Anda di halaman 1dari 48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini kan dijelaskan tentang beberapa konsep dasar yang digunakan sebagai studi pustaka pendidikan kesehatan, keluarga, diabetes melitus dan teknik pemberian suntikan insulin. 2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Hanif (2010), pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. 2.1.1 Tujuan Pendidikan Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Mubarak, 2010) 2.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2005), ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

1.

Aspek Kesehatan Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok yaitu: 1) Promosi ( promotif ) 2) Pencegahan ( preventif ) 3) Penyembuhan ( kuratif ) 4) Pemulihan ( rehabilitatif )

2.

Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi lima yaitu: 1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga) 2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid 3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan. 4) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya. 5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya. 3. Tingkat Pelayanan Kesehatan Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut: 1) Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup

danperbaikan sanitasi lingkungan.

2) Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi. 3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera. Pembatasan cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat. 4. Rehabilitasi (pemulihan).

2.1.3 Metode dalam Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2008), metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan sikap sasaran. Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dapat berupa:

1. Metode Pendidikan Individual Bentuk dari metode individual ada 3 (tiga) bentuk : 1) Bimbingan dan penyuluhan 2) Demonstrasi 3) Wawancara (interview) 2. Metode Pendidikan Kelompok Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan. Metode yang cocok untuk pendidikan kelompok besar : 1) Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. 2) Demonstrasi : Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik terhadap suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. 3) Seminar :hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

10

Metode yang cocok untuk pendidikan kelompok kecil : 1) Diskusi kelompok : dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi kecil :memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta. 2) Curah pendapat (Brain Storming) ; merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. 3) Bola salju (Snow Balling) ; tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. 4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) ; kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan

sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok

11

mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. 5) Memainkan peranan (Role Play) ; beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam

melaksanakan tugas. 6) Permainan simulasi (Simulation Game) ; merupakan gambaran roleplay dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber 3. Metode Pendidikan Massa 1) Ceramah umum 2) Demonstrasi 3) Pidato melalui media elektronik. Metode ini dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu/ keluarga/ kelompok/ masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas pendukung.

12

2.1.4 Alat Bantu Pendidikan Kesehatan Menurut Suliha (2002), alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan yang biasa dikenal sebagai alat peraga pengajaran yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan, yang kemudian dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu tersebut. MenurutNotoatmodjo (2005),pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), yaitu: 1. Media cetak 1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baiktulisan maupun gambar. 2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya. 3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. 4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut. 5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum. 7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

13

2. Media elektronik 1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll. 2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll. 3) Video Compact Disc (VCD) 4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. 5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan 3. Media papan (bill board) Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya, yaitu : 1) Alat peraga yang complicated (rumit) 2) Alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh.

2.2

Konsep Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2006).

14

2.2.1 Proses Adopsi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2006), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam orang tersebut terjadi prose yang berurutan,yakni : 1. Awarenes (kesadaran), dimana orang orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik), diman orang merasa tertarik oleh stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial (mencoba), dimana orang telah mencoba perilaku baru. 5. Adaption (adaptasi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2.2.2 Tingkat Pengetahuan dalam domain Menurut Notoatmodjo (2006), yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehention) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

15

3. Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen dalam suatu struktur orgnisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan formulasi yang sudah ada. 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), Faktor-faktor yang mepengaruhi pengetahuan yaitu : 1. Faktor Internal 1) Umur Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik akan tetapi pada umur-umur tertentu, bertambahnya proses berkembangnya mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian tersebut diatas peneliti dapat menyimpulkan

16

bahwadengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur- umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan menerima atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2) Intelegensi Sebagai kemampuan untuk belajar atau berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara matang dalam situasi baru, intelegensia bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menyelesaikan lingkungan. 3) Pendidikan Merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah citta-cita. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, pola hidup terutama dalam melaksanakan aktifitas yang positif. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat

perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan 4) Pengalaman Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

17

2. Faktor Eksternal 1) Informasi Dapat memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio dan surat kabar. Hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. 2) Lingkungan Adalah salah satu yang mempengaruhi pengetahuan. Dapat memberikan pengaruh sosial tertuma bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang buruk tergntung pada sifat kelompoknya. Seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir seseorang. 3) Sosial Budaya Mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang, seseoang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain kaena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh pengetahuan.

