Anda di halaman 1dari 19

KALIBRASI A.

LATAR BELAKANG Dalam perkembangan dunia industri yang semakin maju seperti sekarang ini, persaingan usaha dan pasar merupakan perhatian utama apabila kita ingin tetap bertahan. Salah satu jalan yang harus ditempuh ialah dengan cara menjaga dan meningkatkan mutu (quality ) dari produk atau jasa yang kita tawarkan. Industri yang tetap eksis adalah industri yang memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, menjaga kualitas produk dan selalu mengupayakan inovasi teknologi baru. Agar industri dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di industri perlu ketersediaan peralatan pendukung (instrument) yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu mengoperasikan instrumen dengan baik dan tepat. Sehingga penggunaan instrumen dan peralatan lainnya dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Jurusan Teknik Fisika FTI ITS , sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi terkemuka ingin menjawab tantangan masa depan terkait dengan teknologi instrumentasi di industri, yakni dengan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi teknis dalam penguasaan berbagai macam instrumentasi yang ada di industri, baik dalam hal operational, pemeliharaan dan perbaikan. terkait dengan pemeliharaan, salah satu faktor penting yang harus dipahami adalah tentang kehandalan sebuah instrumen, yang mana kehandalan ini sangat erat hubungannya dengan tingkat akurasi atau ketelitian instrumen tersebut. salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui dan memperbaiki akurasi dari sebuah instrumen adalah dengan melakukan kalibrasi secara teratur. kalibrasi yang benar dan memenuhi standar sangat diperlukan untuk bisa menjamin bahwa sebuah peralatan layak untuk dipakai. Oleh karena itu pengetahuan akan kalibrasi ini sangat dibutuhkan terutama untuk menunjang keahlian para mahasiswa dalam proses pemeliharaan sebuah peralatan / instrumen. B. TUJUAN Tujuan dari praktikum sistem pengukuran dan kalibrasi ini adalah agar para mahasiswa menguasai prosedur dan metode pengukuran serta kalibrasi yang sesuai dengan standar nasional (SNI 19-17025 ) C. KOMPETENSI Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa: - mengetahui prosedur pengukuran dan kalibrasi yang benar - mampu melakukan kalibrasi internal - membuat sertifikat kalibrasi

D. MATERI PRAKTIKUM TEORI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN KALIBRASI STUDI KASUS Seorang perawat Sebuah RS sedang mengukur suhu badan salah seorang pasiennya dengan menggunakan sebuah termometer gelas yang cukup teliti dan hasilnya 39,4 oC. sesaat dia tidak segera mencatatnya pada buku laporan kerja karena merasa sedikit ragu dengan hasil pengukurannya , sebab suhu tersebu relatif tinggi bagi pasien tersebut, dia memutuskan untuk melakukan pengukuran lagi dan hasilnya malah membuat dia bingung, yaitu 39,6 oC. karena bingung campur penasaran dia melakukan sekali lagi pengukuran dengan maksud memastikan apakah hasil pengukuran yang pertama atau kedua yang akan diambil, dan ternyata pengukuran ke 3 adalah 39,5 oC. Akhirnya dia memutuskan untuk mencoba dan mencoba lagi pengukurannya hingga 10 kali dengan harapan akan mendapatkan hasil terbanyak pada nilai tertentu dan nilai itulah yang akan diambil. Karena dia yakin bahwa nilai yang didapat tidak akan jauh dari sekitar nilai 39 oC, dan nilai terbanyak yang keluar tersebut bagi dia cukup beralasan untuk diambil karena sudah mewakili dari serangkaian proses pengukurannya. Dan dia tetap yakin seyakin-yakinnya bahwa dia tidak bisa memastikan diantara ke 10 hasil pengukuran tersebut mana yang menunjukkan terbaiknya saja. Hasil pengukuran dia selengkapnya adalah sbb: 39,4 oC 39,6 oC 39,5 oC 39,4 oC 39, 4 oC 39,5 oC 39,4 oC 39,4 oC 39,5 oC 39,4 oC Rata rata : 39,45 oC nilai sebenarnya. Dia hanya mendapatkan nilai

