Anda di halaman 1dari 6

Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada Pemotongan Hewan

I.PENDAHULUAN Dalam kemajuan iptek seperti yang ada pada saat ini,menuntut manusia untuk bekerja lebih keras lagi. Didalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat resiko dari pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja ini di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah faktor biologi,fisik,kimia,fisiologi dan psikologi. Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor peternakan atau pada sektor pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja itu tidak selalu bersih dalam artian bebas dari sumber sumber penyakit yang berupa virus,bakteri, protozoa, jamur, cacing,kutu,bahkan hewan dan tumbuhan besarpun dapat menjadi sumber penyakit.Akan tetapi virus dan bakterilah yang menjadi penyebab utama penyakit dalam kerja, khususnya pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan. Untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh virus dan bakteri tidak hanya membutuhkan tindakan pengobatan saja tetapi juga diperlukan pengetahuan tentang bagaimana virus dan bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia .

II. DEFENISI PENYAKIT AKIBAT KERJA Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.3 WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:3 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan. 2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya. 4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya. Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:3 1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi/getaran, penerangan lampu yang kurang baik. 2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut. 3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur 4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja 5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

III. ANTRAK A. DEFENISI ANTRAK Antrak adalah penyakit pada binatang yang dapat berjangkit pada

manusia (zoonis). Penyebabnya adalah bakteri Baccilus Antrakis yaitu sejenis bacil yang berbentuk batang dengan ujung siku-siku. bersifat Gram Positif. secara in vitro basil membentuk rantai, tetapi secara in vivo berbentuk tunggal berpasangan. bila terdedah udara, kuman antraks dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh tahun di tanah. tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas dan bahan kimia atau desinfektan. oleh sebab itu, hewan yang terkena antraks dilarang untuk dibedah agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. penyakit ini tersebar diseluruh dunia terutama di negara tropik Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah yang tercemar. organisme penyakit ini memasuki tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. masa inkubasi bervariasi antara 3-5 hari. wabah dapat terjadi di kondisi tanah basa yang berkapur yang menjadi indikubator bagi kuman tersebut.

dalam kondisi tanah yang sedemikian spora akan berubah menjadi bentk vegetatif. Penyakit ini umumnya menyerang ternak pemamahbiak seperti sapi, kambing, kerbau, kuda dll. Sehingga sangat memungkinkan orang yang bekerja di peternakan dapat tertular oleh penyakit ini Penyakit ini dapat tertular pada manusia bila: 1. Mengkonsumsi makanan yang terinfeksi bakteri yang masih hidup pada daging hewan sakit yang dimasak kurang sempurna. 2. Bersentuhan dengan bahan atau produk yang berasal dari hewan sakittersebut melalui luka pada kulit sekalipun sangat kecil luka tersebut (mikroskopis). 3. Menghirup spora antrak melalui pernapasan. B. JENIS-JENIS ANTRAKS Ada 4 jenis antraks yaitu[5] :

Antraks kulit. Antraks pada saluran pencernaan. Antraks pada paru-paru. Antraks meningitis.

C. EPIDEMIOLOGI Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di negaranegara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah, EropaSelatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia. Di daerah endemik, terjadinya kematian mendadak pada sapi harus diwaspadai karena ada kemungkinan terserang penyakit antraks. Pendarahan pada lubang kumlah biasanya menciri pada karkas yang mati karena antraks. apabila secara tidak sengaja karkas dibuka, maka

perubahan yang paling menonjol adalah pembesaran limpa yang dapat menjadi 2-3 kali besar dari ukuran normal, lembek dan bila diiris keluar darah cair berwarna gelap seperti ter. C. PATOFISIOLOGI Penyakit ini disebabkan oleh B. anthracis yang berasal dari kapsuldan toksin.[2] Kapsul dari B. anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya (non toksik) bagi dirinya sendiri.[2] Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan berfungsi untuk melindungi sel dari fagositosis dan lisis.[2] Toksin yang dihasilkan oleh B. anthracis berasal dari plasmid pX01 yang memiliki AB model (activating dan binding). Toksin dari B. anthracis terdiri dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly D- glutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF).[2] Ketiga toksin ini tidak bersifat racun secara individual, namun dapat bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih. Toksin PA dan LF akan mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan penyakit edema (nama lain dari penyakit anthrax), toksin EF dan LF akan saling merepresi (inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA, LF, dan EF), maka akan mengakibatkan edema, nekrosis dan pada akhirnya mengakibatkan kematian (letal).[2] Bila spora anthrax masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah tersebar di dalam peredaran darah, akan tercipta suatu mekanismepertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya sementara.[3] Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi dalam sistemlimpa, maka infeksi akan mulai terjadi.[3] Racun dari toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut akan mengakibatkan pendarahaninternal (internal bleeding) sehingga mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah tersebar, maka antibiotik apapun tidak akan berguna lagi.[3]

E. GEJALA

1. Bila penularan melalui kulit atau selaput lender, timbul bercak kemerahan pada daerah kulit yang cepat berubah menjadi bintil atau benjolan yang berair dengan warna ungu kehitaman di bagian tengahnya.kulit di sekitar membengkak dan

muncul bintil-bintil baru, kelenjar getah bening di sekitarnya membesar.penderita mengalami lesu demam,sakit kepala,mual dan muntah 2. Bila melalui pernapasan penderita akan menalami demam,sakit kepala ,lemah dan sesak napas. Serta terjadi pneumonia (radang paru-paru) 3. Gejala septisemia, yang ditandai dengan adanya kematian mendadak dan adanya pendarahan di lubang kumlah. hewan mengalami kesulitan bernafas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi sangat lemah, ambruk dan kematian terjadi secara cepat. F. PATOMEKANISME Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia. Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat

membentuk spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu : 1. inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. 2. cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus). 3. gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandungspora dan termakan. G. TERAPI Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan

pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin.[4] Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel.[4] Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang).[4] Namun, pada level toksin sudah

menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun.[4] Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.[4] G. PENCEGAHAN 1. Memusnahkan hewan yang diduga terkena penyakit antrak. 2. Menggunakan APD(masker dan sarung tangan). 3. Menghindai mengkonsumsi daging hewan sakit.

Anda mungkin juga menyukai