2.3

Konsep Diabetes mellitus

2.3.1 Pengertian Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008). Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

18

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). 2.3.2 Klasifikasi diabetes melitus 1. Diabetes Tipe 1 Penyakit diabetes tipe 1 sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau diabetes mellitus yang Bergantung pada Insulin. Jadi diabetes tipe 1 berkaitan dengan ketidaksanggupan pankreas untuk membuat insulin. Jadi diabetes tipe ini berkaitan dengan kerusakan atau gangguan fungsi pankreas menghasilkan insulin 2. Diabetes type 2 Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitusataudiabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Berbeda dengan diabetest tipe 1, pada tipe 2 masalahnya bukan karena pankreas tidak membuat insulin tetapi karena insulin yang dibuat tidak cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Sedangkan pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. 2.3.3 Penyebab diabetes melitus 1. Penyebab diabetes tipe 1 Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin, karena kekurangan insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi. Beberapa penyebab pankreas tidak

19

dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1, antara lain karena: 1. Faktor keturunan atau genetika. Jika salah satu atau kedua orang tua menderita diabetes, maka anak akan berisiko terkena diabetes. 2. Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya sendiridalam hal ini, yang ada dalam pankreas. Tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin. 3. Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel (kelompok-kelompok sel) dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak pulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes. 2. Penyebab diabetes tipe 2 Penyebab diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 dapat diringkaskan sebagai berikut: 1) Faktor keturunan, apabila orang tua atau adanya saudara sekandung yang mengalaminya. 2) Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Banyaknya gerai makanan cepat saji (fast food) yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat. 3) Kadar kolesterol yang tinggi. 4) Jarang berolahraga. 5) Obesitas atau kelebihan berat badan.

20

2.3.4

Gejala Diabetes 1. Sering buang air kecil 2. Sering merasa sangat haus 3. Sering lapar karena tidak mendapat cukup energi sehingga tubuhmemberi sinyal lapar 4. Penurunan berat badan secara tiba-tiba meski tidak ada usaha menurunkan berat badan. Hal ini karena sewaktu tubuh tidak dapat menyalurkan gula ke dalam sel-selnya, tubuh membakar lemak dan proteinnya sendiri untuk mendapatkan energi. 5. Sering kesemutan pada kaki atau tangan. 6. Mengalami masalah pada kulit seperti gatal atau borok. 7. Jika mengalami luka, butuh waktu lama untuk dapat sembuh. 8. Perubahan perilaku seperti mudah tersinggung. Penyebabnya karena penderita diabetes tipe 1 sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil sehingga tidak dapat tidur nyenyak. 9. Mudah merasa lelah.

2.3.5 Kadar Gula Darah Normal Kadar gula darah normal dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini: Kadar gula setelah puasa Kadar gula 2 jam setelah makan Normal: di bawah 100 mg/dl Normal: di bawah 140 mg/dl Pradiabetes: 100 126 mg/dl Pradiabetes: 140 200 mg/dl Diabetes: di atas 126 mg/dl Diabetes: di atas 200 mg/dl Dikutip dari Soegondo (2002) Tabel 2.1 Kadar Gulan Darah Normal

21

2.3.6 Pemeriksaan Pemeriksaan untuk pasien dengan diabetes melitus meliputi: 1. Glukosa darah sewaktu 2. Kadar glukosa darah puasa 3. Tes toleransi glukosa 4. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl). 2.3.7 Pilar Pengelolaan Diabetes Mellitus: 1. Edukasi Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang: 1) Penyakit DM 2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM. 3) Penyulit DM. 4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis 5) Hipoglikemia. 6) Masalah khusus yang dihadapi. 7) Perawatan kaki pada diabetes 8) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan. 9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

22

2. Perencanaan Makan Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi: 1) Karbohidrat 60 70 % 2) Protein 10 15 % 3) Lemak 20 25 % Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes: 1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan. 2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya pada waktu makan. 3) Makanlah dengan waktu yang teratur. 4) Hindari makan makanan manis dan gorengan. 5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan. 6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan. 7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus. 8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil. 9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil (PERKENI, 2002).

23

3. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani teratur (3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang. 4. Intervensi Farmakologi 1) Sulfonilurea Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara : Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan. Menurunkan ambang sekresi insulin. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal 2) Biguanid Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).