DEFINISI DAN GAMBARAN UMUM Dari gambaran kasus diatas jelas terlihat bahwa untuk mendapatkan atau menentukan nilai sebenarnya dari suatu hasil pengukuran adalah tidak mungkin, yang memungkinkan dari hasil pengukuran dan yang dapat kita laporkan adalah nlai terbaiknya saja yaitu yang diwakili oleh nilai rata-ratanya. Jadi pada kasus diatas pasien yang bersangkutan mempunyai suhu badan 39,45 oC, hasil tersebut sudah sangat mewakili dan sudah mendaptkan hasil yang terbaik untuk menyatakan suhu sang pasien tresebut. Walaupun suhu sebenarnya dari sang pasien tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti, yang jelas ada si sekitar nilai 39,45 oC dan disekitar kurang / lebih berapa ?, itulah yang disebut dengan ketidakpastian. Misalnya kurang lebih + X oC, maka nilai sebenarnya dari paien tersebut akan berada ( jatuh ) pada daerah nilai suhu 39,45 X)oC hingga (39,45 + X ) oC. Jika datanya tunggal, hanya data tersebut diatas , maka nilai ketidakpastiannya dapat diwakili deviasinnya. Jadi pada data diatas ketidakpastiannya adalah: + 0.07071 oC dan diyakini bahwa nilai sebenarnya suhu pasien tersebut berada pada daerah 39,379 oC hingga 39,521 oC (39,45 + 0.07071 ) oC selanjutnya seberapa yakin kita terhadap hasil tersebut diatas, yaitu bahwa nilai sebenarnya betul betul akan berada pada rentang daerah tersebut, hal inilah yang disebut dengan tingkat kepercayaan ( Confidence level). Misalnya kita menentukan tingkat nilai standar

kepercayaan 95 %, ini berarti bahwa kemunkinan nilai sebenarnya akan berada ( jatuh ) pada lingkup daerah tersebut adalah 95 %. Sedang sisanya mungkin akan jatuh diluar daerah tersebut. Jadi ketidakpastian adalah : rentang nilai disekitar hasil didalamnya diharapkan terletak nilai sebenarnya dari besaran ukur.
U U

pengukuran

yang

-U

+U

r
U X

= Nilai rata-rata dari hasil pengukuran = Penyimpangan hasil pengukuran = Ketidakpastian hasil pengukuran = Nilai sebenarnya dari besaran ukur

ANALISA SUMBER SUMBER KETIDAKPASTIAN Timbulnya ketidakpastian dalam pengukuran menunjukkan

ketidaksempurnaan manusia

secara keseluruhan. Karenanya tidak ada kebenaran

mutlak didunia ini, karena yang benar mutlak hanyalah milik Allah SWT, manusia hanyalah dapat memprediksi sesuatu pada tingkat terbaiknya saja. Sumber-sumber ketidakpastian yang turut memberikan kontribusi selain ada pada diri manusia sendiri sebagai pelakuk pengukuran / kalibrasi juga pada alat-alat bantu (kalibrator ) yang digunakan untuk mengukur suhu pasien tersebut, juga resolusi

alatnya, pengaruh suhu lingkungan. Secara rinci dari sumber-sumber ketidakpastian dapat digambarkan sebagai berikut:

Untuk mengevalusi masing- masing sumber

ketidakpastian tersebut diperlukan

analisa dengan menggunakan metoda Statistik, yang disebut analisa type A, dan menggunakan selain metode statistik yang disebut dengan Analisa type B. untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: Analisa Type A , ( Ua ) Pada tipe ini biasanya ditandai dengan adanya dat pengukuran, misalnya n kali pengukuran, maka selanjutnya dari data tersebut, akan ditemukan nilai rata-ratanya, standar deviasinya, dan atau repeatabilitynya. Bentuk kurva dari tipe ini adalah sebaran Gauss. Rumus umum ketidakpatian untuk tipe A ini adalah: Ua =

