posted on July 11, 2007 | 21 Comments Oleh : Harry Wahyudhy Utama, S.Ked I.1 Definisi Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.1,2,3 I.2 Sejarah Pertama kali diketahui berdasarkan buku suci agama Hindu yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM yang menjelaskan satu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara bila rawan leher dipotong. Asclepiades adalah orang yang pertama melakukan operasi ini. Dari laporan yang ada, dari tahun 1546-1833 hanya 28 tindakan trakeostomi yang dilaporkan. Operasi ini mulai popular di daratan Eropa oleh Trousseau dan Bretonneau sebagai tindakan dalam penatalaksanaan difteri. Lambat laun, mulai berkembang bermacam teknik trakeostomi. Indikasi dari trakeostomi pun semakin banyak seperti pada cedera kepala yang disertai hilangnya kesadaran, cedera dada berat, intoksikasi barbiturat dan membuka jalan nafas pasca operasi.2 I.3 Anatomi Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.2 I.4 Indikasi trakeostomi Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi. Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas;1,2 1. timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular. 2. Pasien tampak pucat atau sianotik 3. disfagia 4. pada anak-anak akan tampak gelisah Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.4

Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi;1,2,4 1. terjadinya obstruksi jalan nafas atas 2. sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma. 3. untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). 4. apabila terdapat benda asing di subglotis. 5. penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa 6. mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. Indikasi lain yaitu:4 1. Cedera parah pada wajah dan leher 2. Setelah pembedahan wajah dan leher 3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi I.5 Pembagian Trakeostomi Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.1,3 I.6 Jenis Tindakan Trakeostomi 1. Surgical trakeostomy Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. 2. Percutaneous Tracheostomy Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. 3. Mini tracheostomy Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator. I.7 Jenis Pipa Trakeostomi 1. Cuffed Tubes Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi 2. Uncuffed Tubes Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi 3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam) Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat

dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi. 4. Silver Negus Tubes Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri. 5. Fenestrated Tubes Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara. I.8 Alat-Alat Trakeostomi Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.1 I.9 Teknik Trakeostomi Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.1 Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.1 Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. 1 I.10 Perawatan Pasca Trakeostomi Secera setelah trakeostomi dilakukan:3 1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi 2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi 3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.1,3 I.11 Komplikasi Komplikasi dini yang sering terjadi:2 1. perdarahan 2. pneumothoraks terutama pada anak-anak 3. Aspirasi 4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi 5. paralisis saraf rekuren Komplikasi lanjut 1. Perdarahan lanjutan pada arteri inominata 2. Infeksi 3. fistula trakeoesofagus 4. stenosis trakea DAFTAR PUSTAKA 1. Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi E. Penanggulangan Sumbatan Laring. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 5th ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2003. p; 204-209 2. Robert H, Maisel. Trakeostomi. In:BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p; 473-485 3. Anonymus. Tracheostomy. Disability Online. Victoria. 2004. Available from: http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcpdf.nsf/ByPDF/Tracheostomy/$File/Tracheostomy.p df. Access on: July 10, 2007 4. Anonymus. Tracheostomy Clinical Guideline. Brighton and Sussex University Hospitals. 2006. Available from: http://www.sussexcritcare.nhs.uk/ profclinical/carebundles/documents/TracheostomyguidelinesforTCPFINALAPRIL2005.pdf. Access on: July 10, 2007 http://www.klikharry.com/2007/07/11/trakeostomi-tracheostomy/

ANATOMI DAN FISIOLOGI TRAKEA Trakea (Gambar 1) merupakan organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah larink, bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan berbatasan dengan percabangan bronkus. Pada manusia, panjang trakea mencapai 4 inchi (10-12 cm) dengan ukuran diameter 2 cm.Dinding trakea tersusun atas tulang rawan yang menyerupai huruf C (C-shape), terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Bagian belakang dari tulang rawan berbatasan dengan esofagus yang dihubungkan oleh serabut otot polos trakea (Marieb dan Hoehn, 2007). Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan kembali mengalami relaksasi ke ukuran semula. Kontraksi otot polos trakea akan mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari paruparu. Tulang rawan berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin keberlangsungan jalannya udara, walaupun terjadi perubahan tekanan selama pernafasan.Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa udara bersih, hangat dan lembab (Marieb dan Hoehn, 2007).

Gambar 3. Penampang melintang trakea (Marieb dan Hoehn, 2007)

Berbagai reseptor banyak terdistribusi pada membran sel otot polos trakea, diantaranya adalah reseptor 2-adrenergik, asetilkolin muskarinik (Ach-M1, Ach-M2, Ach-M3 dan Ach-M4) dan reseptor histamin (H1) (Johnson, 1998; Roffel, et.al., 1997; Bryce, et.al., 2006). Semua reseptor ini memiliki peranan penting dalam regulasi sistem pernafasan dan terlibat pada beberapa keadaan patologi penyakit, seperti pada gangguan saluran pernafasan yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan karena alergi dan asma.

DAFTAR PUSTAKA Bryce, P.J., Mathias, C.B., Harrison, K.L., Watanabe, T., Geha, R.S. and Oettgen, H.C., 2006, The H1 Histamine Receptor Regulates Allergic Lung Responses, J. Clin. Invest, 116(6) : 1624-1632 Johnson, M., 1998, The Beta-adrenoceptor, Am. J. Respir. Crit. Care Med, 158(5 Pt 3) : 146-153 Marieb, E.N. and Hoehn, K., 2007, Human Anatomy & Physiology, 7thed., Benjamin-Cummings Publishing Company, San Francisco Roffel, A.F., Davids, J.H., Elzinga, C.R., Wolf, D., Zaagsma, J. and Kilbinger, H., 1997, Characterization of the Muscarinic Receptor Subtype(s) Mediating Contraction of the Guinea-pig Lung Strip and Inhibition of Acetylcholine Release in the Guinea-pig Trachea with the Selective Muscarinic Receptor Antagonist Tripitramine, Br. J. Pharmacol, 122(1) : 133-141

Anda mungkin juga menyukai