24

3) Insulin Insulin suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi (Depkes, 2005). 1. Indikasi terapi dengan insulin: 1) Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada. 2) Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. 3) Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke. 4) DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. 5) Ketoasidosis diabetik. 6) Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik. 7) Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin. 8) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

25

2.3.8 Cara pemberian insulin : 1. Insulin kerja singkat : 1) IV, IM, SC 2) Infus ( AA / Glukosa / elektrolit ) 3) Jangan bersama darah (mengandung enzim merusak insulin) Insulin kerja menengah / panjang : 1) Jangan IV karena bahaya emboli.Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah. 2. Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda: 1) Insulin kerja cepat. Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar.Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan. 2) Insulin kerja sedang. Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 610 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.

26

3) Insulin kerja lambat. Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam 3. Teknik Penyuntikan Insulin Sebelum menggunakan insulin, klien ataupun keluarga tentunya perlu untuk diberikan pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan insulin eksogen; 1) Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik haruslah bersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan menggunakan kapas bersih dan steril. 2) Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%. 3) Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kembali suspensi. (Jangan dikocok). 4) Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran insulin. 5) Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil terlebih dahulu. 6) Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung gelembung atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan, namun dapat mengurangi dosis insulin.

27

7) Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada umumnya suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anakanak, kulit dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikkan otot (RSU HAJI, 2012) Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikkan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan pada daerah perut.Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan digerakgerakkan. Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+2,5cm) dari daerah sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain. Bila proses penyuntikkan terasa sakit atau mengalami perdarahan setelah proses penyuntikkan, maka daerah tersebut sebaiknya ditekan selama 5-8 detik. Untuk mengurangi rasa sakit pada waktu penyuntikkan dapat ditempuh usahausaha sebagai berikut: 1) Menyuntik dengan suhu kamar 2) Pastikan bahwa dalam alat suntik tidak terdapat gelembung udara 3) Tunggulah sampai alkohol kering sebelum menyuntik 4) Usahakanlah agar otot daerah yang akan disuntik tidak tegang

28

5) Tusuklah kulit dengan cepat 6) Jangan merubah arah suntikkan selama penyuntikkan atau mencabut suntikan 7) Jangan menggunakan jarum yang sudah tampak tumpul 4. Fungsi Insulin Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi energi. 5. Efek Metabolik Terapi Insulin: 1) Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa. 2) Supresi produksi glukosa oleh hati. 3) Stimulasi utilisasi glukosa perifer. 4) Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot. 5) Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal. 6) Mengurangi glucose toxicity. 7) Perbaiki kemampuan sekresi endogen. 8) Mengurangi Glicosilated end product. 6. Tipe - Jenis Insulin Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 1) Insulin kerja singkat Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.

29

Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam. 2) Insulin kerja menengah Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard, Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam. 3) Insulin kerja panjang Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard 4) Insulin infasik (campuran) Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40 Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali. 7. Dosis Pemberian Insulin Tergantung Pada Kadar Gula Darah 1) Gula darah < 60 mg % = 0 unit 2) Gula darah < 200 mg % = 5 8 unit 3) Gula darah 200 250 mg% = 10 12 unit 4) Gula darah 250 - 300 mg% = 15 16 unit 5) Gula darah 300 350 mg% = 20 unit 6) Gula darah > 350 mg% = 20 24 unit

30

8. Insulin dapat dibedakan atas dasar 1) Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu mulai timbulnya efek insulin sejak disuntikan. 2) Puncak kerja insulin, yaitu waktu tercapainya puncak kerja insulin 3) Lama kerja insulin (durasi), yaitu waktu dari timbulnya efek insulin sampai hilangnya efek insulin.