, dimana = Standar Deviasi n

Pada contoh sebelumnya dapat dihitung :

Untuk 10 kali pengambilan data ( n = 10) Rata rata = 39,45 oC Sandar Deviasi = 0.07071 oC Ketidakpastian , Ua= 0.07071 / 10 = 0.0224 oC Derajat Kebebasan, v= n-1 = 9 ( Rumus v = n-1) Analisa type B, UB Pada analisa tipe ini akan digunakan selain metode statistik, sehingga dari contoh diatas : Sertifikat kalibrasi dari termometer gelas: misalnya 0,1 oC. Nilai ini sudah merupakan hsil dari ketidakpastian diperluas U95 , karenanya harus dicari terlebih dahulu ketidakpastian kombinasinya Uc, ( sebagai ketidakpastian

individual ) yaitu dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan k. jika tidak ada pernyataan apapun maka dalam setiap laporan kalibrasi dianggap k = 2, untuk tingkat kepercayaan 95 %. Namun jika kita menginginkan nilai k yang lebih optimis maka harus dicari terlebih dahulu nilai derajat kebebasannya , v, yang selanjutnya akan ditemukan nilai k. dalam pencarian nilai v, terlebih dahulu harus ditemukan nilai reliabilitynya ( R) dari laboratorium pembei sertifikat termometer gelas tersebut, misalnya kita perkirakan dengan nilai R = 10 % Maka didapat: V = (100 / 10 )2 = 50 , ( Rumus, v = ( 100 / R) 2 ) pada tabel T-distribution didapat k = 2,01 maka nilai yang tepat untuk ketidakpastian kombinasi termometer gelas tersebut adalah : UB1 = 0,1 / 2,01 = 0,0498 oC Untuk resolusi alat dibedakan atas Alat digital dan Analog. Jika Alat digital : Ketidakpastian (u) u = (1/2 resolusi ) / 3 untuk Alat analog : Ketidakpastian (u) u = Readability / 2 Jika pada ilustrasi tersebut alat yang digunakan adalah termometer digital dengan resolusi 0,1 oC, maka:

UB2 = (1/2 .0,1 ) / 3 = 0,0298 oC KETIDAKPASTIAN KOMBINASI , UC Selanjutnya dari semua sumber ketidakpastian tersebut diatas harus dikombinasikan / digabungkan untuk memberikan gambaran menyeluruh ketidakpstian dari hasil kalibrasi tersebut. Rumus umum ketidakpastian kombinasi adalah: Uc =

(U ) (U
2 a

)2

Atau secara umum : Uc2 = (Ci.Ui)2 Dimana ci = koefisien sensitifitas dariketidakpastian ke-I Pada contoh diatas, karena pengukuran suhu hanya merupakan hasil pembacaan dari suhu yang terlihat dari termometer gelas kemudian hasilnya dikoreksi dengan nilai yang tercantum dalam sertifikat kalibrasinya, maka bila koefisien sensitifitas masing masing adalah 1 Uc = [(1.(0,0224))2 +(1.(0,0498))2 + (1.(0,0289))2 + (1.(0,058))2]1/2 = 0,085 oC Koefisien Sensitifitas ( Cn ) koefisien sensitifitas dalam sistem pengukuran tidak terlepas dari masalah korelasi pengukuran , maksudnya bahwa setiap hasil pengukuran merupakan hasil korelasi antara besaran masukan satu dengan yang lainnya , yang besarnya ditentukan dengan derivatif. Turunan ( derivatif) hasil pengukuran tersebut dengan masing-masing masukan itu pada bentuk / model pengukuran yang dilakukan. Atau dengan kata lain, apabila didalam melakukan pengukuran sebuah besaran ukur tidak dilakukan pengukuran secara langsung terhadap besaran tersebut ( misal untuk mengukur Arus , dilakukan pengukuran tegangan , jadi pengukuran tidak langsung ), maka sensitifitas diperlukan dalam menghitung ketidakpastian kombinasinya, akan tetapi bila didalam melakukan pengukuran tersebut besaran yang kita inginkan dapat diukur langsung maka sensitifitasnya dinyatakan dengan Rumus umum mencari koefisien sensitifitas adalah: Pada pengukuran suhu diatas, adalah merupakan pembacaan (hasil pengukuran) + koreksi : Pengukuran suhu (T) = hasil + Koreksi (S) Jadi koefisien sensitifitas hasil adalah derivatif T terhadap H;