2.4

Konsep Keluarga

2.4.1 Pengertian Keluarga Menurut Efendy (1998) dalam Arif (2010), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 2.4.2 Ciri-Ciri Keluarga Ada beberapa ciri keluarga, antara lain: 1. Diikat dalam suatu perkawinan 2. Ada hubungan darah 3. Ada ikatan darah 4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya 5. Ada pengambil keputusan 6. Kerjasama diantara anggota keluarga 7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga 8. Tinggal dalam satu rumah

31

2.4.3 Fungsi Keluarga Menurut beberapa ahli ada beberapa fungsi keluarga antara lain : 1. Fungsi pendidikan Tugas keluarga adalah mendidik, menyekolahkan anak untuk mempersiapkan anak kedewasaan dan masa depan anak bila besar nanti. 2. Fungsi sosialisasi Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 3. Fungsi perlindungan Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman. 4. Fungsi perasaan Tugas keluarga dalam hal ini adalah merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain berkomunikasi dan berorientasi satu sama lain dalam hal mengupayakan keharmonisan keluarga. 5. Fungsi religious Tugas keluarga dalam hal ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain yang mengatur kehidupan dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini. 6. Fungsi ekonomi Tugas keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi kelurga yang lain. Kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

32

7. Fungsi rekreatif Dalam menjalankan fungsi ini sebuah keluarga tidak harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggota. 8. Fungsi biologis Tugas keluarga dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus (friedman 1998 dalam Arif 2010) 2.4.4 Tugas Keluarga Dalam kehidupan sehari-hari keluarga memiliki beberapa tugas, yaitu: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggota keluarga 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya 4. Sosialisasi antar anggota keluarga 5. Pengaturan jumlah anggota keluarga 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga 7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga 2.4.5 Peran Keluarga dalam Bidang Kesehatan Peran keluarga mengacu pada lima tugas keluarga antara lain: 1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Keluarga dapat mengetahui gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya, dapat mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang

33

mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga. 2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan terhadap masalah

kesehatan.Keluarga dapat mengambil keputusan untuk menentukan dan melakukan tindakan tepat terhadap keluarga yang sakit. 3. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak mampu membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia terlalu tua dan pada anak. 4. Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit klien. Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang

34

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur ( Sudiharto, 2002). Bertolak dalam hal ini maka fokus perawatan keluarga bukan hanya memulihkan keadaan, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut.Tujuan utama dari perawatan keluarga adalah meningkatkan kesehatan dan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cidera (pencegahan primer), deteksi dini diagnosa dan pengobatan (pencegahan sekunder), penyembuhan dan rehabilitasinya (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga ditingkatkan secara optimal (Friedman, 1998 dalam Haris, 2010). 2.4.6 Asuhan Keperawatan Keluarga Langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga terdiri dari

pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, dan evaluasi (Deci&Ryan,2002). Dalam karya tulis ini diagnos keperawatan dimasukkan dalam bab pengkajian sehingga menjadi empat tahap dalam proses keperawatan yaitu : 1. Pengkajian Dalam pemgkajian meliputi pengumpulan data dan menganalisa data yang ada dengan langkah-langkah sebagai beikut : 1) Pengumpulan data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan,studi dokumentasi (melihat KMS, kartu keluarga) dan pemeriksaan fisik

35

Data yang dikumpulkan meliputi: a. Identitas keluarga, yang dikaji adalah umur,pekerjaan dan tempat tinggal. Yang beresiko menjadi penderita post operasi kanker

payudara adalah: individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tuna wisma,tahanan), dibawah umur 15 tahun dan dewasa muda antara 15-44 tahun ,tinggal ditempat kumuh dan perumahan d i bawah standart dan pekerjaan. b. Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga a) Kebiasaan makan Pada penderita post operasi dianjurkan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) (Tempo interaktif, 2005). b) Pemanfaatkan fasilitas kesehatan Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dalam perawatan post operasi kanker payudara baik untuk mendapatkan informasimaupun pengobatan. Beberapa tempat yang memberikan pelayanan kesehatan adalah Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek swasta (Depkes RI, 2002). c) Status Sosial Ekonomi Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakankeluarga dalam mengatasi masalah dalam keluarga (Effendy, 1998).Sebaliknya dengan tingkat pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.

36

d) Pekerjaan dan Penghasilan Pekerjaan dan penghasilan merupakan hal yang sangat berkaitan. Penghasilan keluarga akan menentukan kemampuan

mengatasi masalah kesehatan yang ada. Kemampuan menyediakan perumahan yang sehat, kemampuan pengobatan anggota keluarga yang sakit dan kemampuan menyediakanmakanan dengan Gizi yang seimbang. 60% penderita tuberculosis adalah penduduk miskin (Sinar Harapan, 23 Juli 2005). e) Aktivitas Selain kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat juga harus diperhatikan. Bagi penderita tuberculosis dianjurkan istirahat minimal 8 jam perhari (Depkes RI,2002). f) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan didapatimasalah dengan social ekonomi yang rendah karena harus belajar menyesuaikan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Keluarga baru belajar memecahkan masalah. Dengan keadaan tersebut berpengaruh pada tingkatkesehatan keluarga. Social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitanerat dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karenaketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi masalah yang merekahadapi (Effendy,2002). Tidak adanya riwayat keluarga yang

mempunyaimasalah kesehatan tidak berpengaruh pada status kesehatan keluarga.

37

c. Data lingkungan 1. Karakteristik rumah Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab termasuk rumah dengan kondisi di bawah standart kesehatan, (Depkes RI, 2002). Karakteristik lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan pembuanganlimbah yang benar 2. Struktur keluarga a. Pola komunikasi Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akansangat mendukung bagi penderita penederita post operasi kanker payudara. Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan b. Struktur peran keluarga Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalamkeluarga dan masyarakat. c. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan oranglain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaianmasalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat

38

menciptakansuasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga. d. Nilai atau norma keluarga Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakangambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.(Suprajitno,.2004: 7). 3. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit post operasi kanker payudara akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan

mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita. c. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.Dan juga tempat

39

mengembangkan

fungsi

reproduksi

secara

universal,

diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting. d. Fungsi Ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 4. Tugas keluarga di bidang Kesehatan Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu : a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan .

40

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan luka post operasi kanker payudara. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan

tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi mengambil bahkan keputusan teratasi.Ketidaksanggupan dalam melakukan keluarga yang

tindakan

tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

41

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan.

Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi. 2) Prioritas Masalah Menentukan prioritas masalah berdasarkan beberapa criteria sebagai berikut : a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi : Ancaman kesehatan Keadaan sehat atau kurang sehat dan Situasi krisis b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau untuk mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan

42

c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakn keperawatan dan kesehatan. d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan Adapun Skala Prioritas Dapat Dilihat Pada Tabel Kriteria Nilai (1) Sifat masalah Skala : ancaman kesehatan 2 Tidak ataau kurang sehat 3 Krisis 1 (2) Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : dengan mudah 2 Hanya sebagian 1 Tidak dapat 0 (3) Potensi masalah dapat dicegah Skala : tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 (4) Menonjolnya masalah Skala : masalah berat harus ditangani 2 Ada masalah tetapi tidak perlu 1 ditangani 0 Masalah tidak dirasakan Scoring : a) Tentukan untuk setiap kriteria b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot. Skor : angka tertinggi x bobot c) jumlah skor untuk semua criteria d) skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot (Nasrul Effendi, 2002)

Bobot 1

43

2. Diagnosa Keperawatan Dengan mengacu pada prioritas masalah, adapun diagnose yang mungkin timbul adalah : 1) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang teknik pemberian suntikan insulin berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah 2) Resiko komplikasi diabetik pada Tn.F berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 3) Ketidakefektifan penatalaksanaan pegobatan DM berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4) Resiko terjadinya luka diabetik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk mempertahankan lingkungan aman. 5) Ketidakefektifan keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan

berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. 3. Perencanaan Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah menyusun rencana keperawatan kesehatan dan keperawatan keluarga, rencana keperawatan kesehatan adalah perkumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didentifikasi. (Nasrul Effendy, 2002). 1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang teknik pemberian suntikan insulin berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

44

Tujuan : Setelah dilakukan kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Kriteria Hasil : 1. Keluarga mampu menyebutkan tujuan dan prinsip prosedur pemberian insulin secara mandiri 2. Menyebutkan dan menjelaskan lokasi anggota tubuh yang dapat dialkukan suntikan insulin 3. Menyebutkan langkah-langkah pemberian suntikan insulin 4. Melakukan teknik pemberian insulin secara mandiri dengan benar Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga penderita luka post operasi kanker payudara. 2. Jelaskan pada keluarga tujuan dan prinsip dari pemberian insulin secara mandiri. 3. Jelaskan lokasi anggota tubuh yang dapat berikan suntikan insulin 4. Jelaskan langkah-langkah tehnik penyuntikan insulin yang benar. 5. Berikan kesempatan bagi pasien atau keluarga untuk mencoba melakukan sendiri. 6. Anjurkan pada pasien untuk tetap melakukan teknik pemberian suntikan insulin dengan benar untuk meminimalisir komplikasi diabetik Implementasi 1. Melakukan bina hubungan saling percaya dengan keluarga penderita luka post operasi kanker payudara.