CH = dT / dH = 1 Misal : pada pengukuran luas ( A), yang merupakan hasil perkalian antara panjang (P ) dan lebar (L), maka koefisien sensitifitas masing masing adalah: A=PxL CP = dA / dP = L CL = dA / dL = P KETIDAKPASTIAN DIPERLUAS Dalam pelaporan ketidakpastian hasil pengukuran / kalibrasi yang dilaporkan adalah ketidakpatian yang sudah dalam perluasan ( expanded ), sehingga hasil tersebut sangat logis dalam kenyataan, selain itu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %, seperti lazimnya dipakai dlam pelaporan pelaporan saat ini, lain halnya jika ada pengecualian dengan mengambil tingkat kepercayaan tertentu. Rumus ketidakpastian diperuas ( expanded uncertainty ) adalah:

U95 = k Uc

Dimana: U95 = Ketidakpatian diperluas ( expanded Uncertainty ) K= Faktor cakupan ( caverage factor) Uc = ketidakpastian kombinasi ( Combined uncertainty ) untuk mendapatkan komponen komponen diatas, k dan uc diperlukan pemahaman dan pencarian faktor lainnya, yaitu: Derajat Kebebasan, v Derajat kebebasan efektif dicari dengan dua cara, yaitu: Jika data dipeoleh dari pengukuran berulang sebanyak n kali, maka derajat kebebsan adalah: V = n-1 Pada contoh diatas didapat 10 kali pengulangan pengukuran. Maka : v = 10 1= 9 Jika data merupakan hasil perkiraan atau estimasi dengan reliability ( R ), maka: V = ( 100 / R)2

dimana R dalam satuan persen (%) Pada contoh diatas, resolusi alat adalah 0,1 oC, dalam hal ini batas kealahan mutlak adalah x Resolusi , yaitu 0,05 oc, dimana dalam hal ini bentuk kurvanya adalah rectangular, maka nilai ketidakpastiannya adalah 0,05 / 3 = 0,0289 oC Dengan estimasi reliabilitynya adalah 10 %, maka: V = ( 100 / 10 )2 = 50 Derajat Kebebasan effektif, V eff Nilai faktor cakupan, k untuk perkalian ketidakpastian diperluas diatas didapat dari derajat kebebasan effektif, Veff, dengan rumus: Veff =

(Ci .Uc ) 4 , (Ci .Ui )4 vi

Dimana Ci = koefisien Sensitifita pada Ketidakpastian Ke-I Uc = Ketidakpastian kombinasi / gabungan Ui = ketidakpastian individual ke-I Vi = Derajat Kebebasan pada ketidakpastian individual ke-I Pada contoh diata , telah didapat ketidakpastian kombinasi, UC = 0,085
o

UA = 0,0224 oC,v = 9 UB1 = 0.0498 oC, v = 50 UB2= 0,0289 oC, v = 50 UB3 = 0,058 oC, v = Veff =

(0,085)4 = 316,5 (0,0224)4 (0,0498)4 (0,0289 )4 0 9 50 50

Pada tabel T-StudentsDistribution, didapatkan k = 1,96 Jadi ketidakpastian diperluas , U95= k. Uc = 1,96 x 0,085 = 0,1666 = + 0,16 oC

Jadi hasil lengkap pengukuran adalah (39,45 + 0,16) oC Tingkat kepercayaan , U95 Tingkat kepercayaan merupakan tingkatan keyakinan akan keberadaan nilai sebenarnya pada suatu tindak pengukuran dengan menggunkanalat tertentu. Penjelasan lengkap telah diberikan pada ilustrasi kasus diatas Faktor Cakupan , k faktor cakupan meruakan faktor pengali pada ketidakpastian, sehingga membentuk cakupan logis pada penggunaan keseharian. Faktor cakupan dicari menggunakan tabel T-Student Distribution, yang diberikan pada halaman akhir dari materi ini. RINGKASAN CARA PENENTUAN KETIDAKPASTIAN Secara umum dalam menentukan nilai ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tentukan model matematik pengukurannya Tentukan koefisien sensitifitas , Ci Tentukan derajat kebebasan Tentukan ketidakpastian standar pada masing-masing kontributor u Tentukan ketidakpastian kombinasi , Uc Tentukan derajat kebebasan efektif, V eff Tentukan tingkat kepercayaan yang dipilih, misal 95 % Tentukan faktor cakupan, k Tentukan ketidakpastian diperluas, Uexp
Membuat model Matematik Daftar sumber sumber U Hitung U untuk Tipe A dan B

Hitung Ci

Hitung der. Keb. eff

Hitung Uc ( gabungan)

Hitung U diperluas Uexp = k. Uc Selesai

Sedangkan untuk mendapatkan faktor cakupan yang nantinya digunakan untuk mendapatkan ketidakpastian diperluas , maka salah satu pemecahannya adalah dengan menyajikan tabel T-Student Distribution, Dimana probabilitasnya dinyatakan sbb: Degree of Probabilitas / Tingkat kepercayaan (%) freedom V 68,27 % 90 % 95% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 25 30 1,84 1,32 1,20 1,14 1,11 1.09 1,08 1,07 1,06 1,05 1,05 1,04 1,04 1.04 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,02 1,02 6,31 2,92 2,35 2,13 2,02 1,94 1,89 1,86 1,83 1,81 1,80 1,78 1,77 1,76 1,75 1,75 1,74 1,73 1,73 1,72 1,71 1,70 12,71 4,30 3,18 2,78 2,57 2,45 2,36 2,31 2,26 2,23 2,20 2,18 2,16 2,14 2,13 2,12 2,11 2,10 2,09 2,09 2,06 2,04

99% 63,66 9,92 5,84 4,60 4,03 3,71 3,50 3,36 3,25 3,17 3,11 3,05 3,01 2,98 2,95 2,92 2,90 2,88 2,86 2,85 2,79 2,75

35 40 45 50 100

1,02 1,02 1,02 1,01 1,005 1

1,70 1,68 1,68 1,68 1,660 1,645

2,03 2,02 2,01 2,01 1,984 1.960

2,72 2,70 2,69 2,68 2,626 2,576

MODUL IIII TIMBANGAN DIGITAL

METODE PENGUKURAN DAN KALIBRASI TIMBANGAN 1. Ruang Lingkup Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan analitik elektronik dgn rentang ukur/kapasitas sampaidengan 200 gram. Metode ini juga digunakan untuk pemeriksaan bulanan dan enam bulanan sesuai butir 5.1 dan 5.2 2. Standar Metode The Calibration of Balances, David B. Prowse, CSIRO, Australia, 1995, butir 6 Technical Note 13 NATA, Australia, Agustus, 1994. 3. Peralatan Massa (anak timbangan), yg sudah dikalibrasi beserta sertifikat. Pinset yg ujungya plastik. Termometer dgn resolusi 1C Tissue halus

4. Persiapan Catat semua spesifikasi timbangan pada lembar kerja Periksa bahwa timbangan bekerja baik Letakkan timbangan pada tempat yg kokoh dan rata (level) Bersihkan dudukan timbangan dari debu Hidupkan timbangan selama 30 menit untuk pemanasan Buat beberapa percobaan pengukuran

5. Prosedur 5.1. Pemeriksaan Skala 5.1.1. Pilih massa yg mendekati Calibration Mode 5.1.2. Nol kan timbangan, catat pembacaan pada kolom 3 sebagai z1. 5.1.3. Timbang massa standar (M) dan catat pada kolom 3 sbg m1. 5.1.4. Sentuh pan diamkan 30 detik dan catat pada kolom 3 sbg m2. 5.1.5. Ambil massa dan tunggu sampai nol, lalu catat pada kolom 3 sbg z2 5.1.6. Hitung rata-rata dari z dan m lalu catat hasilnya pada kolom 4 5.1.7. Hitung koreksi C dgn rumus: C = M (m z) dan catat pada kolom 5

5.1.8. Jika koreksi lebih besar dari 3, dimana adalah standar deviasi dari kemampuan baca sebelumnya diketahui maka timbangan perlu disetel 5.1.9. Setelah timbangan disetel maka ulangi butir 1 sampai 8 5.1.10. Hitung ketidakpastian dari kemampuan baca timbangan yang didapat dari timbangan UR = Resolusi/2 3 5.2. Kemampuan Baca Kembali Lakukan untuk dua posisi yaitu setengah kapasitas dan kapasitas penuh dari Timbangan. 5.2.1. Nol kan timbangan catat pada kolom 1 sbg z1 5.2.2. Timbang massa standar (M) yg mendekati setengah kapasitas dan catat pembacaan pada kolom 2 sbg m1. 5.2.3. Ambil massa, tunggu sampai stabil dan catat kolom 1 berikutnya z1. 5.2.4. Ulangi butir 1 sampai dengan 3 sampai 10 kali pembacaan 5.2.5. Hitung perbedaan (r1) dgn rumus ri = mi zi, kapasitas setengah/penuh dan catat pada kolom 3 5.2.6. Hitung standar deviasi dari perbedaan dgn rumus : =(ri r) n1 dimana : ri = perbedaan ke-1..,n r = rata-rata perbedaan n = jumlah pembacaan = 10 Catat pada baris 11 5.2.7. Tentukan dan catat perbedaan maksimum berturut-turut dan catat pada baris 12 dgn cara mengurangkan dari pembacaan satu thd berikutnya. 5.2.8. Ulangi butir 1 sampai dengan 7 untuk kapasitas penuh resolusi

5.2.9. Catat standar deviasi maksimum pada baris 13. Catatan: Gunakan standar terbesar untuk perhitungan ketidakpastian. 5.2.10. Hitung ketidakpastian standar, Ut ; Ut = maks/n dimana : maks = standar deviasi maksimum Pada butir 9 n = jumlah pembacaan = 10 Catat hasilnya pada baris 14 5.3. Penyimpangan Nilai Nominal 5.3.1. Pilih 10 titik pada daerah kapasitas timbangan dgn pembagian teratur. 5.3.2. Nol kan timbangan dan catat pada kolom 5 sbg z1.

deviasi

5.3.3. Timbang Massa Standar yang sesuai pada penimbangan pertama dan catat pada kolom 5 sbg m1. 5.3.4. Sentuh Pan, tunggu 30 detik kemudian catat pada skala 5 sbg m1. 5.3.5. Ambil Massa Standar, tunggu sampai stabil dan catat pada kolom 5 sbg z2. Jangan me-nol-kan timbangan. 5.3.6. Hitung rata-rata pembacaan nol dan catat pada kolom 6 sbg z1. 5.3.7. Hitung rata-rata pembacaan massa pada timbangan dan catat pada kolom 6 sbg m1. 5.3.8. Hitung perbedaan ri = mi zi dan catat pada kolom 7 sbg ri. 5.3.9. Hitung koreksi dgn rumus C = M ri dan catat pada kolom 8 sbg C1. 5.3.10. Ulangi butir 2 sampai dengan 9 utk titik lainnya sampai 100% kapasitas timbangan 5.3.11. Pilih nilai koreksi maksimum sbg Q. 5.3.12.Jumlahkan ketidakpastian dari Massa Standar yg digunakan, catat pada kolom 3 5.3.13. Hitung ketidakpastian Massa Standar

UMc = (UMi) 2 5.4. Pengaruh Pembebanan Di Tengah 5.4.1. Lakukan pada penimbangan kira-kira 1/3 dari kapasitas maksimum timbangan, jika dispesifikasikan pabrik pembuat maka lakukan sesuai dgn pabrik pembuat.

5.4.2. Catat ukuran dan bentuk Pan. 5.4.3. Letakkan massa standar ditengah-tengah pan, pembacaan pada kolom 2. timbangan di Tare dan catat

5.4.4. Pindahkan massa ke depan, belakang, kiri, dan kanan pada daerah garis Pan dan catat pembacaannya pada kolom 2. 5.4.5. Hitung perbedaan maksimum dgn cara mengurangkan hasil terbesar dgn hasil terkecil. Jika massa lebih dari 500 g maka gunakan piringan non magnetik dgn diameter yg sesuai dgn besarnya diameter massa. 6. Batas Unjuk Kerja Timbangan Hitung dengan rumus sbb: F = 2maks + Q Dimana : maks = Standar deviasi maksimum pada kemampuan baca kembali, Q = Nilai koreksi maksimum dari penyimpangan nilai nominal

7. Ketidakpastian Penimbangan Hitung dengan rumus sbb : U95 = k . Uc = 2.(UR) + (Ut) + (UM)

Dimana : UR =Ketidakpastian standar dari kemampuan baca (resolusi) timbangan Ut = Ketidakpastian standar dari kemampuan baca kembali timbangan UM = Ketidakpastian dari massa standar 8. Formulir Lembar kerja yg digunakan No. QF.FKT Sertifikat kalibrasi yg digunakan No. QF.SKT

MODUL IV THERMOMETER DIGITAL METODE PENGUKURAN DAN KALIBRASI THERMOMETER 1. Ruang Lingkup Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi THERMOMETER DIGITAL dengan menggunakan thermometer digital standard ( sensor thermocouple/ RTD) dengan rentang ukur / kapasitas sampai 600 oC. Metode ini juga digunakan untuk pemeriksaan rutin ( kalibrasi internal sesuai dengan kebutuhan. 2. Standar Metode Test Method for inspection and verification of thermometer ASTM E-77, 1998 Guide to the expression of uncertainty in measurement, ISO / TAG 4, 1993 . 3. Peralatan Thermometer digital standard beserta sertifikat. Media kalibrasi yang sudah terkalibrasi. Tabel konversi ASTM Bak Cairan

4. Persiapan Catat semua spesifikasi thermometer pada lembar kerja Periksa terlebih dahulu prinsip kerja kedua instrumen Posisikan sensor kedua termometer pada jarak ideal Posisikan tampilan thermometer sedemikian rupa agar mudah terbaca Bersihkan tampilan termometer dari kotoran dan debu Hidupkan timbangan selama 30 menit untuk pemanasan Buat beberapa percobaan pengukuran

5. Prosedur 5.1Pemeriksaan Skala 5.1.1. Pilih salah satu dari skala thermometer untuk dilakukan pengukuran 5.1.2 pastikan bahwa suhu telah steady, dan catat pembacaan nilai nominal pada kolom 1. 5.1.3. secara berturut turut catat bacaan alat pada kolom 2 dan standar pada kolom 3. 5.1.4. Ulangi 5.1.1 sampai 5.1.3 sebanyak 5 kali

5.1.5. Hitung koreksi dengan rumus: Q = Pstandar P alat Dimana : Pstandar P alat 5.1.6. 5.1.7. 5.1.8. 5.1.9. 5.1.10. = pembacaan termometer digital standar = Pembacaan termometer digital yang di kalibrasi Catat error of specification Catat Koreksi minimum Catat koreksi maksimum Tentukan nilai koreksi maksimum Bila nilai koreksi maksimum lebih besar dari toleransi spec alat, maka termometer digital yang dikalibrasi perlu di Adjust ulang atau di repair.

5.2 KEMAMPUAN BACA KEMBALI Lakukan untuk minimal 3 posisi, masing masing sesuai dengan titik suhu yang kita harapkan ( atau pembagian skalanya adalah 1/3, 2/3 dan skala penuh ) 5.2.1. Pastikan pembacaan termometer digital telah stabil, mulai lakukan pengukuran untuk suhu dengan nilai nominal tertentu. 5.2.2. Catat pembacaan alat pada kolom 2 dan pembacaan standar pada kolom 1 5.2.3. ulangi butir 5.2.1 sampai 5.2.2 samapai 10 kali pembacaan 5.2.4. Hitung Koreksi : Pstandar - P alat , dan catat pada kolom 3 5.2.5. 5.2.6. 5.2.7. Lakukan butir 5.2.1 sampai 5.2.4 untuk titik selanjutnya Hitung rata rata koreksi Hitung standar deviasi dari koreksi maksimum dengan rumus : =(Di D ) n1 Dimana; Di = koreksi ke- i D = rata rata koreksi N = Jumlah koreksi 5.2.8. Hitung Error Regresi 5.2.9. Hitung ketidakpastian standar UA1

UA1 =

maks
n

Dimana maks = standar deviasi maksimum koreksi 5.2.10. Hitung Ketidakpastian regresi UA2 dengan rumus; UA2 =

SSR n2

Dimana SSR = sum square residual 5.2.11. Hitung ketidakpastian Resolusi UB1 dengan rumus: UB1= Resolusi/2 3 5.2.12. Hitung Ketidakpastian termometer standard UB2 dengan rumus UB2 =

a k

Dimana a = ketidakpastian kalibrator ( termometer standar ) K = faktor cakupan 5.2.13. Hitung ketidakpastian media kalibrasi UB3 dengan rumus: UB3 =

a k

5.3. Ketidakpastian Termometer Digital 5.3.1. Hitunglah besarnya Uc( ketidakpastian kombinasi) dengan rumus : Uc = U AI U A2 U B1 U B 2 U B3
2 2 2 2 2

5.3.2. Tentukan besarnya Veff dengan formulasi sebagai berikut: Veff =

(U c ) 4 (U i ) 4 vi

5.3.3. Dengan tingkat kepercayaan CL = 95 %, hitung faktor cakupan k 5.3.4. Hitung ketidakpastian termometer Uexp dengan rumus:

Uexp = k. Uc Dimana : k = faktor cakupan Uc = ketidakpastian kombinasi

5.4. Formulir 5.4.1. Lembar kerja yang digunakan No. QF. FKS 5.4.2. Lembar sertifikat yang digunakan No. QF. SKS

DAFTAR PUSTAKA 1. TC , ISO/ IEC 17025, SNI 19-17025, persyaratan Laboratorium kalibrasi, BSN, 2005 2. Musyafa.Ali, abadi,Imam, modul kalibrasi istrumentasi dan metrologi, Jurusan teknik Fisika, 2002 3. David B Prowse, uncertainty for mass and balance, Australia , 2000 4. TIM KIM LIPI, kalibrasi dan metrology, LIPI, serpong, 2000

Anda mungkin juga menyukai