45

1) Menjelaskan

tentang

teknik

pemberian

insulin

secara

mandiri,tujuan dan prinsip pemberian insulin : Suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan individu tentang teknik pemberian insulin saat di Rumah yang bertujuan: Mengontrol kadar gula darah, mencegah terjadinya komplikasi diabetik dan memberikan rasa nyaman 2) Menjelaskan lokasi anggota tubuh yang dapat diberikan suntikan insulin Yaitu perut, lengan, paha atas, bahu, siku, pinggul dan lutut 3) Menjelaskan cara bagaimana teknik pemberian suntikan insulin yang benar: 4) Memperagakan teknik pemberian insulin 5) Memberikan kesempatan pada pasien untuk melakukan sendiri. 6) Mengulas kembali teknik pemberian insulin 2. Koping individu dan keluarga inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai pemberian insulin Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga memiliki koping adaftif terhadap pengambilan keputusan saat ada anggota keluarga yang sakit khususnya perawatan anggota keluarga dengan diabetes melitus. Kriteria hasil : 1. Koping keluarga adaftif 2. Keluarga kooperatif

46

3. Keluarga mampu mengambil keputusan saat ada anggota keluarga yang sakit. Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Beri penjelasan tentang tujuan dan prinsip teknik pemberian suntikan insulin 3. Jelaskan dampak jika tidak dilakukan teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri 4. Anjurkan keluarga dan pasien mengunjungi pelayanan kesehatan dengan segera jika ada anggota keluarga yang sakit. Implementasinya : 1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien untuk mempermudah melakukan intervensi. 2. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prinsip pemberian insulin secara mandiri 3. Menjelaskan dampak jika tidak dilakukan pemberian insulin secara mandiri 4. Menganjurkan keluarga dan pasien mengunjungi pelayanan kesehatan dengan segera jika ada anggota keluarga yang sakit. 3. Resiko komplikasi diabetik berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit luka post operasi kanker payudara.

47

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Kriteria Hasil : 1. Keluarga mengerti cara merawat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus 2. Keluarga mampu membantu dalam pemberian suntikan insulin saat dirumah Intervensi : 1. Lakukan bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Beri health education tentang teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri 3. Beri penjelasan pada keluarga pentingnya teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri 4. Beri penjelasan pada keluarga dan pasien tentang dampak dan komplikasi jika tidak dilakukan teknik pemberian suntikan insulin secar mandiri 5. Anjurkan diet diabetes melitus, olah raga dan konsumsi obat sesuai advis dokter Implementasi : 1. Melakukan bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Memberikan health education tentang melakukan perawatan pada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus

48

3. Memberi penjelasan pada keluarga pentingnya pemberian suntikan insulin secara mandiri 4. Beri penjelasan pada keluarga dan pasien tentang dampak dan komplikasi jika tidak diberikan teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri 5. diet diabetes melitus, olah raga dan konsumsi obat sesuai advis dokter 4. Resiko luka diabetik berhubungan dengan ketidakmampuan

memelihara keamanan lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan: Tujuan : Setelah dilkukan tindakan keperawatan keluarga mampu memelihara kesehatan lingkungan rumah. Kriteria Hasil : 1. Ventilasi ruangan terbuka 2. Kondisi rumah bersih dan aman 3. Sanitasi rumah tersedia 4. Tempat pembuangan limbah jauh dari rumah 5. Keluarga menggunakan air bersih Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Anjurkan keluarga untuk membuka ventilasi rumah setiap hari dan menjauhkan dari hal-hal yang menyebabkan luka pada penderita diabet

49

3. Anjurkan

keluarga

untuk

menggunakan

air

bersih

dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari 4. Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan pembuangan sanitasi sampah jauh dari posisi rumah 5. Anjurkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan peralatan rumahtangga. Implementasi : 1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Menganjurkan keluarga untuk membuka ventilasi rumah setiap hari dan memberikan kondisi aman jauh dari cidera pada penderita diabetes melitus 3. Menganjurkan keluarga untuk menggunakan air bersih dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari 4. Menganjurkan keluarga untuk memanfaatkan pembuangan sanitasi sampah jauh dari posisi rumah 5. Menganjurkan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan peralatan rumah tangga. 5. Ketidakefektifan perilaku keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara kesehatan (puskesmas dana sehat) berhungan dengan : Tidak tahu bahwa faasilitas kesehatan itu ada Tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan yang diperlukan

50

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan peningkatan kualitas derajat kesehatan keluarga. Kriteria hasil : 1. Koping keluarga adaptif 2. Keluarga kooperatif 3. Keluarga mampu mengambil keputusan saat ada anggota keluarga yang sakit. Intervensi : 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien 2. Beri penjelasan tentang tujuan dan prinsip teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri 3. Jelaskan dampak jika tidak dilakukan pemberian insulin secara mandiri 4. Anjurkan keluarga dan pasien mengunjungi pelayanan kesehatan dengan segera jika ada anggota keluarga yang sakit 5. Beri pemahaman tentang pentingnya pelayanan kesehatan bagi peningkatan derajat kesehatan keluarga Implementasinya : 1. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan pasien untuk mempermudah melakukan intervensi. 2. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prinsip teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri

51

3. Menjelaskan dampak jika tidak diberikan insulin secara mandiri dan komplikasinya 4. Menganjurkan keluarga dan pasien mengunjungi pelayanan kesehatan dengan segera jika ada anggota keluarga yang sakit. 5. Memberikan pemahaman tentang pentingnya pelayanan kesehatan bagi peningkatan derajat kesehatan keluarga 4. Pelaksanaan Pelaksanaa adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Nasrul Efendy, 1995:40) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga adalah sebagai berikut : a. Sumberdaya keluarga b. Tingkat pendidikan keluarga c. Adat istiadat yang berlaku b. Respon dan penerimaan keluarga c. Sarana dan prasarana yang ada dikeluarga 5. Evaluasi Penilaian perawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien (Nasrul Efendy; 2002)

52

2.4.7 KERANGKA KONSEPTUAL

Keluarga dengan anggota Diabetes Melitus

Ketidakefektifan perilaku keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan

Kurang pengetahuan

Resiko komplikasi diabetik

Ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan DM

Resiko terjadinya luka diabetik

Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi Teknik Pemberian Suntikan Insulin Secara Mandiri Awarnes Interest Evaluation Trial Adoption

Keterangan : : Diteliti

Kemampuan dalam Pemberian Suntikan Insulin Secara Mandiri

: Tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konseptual karya tulis ilmiah pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dalam Teknik Pemberian Suntikan Insulin Secara Mandiri Pada Tn.F di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya.

53

Keluarga dengan diabetes melitus akan menemui berbagai masalah saat menjalani perawatan pasca perawatan Rumah sakit diantaranya ketidakefektifan perilaku keluarga dalam mencari pelayanan kesehatan, kurang pengetahuan, resiko komplikasi diabetik dan ketidakefektifan penatalaksanaan pengobatan diabetes melitus dan resiko terjadinya luka diabetik maka diperlukan pendidikan kesehatan tentang metode demonstrasi dalam teknik pemberian insulin secara mandiri saat dirumah dan diharapkan terjadi perubahan dalam perilaku kesehatan melalui proses peningkatan kesadaran keluarga/ pasien tentang kesehatan (Awarnes) yang mengarahkan pada keluarga/ pasien tertarik dengan teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri (Interst) selanjutnya keluarga/ pasien akan mempertimbangkan teknik pemberian suntikan insulin secara m,andiri (Evaluation)pasien/ keluarga akan mencoba (Trial) dan keluarga/ pasien akan menjadikan kemampuan teknik pemberian suntikan insulin secara mandiri sebagai pedoman dalam menjalankan perawatan pasien dengan DM (Adoption) diharapkan keluarga mampu dalam mengontrol kadar gula darah pasien diabetes melitus melalui teknik pemberian insulin secara mandiri dengan baik dan benar, sehingga permasalahan yang ada dapat diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai