Anda di halaman 1dari 292

UJI KOMPETENSI JURNALIS ALIANSI JURNALIS INDePENDEN UKJ AJI

MaTERi KOmPETENSi KuNCi UKJ AJI


Disusun OleH DiViSi ETik daN PENGEmBaNGaN PROFESi BiRO PENdidikaN AJI INdONESia Editor: WiLLY PRamudYa Jakarta, 2012

UJI KOMPETENSI JURNALIS ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN UKJ AJI MaTERi KOmPETENSi KuNCi UKJ AJI DiSuSuN OLEH Divisi Etik dan Pengembangan Profesi Biro Pendidikan AJI Indonesia EdiTOR: Willy Pramudya COVER dan LaYOuT: J!DSG, www.jabrik.com DiTERBiTkaN OLEH Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Jalan Kembang raya no. 6 Kwitang, senen Jakarta pusat 10420 indonesia e-mail: office@ajiindonesia.org website: www.ajiindonesia.org

Kata Pengantar KETua Umum ALiaNSi JuRNaLiS INdEPENdEN

EJAK ditetapkan oleh Dewan Pers sebagai Lembaga Penguji Kompetensi Wartawan melalui SK Nomor 15/ SK-DP/IX/2011, pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia periode 2011-2014 langsung memberikan respon positif. Langkah awal yang dilakukan ialah membentuk Biro Pendidikan dan Pelatihan (Biro Diklat) AJI yang beranggotakan para jurnalis senior untuk menelaah dan mengelaborasi modul Uji Kompetensi Wartawan (UKW) versi LPDS. Selanjutnya, Biro Diklat dan Divisi Etik Profesi menggelar seminar, workshop, dan diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk menyusun modul Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) versi AJI yang sesuai dengan visi-misi organisasi. Modul Uji Kompetensi Jurnalis versi AJI dinamai Materi Kompetensi Kunci (MKK) UKJ AJI. Ini merupakan penyempurnaan berbagai modul pengujian wartawan meliputi jurnalisme cetak, online, dan televisi. Setelah ini, modul UKJ AJI akan dilengkapi materi uji jurnalisme radio dan fotografi. Yang utama dari modul UKJ AJI ialah materi ujian etika dan profesionalisme. AJI percaya, Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) bukan sekadar ritual pemberian "sertifikat kompetensi".

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Melainkan pembuktian kepada publik bahwa anggota AJI adalah jurnalis yang kompeten dalam profesinya. Dengan media yang profesional dan beretika, perjuangan bagi kebebasan pers dan kesejahteraan jurnalis menjadi lebih kuat. Pada April 2012, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) pertama di Wisma Cimanggis yang diikuti 57 anggota AJI secara nasional. Hingga pertengahan Maret 2013, AJI telah menyelenggarakan sembilan kali UKJ di berbagai kota, termasuk dua kali Training of Examiners (ToE). Dari dua event itu dihasilkan 26 penguji UKJ, 29 calon penguji UKJ, dan 175 jurnalis AJI -muda, madya, utama- yang sudah tersertifikasi (Dewan Pers). Dari seluruh penyelenggaraan UKJ, 95 persen anggota AJI dinyatakan kompeten, dua anggota AJI wajib mengikuti ujian perbaikan (remedial), tujuh orang diturunkan tingkatannya, dan satu tidak lulus UKJ AJI. Semua data bisa berubah seiring bertambahnya anggota AJI yang mengikuti Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) dan Training of Examiner (ToE). Materi Kompetensi Kunci (MKK) UKJ AJI dari waktu ke waktu akan dilengkapi dan disempurnakan mengikuti perkembangan jurnalisme di tanah air dan seluruh dunia. Eko Maryadi

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

DAFTAR ISI

PENjELaSaN Aji daN PERaTuRaN DEwaN PERS Uji Kompetensi Jurnalis Aji........................................................................................................ 11 Peraturan Dewan Pers Nomor 1/Peraturan-Dp/Ii/2010 Tentang Standar Kompetensi Wartawan................................................................................ 15 Bagian 1Pendahuluan................................................................................................................... 17 Bagian II Kompetensi Wartawan. .............................................................................................. 29

MaTERi KuNCi I RumPuN PENGETaHuaN Umum Jurnalis Sebagai Profesi, P. Hasudungan Sirait.......................................................................... 37 Pers Dan Perjanalan Nasionalisme Indonesia,Didik Supriyanto......................................... 47 Sekilas Sejarah Jurnalisme. .......................................................................................................... 65 Pers, Teknologi Media Dan Kehidupan Sosial, Didik Supriyanto......................................... 71 Komunikasi Massa........................................................................................................................ 81 Hukum Jurnalistik, Arfi Bambani................................................................................................ 85

MaTERi KuNCi Ii PENGETaHuaN KHuSuS TEORi JuRNaLiSTik Standar Jurnalisme, P. Hasudungan Sirait................................................................................147 Berita, Fakta Dan Fiksi, P. Hasudungan Sirait.........................................................................153 Derajat Kompetensi Narasumber, P. Hasudungan Sirait....................................................165 Gaya Bahasa Jurnalisme, P. Hasudungan Sirait.......................................................................175 Berita Berbobot, P. Hasudungan Sirait.................................................................................... 189

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

MaTERi KuNCi Iii PRakTik JuRNaLiSTik Teknik Wawancara, Satrio Arismunandar................................................................................203 Teknik Dan Mekanisme Peliputan Jurnalistik, Satrio Arismunandar................................217 Penulisan Berita Langsung Berformat Piramida Terbalik, Satrio Arismunandar.............223

JuRNaLiSmE TELEViSi Bentuk Berita Televisi, Satrio Arismunandar...........................................................................233 Proses Pembuatan Berita Di Stasiun Televisi: Studi Kasus Trans TV, Satrio Arismunandar.................................................................................................................... 241

MaTERi KuNCi IV KOdE ETik JuRNaLiSTik DaN PENEGakaNNYa Kode Etik Jurnalistik, Willy Pramudya .................................................................................... 251 Lampiran 1: Kode Etik Aji......................................................................................................... 265 Lampiran 2: Kode Etik Jurnalistik. ........................................................................................... 271 Lampiran 3: Pedoman Pemberitaan Media Siber ..............................................................279 Lampiran 4: Pedoman Pelaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (P3sps) .......285 Menerjemahkan Kode Etik Ke Kode Perilaku, Ati Nurbaiti..............................................287

PENjELaSaN AJI dan PERaTuRaN DEwaN PERS

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

10

Uji KOmPETENSi JuRNaLiS AJI

Ji Kompetensi Jurnalis (selanjutnya disingkat UKJ) yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) merupakan salah satu agenda yang sejak lama didesakkan oleh banyak anggota AJI untuk menjawab problem profesionalisme dan independensi jurnalis serta penegakan etika jurnalistik. Oleh sebab itu Kongres AJI Tahun 2011 di Makassar memasukkan UKJ sebagai salah satu program nasional yang harus dijalankan oleh pengurus AJI yang terpilih pada Kongres AJI Tahun 2011 di Makassar itu. Dewan Pers yang berfungsi untuk mengembangkan dan melindungi kehidupan pers di Indonesia sudah menjadikan UKJ dengan nama Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai program yang telah mulai dilaksanakan sejak tahun 2011. AJI pun memandang UKJ sebagai salah satu cara AJI untuk meningkatkan profesionalisme, terutama ketaatan jurnalis kepada kode etik jurnalistik (KEJ), dan independensi jurnalis anggota AJI. Pada Rapat Kerja Nasional AJI 2012 (Februari, 2012) lahir kesepakatan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun kepengurusan AJI Indonesia (periode 2011-2014) setidaknya separuh dari jumlah anggota AJI telah memiliki sertifikat kompeten. AJI memahami bahwa UKJ bukanlah program eksklusif milik AJI. Beberapa lembaga dan organisasi jurnalis lain yang sudah lolos verifikasi sebagai lembaga penguji juga sudah
11

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

memulai terlebih dulu melaksanakan UKW. Karena itu ada beberapa anggota AJI yang telah mengikuti uji kompetensi sehingga mereka telah memliki serttifikat kompeten. Namun karena masih banyak anggota AJI yang belum memiliki sertifikat kompeten AJI merasa perlu menyelenggarakan program UKJ versi AJI yang diharapkan lebih mencerminkan atau sesuai dengan visi dan nilai-nilai perjuangan AJI. Pada April 2012 untuk kali pertama AJI menyelanggarakan UKJ yang pelaksanaannya tetap sesuai dengan standar Dewan Pers. UKJ AJI yang berlangsung di Wisma Hijau Cimanggis, Depok, Jawa Barat itu meruoakan UKJ perdana sekaligus perintisan UKJ versi AJI dengan menggunakan standar AJI setelah AJI berhasil merumuskan standar kompetensi jurnalis (SKJ) yang lebih sesuai dengan ideologi, filosofi dan nilainilai perjuangan AJI. Secara ringkas dapat dikatakan ada dua tujuan utama penyelenggaraan UKJ di AJI. Pertama, untuk menyiapkan dan mengantarkan anggota AJI agar memiliki SKJ. Kedua, UKJ dan SKJ AJI menjadi acuan standar jurnalistik yang tinggi sekaligus gayut dengan perkembangan pers. Dari segi materi, UKJ AJI berbeda dengan sistem pendidikan jurnalisme di perguruan tinggi maupun sistem pengujiannya. Pada umumnya pendidikan dan pengujian jurnalisme di perguruan tinggi diorganisasikan pada seputar tiga poros atau jalur perkembangan. Pertama, poros yang mengajarkan normanorma, nilai-nilai, perangkat, standar, dan praktik jurnalisme; kedua, poros yang menekankan diri pada aspek-aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, hukum dan etika dari praktik jurnalisme, baik di dalam negeri maupun luar negeri; dan ketiga, poros yang terdiri dari pengetahuan umum dan tantangantantangan intelektual dalam dunia jurnalisme. [Lihat Buku Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Jurnalisme (Versi Asli: Model Curricula for Journalisme Education oleh Uniesco, 2007)].

12

Sementara UKJ AJI, sesuai dengan tujuannya terorganisasikan pada empat poros utama, yakni Pengetahuan Umum; Jurnalisme; Praktik Jurnalistik; dan keempat, Pendalaman Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Rumpun atau poros Pengetahuan Umum berisi materi kunci yang berkaitan dengan Profesionalisme, Komunikasi Massa, Pers Nasional dan Media Global, Hukum Pers. Rumpun Jurnalisme atau Teori Jurnalistik adalah materi kunci yang berkaitan dengan Prinsip-prinsip Jurnalistik,; Unsur Berita, Nilai Berita, dan Jenis Berita; Bahasa Jurnalistik; Fakta dan Opini; Narasumber; dan Kode Etik Jurnalistik. Sedang Rumpu Praktik Jurnalistik ialah materi kunci yang berkaitan dengan Teknik Melakukan Wawancara, Menjalani Peliputan, Menyusun Berita, Menyunting Berita, Merancang Materi dan Desain, Mengelola Manajemen Redaksi, Menetapkan Kebijakan Redaksi, dan Menggunakan Peralatan Teknologi Informasi. Rumpun Pendalaman KEJ, adalah materi kunci yang berkiatan dengan pemetaan dan penyikapan problem etik serta perincian Kode Etik ke Kode Perilaku. Dari segi metodologi, UKJ AJI menggunakan metode eklektik atau gabungan beberapa metode. Metode ini dipilih atas dasar asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal karena tiap-tiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan. Secara ringkas metode eklektik yang dimaksudkan di sini ialah metode yang menggabungkan metode penugasan antara lain menulis artikel atau esai sebelum mengikuti ujian tertutup, (menjawab pertanyaan secara) tertulis, (tanya jawab secara) lisan, praktik dan simulasi, serta diskusi. Dari segi pelaksanaanannya, UKJ AJI berlangsung selama dua hari penuh dari pagi hingga malam atau dua setengah hari. Setiap pelaksanaan UKJ selalu diawali dengan sosialisasi konsep, metodologi dan pelaksanaan ujian. Peserta juga akan
13

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

diajak mendalami semua materi kunci yang akan diujikan, Materi-materi itu mulai dari yang termasuk dalam Rumpun Pengetahuan Umum hingga Rumpun Etika Jurnalistik. Oleh sebab itu sebelum memasuki sesi ujian pokok, peserta UKJ AJI diwajibkan mengikuti sesi pendalaman tersebut bersama narasumber yang dipandang berkompeten. Da;am kaitan ini ada catatan yang perlu memperoleh perhatian, karena para anggota AJI berada dalam jenjang/ tingkatan yang berbeda-beda karena masa kerja dan posisi yang bebreda-beda pula, maka UKJ AJI diberikan berdasarkan jenjang, yakni mulai dari jenjang senior hingga jenjang yunior. Namun pelaksanaanya dilakukan secara serentak dalam satu satuan penyelenggaraan. Dari sisi penguji, setiap penyelenggaraan UKJ akan melibatkan satu tim penguji bernama Tim Penguji AJI Indonesia. Penguji pada UKJ AJI adalah jurnalis senior anggota AJI yang telah mengikuti pelatihan penguji yang diselenggarakan oleh AJI Indonesia melalui program Training of Examiner (TOE). Pada umumnya , selama UKJ berlangsung seorang penguji hanya memiliki kemampuan menguji maksimal enam peserta UKJ. Oleh sebab itu, jumlah anggota tim penguji pada suatu UKJ terganuing pada jumlah peserta. Untuk saat ini, penyelenggaraan UKJ AJI diprioritaskan bagi jurnalis anggota AJI. Namun untuk selanjutnya AJI tidak menutup peluang bagi jurnalis non-AJI yang ingin mengikuti UKJ AJI dengan syarat bersedia memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku maupun kultur yang hidup di lingkungan AJI. Willy Pramudya  oordinator Divisi Etik dan Pengambangan Profesi K AJI Indonesia

14

PERATURAN DEWAN PERS


Nomor 1/Peraturan-DP/II/2010 Tentang STANDAR KOMPETENSI WARTAWAN

MENimBaNG: a. B  ahwa diperlukan standar profesionalitas wartawan; untuk dapat menilai

b.  Bahwa belum terdapat standar kompetensi wartawan yang dapat digunakan oleh masyarakat pers; c. B  ahwa hasil rumusan Hari Pers Nasional tahun 2007 antara lain mendesak agar Dewan Pers segera memfasilitas perumusan standar kompetensi wartawan; d. B  ahwa demi kelancaran tugas dan fungsi Dewan Pers dan untuk memenuhi permintaan perusahaan pers, organisasi wartawan dan masyarakat pers maka Dewan Pers mengeluarkan Peraturan tentang Standar Kompetensi Wartawan. MENGiNGaT: 1.  Pasal 15 ayat (2) huruf F Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers; 2. Keputusan Presiden Nomor 7/M Tahun 2007 tanggal 9 Februari 2007, tentang Keanggotaan Dewan Pers periode tahun 2006 2009; 3.  Peraturan Dewan Pers Nomor 3/Peraturan-DP/III/2008

15

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

tentang Standar Organisasi Perusahaan Pers; 4.  Peraturan Dewan Pers Nomor 7/Peraturan-DP/III/2008 tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 04/SK-DP/III/2006 tentang Standar Organisasi Wartawan; 5.  Pertemuan pengesahan Standar Kompetensi Wartawan yang dihadiri oleh organisasi pers, perusahaan pers organisasi wartawan, dan masyarakat pers serta Dewan Pers pada hari Selasa, 26 Januari 2010, di Jakarta; 6. Keputusan Sidang Pleno Dewan Pers pada hari Selasa tanggal 2 Februari 2010 di Jakarta. MEMUTUSKAN Menetapkan: Peraturan Dewan Pers tentang Standar Kompetensi Wartawan. Pertama: Mengesahkan Standar Kompetensi Wartawan sebagaimana terlampir. Kedua: Peraturan Dewan Pers ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2 Februari 2010

Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA

16

BAGIAN I PENDAHULUAN

a. UMUM Menjadi wartawan merupakan hak asasi seluruh warga negara. Tidak ada ketentuan yang membatasi hak seseorang untuk menjadi wartawan. Pekerjaan wartawan sendiri sangat berhubungan dengan kepentingan publik karena wartawan adalah bidan sejarah, pengawal kebenaran dan keadilan, pemuka pendapat, pelindung hak-hak pribadi masyarakat, musuh penjahat kemanusiaan seperti koruptor dan politisi busuk. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya wartawan harus memiliki standar kompentensi yang memadai dan disepakati oleh masyarakat pers. Standar kompetensi ini menjadi alat ukur profesionalitas wartawan. Standar kompetensi wartawan (SKW) diperlukan untuk melindungi kepentingan publik dan hak pribadi masyarakat. Standar ini juga untuk menjaga kehormatan pekerjaan wartawan dan bukan untuk membatasi hak asasi warga negara menjadi wartawan. Kompetensi wartawan pertama-pertama berkaitan dengan kemampuan intelektual dan pengetahuan umum. Di dalam kompetensi wartawan melekat pemahaman tentang pentingnya kemerdekaan berkomunikasi, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.

17

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Kompetensi wartawan meliputi kemampuan memahami etika dan hukum pers, konsepsi berita, penyusunan dan penyuntingan berita, serta bahasa. Dalam hal yang terakhir ini juga menyangkut kemahiran melakukannya, seperti juga kemampuan yang bersifat teknis sebagai wartawan profesional, yaitu mencari, memperoleh, menyimpan, memiliki, mengolah, serta membuat dan menyiarkan berita. Untuk mencapai standar kompetensi, seorang wartawan harus mengikuti uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga yang telah diverifikasi Dewan Pers, yaitu perusahaan pers, organisasi wartawan, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan jurnalistik. Wartawan yang belum mengikuti uji kompetensi dinilai belum memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi ini B. PENGERTIAN Standar adalah patokan baku yang menjadi pegangan ukuran dan dasar. Standar juga berarti model bagi karakter unggulan. Kompetensi adalah kemampuan tertentu yang meng gambarkan tingkatan khusus menyangkut kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran lainnya. Kompetensi wartawan adalah kemampuan wartawan un tuk me mahami, menguasai, dan menegakkan profesi jurnalis

18

tik atau kewartawanan serta kewenangan untuk menentukan (memutuskan) sesuatu di bidang kewartawanan. Hal itu menyangkut kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi wartawan adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas kewartawanan. C.TUJUAN STANDAR KOMPETENSI WARTAWAN 1. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas wartawan. 2. Menjadi acuan sistem evaluasi kinerja wartawan oleh perusahaan pers. 3. Menegakkan kemerdekaan pers berdasarkan kepen tingan publik. 4. Menjaga harkat dan martabat kewartawanan sebagai profesi khusus penghasil karya intelektual. 5. Menghindarkan penyalahgunaan profesi wartawan. 6. Menempatkan wartawan pada kedudukan strategis dalam industri pers. D. MODEL DAN KATEGORI KOMPETENSI Dalam rumusan kompetensi wartawan ini digunakan model dan kategori kompetensi, yaitu: 1. Kesadaran (awareness): mencakup kesadaran tentang etika dan hukum, kepekaan jurnalistik, serta pentingnya jejaring dan lobi. 2. Pengetahuan (knowledge): mencakup teori dan prinsip jurnalistik, pengetahuan umum, dan pengetahuan khusus.

19

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

3. Keterampilan (skills): mencakup kegiatan 6M (mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi), serta melakukan riset/ investigasi, analisis/prediksi, serta menggunakan alat dan teknologi informasi. Kompetensi wartawan yang dirumuskan ini merupakan hal-hal mendasar yang harus dipahami, dimiliki, dan dikuasai oleh seorang wartawan. Kompetensi wartawan Indonesia yang dibutuhkan saat ini adalah sebagai berikut: 1. Kesadaran (awareness) Dalam melaksanakan pekerjaannya wartawan dituntut menyadari norma-norma etika dan ketentuan hukum. Garis besar kompetensi kesadaran wartawan yang diperlukan bagi peningkatan kinerja dan profesionalisme wartawan adalah: 1.1. Kesadaran Etika dan Hukum Kesadaran akan etika sangat penting dalam profesi kewartawanan, sehingga setiap langkah wartawan, termasuk dalam mengambil keputusan untuk menulis atau menyiarkan masalah atau peristiwa, akan selalu dilandasi pertimbangan yang matang. Kesadaran etika juga akan memudahkan wartawan dalam mengetahui dan menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan seperti melakukan plagiat atau menerima imbalan. Dengan kesadaran ini wartawan pun akan tepat dalam menentukan kelayakan berita atau menjaga kerahasiaan sumber.

20

Kurangnya kesadaran pada etika dapat berakibat serius berupa ketiadaan petunjuk moral, sesuatu yang dengan tegas mengarahkan dan memandu pada nilainilai dan prinsip yang harus dipegang. Kekurangan kesadaran juga dapat menyebabkan wartawan gagal dalam melaksanakan fungsinya. Wartawan yang menyiarkan informasi tanpa arah berarti gagal menjalankan perannya untuk menyebarkan kebenaran suatu masalah dan peristiwa. Tanpa kemampuan menerapkan etika, wartawan rentan terhadap kesalahan dan dapat memunculkan persoalan yang berakibat tersiarnya informasi yang tidak akurat dan bias, menyentuh privasi, atau tidak menghargai sumber berita. Pada akhirnya hal itu menyebabkan kerja jurnalistik yang buruk. Untuk menghindari hal - hal di atas wartawan wajib: a. Memiliki integritas, tegas dalam prinsip, dan kuat dalam nilai. Dalam melaksanakan misinya wartawan harus beretika, memiliki tekad untuk berpegang pada standar jurnalistik yang tinggi, dan memiliki tanggung jawab. b. Melayani kepentingan publik, mengingatkan yang berkuasa agar bertanggung jawab, dan menyuarakan yang tak bersuara agar didengar pendapatnya. c. Berani dalam mempertanyakan perbedaan. keyakinan, independen, otoritas, dan menghargai

Wartawan harus terus meningkatkan kompetensi etikanya, karena wartawan yang terus melakukan hal itu akan lebih siap dalam menghadapi situasi yang pelik.

21

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Untuk meningkatkan kompetensi etika, wartawan perlu mendalami Kode Etik Jurnalistik dan kode etik organisasi wartawan masing-masing. Sebagai pelengkap pemahaman etika, wartawan dituntut untuk memahami dan sadar ketentuan hukum yang terkait dengan kerja jurnalistik. Pemahaman tentang hal ini pun perlu terus ditingkatkan. Wartawan wajib menyerap dan memahami Undang-Undang Pers, menjaga kehormatan, dan melindungi hak-haknya. Wartawan juga perlu tahu hal-hal mengenai peng hinaan, pelanggaran terhadap privasi, dan ber bagai ketentuan dengan narasumber (seperti off the record, sumber-sumber yang tak mau disebut nama nya/ confidential sources). Kompetensi hukum menuntut penghargaan pada hukum, batas-batas hukum, dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan berani untuk memenuhi kepentingan publik dan menjaga demokrasi. 1.2. Kepekaan Jurnalistik Kepekaan jurnalistik adalah naluri dan sikap diri wartawan dalam memahami, menangkap, dan mengungkap informasi tertentu yang bisa dikembangkan menjadi suatu karya jurnalistik. 1.3. Jejaring dan Lobi Wartawan yang dalam tugasnya mengemban kebebasan pers sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat harus sadar, kenal, dan memerlukan jejaring dan lobi yang seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya, sebagai

22

sumber informasi yang dapat dipercaya, akurat, terkini, dan komprehensif serta mendukung pelaksanaan profesi wartawan. Hal-hal di atas dapat dilakukan dengan: a. Membangun jejaring dengan narasumber; b. Membina relasi; c. Memanfaatkan akses; d. Menambah dan memperbarui basis data relasi; e. Menjaga sikap profesional dan integritas sebagai wartawan. 2. Pengetahuan (knowledge) Wartawan dituntut untuk memiliki teori dan prinsip jurnalistik, pengetahuan umum, serta pengetahuan khusus. Wartawan juga perlu mengetahui berbagai perkembangan informasi mutakhir bidangnya. 2.1. Pengetahuan Umum Pengetahuan umum mencakup pengetahuan umum dasar tentang berbagai masalah seperti sosial, budaya, politik, hukum, sejarah, dan ekonomi. Wartawan dituntut untuk terus menambah pengetahuan agar mampu mengikuti dinamika sosial dan kemudian menyajikan informasi yang bermanfaat bagi khalayak. 2.2. Pengetahuan Khusus Pengetahuan khusus mencakup pengetahuan yang berkaitan dengan bidang liputan. Pengetahuan ini diperlukan agar liputan dan karya jurnalistik spesifik seorang wartawan lebih bermutu.

23

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

2.3. Pengetahuan Teori dan Prinsip jurnalistik Pengetahuan teori dan prinsip jurnalistik mencakup pengetahuan tentang teori dan prinsip jurnalistik dan komunikasi. Memahami teori jurnalistik dan komunikasi penting bagi wartawan dalam menjalankan profesinya. 3. Keterampilan (skills) Wartawan mutlak menguasai keterampilan jurnalistik seperti teknik menulis, teknik mewawancara, dan teknik menyunting. Selain itu, wartawan juga harus mampu melakukan riset, investigasi, analisis, dan penentuan arah pemberitaan serta terampil menggunakan alat kerjanya termasuk teknologi informasi. 3.1. Keterampilan Peliputan (Enam M) Keterampilan peliputan mencakup keterampilan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi. Format dan gaya peliputan terkait dengan medium dan khalayaknya. 3.2. Keterampilan Menggunakan Alat dan Teknologi Informasi Keterampilan menggunakan alat mencakup kete ram pilan menggunakan semua peralatan termasuk teknologi informasi yang dibutuhkan untuk menunjang profesinya. 3.3. Keterampilan Riset dan Investigasi Keterampilan riset dan investigasi mencakup kemampuan menggunakan sumber-sumber referensi dan data yang tersedia; serta keterampilan melacak dan memverifikasi informasi dari berbagai sumber.
24

3.4. Keterampilan Analisis dan Arah Pemberitaan Keterampilan analisis dan penentuan arah pemberitaan mencakup kemampuan mengumpulkan, membaca, dan menyaring fakta dan data kemudian mencari hubungan berbagai fakta dan data tersebut. Pada akhirnya wartawan dapat memberikan penilaian atau arah perkembangan dari suatu berita. E. KOMPETENSI KUNCI Kompetensi kunci merupakan kemampuan yang harus dimiliki wartawan untuk mencapai kinerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi tertentu. Kompetensi kunci terdiri dari 11 (sebelas) kategori kemampuan, yaitu: 1. Memahami dan menaati etika jurnalistik; 2. Mengidentifikasi masalah terkait yang memiliki nilai berita; 3. Membangun dan memelihara jejaring dan lobi; 4. Menguasai bahasa; 5. Mengumpulkan dan menganalisis informasi (fakta dan data) dan informasi bahan berita; 6. Menyajikan berita; 7. Menyunting berita; 8. Merancang rubrik atau kanal halaman pemberitaan dan atau slot program pemberitaan; 9. Manajemen redaksi; 10. Menentukan kebijakan dan arah pemberitaan; 11. Menggunakan peralatan teknologi pemberitaan;

25

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

F. LEMBAGA PENGUJI KOMPETENSI Lembaga yang dapat melaksanakan uji kompetensi wartawan adalah: 1. Perguruan tinggi yang memiliki program studi komunikasi/jurnalistik, 2. Lembaga pendidikan kewartawanan, 3. Perusahaan pers, dan 4. Organisasi wartawan. Lembaga tersebut harus memenuhi kriteria Dewan Pers. G. UJIAN KOMPETENSI 1. Peserta yang dapat menjalani uji kompetensi adalah wartawan. 2. Wartawan yang belum berhasil dalam uji kompetensi dapat mengulang pada kesempatan ujian berikutnya di lembaga-lembaga penguji kompetensi. 3. Sengketa antarlembaga penguji atas hasil uji kompetensi wartawan, diselesaikan dan diputuskan oleh Dewan Pers. 4. Setelah menjalani jenjang kompetensi wartawan muda sekurang-kurangnya tiga tahun, yang bersangkutan berhak mengikuti uji kompetensi wartawan madya. 5. Setelah menjalani jenjang kompetensi wartawan madya sekurang-kurangnya dua tahun, yang bersangkutan berhak mengikuti uji kompetensi wartawan utama. 6. Sertifikat kompetensi berlaku sepanjang pemegang sertifikat tetap menjalankan tugas jurnalistik. 7. Wartawan pemegang sertifikat kompetensi yang tidak

26

menjalankan tugas jurnalistik minimal selama dua tahun berturut-turut, jika akan kembali menjalankan tugas jurnalistik, diakui berada di jenjang kompetensi terakhir. 8. Hasil uji kompetensi ialah kompeten atau belum kompeten. 9. Perangkat uji kompetensi terdapat di Bagian III Standar Kompetensi Wartawan ini dan wajib digunakan oleh lembaga penguji saat melakukan uji kompetensi terhadap wartawan. 10. Soal ujian kompetensi disiapkan oleh lembaga penguji dengan mengacu ke perangkat uji kompetensi. 11. Wartawan dinilai kompeten jika memperoleh hasil minimal 70 dari skala penilaian 10 100. H. LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI Lembaga penguji menentukan kelulusan wartawan dalam uji kompetensi dan Dewan Pers mengesahkan kelulusan uji kompetensi tersebut. i. PEMIMPIN REDAKSI Pemimpin redaksi menempati posisi strategis dalam perusahaan pers dan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat profesionalitas pers. Oleh karena itu, pemimpin redaksi haruslah yang telah berada dalam jenjang kompetensi wartawan utama dan memiliki pengalaman yang memadai. Kendati demikian, tidak boleh ada ketentuan yang bersifat diskriminatif dan melawan pertumbuhan alamiah yang menghalangi seseorang menjadi pemimpin redaksi. Wartawan yang dapat menjadi pemimpin redaksi ialah

27

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

mereka yang telah memiliki kompetensi wartawan utama dan pengalaman kerja sebagai wartawan minimal 5 (lima) tahun. j. PENANGGUNG JAWAB Sesuai dengan UU Pers, yang dimaksud dengan penanggung jawab adalah penanggung jawab perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang redaksi. Dalam posisi itu penanggung jawab dianggap bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses dan hasil produksi serta konsekuensi hukum perusahaannya. Oleh karena itu, penanggung jawab harus memiliki pengalaman dan kompetensi wartawan setara pemimpin redaksi. k.TOKOH PERS Tokoh-tokoh pers nasional yang reputasi dan karyanya sudah diakui oleh masyarakat pers dan telah berusia 50 tahun saat standar kompetensi wartawan ini diberlakukan dapat ditetapkan telah memiliki kompetensi wartawan. Penetapan ini dilakukan oleh Dewan Pers. L. LAIN-LAIN Selambat-lambatnya dua tahun sejak diberlakukannya Standar Kompetensi Wartawan ini, perusahaan pers dan organisasi wartawan yang telah dinyatakan lulus verifikasi oleh Dewan Pers sebagai lembaga penguji Standar Kompetensi Wartawan harus menentukan jenjang kompetensi para wartawan di perusahaan atau organisasinya. Perubahan Standar Kompetensi Wartawan dilakukan oleh masyarakat pers dan difasilitasi oleh Dewan Pers.

28

Bagian II KOMPETENSI WARTAWAN

a. ELEMEN KOMPETENSI Elemen Kompetensi adalah bagian kecil unit kompetensi yang mengidentifikasikan aktivitas yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Kandungan elemen kompetensi pada setiap unit kompetensi mencerminkan unsur pencarian, perolehan, pemilikan, penyimpanan, pengolahan, dan penyampaian. Elemen kompetensi wartawan terdiri dari: 1. Kompetensi umum, yakni kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh semua orang yang bekerja sebagai wartawan. 2. Kompetensi inti, yakni kompetensi yang dibutuhkan wartawan dalam melaksanakan tugas-tugas umum jurnalistik. 3. Kompetensi khusus, yakni kompetensi yang dibutuhkan wartawan dalam melaksanakan tugastugas khusus jurnalistik. B. KUALIFIKASI KOMPETENSI WARTAWAN Kualifikasi kompetensi kerja wartawan dalam kerangka kualifikasi nasional Indonesia dikategorikan dalam kualifikasi I, II, III. Dengan demikian, jenjang kualifikasi kompetensi kerja wartawan dari yang terendah sampai dengan tertinggi
29

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

ditetapkan sebagai berikut: 1. Kualifikasi I untuk Sertifikat Wartawan Muda. 2. Kualifikasi II untuk Sertifikat Wartawan Madya. 3. Kualifikasi III untuk Sertifikat Wartawan Utama. C. JENJANG KOMPETENSI WARTAWAN 1. Jenjang Kompetensi Wartawan Muda 2. Jenjang Kompetensi Wartawan Madya 3. Jenjang Kompetensi Wartawan Utama Masing-masing jenjang dituntut memiliki kompetensi kunci terdiri atas: 1. Kompetensi Wartawan Muda: melakukan kegiatan. 2. Kompetensi Wartawan Madya: mengelola kegiatan. 3. Kompetensi Wartawan Utama: mengevaluasi dan memodifikasi proses kegiatan. d. ELEMEN UNJUK KERJA Elemen unjuk kerja merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan proses kerja pada setiap elemen kompetensi. Elemen kompetensi disertai dengan kriteria unjuk kerja harus mencerminkan aktivitas aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. 1.1. Elemen Kompetensi Wartawan Muda a. Mengusulkan dan merencanakan liputan. b. Menerima dan melaksanakan penugasan. c. Mencari bahan liputan, termasuk informasi dan

30

referensi d. Melaksanakan wawancara. e. Mengolah hasil liputan dan menghasilkan karya jurnalistik. f. Mendokumentasikan hasil liputan dan membangun basis data pribadi. g. Membangun dan memelihara jejaring dan lobi. 1.2. Elemen Kompetensi Wartawan Madya a. Menyunting karya jurnalistik wartawan. b. Mengompilasi jurnalistik. bahan liputan menjadi karya

c. Memublikasikan berita layak siar. d. Memanfaatkan sarana kerja berteknologi informasi. e. Merencanakan, mengoordinasikan dan melakukan liputan berkedalaman (indepth reporting). f. Merencanakan, mengoordinasikan dan melakukan liputan investigasi (investigative reporting). g. Menyusun peta berita untuk mengarahkan kebijakan redaksi di bidangnya. h. Melakukan evaluasi pemberitaan di bidangnya. i. j. Membangun dan memelihara jejaring dan lobi. Memiliki jiwa kepemimpinan.

1.3. Elemen Kompetensi Wartawan Utama a. Menyunting karya jurnalistik wartawan. b. Mengompilasi jurnalistik. bahan liputan menjadi karya

31

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

c. Memublikasikan berita layak siar. d. Memanfaatkan sarana kerja berteknologi informasi. e. Merencanakan, mengoordinasikan dan melakukan liputan berkedalaman (indepth reporting). f. Merencanakan, mengoordinasikan dan melakukan liputan investigasi (investigative reporting). g. Menyusun peta berita untuk mengarahkan kebijakan redaksi. h. Melakukan evaluasi pemberitaan. i. j. l. Memiliki kemahiran manajerial redaksi. Mengevaluasi seluruh kegiatan pemberitaan. Berpandangan jauh ke depan/visioner.

k. Membangun dan memelihara jejaring dan lobi. m. Memiliki jiwa kepemimpinan.

E.TINGKATAN KOMPETENSI KUNCI Rincian tingkatan kemampuan pada setiap kategori kemampuan digunakan sebagai basis perhitungan nilai untuk setiap kategori kompetensi kunci. Hal itu digunakan dalam menetapkan tingkat/derajat kesulitan untuk mencapai unit kompetensi tertentu.

32

MATERI DAN METODE UJI KOMPETENSI JURNALISTIK ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN


NO. MaTERi TujuaN

A. PENGETAHUAN UMUM 01. Profesional Menguji pengetahuan tentang profesionalisme. isme Menguji pemahaman tentang peran dan fungsi jurnalis. Menguji pemahaman tentang masalah dan tantangan profesi. 02. Komunikasi Menguji pengetahuan tentang komunikasi massa. Massa Menguji pengetahuan tentang posisi dan fungsi media massa. Menguji pengetahuan tentang pengaruh teknologi informasi terhadap komunikasi massa. 03. Pers Nasional Menguji pengetahuan ttg sejarah pers nasional dan global. dan Media Menguji pemahaman ttg masalah dan tantangan pers Global nasional. 04. Hukum Pers Menguji pengetahuan ttg dasar-dasar hukum pers nasional. Menguji pemahaman ttg permasalahan pengaturan pers. TEORI JURNALISTIK Prinsip-prinsip Menguji pengetahuan ttg prinsip-prinsip kerja jurnalistik. Jurnalistik Menguji pehamanan ttg konsekuensi atas berlakunya prinsip-prinsip kerja jurnalistik. Menguji pemahaman ttg hubungan prinsip kerja jurnalistik dg kode etik. Unsur Berita, Menguji pemahaman ttg unsur berita, nilai berita dan Nilai Berita, jenis berita. Jenis Berita Menguji ketrampilan penggunaan nilai berita dan jenis berita dlm meliput dan menyusun berita. Menguji kemampuan pengembangan berita berdasar nilai berita dan jenis berita. Bahasa Menguji pengetahuan ttg kaidah-kaidah bahasa Indonesia Jurnalistik yg baik dan benar. Menguji pemahaman ttg kaidah-kaidah bahasa jurnalistik. Fakta dan Menguji pengetahuan ttg pengertian dan perbedaan Opini antara fakta dan opini. Menguji pemahaman ttg realitas sosialogis dan realitas psikolois. Menguji pemahaman ttg hubungan fakta dan opini dlm menyusun berita. Menguji pemahaman ttg opini redaksi dlm mengarahkan agenda publik.

B. 05.

06.

07.

08.

33

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

NO.

MaTERi

TujuaN

09. Narasumber

10. Kode Etik Jurnalistik

Menguji pengetahuan ttg kompetensi narasumber. Menguji pemahaman ttg menjaga hubungan dg narasumber. Menguji pemahaman membangun jejaring dan lobi. Menguji pengetahuan ttg materi kode etik. Menguji pemahaman ttg praktek kode etik. Menguji pemahaman ttg posisi dan fungsi lembaga ombudman dan dewan pers.

C. PRAKTEK JURNALISTIK 11. Melakukan Menguji kemampuan mempersiapkan materi wawancara. Wawancara Menguji kemampuan berbagai bentuk wawancara. 12. Menjalankan Menguji kemampun mempersiapkan materi liputan. Liputan Menguji kemampuan mengumpulkan informasi berupa fakta dan data. 13. Menyusun Menguji kemampuan dlm membuat jenis-jenis berita dan Berita tulisan. 14. Menyunting Menguji kemampuan menyunting berita. Berita 15. Merancang Menguji kemampuan dlm merancang materi dan desain Materi dan media utk target audiens ttt. Desain 16. Mengelola Menguji kemampuan dlm mengelola redaksi. Manajemen Redaksi 17. Menetapkan Menguji kemampuan dlm menentukan kebijakan redaksi Kebijakan dan arah pemberitaan. Redaksi 18. Menggunakan Menguji kemampuan penggunaan peralatan teknologi Peralatan informasi pemberitaan. Teknologi Informasi D. PENDALAMAN KODE ETIK JURNALISTIK 19. Pemetaan dan Menguji kemampuan dlm memetakan permasalahan Penyikapan penerapan kode etik. Problem Etik Menguji kemampuan dlm menyikapi permasalahan penerapan kode etik. 20. Perincian Menguji kemampuan dlm menyederha nakan masalah Kode Etik ke penerapan kode etik. Kode Perilaku Menguji kemampuan dalam menerjemah kan kode etik ke dalam kode perilaku.

34

Materi KunCi I RUMPUN PENGETAHUAN UMUM

Jurnalis sebagai Profesi Pers dan Perjanalan Nasionalisme Indonesia Pers,Teknologi Media dan Kehidupan Sosial Komunikasi Massa Hukum Jurnalistik dan UU Pers

35

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

36

JuRNaLiS SEBaGai PROFESi

Oleh P. Hasudungan Sirait

urnAlis/wartawan/pewarta adalah sebuah profesi seperti halnya dokter, pilot, akuntan, apoteker, dosen, hakim, jaksa, pengacara, atau notaris. Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan profesi? Apa bedanya dengan pekerja lain, katakanlah pengamen, tukang tambal ban, atau kondektur bus kota? Bukankah semua itu sama-sama pekerjaan? Orang awam sering menyamakan begitu saja pengertian pekerjaan dengan profesi. Jurnalis pun masih banyak yang seperti itu. Mereka keliru, tentu. Bahwa profesi adalah pekerjaan, itu jelas. Tapi ada bedanya? Ada kualifikasi yang harus dipenuhi agar suatu bidang pekerjaan bisa dikategorikan sebagai profesi dan pelakunya disebut profesional.
PEkERjaaN PROFESi

Sopir Tukang pijat Tukang ojek Bakul jamu Pemulung Pengamen Tukang tambal ban Pekerja seks komersil (PSK) Pembantu rumah tangga Calo Pengemis Montir

Arsitek Pilot Akuntan Guru-dosen Pengacara Geolog Dokter Disainer grafis Arkeolog Planolog Tentara Astronom

37

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Lihatlah tabel di atas. Apa yang membedakan antara lajur kiri dan kanan? Ada yang mengatakan yang di lajur kanan berketrampilan. Memang benar. Tapi apakah yang di lajur kiri tidak demikian? Tukang pijat atau pembantu rumah tangga, contohnya; tak usah menyebut PSK. Bukankah banyak dari mereka yang terampil betul menjalankan pekerjaannya? Sebaliknya, bukankah dokter atau pengacara ada juga yang tak becus melakoni bidangnya? Terang, ketrampilan tak bisa kita jadikan pembeda. Kalau begitu, apa? Profesi dan profesional merupakan dua kata yang sangat bertaut. Yang satu kata benda, yang satu lagi kata sifat. Mereka yang berada di jalur sebuah profesi dan memenuhi kualifikasi bidangnya itulah yang disebut profesional. Memang sering juga kata profesional dimaknai lebih luas. Yaitu mereka yang menghidupi atau menafkahi diri dengan menggeluti dunia tersebut sepenuhnya. Penyanyi, pemusik, aktor, pemain sepakbola, petinju, atau pegolf profesional, misalnya. Atribut ini dipakai untuk membedakan mereka dari sejawatnya yang amatir; maksudnya: melakoni pekerjaan itu bukan sebagai jalan hidup. Kata lainnya, sambilan belaka. Supaya bisa disebut profesional seseorang harus memenuhi standar kompetensi bidangnya selain berfokus di sana. Mari kita telaah apa sesungguhnya yang dimaksud dengan profesi dan profesional itu. KuaLiFikaSi Ada sejumlah syarat agar sebuah pekerjaan merupakan profesi dan pelakonnya dikatakan profesional. Ini berlaku universal. Berikut paparannya.

38

Pendidikan khusus Mereka yang bergelut di bidang tersebut telah menjalani pendidikan khusus. Sekolah akuntansi, perawat, kebidanan, geologi, pertambangan, kepolisian, penerbangan, pelayaran, kepengacaraan, kehakiman, atau grafis, misalnya. Jenjang pendidikan ini macam-macam. Tapi kalau menggunakan ukuran yang berlaku di negeri kita sekarang minimal D-3. Strata Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)sekolah ini naik daun setelah sebuah SMK di Solo berhasil membuat mobil belum cukup. Bisa juga merupakan kursus singkat tapi pesertanya paling tidak telah berijazah D-3. Peserta kursus calon pengacara, umpanya, harus lulusan program S-1. Tukang pijat atau montir, misalnya, sebagian pernah mengikuti pendidikan juga. Kursus, tepatnya. Bagaimana predikat mereka initidakkah sama? Tetap saja tidak, sebab syarat berikut tidak semuanya mereka penuhi. Ketrampilan khusus Setelah mengikuti pendidikan khusus dengan sendirinya peserta memperoleh ketrampilan khusus. Yang dimaksud dengan ketrampilan adalah kecakapan yang merupakan perpaduan antara wawasan dengan kemampuan praktik. Seorang lulusan kursus pengacara misalnya akan memiliki ketrampilan seorang pengacara. Antara lain kepiawaian beracara di pengadilan, mendampingi klien, menyusun pembelaan (pledoi), atau menyiapkan jawaban (replik). Atau, seorang yang telah lulus dari fakultas kedokteran dan telah bergelar dokter akan mempunyai ketrampilan menangani pasien yang penyakitnya yang tidak spesifik. Selesma, sakit perut, muntaber, demam berdarah, radang tenggorokan, luka bakar, atau kadas-panu, umpamanya

39

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Standar kompetensi Ketrampilan tadi terukur. Artinya tingkat penguasaan ketrampilan itu definitif, tidak tergantung situasai [baca: tempat dan waktu]. Ketrampilan biasanya dibagi menjadi kecakapan standar (baku) dan tambahan. Yang harus dikuasai paling tidak yang baku. Di mana pun seorang pilot akan bisa menerbangkan pesawat yang telah dikenalnya dengan baik. Akuntan pun demikian: ia akan bisa memeriksa keuangan sebuah perusahaan atau lembaga apa pun dan di mana pun asal pembukuan tersebut standar. Seyogyanya seorang jurnalis pun demikian. Ia akan bisa menjalankan news gathering, news writing, dan news reporting kapan saja dan di mana saja. Organisasi Memiliki pendidikan khusus, ketrampilan khusus, serta standar kompetensi saja belum cukup. Seseorang harus menjadi bagian dari sebuah organisasi profesi supaya disebut profesional. Pasalnya, organisasilah yang akan menguji secara berkala kemampuan profesional tersebut menentukan jenjang, serta yang menjadi regulator mereka. Bila ada persoalan terkait dengan profesimisalnya dugaan malpraktikorganisasilah yang menjadi otoritas yang memeriksa serta memutus perkaranyadalam hal ini majelis kode etik. Di Indonesia, organisasi profesi ada yang tunggal dan ada yang jamak. Dokter, misalnya, hanya berwadah satu yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI); akuntan pun demikian, hanya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sedangkan pengacara organisasinya beberapa termasuk Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), dan Serikat Pengcara Indonesia (SPI). Organisasi wartawan juga majemuk. Ada AJI, PWI, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Pewarta Foto, dan banyak lagi.

40

Kode etik Setiap anggota organisasi profesi harus menjujung tinggi kode etiknya. Isi kode etik sebuah profesi pada dasarnya sama, kendati lembaganya macam-macam. Kode etik berfungsi sebagai rambu pengaman bagi anggota profesi baik ketika berhubungan dengan sejawat maupun dengan pihak luar. Ibarat rel, di sepanjang lintasan itulah kereta api wartawan lalu-lalang. Selama taat kode etik, mereka tak perlu khawatir bertabrakan dengan kendaraan baik yang sejenis maupun yang berbeda. Artinya, tak usah mencemaskan munculnya gugatan dari pihak mana pun terkait dengan pemberitaan. Kalaupun diperkarakan, mereka bisa membela diri dengan menggunakan bukti-bukti karya profesionalnya. KuaLiFikaSi TiNGGi Supaya gambaran tentang syarat profesi ini jelas mari kita lihat potret tiga profesi di negeri kita ini yaitu dokter, pilot, dan pengacara. Kita mulai dari dokter. Bagaimana prosesnya untuk menjadi seorang dokter di Indonesia? Panjang tahapannya; barangkali malah yang terpanjang. Awalnya seseorang masuk fakultas kedokteran (FK) lewat seleksi yang ketat. Standar lulusnya (passing grade) merupakan yang tertinggi, sama dengan jurusan favorit di bidang teknik. Sejak zaman baheula, hanya orang-orang pintarlah yang diterima di FK UI, UGM, Airlangga, Trisakti, Udayana, USU, dan perguruan tinggi top lainnya. Sampai sekarang puntermasuk setelah perguruan tinggi menjadi badan usaha yang serba komersilmasih demikian adanya. Sesudah mengikuti kuliah strata-1 sekitar 3,5 tahun sang mahasiswa pun pun menjadi sarjana kedokteran (S. Ked). Untuk menjadi dokter, ia wajib mengikuti pendidikan profesi

41

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

sekitar 1,5 tahun. Dengan sebutan dokter muda, ia harus magang sebagai co-assistant (koass) di rumah sakit. Setelah dilantik menjadi dokter, dia disyaratkan mengikuti ujian kompetensi kedokteran (ketentuan ini berlaku sejak 2007). Satu lagi, ia dianjurkan ikut program pengabdian di daerah dengan menjadi pegawai tidak tetap (PTT). Dulu sebutannya dokter Inpres. Dalam beberapa tahun belakangan ini saja PTT tidak wajib lagi. Kalau semua persyaratan sudah dipenuhi baru izin praktik sebagai dokter bisa keluar untuk dia. Izinnya adalah dokter umum. Artinya penyakit umum saja yang boleh ia tangani. Ia tak boleh mengoperasi pasien. Bahkan bila merekomendasi pasien untuk dioperasi pun tak boleh sembarang. Ingat kasus dr. Boyke (Boyke Dian Nugraha, kolumnis ihwal seksologi). Izin praktik dia dicabut 6 bulan oleh Majelis Kehormatan IDI pada November 1991 karena dianggap malpraktik. Ceritanya, ia telah merujuk seorang pasien ke sebuah rumah sakit untuk dioperasi (kista). Operasi ternyata bermasalah dan pasien menyoal. Setelah bersekolah lagi mengambil program spesialis barulah seorang dokter bisa menangani penyakit khusus seperti kanker, lever, stroke, atau gagal ginjal. Teranglah bahwa tak mudah untuk menjadi dokter. Kuliahnya berat dan praktikumnya melelahkan. Untuk merampungkan studi, lebih lama dibanding jurusan lain umumnya. Saat ini rata-rata perlu sekitar 6,5 tahun. Kalau di fakultas lain itu sudah setara master. Untuk menjadi pilot tahapannya juga jelas. Sama dengan orang yang ingin menjadi dokter, harus lulus seleksi sekolah dulu. Dalam hal ini sekolah penerbangan macam yang ada di Curug dan di Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta.

42

Kesehatan menjadi salah satu yang paling menentukan dalam seleksi. Mata, telinga, jantung, paru-paru dan organ lain harus prima. Setelah lolos seleksi yang ketatkecerdasan antara lain materi ujinyabaru peserta menjalani pendidikan. Simulasi dan latihan terbang di bawah bimbingan instruktor itulah antara lain materi pendidikan (saat ini programnya sudah ada yang enam bulan saja). Kalau peserta sudah lulus, bekerja sebagai co-pilot dulu dan itu pun untuk pesawat kecil. Jika sudah terampil dan jam terbang cukup baru bisa menjadi pilot. Untuk menjadi pilot pesawat berbadan besar perlu kualifikasi tambahan. Agar bisa berpraktik sebagai pengacara pun jelas prosedurnya. Saat ini ketentuannya adalah ikut kursus calon pengacara dulu setelah menjadi sarjana hukum. Syarat selanjutnya adalah magang di kantor pengacara. Tanpa ikut prosedur ini izin praktik tak akan keluar. Dari contoh dokter, pilot, dan pengacara ini kita bisa mengatakan bahwa ciri utama dari setiap profesi adalah adanya, antara lain, kompetensi terukur hasil pendidikan. Bagaimana dengan wartawanapakah sama? PROFESi TERBuka Wartawan sejak lama dikenal sebagai profesi terbuka. Tidak seperti profesi lain umumnya, pendidikan khusus tak disyaratkan di dunia ini. Artinya tidak harus lulusan sekolah jurnalistik baru bisa menjadi pewarta; dari sekolah mana pun bisa. Ini tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Itulah kekhasan profesi ini. Memang di negara tertentu seperti Swedia ada juga ketentuan bahwa sarjana dari jurusan jurnalistik saja yang boleh menjadi jurnalis. Tapi hal seperti itu kasuistik saja.

43

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Di Indonesia sendiri baru dalam beberapa tahun terakhir saja kebersekolahan dikaitkan dengan kewartawanan. Sekarang umumnya harus berijazah strata-1, dulu yang tak bersekolah tinggi pun tak apa. Sejumlah tokoh pers negeri ini, termasuk Mas Marco, dan pendiri kantor berita Antara, Adam Malik, bukanlah orang bersekolah tinggi. Kendati hanya bersekolah di tingkat dasar, Adam Malik kemudian menjadi menteri luar negeri sebelum menjadi wakil presiden. Sebagai jurnalis ia sangat lincah dan tangkas. Dulu, di negeri kita banyak orang yang menjadi wartawan karena pertemanan. Artinya mereka bergabung dengan redaksi sebuah media karena diajak temannya yang bekerja di sana. Kalau tidak karena keluarganya ada di media massa itu. Sampai sekarang pun praktik seperti ini masih ada saja. Belakangan rekrutmen terbuka menjadi kelaziman. Media yang bersangkutan mengiklankan lowongan kerja yang mereka buka. Pengiklanan bisa dilakukan di media sendiri, media lain, atau keduanya. Syarat disebutkan. Sekarang, antara lain minimal S-1. Sebagai catatan, koran Bisnis Indonesia-lah yang pertama kali memberlakukan syarat ini di lingkungan media massa kita. Kala itu, pada awal 1990-an, syarat ini ini dianggap aneh dan mengada-ada oleh banyak wartawan kita. Selanjutnya pelamar yang dianggap memenuhi syarat diseleksi. Ujiannya bertahap. Materinya, lazimnya: psikotest, menulis, wawancara, dan kesehatan. Kalau lulus ya selekasnya diterjunkan ke lapangan. Tanpa pembekalan? Ya; begitu adanya dan ini bukan sesuatu yang aneh di dunia pers Indonesia. Memang, ada media yang melatih dulu calon wartawannya sebelum melepaskan mereka ke lapangan. Kompas misalnya, sekian lama mewajibkan calon reporternya mengikuti in-house training sekitar setahun sebelum mereka
44

terjun ke lapangan. Majalah Tempo pun melakukan hal yang sama tapi dengan waktu yang lebih singkat. Pun, modelnya tidak seintens Kompas; kelas-kelas berkala saja. Bisnis Indonesia dan media massa yang sudah mapan secara finansial lebib banyak mengikuti langkah Tempo. Masalahnya adalah media established seperti itu tak banyak. Praktik yang jamak terjadi adalah calon reporter diterjunkan begitu saja ke lapangan tanpa pembekalan pengetahuan jurnalistik lebih dulu. Terjun bebas, sebutannya. Manajemen media berharap para new comer itu akan belajar dari pengalaman (learning by doing). Kalau manajemen berbaik hati paling orang-orang baru itu ditandemkan beberapa waktu ke wartawan yang sudah berpengalaman. Kalau saja kelak ada pelatihan internal susulan atau penyekolahan ke lembaga pendidikan jurnalistik macam LP3Y (Yogyakarta), Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS), ISAI-SBM, atau UI (Jakarta) masih lumayan. Sebagaimana profesi lain, idealnya seorang calon wartawan sudah memiliki kualifikasi tertentu sebelum diterjunkan ke lapangan. Setidaknya, ia mengetahui hakekat profesinya, aturan main yang baku (standar jurnalistik), rambu-rambu (kode etik dan regulasi pers), dan memiliki kecakapan dalam wawancara dan menulis. Hal ini perlu agar nantinya tak merugikan baik medianya sendiri, narasumber, maupun publik. Sebab bagaimanapun karya jurnalistik yang mereka hasilkan akan dibaca atau didengar atau ditonton publik. Begitu diwartakan, berita mereka kontan masuk ranah publik. Jadi tidak boleh spekulatif atau main-main. Faktanya tidak demikian: masih jauh panggang dari api. Jangankan reporter baru, wartawan yang jam terbangnya tinggi pun terlalu banyak yang belum menguasai pengetahuan elementer tadi. Maka profesionalisme pun masih jauh. Akibatnya?

45

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Pers kita sering bermasalah. Tak hanya pers yang modalnya kembang kempis, melainkan pers yang sejahtera juga. Malapraktik tuduhannya. Sebagai gambaran, majalah Tempo yang termasuk paling mapan di Republik ini jika dilihat dari segi apa pun, pernah tersandung perkara sejenis dan akibatnya sempat kelimpungan. Profesionalisme jurnalis, karena itu, tidak bisa ditawartawar lagi. Jika tidak, taruhannya terlalu besar. Media bisa digugat pailit oleh mereka yang merasa dirugikan. Tak hanya Tempo, banyak sudah media massa yang mengalaminya. Sebab itu UKJ yang kini diprogramkan oleh AJI diperlukan betul adanya. Paling tidak dia akan mebebrikan perlindungan ke dalam dan keluar. Kalau mesin saja harus ditun-up, scanner dikalibrasi, atau alat musik ditala secara berkala, jurnalis pun mesti demikian. Secara periodik kemampuan profesionalnya perlu diuji; tidak sekali saja seumur hidup. Kalau tidak, akan seperti prosesor Pentium 3 di zaman core duo: serba lelet, kagok dan gagap.

46

PERS daN PERjaNaLaN NaSiONaLiSmE INdONESia

Oleh Didik Supriyanto

AlAm perjalanan Republik ini selalu muncul kelompok-kelompok yang menjadi aktor penting dalam berbagai momentum sejarah. Mahasiswa kerap menjadi pendobrak kebekuan zaman, mulai masa kebangkitan nasional sampai masa reformasi. Tentara menjadi pelaku penting pada masa perang kemerdekaan dan penguasa panggung Orde Baru. Politisi mendominasi kehidupan politik pada pascakemerdekaan hingga saat Soekarno menjadi kekuatan yang monolitik. Kini, sesudah Soeharto tumbang, dominasi politisi nyaris tak tertandingi oleh kelompok apa pun, sehingga kehidupan sosial politik di Republik ini nayris identik dengan tarik-menarik antarpolitisi dengan berbagai kepentingannya. Lantas, di mana posisi pers pada berbagai momentum sejarah penting yang terjadi di Republik ini? Apakah mereka punya peran yang signifikan dalam berbagai perubahan sosial politik sehingga patut dicatat dalam sejarah? Apakah pernyataan lebih baik tidak ada pemerintahan daripada tidak ada pers bebas relevan diperbincangkan dalam konteks Indonesia? Atau, pers hanyalah penikmat kebebasan yang telah diperjuangkan oleh kelompok-kelompok lain, sementara kontribusinya bagi proses pemajuan kehidupan masyarakat,

47

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

bangsa dan negara patut dipertanyakan? Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kiranya perlu dijelaskan terlebih dahulu, bahwa pers memang bukan aktor murni sebagaimana mahasiswa, tentara atau politisi. Pers adalah institusi sosial yang produknya hadir secara periodik ke hadapan publik dalam betuk koran, tabloid, majalah dan buletin yang berisi tulisan (berita, ulasan, artikel) dan ilustrasi (gambar dan foto). Oleh sebab itu, dalam berbagai momen penting sejarah, pers tidak hadir sebagai pelaku, melainkan lebih sebagai katalistor. Artinya, pers bisa aktif mendukung gagasan yang tengah berkembang atau aktor yang tengah bergerak; sebaliknya pers juga mengkritisi setuasi buruk yang tengah terjadi atau mencerca aktor yang buruk perangainya. PRiNSiP-PRiNSiP JuRNaLiSmE Sebagai institusi sosial pers berkembang berdasarkan prinsip-prinsip jurnalisme yang diemban oleh para pengelolanya. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) menyebutkan sembilan prinsip dasar jurnalisme, yaitu (1) kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran; (2) loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat; (3) intisari jurnalisme adalah disiplin dan verifikasi; (4) para praktisinya harus menjaga independensi dari sumber berita; (5) jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan; (6) jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan terhadap warga; (7) jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan; (8) jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional; (9) para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

48

Kesembilan prinsip dasar jurnalisme rumusan Kovach dan Rosenstiel tersebut memang dibuat berdasarkan sejarah pers Eropa dan AS serta wawancara sejumlah editor di sana. Tetapi tak perlu disangsikan lagi bahwa prinsip-prinsip itu juga dipegang teguh oleh para pengelola pers di daratan lain bumi ini, termasuk Indonesia. Bahkan, seperti ditulis oleh Abdurrachman Surjomihardjo dkk (1980), ketika Medan Prijaji, yakni koran pertama yang diterbitkan pribumi pada 1907 di Betawi, prinsip-prinsip jurnalisme itu langsung dioperasionalisakan oleh RM Tirto Adhi Soerjo, sehingga sang pemula ini sempat dibuang penguasa Belanda ke Lampung. Demikian juga koran sezamannya di Semarang yang dipimpin oleh JPH Pangemanan, Warna Warta, redakturnya berkali-kali diadili karena tulisan-tulisannya menyerang pemerintah kolonial. Ini agak berbeda dengan koran-koran yang diterbitkan orang Tionghoa dan keturunan Belanda. Dua kelompok terkahir ini lebih mengedepankan berita perdagangan dan kriminalitas. PELaTak DaSaR BaHaSa INdONESia Koran Medan Prijaji kali pertama di Betawi pada 1907 dalam bentuk mingguan. Koran yang kemudian menjadi harian pada 1910 ini sebetulnya bukan koran pertama yang menggunakan bahasa Melayu. Media yang tercatat sebagai media berbahasa Melayu yang pertama ialah majalah Bintang Oetara yang diterbitkan di Roterdam pada 1856 oleh pecinta bahasa Melayu Dr. PP Roorda van Eysinga. Lalu di Surabaya pada 1861, terbit majalah Bintang Soerabaja yang dimotori oleh peranakan Belanda dan Tionghoa. Di Batavia pada 1883 seorang pengusaha Indo menerbitkan Tjahaja India, sedang pengusaha keturunan Belanda lainnya menerbitkan Bintang Barat.

49

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Majalah-majalah berbahasa Melayu generasi pertama tersebut merupakan kelanjutan binis media berbahasa Belanda dan Cina yang mulai berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-18. Karena pangsa pasar media cetak berbahasa Belanda dan Tionghoa sangat terbatas, orangorang Belanda dan Tionghoa menambah pangsa pasar media lewat penerbitan koran atau majalah berbahasa Melayu. Pada titik inilah dimulai peletakkan dasar bahasa Melayu sebagai bahasa nasional. Pertama, bahasa Melayu yang merupakan lingua franca, mulai diformulasikan sebagai bahasa tulis; kedua, dengan tersebarluasnya koran dan majalah, maka bahasa Melayu (yang telah diformulasikan dalam bentuk tulis itu) juga menjadi bahasa pergaulan antarkomunitas yang lebih luas di tanah Hindia Belanda. Sebagai ilustrasi, Taufik Abdullah (1999) mengutip kritik yang sehat, tapi aneh dari seorang penulis di Tjahaja India terhadap bahasa yang digunakan Bintang Barat. Penulis tersebut mengecam kecenderungan Bintang Barat yang suka memakai bahasa Melayu-Tinggi yang disebutnya sebagai bahasa Minangkerbau. Menurut penulis itu, jika Bintang Barat terus memakai bahasa elit itu, koran tersebut tidak akan laku karena tidak banyak orang yang memahami bahasa tersebut. Oleh karena itu, ia menyarakan agar Bintang Barat tetap memakai bahasa Melajoe Betawi, sebab bahasa ini mengandung unsurunsur yang dipakai di seluruh tanah Hindia. Bahasa Melajoe Betawi atau Melayu-Pasar adalah bahasa yang paling komunikatif di tengah-tengah tumbuhnya masyarakat perkotaan akibat pertumbuhan ekonomi kolonial. Para pendatang yang berasal dari berbagai polosok memiliki tradisi dan bahasa yang berbeda-beda, seakan membentuk komunitas orang-orang asing di perkotaan. Mungkin hanya pasarlah sebagai tempat di mana mereka bisa bertemu dan

50

mengadakan transaksi untuk keperluan masing-masing. Transaksi ini dimungkinkan karena telah tumbuh simbolsimbol komunikatif yang dibawakan oleh bahasa Melayu. Sekali lagi, pada titik inilah pers pada awal pertumbuhannya telah memperkuat kedudukan bahasa Melayu sebagai sistem simbol dan mentransformasi komunitas orang-orang asing menjadi sebuah masyarakat. PEmBuka TaBiR PERaSaaN SENaSiB Seperti disebutkan sebelumnya, koran-koran berbahasa Melayu yang diterbitkan oleh kalangan nonpribumi, dalam hal ini keturunan Belanda dan Tionghoa, lebih banyak mewartakan perkara perdagangan dan kriminalitas serta menuliskan cerita-cerita bersambung, baik dari hikayat lama, rekaman dari cerita lisan ataupun hasil rekaan baru. Namun di sela-sela berita dagang dan kriminal serta hikayat, sering muncul berita-berita luar negeri dan kadang-kadang laporan tentang kesewenang-wenangan pejabat Belanda atau pribumi terhadap orang-orang kecil. Menurut Taufik Abdullah (1999), betapapun masih sangat sederhana, saat itu koran dan majalah berbahasa Melayu telah memperkenalkan corak teks yang baru, yakni teks yang memberitakan peristiwa yang terus berlalu dan berubah. Lebih dari itu, berita-berita yang disajikan koran dan majalah berbahasa Melayu bisa dilihat dan dirasakan secara langsung oleh pembacanya. Teks yang diberikan oleh pers adalah teks yang kehadirannya seakan-akan mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa terjadi dalam konteks waktu yang terus berjalan. Tentu saja ini berebeda dengan teks lama yang sering dilisankan kepada penduduk berupa pesa-pesan yang sifatnya abadi seperti ajaran agama, adat sopan santun, kearifan hidup

51

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dan sebagainya. Dengan demikian, koran-koran dan majalah-majalah yang menyebar luas melampaui kota-kota tempat terbitnya, memungkinkan pembaca di berbagai daerah mengetahui peristiwa yang terjadi dan berlalu di tempat lain. Tak kurang pentingnya, kejadian-kejadian itu bisa dibandingkan dengan pengalaman yang telah pernah dilalui, atau yang pernah didengar atau dibaca tentang daerahnya sendiri. Dengan demikian pers telah memberikan suasana kesezamanan dengan daerah lain atau bangsa lain. Teks yang disampaikan pers tidak berkisah tentang negeri antah berantah di suatu zaman, melainkan tentang negeri tertentu yang riil, di zaman sekerang. Dampak dari perasaan kesezamanan ini tak hanya pada perluasan cakrawala intelektual, melainkan juga memungkinkan bangkitnya ingatan kolektif tentang jaringan kultural atau politik lama antara berbagai daerah dan suku bangsa. Ini bisa terjadi, karena pers telah memungkinkan masyarakat membanding-bandingkan keadaan daerahnya dan suku bangsanya di hadapan sistem kolonial yang bercorak subordinasi tuan kolonial di atas sebagai yang memerintah, dan pribumi di bawah sebagai yang diperintah. Akhirnya, perasaan kesezamanan membangkitkan ingatan kolektif akan adanya perasaan senasib dan sepenangungan dalam sistem kolonial. Kemudian hari, erasaan seperti ini menjadi pengikat utama bagi lahirnya kesadaran kesatubangsaan. Sebab syarat munculnya nasionalisme adalah adanya perasaan senasib dan sepenanggunagan sesama warga bangsa. Dan pers berbahasa Melayu telah membuka tabir tersebut. MELawaN dENGaN MENGORGaNiSaSi DiRi Pers berbahasa Melayu yang dikembangkan oleh peng

52

usaha keturunan Belanda dan Tionghoa pada abad ke-18 boleh disebut sebagai periode prasejarah pers nasional. Dibutuhkan waktu 50 tahun sejak munculnya koran berbahasa Melayu Bintang Oetara yang terbit di Roterdam pada 1856, hingga akhirnya lahir Medan Prijaji, koran pertama yang diterbitkan tokoh pribumi bernama RM Tirto Adhi Soerjo. Seperti ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer (2003), Tirto Adhi Soerjo (TAS) tergerak untuk menerbitkan mingguan yang kemudian menjadi harian Medan Prijaji, setelah melakukan perjalanan ke Maluku. Di sana TAS merekam kebiadaban kolonial Belanda sehingga penduduk Maluku mengalami penderitaan dan pemiskinan yang sangat nyata. Ini merupakan pengalaman batin yang membekas sekaligus meningkatkan kesadaran intelektual TAS bahwa bangsa-bangsa di bawah kekuasaan kolonial mengalami penderitaan yang sama. TAS sendiri pada edisi pertama Medan Prijaji menyebutkan bahwa misi yang diemban korannya ialah: (1) memberikan informasi; (2) menjadi penyuluh keadilan; (3) memberikan bantuan hukum; (4) memberikan tempat orang tersia-sia mengadukan nasibnya; (5) mencari pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan di Betawi; (6) menggerakkan bangsanya untuk berorganisasi atau mengorginasisikan diri; (7) membangun dan memajukan bangsanya; dan (8) memperkuat bangsanya dengan usaha perdagangan. Seperti dicatat Surjomihardjo (1980), Tirto tak hanya pribumi pertama yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan dan mendirikan badan usaha (NV), melainkan juga orang pertama yang menggunakan koran sebagai alat pembentuk pendapat umum. Dialah sang pemula yang konsisten dalam mengemban misi yang telah dicanangkan dan memfungsikan pers sebagai institusi pemajuan nasib bangsanya. Bagi TAS, kemajuan bangsanya tidak hanya didapatkan

53

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dari pendidikan (yang dikembangkan oleh politik etik penguasa kolonial), melainkan juga terbebasnya bangsa dari segala macam kesewenang-wenangan kekuasaan. Oleh karena itu, lewat Medan Prijaji, TAS tanpa ragu menyatakan secara terbuka segala corak manifestasi kekuasaan yang dianggapnya tidak pantas. Ia menulis berita berdasarkan investigasi dan informasi-informasi yang berasal dari lapangan yang dikemas tanpa sindiran dan pretensi. Berbagai kasus kesewenangwenangan penguasan kolonial maupun pribumi diungkap secara gamblang oleh Medan Prijaji. Tidak heran, bila persdelick beberapa kali diterima oleh TAS, dan akhirnya dipenjara lalu dibuang ke Lampung oleh rejim kolonial. Selain melawan kesewenang-wenangan penguasa, dalam usaha memajukan bangsanya, Medan Prijaji selalu menyerukan perlunya bangsa pribumi mengorganisasi diri dalam menghadapi pihak-pihak asing. Tak heran bahwa kemudian TAS terlibat dalam pendirian Serikat Dagang Islam (SDI) di Bogor yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang berkembang di Solo dan beberapa kota di Jawa. Situasi vis a vis antara pribumi dengan kaum Belanda dan Tionghoa di dunia perdagangan, menyebabkan TAS dkk mencampurkan identitas agama Islam dengan kepribumian, sehingga organisasi yang dimaksudkan untuk memajukan bangsa pribumi adalah SDI dan SI. Oleh karena itu, SI yang berkembang pesat saat itu akhirnya menjadi naungan bagi berbagai macam aliran dan ideologi yang dianut kaum pribumi, termasuk komunisme. Tentu Medan Prijaji bukan satu-satunya penerbitan yang membongkar kesewenangan penguasa dan menyerukan bangsa pribumi untuk mengorganisasikan diri dalam rangka memajukan bangsa. Selain Median Prijaji, tercatat Bintang Hindia, Insoelinde, Warna Warta dan beberapa koran milik

54

SI seperti Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Sinar Djawa dan Pantjaran Warta. Organisasi-organisasi pergerakan yang dibentuk kaum pribumi, seperti Boedi Utomo dan Indische Patij memiliki Dharmo Kondo dan De Express. Namun dalam catatan sejarah, kepeloporan dan konsistensi Medan Prijaji dalam mengungkap kesewenangan penguasa kolonial dan menyerukan pembentukan organisasi pribumi tampak lebih menonjol dari penerbitan-penerbitan yang lain. Di sinilah peran penting Medan Prijaji dalam menabur benih-benih nasionalisme yang dalam beberapa tahun kemudian berubah dalam bentuk gerakan menuntut kemerdekaan. HiNdia POETRa MENjadi INdONESia MERdEka Seruan Medan Prijaji dan koran-koran lain sezaman untuk mengorganisasikan pribumi sebetulnya merupakan upaya mencari identitas yang tepat buat kalangan pribumi di tanah Hindia. SDI dan SI telah mencampuradukkan identitas agama dengan kepribumian sebagai antitesa terhadap orang-orang keturununan Belanda dan Tionghoa. Dengan latar belakang yang sama Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker yang tergabung dalam Indische Partij, pada 1912 lewat De Express memperkenalkan konsep nasionalisme Hindia. Bagi Tiga Serangkai tersebut, nasionalisme Hindia membedakan kaum penetap (blijvers) dan mereka yang mondar-mandir (trekkers), dan hanya yang menetap yang dianggap sebagai bangsa Hindia, sedang yang lain adalah orang asing. Dalam konsep ini, Tiga Serangkai tersebut telah meleburkan anak negeri yang pribumi dengan Cina peranakan dan orang-orang Indo, serta orang Belanda yang tidak akan kembali ke negerinya dalam sebuah kesatuan

55

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

yang bernama bangsa Hindia. Dengan sendiri dalam konsep ini, para penguasa Belanda dianggap sebagai orang luar alias trekkers. Dalam upaya mencari identitas diri sebagai bangsa, Medan Prijaji, De Express dan koran-koran lain terlibat dalam perdebatan yang hangat di kalangan pengelola pers dan kaum cerdik pandai pribumi saat itu. Konsep nasionalisme Hindia yang muncul tidak saja peleburan identitas agamapribumi dan kaum penetap di tanah Hindia, tetapi juga nasionalisme Jawa, nasionalisme Sumatera, dan nasionalisme lokal lainnya. Bahkan menurut Abdullah (1999), pada awal pertumbuhannya pers bukan saja pembawa berita, tetapi juga menjadi pelopor diskursus kecendikiaan. Dalam pemberitaan dan perdebatan tersebut, simbol-simbol yang komunkatif dan integratif semakin memperkuat kesadaran akan harkat diri sebagai bangsa dalam menghadapi kekuatan kolonialisme Belanda. Namun perdebatan soal nasionalisme Hindia di kalangan kaum pergerakan itu seakan diselesaikan oleh generasi baru kaum cendikia pribumi yang bersekolah di negeri Belanda. Pada 1923 mahasiswa pribumi mengubah nama organisasinya, dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kemudian diganti lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia. Mereka pun menukar nama majalah organisasi dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka. Berbeda dengan generasi sebelumnya, di mana usaha mencari identitas nasional yang lebih banyak karena refleksi atas kenyataan sosial politik di tanah Hindia, maka generasi baru pergerakan nasional, melihat langsung tentang tumbuh dan berkembangnya nasionalisme bangsa-bangsa di Eropa, sehingga mereka seakan lebih tahu dengan apa yang dibutuhkan oleh bangsanya. Sebagai kelompok kecil pribumi yang teralienasi di tengah-tengah

56

kehidupan orang-orang Eropa, mereka menjadi lebih lugas dalam membicarakan nasionalisme Hindia dan menetapkan Indonesia Merdeka sebagai semboyan perjuangan. Gagasan-gagasan nasionalisme Indonesia yang diadopsi dari sejarah pergerakan bangsa-bangsa Eropa, oleh para palajar pribumi di negeri Belanda disebarluaskan ke tanah Hindia lewat majalah Indonesia Merdeka dengan cara diam-diam. Kelugasan rumusan-rumusan tentang nasionalisme Indonesia dan ketegasan sikap dalam menuntut kemerdekaan Indonesia, menjadikan tulisan-tulisan di dalam Indonesia Merdeka seakan menjadi penuntas pedebatan tentang nasionalisme Hindia yang selama sepuluh tahun terakhir menghiasi koran-koran dan majalah-majalah berbahasa Melayu di tanah Hindia. Itulah sebabnya, meskipun peredaran Indonesia Merdeka di tanah Hindia dilarang oleh penguasa Belanda, setidaknya lima nomor majalah tersebut berhasil diselendupkan ke tanah Hindia dan mencapai 236 orang yang memesannya. Sebagaimana dicatat John Ingleson (1988), para pelajar yang tergabung dalam Perhimpoenan Indonesia, seperti Moh Hatta, Subardjo, Sunarjo, Sartono, Iskaq dll, tidak hanya menyebarkan propaganda nasionalisme Indonesia dan tuntutan Indonesia merdeka lewat majalah yang dipimpinnya, tetapi sekembalinya ke tanah air, mereka pun terjun langsung ke kancah pergerakan politik menentang penguasa kolonial. Mereka sempat mempersiapkan suatu kongres nasional untuk membentuk partai kerkayatan yang berasaskan nasionalisme murni, namun meletusnya pemberontakan PKI 1926-1927, membuat rencana pembentukan partai kerakyatan itu batal. Tetapi rapat-rapat persiapan terus dilakukan di kalangan aktivis radikal sehingga akhirnya pada 4 Juli 1927 lahirlah Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

57

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

MENGOBaRkaN APi KEmERdEkaaN Ketika Jepang menguasai beberapa negara Asia, termasuk tanah jajahan Hindia Belanda, semua media pers langsung berada di bawah pengawasan pemerintahan militer Jepang dan dipergunakan sebagai alat propaganda perang Jepang melawan Sekutu. Seiring dengan pelarangan penggunaan bahasa Belanda, saat itu pemerintah Jepang setidaknya menyokong lima surat kabar berbahasa Jepang, yaitu Jawa Shimbun, Borneo Shimbun, Celebes Shimbun, Sumatera Shimbun dan Ceram Shimbun. Sementara terdapat sekitar delapan surat kebar yang berbahasa Indonesaia, yaitu di Jakarta Asia Raya dan Pembangoenan, di Bandung Tjahaja, di Yogyakarta Sinar Matahari, di Semarang Sinar Baroe, dan di Surabaya Pewarta Perniagaan. Pengaturan kehidupan pers oleh pemerintah Jepang tentu saja mempersempit kedudukan pers sebagai sarana informasi kepada umum. Namun keadaan ini, menurut Surjomihardjo (1980) memberi sumbangan berharga bagi perjuangan kemerdekaan dan pertumbuhan pers Indonesia setelah kemerdekaan. Perlu dicatat, larangan penggunaan bahasa Belanda telah berhasil meratakan penggunaan bahasa Indonesia ke seluruh pelosok tanah air. Orang-orang Indonesia juga mendapatkan latihan mengenai berbagai aspek mengelola media pers dan menduduki posisi penting, suatu pengalaman yang berharga bagi penanganan pers pada masa pasca kemerdekaan nanti. Meskipun pada zaman Jepang tokoh-tokoh pergerakan nasional senior, seperti Soekarno dll bersedia bekerja sama dengan pemerintahan Jepang, tidak sedikit tokoh-tokoh yang lebih muda memilih berjuang di bawah tanah guna mengapai kemerdekaan. Pada barisan anti-Jepang inilah berkumpul pemuda mahasiswa yang terus mengobarkan api kemerdekaan, tanpa harus menunggu janji-janji Jepang. Dari
58

merekalah beredar brosur stensilan-stensilan propaganda menuntut kemerdekaan Indonesia. Menurut Benedick Anderson (1989), brosur-brosur stensilan anti-Jepang tersebut dikeluarkan oleh mahasiswa yang pada masa itu banyak berkumpul di asrama-asrama di Jakarta, seperti asrama Menteng dan Cikini. Asrama-asrama tersebut merupakan pusat kehidupan sosial dan intelektual mahasiswa dan merupakan tempat bagi diskusi-diskusi yang intens dan tertutup, serta menjadi sebuah pusat solidaritas pergerakan meraih kemerdekaan. Seperti disebutkan di depan, penunjukan beberapa orang pers untuk menduduki posisi penting di media yang dikendalikan oleh pemerintah Jepang, ternyata berdampak positif bagi tumbuh dan berkembangnya pers pada masa perang kemerdekaan. Begitu Republik Indonesia diproklamarikan oleh Sokearno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, sejumlah tokoh pers, seperti Adam Malik, BM Diah, Suardi Tasrif, Arnold Monotutu, Mochtar Lubis, Rosihan Anwas dll, langsung bergerak menghidupkan medianya masing-masing. Sesuai dengan semangant zaman, tanpa dikomando, lewat media yang dipimpinya mereka terus mengorbankan api kemerdekaan. Bahkan ketika Inggris dan Belanda mencoba kembali menguasai Indonesia, semangat perlawanan dihembuskan secara kencang oleh media-media tersebut, sehinga berita-berita perlawanan rakyat Indonesia dalam menantang penjajahan akhirnya mendapat simpati masyarakat internasional. GELiaT Pada MaSa PaSCakEmERdEkaaN Setelah revolusi selesai dan Republik Indonesia diakui secara internasional pada 1948, apa yang dilakukan oleh

59

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

pers bagi bangsa dan negara baru yang penuh dengan persoalan sosial, politik, ekonomi dan budaya? Masalah yang dihadapai oleh bangsa yang baru merdeka sangat kompleks, sementara rakyat menaruh harapan bahwa kemerdekaan segera mengangkat kesejahteraannya. Di sinilah pers dituntut mampu menguraikan satu per satu masalah yang dihadapi oleh bangsa dan mencari solusinya agar negara yang baru lahir tetap tegak beridiri. Pers juga harus mempu menjelaskan kesulitan-kesulitan yang tengah dihadapi negara, sehingga rakyat bisa bersikap realisitik terhadap apa-apa yang bisa dikerjakan negara. Pada tahap ini pers terlibat dalam apa yang disebut dengan proses national character building, yakni suatu proses lanjutan dari nasionalisme Indonesia yang sifatnya lebih implementatif setelah kemerdekaan tercapai. Secara sosial budaya, para pengelola pers menghadapi kenyataan bahwa akibat revolusi telah teradi ketegangan sosial yang tinggi, khususnya antara para elit pribumi yang dulu pro penjajah dengan sebagian rakyat yang ingin melampiaskan dendam. Sebagai lanjutan dari perang kemerdekaan, maka kerusuhan menentang lapisan elit pribumi ini terjadi di berbagai daerah, dan pemerintah yang baru saja berdiri tidak banyak memiliki tenaga untuk menyelesaikannya. Selain itu, beberapa penguasa daerah juga berkeras untuk melepaskan diri dari republik, seiring dengan politik divide et impera yang dijalankan oleh Belanda. Pada tataran inilah pers dituntut untuk memberi penjelasan yang gamblang sehingga rakyat tidak perlu ragu-ragu dalam membangun Indonesia yang dicita-citakan. Secara politik, masalah jauh lebih rumit karena pada saat institusionalisasi politik belum berjalan, persaingan antarkekuatan politik sudah menonjol. Tokoh-tokoh partai sama-sama menjanjikan sistem politik yang pas buat Indonesia,

60

pada saat yang sama mereka sama-sama ingin mengisi jabatan-jabatan politik yang tersedia. Persaingan politik dalam menciptakan model politik yang pas dengan kondisi Indonesia tetap tidak segera selesai, meskipun Pemilu 1955 menghasilkan wakil-wakil rakyat dan dewan konstituante. Dalam periode ini kelihatan pers mulai tidak sabar dengan perilaku elit politik sipil; sebagian kecil bersikap skeptis terhadap sepak terjang politisi sipil dan menjadi pengritik yang loyal, tapi sebagaian besar tidak sabar dan terbawa dalam arus persaingan politik. Pada titik inilah pers melupakan tugasnya dalam proses national character building, dan terjebak pada sikap-sikap partisan sehingga ini pers kemudian terpolarisasi pada garis-garis politik partai. Tugas national character building hanya diteruskan oleh pers mahasiswa yang wilayah edarnya sangat terbatas. Polarisasi pers ke dalam garis-garis partai tetap berlanjut pada zaman Demokrasi Terpimpin. Pada massa ini, di level bawah Soekarno memang membebaskan partai politik untuk bersaing menawarkan ideologi dan memperebutkan massa, namun di level atas Soekarno memegang kendali politik sepenuhnya. Sesuai dengan politik ini, pers pada zaman Soekarno memang penuh warna, sehingga persaingan antarmedia juga berjalan layaknya di negara-negara terbuka. Namun pembebasan pers itu hanya dibatasi pada upaya menjaga dan mengedepankan ideologi atau partai masing-masing. Pers sebagai kekuatan independen, yang mengedepankan kepentingan umum dan bersikap oyektif terhadap semua kepentingan, nyaris tidak bisa hidup. Sebab sesuai dengan karakter politik yang dikembangkan Soekarno, maka pers yang berada di luar jalur garis politik partai, akan dipersulit bahkan dibredel. Jadi, hingar bingar kebebasan pers pada zaman Soekarno, praktis tidak bermanfaat bagi

61

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kepentingan publik dan kepentingan nasional, karena pers hanya disibukkan oleh urusan-urusan yang terkait dengan kepentingan partai. Tumbangnya Soekarno oleh gerakan mahasiswa yang bekerja sama dengan Angkatan Darat pimpinan Soeharto, ternyata tidak segera bisa memisahkan pers dari garis partai. Namun dengan penyederhanaan partai politik, maka tidak semua pers yang telah berkembang bersedia meneruskan hubungannya dengan partai-partai politik baru. Bahkan masing-masing partai, yakni Golkar, PPP dan PDI berusaha membangun penerbitan baru yang benar-benar bisa mereka kendalikan. Pilihan politik sejumlah media untuk memisahkan diri dari garis-garis aliran politik maupun partai politik ini juga dilandasi oleh kesadaran para pengelolanya, bahwa pers tidak mungkin bisa menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme bila mereka tidak berada dalam posisi yang independen. Pada zaman Orde Baru, pers memang tidak sepenuhnya bebas. Tapi dibandingkan dengan institusi-insitusi sosial yang lain, pers jauh lebih efektif dalam mengkritik kekuasaan dan memajukan bangsanya. Bagaimana pers pada zaman pasca-Soeharto? Banyak pihak yang menyerang pers telah kebablasan dalam menerapkan kebebasan pers yang diperjuangkan oleh gerakan reformasi. Kritik itu ada benarnya, mengingat banyak media (baru) yang mengejar motif ekonomi semata sehingga melupakan prinsip-prinsip jurnalisme. Namun pers yang demikian tidak akan bertahan lama, karena masyarakat pembaca tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, kecuali sekadar kesenangan sesaat. Oleh karena itu pikiran untuk mengendalikan pers kembali, perlu dibuang jauh-jauh, karena baik pers maupun masyarakat sama-sama sedang memasuki proses pendewasaan politik, khususnya bagaimana

62

memanfaatakan ruang kebebasan yang ada. Biarlah pers menikmati ruang kebebasan pers yang dijamin oleh konstitusi, karena hanya dengan membebaskan pers, maka mayarakat, bangsa dan negara ini akan mendapatkan manfaat yang maksimal. Sumber Kepustakaan: Abdurrachman Surjomihardjo dkk, Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Kompas, Cetakan ke-2, Jakarta, 2002. Benedict Anderson, Revoloesi Pemoeda, Sinar Harapan, Jakarta, 1986. Bill Kovach & Tom Rosntatiel, Sembilan Elemen Jurnalsime, Pantau, Jakarta, 2003. Didik Supriyanto, Perlawanan Pers Mahasiswa: Protes Mahasiswa Sepanjang NKK/BKK 1978-1991, Sinar Harapan, Jakarta, 1989. John Ingleson, Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia 1927-1934, LP3ES, Jakarta, 1983. Parmoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Cetakan ke-2, Edisi Revisi, Lentera Dipantara, Jakarta, 2003. Taufik Abdullah, Pers dan Tumbuhnya Nasionalisme Indonesia, dalam Majalah Sejarah Edisi 7, Jakarta, 1999

63

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

64

SEkiLaS SEjaRaH JuRNaLiSmE

URNALISME memiliki sejarah yang sangat panjang. Dalam si tus ensiklopedia, www.questia.com tertulis, jurnal is me yang pertama kali tercatat adalah di masa kekaisaran Romawi kuno, ketika informasi harian dikirimkan dan dipasang di tempat-tempat publik untuk menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan isu negara dan berita lokal. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengembangkan berbagai metode untuk memublikasikan berita atau informasi. Pada awalnya, publikasi informasi itu hanya diciptakan untuk kalangan terbatas, terutama para pejabat pemerintah. Baru pada sekira abad 17-18 surat kabar dan majalah untuk publik diterbitkan untuk pertama kalinya di wilayah Eropa Barat, Inggris, dan Amerika Serikat. Surat kabar untuk umum ini sering mendapat tentangan dan sensor dari penguasa setempat. Iklim yang lebih baik untuk penerbitan surat kabar generasi pertama ini baru muncul pada pertengahan abad 18, ketika beberapa negara, semisal Swedia dan AS, mengesahkan undang-undang kebebasan pers. Industri surat kabar mulai menunjukkan geliatnya yang luar biasa ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menggenjot oplah untuk
65

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

memenuhi permintaan publik akan berita. Seiring dengan semakin majunya bisnis berita, pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita bisa meraih kepopuleran dalam waktu sangat cepat. Pasalnya, para pengusaha surat kabar dapat lebih menghemat pengeluarannya dengan berlangganan berita kepada kantor-kantor berita itu daripada harus membayar wartawan untuk pergi atau ditempatkan di berbagai wilayah. Kantor berita lawas yang masih beroperasi hingga hari ini antara lain Associated Press(AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis). Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah yellow journalisme (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk pertempuran headline antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi. Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan,serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.

66

Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional. BAGAIMANA dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham Notodidjojo dalam bukunya PWI di Arena Masa (1998) menulis, Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Haryadi Suadi menyebutkan, salah satu fasilitas yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang) (PR, 23 Agustus2004). Menurut Haryadi, kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945 dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia seperti, Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of Free Indonesia. Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan.

67

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya. Jurnalisme kuning pun sempat mewarnai dunia pers Indonesia, terutama setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Judul dan berita yang bombastis mewarnai halamanhalaman muka koran-koran dan majalah-majalah baru. Namun tampaknya, jurnalisme kuning di Indonesia belum sepenuhnya pudar. Terbukti hingga saat ini masih ada korankoran yang masih menyuguhkan pemberitaan sensasional semacam itu. TEkNOLOGi daLam juRNaLiSmE Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar. Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.

68

Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa. Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks,foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya. Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi

69

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

internetnya sama persis dengan edisi cetak. Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja. Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita. Dalam penggunaan teknologi, Indonesia mungkin agak terlambat dibanding dengan media massa dari negara maju seperti AS, Prancis, dan Inggris. Tetapi untuk saat ini penggunaan teknologi di Indonesia --terutama untuk media televisi-- sudah sangat maju. Lihat saja bagaimana Metro TV melakukan laporan live dari Banda Aceh, selang sehari setelah tsunami melanda wilayah itu. Padahal saat itu aliran listrik dan telefon belum tersambung. (Zaky/PR)*** Asep Saefullah Portal Informasi Kita www.kabarbaru.com

70

PERS,TEkNOLOGi MEdia daN KEHiduPaN SOSiaL

Oleh Didik Supriyanto

Ers bebas adalah fenomena masyarakat liberal. Karena itu, pada masyarakat di mana kebebasan individu belum terakomodasi dengan baik, maka jangan berharap pers akan tumbuh dan berkembang. Begitu hadir mereka akan ditekan oleh pemegang otoritas (baik otoritas formal maupun nonformal), bahkan masyarakat pun menganggap pers sebagai perusak tatanan sosial. Kehadiran pers bebas tak hanya dianggap mengancam posisi pemegang ororitas, tetapi juga dicurigai perusak harmoni sosial. Pers bebas adalah suatu tradisi. Ia tidak hadir begitu saja, butuh puluhan dan bahkan ratusan tahun untuk meraih dan mempertahankannya. Tradisi itu dibangun atas kesadaran, bahwa kebebasan pers adalah sesuatu yang diberikan masyarakat kepada institusi pers. Pemberian itu, suatu saat bisa dicabut kembali, bila orang-orang pers tidak bisa memfungsikannya secara benar. Oleh karena itu para pengelola pers berkeras mengatur sendiri bagaimana pers bekerja agar kebebasan itu tidak lepas dari genggamannya. Inilah yang melatari lahirnya prinsip-prinsip jurnalisme, kode etik dan kode perilaku.

71

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PERS daN PRiNSiP JuRNaLSimE Sebagai institusi sosial, pers berkembang berdasarkan prinsip-prinsip jurnalisme yang diemban oleh para pengelolanya. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) menyebutkan sembilan prinsip dasar jurnalisme, yaitu (1) kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran; (2) loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat; (3) intisari jurnalisme adalah disiplin dan verifikasi; (4) para praktisinya harus menjaga independensi dari sumber berita; (5) jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan; (6) jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun dukungan terhadap warga; (7) jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan relevan; (8) jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional; (9) para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Karena jurnalisme adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarluaskan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya, maka prinsip-prinsip jurnalisme tersebut dikemas dalam bentuk lima kata kunci pegangan operasional jurnalisme sehari-hari, yaitu akurat, obyektif, fair, seimbang dan tidak memihak. Meskipun prinsip-prinsip jurnalisme tersebut dirumuskan berdasarkan pengalaman sejarah pers Eropa dan AS, namun tidak perlu disangsikan lagi, bahwa prinsip-prinsip itu juga dipegang teguh oleh para pengelola pers di daratan lain, termasuk di Indonesia. Bahkan, seperti ditulis oleh Abdurrachman Surjomihardjo dkk (1980), ketika Medan Prijaji, yakni koran pertama yang diterbitkan oleh pribumi pada 1907 di Betawi, prinsip-prinsip jurnalisme itu langsung dioperasionalisakan oleh RM Tirto Adhi Soerjo, sehingga sang pemula ini sempat dibuang penguasa Belanda ke Lampung.

72

Demikian juga koran sezamannya di Semarang yang dipimpin oleh JPH Pangemanan, Warna Warta, redakturnya berkali-kali diadili karena tulisan-tulisannya menyerang pemerintah kolonial. Ini agak berbeda dengan koran-koran yang diterbitkan orang Tionghoa dan keturunan Belanda yang lebih mengedepankan berita perdagangan dan kriminalitas. PERS daN TEkNOLOGi MEdia Pers dalam Bahasa Belanda sama dengan press dalam Bahasa Inggris, artinya menekan, mengepres. Istilah itu mengacu pada cara kerja mesin cetak Abad XV di Eropa. Mesin itu semula digunakan mencetak pamflet dan brosur, kemudian berkembang untuk mencetak koran dan majalah. Semula, pers dalam arti sempit adalah komunikasi massa lewat barang cetakan. Seiring dengan perkembangan teknologi media komunikasi massa, maka pers dalam arti luas adalah komunikasi massa lewat media cetak dan elektronik. [Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia]. Sejak Gutenberg menemukan mesin cetak pada 1440-an, perkembangan teknologi media membutuhkan waktu tak kurang dari 5 abad untuk menemukan teknologi media jenis baru bernama radio, yang untuk pertama kalinya mengudara di Amerika Serikat pada 1920. Jika hasil mesin cetak Gutenberg membuat geger Eropa pada Abad XVI karena gagasan-gagasan

73

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Martin Luther dengan cepat menjadi wacana publik, tanpa dia menyadarinya; maka teknologi radio memungkinkan seluruh penjuru dunia mengetahui proses berlangsungnya Perang Dunia II, sehingga Sutan Sjahrir mendengar dari radio bahwa Jepang telah menyerah dari Sekutu. Apa yang dialami Sutan Sjahrir mendorong Sukarni dkk untuk menculik SoekarnoHatta ke Rengasdengklok dan memaksanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sesungguhnya tepat 100 tahun sebelum stasiun radio pertama berdiri ditemukan teknologi fotografi. Inilah instrumen pertama yang dapat menangkap dan merekaulang realitas visual melalui proses mekanis dan kimiawai. Sekitar 1880 teknologi fotografi mencapai derajat kesempurnaan sehingga dapat digunakan untuk memproduksi foto-foto dalam media cetak. Kesempurnaan teknologi fotografi ini berlanjut pada penemuan gambar-gerak (motion picture) menandai lahirnya teknologi media yang mampu melampaui radio dan cetak yang memiliki keterbatasan jangkauan dalam hal usia atau bahasa, nasionalisme atau adat. Namun teknologi film ini belum efektif mengemban fungsi pers (dengan lima prinsip jurnalistiknya: akurat, obyektif, fair, seimbang dan tidak memihak), datang teknologi televisi yang mulai menggoyahkan cetak, radio dan film di Amerika Serikat pada 1950-an. Kemampuan televisi dalam menyajikan fakta secara apa adanya dalam bentuk audio dan visual, menyebabkan jurnalisme televisi berkembang sangat pesat dalam waktu singkat. Puncak dari kejayaaan jurnalisme televisi tercapai pada Perang Teluk I (1991) di mana orang di seluruh penjuru dunia bisa mengikuti secara detil dari menit ke menit tentang proses pembebasan Kuwait dari tentara Irak yang dilakukan oleh pasukan AS dan sekutunya. Dari Perang Teluk I inilah pengaruh CNN mulai menggelobal.

74

INTERNET daN MEdia PaRTiSiPaSi Hadirnya televisi memaksa radio untuk memformat acara-acara yang lebih spesifik untuk ditujukan kepada audience khusus, baik dari sisi wilayah maupun strata sosial pendengar. Sementara itu media cetak (khusunya surat kabar) yang berjaya berabad-abad akhirnya mengalami penurunan oplah karena laporan jurnalistik televisi jauh lebih faktual, sehingga memaksa media cetak untuk bermain pada tataran pendalaman berita dengan mengedepankan feature dan tulisan-tulisan semi ilmiah. Namun sampai akhir Abad XX perkembangan televisi tidak menyebabkan orang meninggalkan koran dan majalah serta radio. Selain faktor kebiasaan membaca koran/majalah dan mendegarkan radio yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja, dua jenis media ini memang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh televisi, yakni sifat kepraktisannya, dan juga sifat dokumentatifnya (untuk koran/majalah). Perkembangan teknologi jaringan komputer yang fantastis pada awal dekade 1990-an mendorong lahirnya teknologi internet. Secara sederhana, internet bisa dipahami sebagai sebuah cara atau metode untuk mentransmisikan bit-bit data atau informasi dari satu komputer ke komputer yang lain, dari satu lokasi ke lokasi yang lain di seluruh dunia. Kelebihan teknologi yang mulai muncul pada 1995 ini adalah kemampuannya menjangkau seluruh penjuru dunia dalam waktu yang serentak. Internet juga memberikan ruang yang nyaris tak terbatas bagi setiap orang untuk menyimpan informasi dan mengirimkan atau membuka akses informasi tersebut kepada siapa saja. Internet tidak saja dapat menyajikan data yang bersifat teks dan gambar, tetapi juga audio dan visual. Teknologi internet kemudian menyebabkan terjadinya
75

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

banjir data atau information overload, padahal tidak semua informasi itu dibutuhkan. [Baudrillard mengatakan, masyarakat saat ini hidup dengan banyak informasi setiap hari tetapi dengan makna yang semakin susut; Niel Postman bilang, masyarakat terjebak mencari informasi sebagai komuditi tanpa jelas relasinya dengan kebutuhan hidup sesungguhnya]. Ketika internet memasuki Indonesia sepanjang 1996-2000 misalnya, banyak orang yang cemas dan was-was, karena informasi dari internet banyak yang tidak jelas di tengahtengah kebutuhan masyarakat akan informasi yang akurat. Di sisi lain sejarah juga mencatat internet yang dimanfaatkan oleh para aktivis anti-Soeharto telah efektif memunculkan gagasan reformasi dan menggerakkan mahasiswa yang berujung pada tumbangnya Orde Baru pada 21 Mei 1998. Masuknya lembaga pers dalam memanfaatkan internet untuk jurnalisme telah membantu masyarakat dalam memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Karena internet mampu mewadahi teknologi cetak, radio dan televisi, maka saat meletus Perang Teluk II, orang tidak lagi mau menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, tetapi cukup mengikutinya via internet. Sebab informasinya tidak saja di-update setiap saat tetapi juga paling lengkap: teks, audio, dan audiovisual. Kelebihan lain dari internet sebagai media komunikasi adalah kemampuannya dalam mengubah alur komunikasi yang searah (dari komunikator ke komunikan) menjadi dua arah (dan dari komunikan ke komunikator). Sifat interaktif inilah yang menyebabkan internet mejadi media yang memperlebar ruang-ruang demokrasi, sebab masyarakat tak lagi sekadar obyek pemberitaan tetapi juga bisa jadi subyek. Dalam konteks jurnalisme, masyarakat bisa berpartisipasi untuk menjadi wartawan dengan pasokan-pasokan informasi yang dimilikinya. Mereka tak hanya bisa mengorekasi pesan-

76

pesan yang dinilai salah, tapi juga mengontrol media yang memang punya peluang untuk berbuat semau-maunya dengan dalih kebebasan pers yang dimilikinya. Akhirnya teknologi internet memungkinkan munculnya media-media alternatif (untuk menandingi media mainstream yang kerap ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan bisnis dan politik) karena biaya operasionalnya yang sangat murah jika dibandingkan dengan media cetak, radio apalagi televisi. Bahkan secara kelompok, media internet dapat melibatkan masyarakat luas untuk menjadi reporter seperti yang dilakukan oleh OhMyNews.com (di Korea Sleatan); sedang secara individu aktivitas bloger kian menunjukkan penerapan fungsi-fungsi pers yang mulai meraih kredibilitasnya di mata masyarakat. Jangan-jangan dua hal tersebut merupakan gejalagejala awal bahwa profesi jurnalis pada masa mendatang akan hilang di muka bumi, seperti sudah dimulai lenyapnya simbol jurnalisme yang berupa pena dan kian tidak populernya istilah kuli tinta. MOBiLE daN KONVERGENSi MEdia Internet memang memiliki banyak kelebihan, baik secara teknis operasional maupun dari sisi sosial. Akan tetapi internet adalah media yang tidak praktis dan mahal, terlebih di negara-negara yang infrastruktur telekomunikasinya masih amburadul seperti Indonesia. Secara teknis operasional, internet sangat tidak praktis karena membutuhkan komputer dan ruang khusus untuk komputer serta jaringan telekominikasi yang handal; secara sosial ekonomi, internet merupakan barang yang mahal sehingga media ini justru melahirkan kesenjangan informasi dan pengetahuan, antara orang-orang yang bisa mengaksesnya dengan mereka yang

77

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

tidak bisa mengaksesnya. Dengan sifatnya yang terbuka, internet telah membuka kembali ruang publik yang tadinya didominasi oleh negara dan komunitas bisnis, namun karena perangkatnya yang mahal maka ruang itu hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang berpunya, sehingga terjadilah ketimpangan dalam pemanfaatan ruang publik. Memang dengan teknologi HiFi memungkinkan orang bisa mengakses internet secara lebih leluasa oleh hadirnya teknologi nirkabel ini. Demikian juga keberhasilan pengembangan komputer jinjing yang murah akan memudahkan orang untuk mengakses internet dari banyak tempat. Namun tetap saja, kemajuan-kemajuan teknologi tersebut belum meloloskan internet sebagai media yang praktis dan murah bagi masyarakat luas di berbagai belahan dunia. Kelemahan-kelemahan utama internet itulah yang kemudian ditutup oleh teknologi telepon seluler (mobile). Pada periode di mana teknologi internet berkembang, pada saat yang berbarengan sebetulnya teknologi komunkiasi telepon seluler juga berkembang dengan pesat. Bila teknologi AMPS (generasi pertama) yang muncul pada awal 1990-an sekadar melampaui keterbatasan fungsi telepon yang statis menjadi dinamis, maka pada teknologi GSM (generasi kedua) yang mulai bergerak pada pertengah dekade 1990-an, teknologi seluler tidak hanya mampu mejadi wahana tukar informasi dalam bentuk suara tetapi juga data dan gambar, berupa SMS dan MMS. Lebih dari generasi pertama, teknologi generasi kedua ini berkembang secara masif karena murah, sehingga memasuki 2000, handphone menjadi perangkat sehari-hari. Kemampuan teknologi mobilephone dalam mengirim data dalam bentuk teks dan gambar (SMS dan MMS) mendorong komunistas pers menggerakkan jurnalisme dalam media
78

ini, sehingga lahirlah berita-berita singkat dalam bentuk SMS dan foto-foto jurnalistik dalam bentuk MMS. Karena kemampuan mengirim dan menyimpan data sangat terbatas, maka teknologi GSM gagal mewadahi fungsi pers dengan lima prinsip jurnalistiknya, sehingga pers dalam teknologi seluler masih terbatas peran dan pengaruhnya. Namun hal ini tidak akan berlangsung lama, sebab dengan beroperasinya UMTS yang merupakan generasi teknologi seluler generasi ketiga (three-ji), maka keterbatasan-keterbatasan tersebut akan teratasi, sehingga handphone menjadi sarana untuk mendapatkan informasi lengkap: teks, gambar, audio dan visual. Pada babakan inilah apa yang disebut konvergensi media akan mencapai titik maksimal, di mana lewat segenggam handset orang di berbagai penjuru dunia bisa mengakses informasi secara cepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan. Komunitas pers tentu akan menjadi pihak pertama yang memanfaatkan teknologi ini dengan menampilkan informasi dalam bentuk teks, gambar, audio dan visual. Tentu modelmodel jurnalisme via teknologi seluler ini juga akan berbeda dengan jurnaslime cetak, radio, televisi dan internet. Bagaimana dampak sosial atas penyebaran informasi secara masif dan diikuti oleh interaksi yang tinggi di antara pemasok informasi dang pengguna informasi (sampai batas-batas di antara mereka tidak jelas) akan menjadi kajian menarik. Masyarakat pasti akan berubah tapi berubahan itu masih dalam batas-batas kontinium sebagaimana teknologi media dan jurnalisme mengalaminya.

79

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PETa KEkuaTaN daN KELEmaHaN BERBaGai JENiS MEdia


NO KaTEGORi MOBiLE ONLiNE TELEViSi RadiO CETak

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jangkauan Kedatangan Dokumentasi Interaksi Impresi Kepraktisan Ruang Waktu

+++ +++ ++ +++ ++ +++ +++ +++

+++ +++ +++ +++ + + +++ +++

++ +++ + ++ +++ + + ++

++ +++ + ++ ++ ++ + ++

+ + ++ + + +++ + +

____________ Didik Supriyanto adalah Wakil Pemimpin Redaksi detikcom. Materi disajikan dalam Seminar Mengintip Kecanggihan Teknologi Media yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurnalistik, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) pada Kamis 15 Desember 2005 di Auditorium IISI, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

80

KOmuNikaSi MaSSa

PENGERTiaN Jeens komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media (cetak/elektronik) sehingga pesan yang sama daat diterima secara serempak dan sesaat. KaRakTERiSTik Komunikator terlembaga Pesan bersifat umum Komunikannya anonim dan heterogen Medianya menimbulkan keserampakan Mengutamakan isi ketimbang hubungan FuNGSi Informasi Pendidikan Adaptasi lingkungan Penyebaran nilai-nilai Pertalian (linkage) Memengaruhi

81

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

FuNGSi Meyakinkan Pengawasan Penafsiran Hiburan Membius Privatisasi FORmuLa HaROLd LaSSwELL Who say what is which channer to who with what effect Who Say What In Which Channer To Whom With What Effect KOmuNikaTOR Adalah semua petugas nonclarical di dalam organisasi komunukasi, orang-orang yang bekerja dalam memilih, menyusus, dan merencanakan program-program, ceritacerita, dan pesan-pesan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak. FakTOR PNENTu SukSES KOmuNikaTOR Kredibilitas Daya tarik

82

PESaN Bersifat umum agar diketahui orang banyak. Terganung kepada jenis media yang dipakai. Membuat pesanb adalah keterampilan, seni, dan science. MEdia Media cetak (koran, majalah, buku) Media siaran (televisi, radio) Film Internet Mobile KHaLaYak Khalayak heterogen (pesan dinikmati oleh seluruh khalayak) Khalayak tertentu) sasaran (pesan ditujukan kelompok

FiLTER daN REGuLaTOR Filter penyampaian pesan: budaya, psikologikal, fiskal Regulator: penyiaran harus lebih diatur daripada cetak

83

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

EFEk Efek kognitif Efek afektif Efek behavioral Efek ekonomi Efek sosial FEEdBaCk Internal feedback External feedback (langsung, tertunda) PERTaNYaaN Media Massa, terdiri atas pers dan nonpers, apa bedanya?

84

Hukum JuRNaLiSTik

Oleh Arfi Bambani PENGaNTaR

Ers bebas merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM). Deklarasi Universal HAM (The Universal Declaration of Human Rights 1948) pada Pasal 19 mengatur, Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas (wilayah). Kebebasan pers jelas merupakan standar sebuah negara demokratis. Ada pemeo, pers merupakan pilar keempat demokrasi setelah trias politika: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, dalam tulisannya berjudul Prospek Demokrasi pada Era Reformasi dan Kemerdekaan Pers menyatakan Tidak ada perdebatan mengenai keharusan bagi kemerdekaan atau kebebasan pers. Kemerdekaan atau kebebasan pers bukan hanya penyalur hak-hak demokrasi, tetapi sebagai bagian dari demokrasi itu sendiri. Karena itu, kemerdekaan pers tidak dapat diganti atau disubstitusikan dengan instrumen atau mekanisme lain. Mahkamah Agung (MA) melalui putusan No 1608 K/ PID/2005 dalam kasus Bambang Harymurti menyatakan kebebasan pers conditio sine qua non bagi demokrasi dan negara berdasar atas hukum. Tindakan hukum atas pers tidak

85

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

boleh membahayakan sendi-sendi demokrasi dan negara berdasarkan hukum. Kebebasan pers sendiri telah diakomodasi dalam konstitusi, Undang-undang Dasar (UUD) 1945 yang telah diamandemen yaitu dalam Pasal 28, Pasal 28E ayat (2) dan (3) serta Pasal 28F. Keberadaan pasal-pasal ini merupakan jaminan bagi kebebasan mengemukakan pendapat dan kebebasan berpikir. Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang. Pasal 28E (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Lebih jauh, aturan konstitusi ini dijabarkan oleh Undangundang Hak Asasi Manusia (UU HAM). Pasal 23 (2) ini menyatakan, Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan
86

dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa. MA melalui putusan No 1608 K/PID/2005 dalam kasus Bambang Harymurti menyatakan kebebasan pers conditio sine qua non bagi demokrasi dan negara berdasar atas hukum. Tindakan hukum atas pers tidak boleh membahayakan sendi-sendi demokrasi dan negara berdasarkan hukum. Namun kebebasan pers ini dibatasi oleh asas persamaan kedudukan di mata hukum, yang berlaku bagi seluruh warga negara termasuk jurnalis. Aturan pidana tetap berlaku bagi seorang jurnalis, bukan terhadap persnya. Jurnalis jelas tidak kebal hukum. KiTaB UNdaNG-uNdaNG Hukum PidaNa (KUHP) Di Indonesia, sudah banyak jurnalis dituntut ke pengadilan dengan menggunakan instrumen hukum pidana. Meski AJI menolak penggunaan KUHP, jurnalis harus mewaspadai sejumlah aturan pidana yang biasa dipakai untuk menjerat jurnalis atau penanggung jawab perusahaan pers. I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

87

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

II. Pembocoran Rahasia Pertahanan Keamanan Negara Pasal 113 Barang siapa dengan sengaja, untuk seluruhnya atau sebagian mengumumkan, atau memberitahukan maupun menyerahkan kepada orang yang tidak berwenang mengetahui, surat-surat, peta-peta, rencana-rencana, gambar-gambar, atau benda-benda yang bersifat rahasia dan bersangkutan dengan pertahanan atau keamanan Indonesia terhadap serangan dari luar, yang ada padanya atau yang isinya, bentuknya atau susunannya benda-benda itu diketahui olehnya diancam pidana penjara paling lama empat tahun. Jika surat-surat atau benda-benda ada pada yang bersalah atau pengetahuannya tentang itu karena pencariannya, pidananya dapat ditambah sepertiga. III. Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden Pasal 134 Penghinaan dengan sengaja terhadap Presiden dan Wakil Presiden diancam dengan pidana paling lama enam tahun, atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 136 bis Pengertian penghinaan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 134 mencakup juga perumusan perbuatan dalam pasal 135, jika hal itu dilakukan diluar kehadiran yang dihina, baik dengan tingkah laku di muka umum, maupun tidak di muka umum dengan lisan atau tulisan, namun dihadapan lebih dari empat orang atau dihadapan orang ketiga, bertentangan dengan kehendaknya dan oleh karena itu merasa tersinggung.

88

Pasal 137 (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan di muka umum tulisan yang berisi penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden, dengan maksud supaya isi penghinaan diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan pada waktu menjalankan pencariannya, dan pada saat itu belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka terhadapnya dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. IV. Penghinaan terhadap Raja atau Kepala Negara Sahabat Pasal 142 Penghinaan dengan sengaja terhadap raja yang memerintahkan atau kepala negara sahabat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. V. Penghinaan terhadap Wakil Negara Asing Pasal 143 Penghinaan dengan sengaja terhadap wakil negara asing di Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 144 (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan atau lukisan yang berisi penghinaan terhadap raja yang memerintah, atau kepala negara
89

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

sahabat, atau wakil negara asing di Indonesia dalam pangkatnya, dengan maksud supaya penghinaan itu diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan itu pada waktu menjalankan pencariannya, dan pada saat itu belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang tetap karena kejahatan semacam itu juga, ia dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. VI. Permusuhan, Kebencian atau Penghinaan terhadap Pemerintah Pasal 154 Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap Pemerintah Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 155 (1) Barang siapa di muka umum mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum yang mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap Pemerintah Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu

90

belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena melakukan kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. VII. Pernyataan Perasaan Permusuhan, Kebencian atau Penghinaan terhadap Golongan Pasal 156 Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 157 (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan permusuhan, kebencian atau penghinaan diantara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan yang semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.

91

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

VIII. Perasaan Permusuhan, Penyalahgunaan atau Penodaan Agama Pasal 156a Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun, barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau perbuatan : (a) Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. (b) Dengan maksud agar orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa. IX. Penghasutan a. B  arang siapa di muka umum lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (pasal 160) b. (  1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan yang menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, menentang penguasa umum dengan kekerasan, atau menentang sesuatu hal lain seperti tersebut dalam pasal diatas, dengan maksud supaya isi yang menghasut diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

92

(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaanya menjadi tetap karena melakukan kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dilarang menjalankan pencarian tersebut. (Pasal 161) X. Penawaran Tindak Pidana a. B  arang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menawarkan untuk memberi keterangan, kesempatan atau sarana guna melakukan tindak pidana, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (pasal 162) b. (  1)  Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan yang berisi penawaran untuk memberi keterangan, kesempatan atau sarana guna melakukan tindak pidana dengan maksud supaya penawaran itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika merasa bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. (pasal 163)

93

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

XI. Penghinaan terhadap Penguasa atau Badan Umum Barang siapa dengan sengaja di muka umum dengan lisan atau tulisan menghina suatu penguasa atau badan umum yang ada di Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.(pasal 207) (1) B  arang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum suatu tulisan atau lukisan yang memuat penghinaan terhadap penguasa atau badan umum yang ada di Indonesia dengan maksud supaya isi yang menghina itu diketahui atau lebih diketahui umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2)Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam pencariannya ketika itu belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga maka yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut. (Pasal 208) XII. Pelanggaran Kesusilaan (1) B  arang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara

94

terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2)  Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, atau barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran, atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atas pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.. (Pasal 282) XIII. Penyerangan/Pencemaran Kehormatan atau Nama Baik a. (1)  Barang siapa sengaja menyerang kehormatan nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana

95

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempel di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling lama empat ribu lima ratus rupiah. (3)  Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. (Pasal 310) b. (1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (2)  Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan. (Pasal 311) c.  Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirim atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (Pasal 315) d.  Pidana yang ditentukan dalam pasal-pasal sebelumnya

96

dalam bab ini, ditambah dengan sepertiga jika yang dihina adalah seorang pejabat pada waktu atau karena menjalankan tugasnya yang sah. (Pasal 316) XIV. Pemberitaan Palsu (1).  Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada penguasa, baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga kehormatan atau nama baiknya terserang, diancam karena melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (2)  Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan. (Pasal 317) XV. Penghinaan atau Pencemaran Orang Mati (1)  Barang siapa terhadap seseorang yang sudah mati melakukan perbuatan yang kalau orang itu masih hidup akan merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Kejahatan ini tidak dituntut kalau tidak ada pengaduan dari salah seorang keluarga sedarah maupun semenda dalam garis lurus atau menyimpang sampai derajat kedua orang yang mati itu, atau atas pengaduan suami (istrinya). (3) Jika karena lembaga matriarkal kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari pada bapak, maka kejahatan juga dapat dituntut atas pengaduan orang

97

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

itu. (Pasal 320) (1) B  arang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan atau gambaran yang isinya menghina bagi orang yang sudah mati mencemarkan namanya, dengan maksud supaya isi surat atau gambar itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, sedangkan ketika itu belum lampau dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian tersebut. (3) Kejahatan ini tidak dituntut kalau tidak ada pengaduan dari orang yang ditunjuk dalam pasal 319 dan pasal 320, ayat kedua dan ketiga. (Pasal 321) XVI. Pelanggaran Hak Ingkar (1) B  arang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. (2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu. (Pasal 322)

98

XVII. Penadahan Penerbitan dan Percetakan a.  Barang siapa menerbitkan sesuatu tulisan atau sesuatu gambar yang karena sifatnya dapat diancam dengan pidana, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika : 1.  Si pelaku tidak diketahui namanya dan juga tidak diberitahukan namanya oleh penerbit pada peringatan pertama sesudah penuntutan berjalan terhadapnya. 2.  Penerbit sudah mengetahui atau patut menduga bahwa pada waktu tulisan atau gambar itu diterbitkan, Si pelaku itu tak dapat dituntut atau akan menetap di luar Indonesia. (Pasal 483) b.  Barang siapa mencetak tulisan atau gambar yang merupakan perbuatan pidana, diancam dengan pidana paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika : 1.  Orang yang menyuruh mencetak barang tidak diketahui, dan setelah ditentukan penuntutan, pada teguran pertama tidak diberitahukan olehnya ; 2.  Pencetak mengetahui atau seharusnya menduga bahwa orang yang menyuruh mencetak pada saat penerbitan, tidak dapat dituntut atau menetap di luar Indonesia. (Pasal 484) XVIII. Penanggulangan Kejahatan Pidana yang ditentukan dalam pasal 134-138, 142-144,

99

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

207, 208, 310-321, 483 dan 484 dapat ditambah sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya karena salah satu kejahatan yang diterangkan pada pasal itu, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan atau jika pada waktu melakukan kejahatan kewenangan menjalankan pidana tersebut daluwarsa. (Pasal 488) XIX. Pelanggaran Ketertiban Umum a.  Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan, dan atau pidana paling banyak lima belas ribu rupiah. 1.  Barang siapa mengumumkan isi apa yang ditangkap lewat pesawat radio yang dipakai olehnya atau yang ada dibawah pengurusnya, yang sepatutnya harus diduganya bahwa itu tidak untuk dia atau untuk diumumkan, maupun diberitahukannya kepada orang lain jika sepatutnya harus diduganya bahwa itu akan diumumkan dan memang lalu disusul dengan pengumuman. 2.  Barang siapa mengumumkan berita yang ditangkap lewat pesawat penerima radio, jika ia sendiri, maupun orang dari mana berita itu diterimanya, tidak berwenang untuk itu. (Pasal 519 bis)

b. D  iancam dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau pidana denda paling banyak tiga ribu rupiah. 1.  Barang siapa ditempat untuk lalu lintas umum de ngan terang-terangan mempertunjukkan atau menempelkan tulisan dengan judul ku

100

lit, atau isi yang dibikin terbaca maupun gambar atau benda yang mampu membangkitkan nafsu birahi remaja. 2.  Barang siapa ditempat untuk lalu lintas umum dengan terang-terangan memperdengarkan isi tulisan yang mampu membangkitkan nafsu birahi para remaja. 3.  Barang siapa secara terang-terangan atau diminta menawarkan suatu tulisan, gambar atau barang yang dapat merangsang nafsu birahi para remaja maupun secara terang-terang atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, tulisan atau gambar yang dapat membangkitkan nafsu birahi para remaja. 4.  Barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan gambar atau benda yang demikian, pada seorang yang belum dewasa dan dibawah umur tujuh belas tahun. Barang siapa memperdengarkan isi tulisan yang demikian dimuka seseorang yang belum dewasa dan dibawah umur tujuh belas tahun. (Pasal 533)

c.  Barang siapa terang-terangan mempertunjukkan sesuatu sarana untuk menggugurkan kandungan maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

101

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

UU PERS Yurisprudensi MA dalam kasus Anif melawan Harian Garuda pada tahun 1993 menyebutkan, Sehubungan dengan kebenaran suatu peristiwa yang hendak diberitakan pers, pada hakikatnya merupakan suatu kebenaran yang elusif, artinya bahwa apa yang hendak diulas dan diberitakan pers tidak mesti kebenaran yang bersifat absolut. Jika kebenaran absolut yang boleh diberitakan, berarti sejak semula kehidupan pers yang bebas dan bertanggung jawab sudah mati sebelum lahir. Karena itu, perkara pers haruslah soal apakah pers melanggar peraturan perundang-undangan yang mengatur kerja pers dan kode etik pers, terlepas dari benar atau tidaknya isi berita yang dimasalahkan. Saat ini UU yang mengatur pers adalah UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. UU Pers secara spesifik mengatur aspek kebebasan pers. Tercakup di dalamnya pengaturan tentang fungsi pers untuk mencari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi. UU Pers tegas menyatakan hak wartawan atas informasi adalah bagian integral dari hak publik. UU ini mengatur segala perkara yang berkaitan dengan pers, seperti: (i) Asas, fungsi, hak, kewajiban dan peranan pers; (ii) kehidupan wartawan, seperti memilih organisasi wartawan, menaati kode etik jurnalistik dan perlindungan terhadap wartawan; (iii) perusahaan pers, mulai dari badan hukumnya, kesejahteraan yang harus diberikan kepada wartawan dan karyawannya hingga larangan memuat iklan yang merugikan masyarakat; (iv) Dewan Pers untuk melindungi kemerdekaan pers, mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik,

102

mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berkaitan dengan pemberitaan pers dan hal lain yang berkaitan dengan pers; (v) keberadaan pers asing di Indonesia; (vi) peran serta masyarakat dalam mengembangkan kemerdekaan pers; dan sanksi pers berupa ketentuan pidana bagi mereka yang melanggar ketentuanketentuan yang diatur dalam UU Pers. Ada beberapa hal yang diatur dalam UU Pers. Pertama, dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum wartawan mempunyai hak tolak (Pasal 4 (4)). Tujuan Hak Tolak untuk melindungi kepentingan sumber informasi. Hak dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan. Hak tolak tidak absolut, dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan. Hak dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan. Hal berikutnya yang diatur yakni hak jawab yakni hak seseorang memberikan sanggahan atau tanggapan berupa fakta yang merugikan nama baiknya (Pasal 5 ayat 2). Pers juga wajib melayani hak koreksi yaitu hak seseorang untuk mengoreksi/membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers baik mengenai dirinya ataupun mengenai orang lain (Pasal 5 ayat 3). Pasal 4 ayat (2) dan (3) juga menyatakan, terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan atau pelarangan penyiaran. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pasal 18 ayat 1

103

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

mengatur tentang ancaman pidana yaitu setiap orang yang melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan (3) ini yakni dipidana dengan penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,-(lima ratus juta rupiah). Bila terjadi pemukulan terhadap wartawan masuk dalam kategori pasal 18 (1) yang kemudian mengacu pada pasal 63 KUHP yaitu ayat 1, jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat dan ayat 2, jika suatu perbuatan, yang masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dala aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang dikenakan. Dalam pasal 10 a KUHP dijelaskan pidana pokok adalah (1) pidana mati, (2) pidana penjara, (3) kurungan, dan (4) denda. Hukum PERdaTa TERkaiT PERS Pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata biasanya menyangkut ganti rugi dan pernyataan maaf yang harus dilakukan oleh media massa. Ganti rugi tersebut misalnya dijelaskan dalam pasal 1365, 1366 dan 1367. Pasal 1365 berbunyi, Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Ini memperlihatkan bahwa pelanggaran hukum yang dilakukan media massa di Indonesia bisa dikenakan dakwaan melanggar hukum pidana dan perdata. Padahal di AS, seperti

104

ditulis Wina Armada, tidak ada dakwaan berdasarkan hukum pidana terhadap media massa. Sehingga masalah-masalah pemberitaan pers di satu tangan diserahkan sepenuhnya kepada integritas dan kredibilitas pers sendiri , dan di tangan lain ditentukan oleh nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, kata Wina yang kini anggota Dewan Pers. UU PENYiaRaN Hukum penyiaran yang saat ini berlaku di Indonesia adalah UU No. 32/2002 Tentang Penyiaran. UU ini mengatur segala hal yang berhubungan dengan media penyiaran, seperti: (i) dasar dan tujuan penyiaran; (ii) lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan; (iii) Komisi Penyiaran Indonesia yang berperan untuk menetapkan standar program siaran, menyusun peraturan dan menetapkan pedoman prilaku penyiaran, mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran dan melakukan koordinasi dan/ atau kerja sama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat; (iv) perizinan siaran, jangkauan siaran, isi dan materi siaran, bahasa siaran, relai dan siaran bersama, kegiatan jurnalistik, hak siar, ralat siar, arsip siaran, siaran iklan dan sensor siaran; (v) pedoman perilaku penyiaran;
105

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

(vi) peran serta masyarakat dalam kehidupan penyiaran; dan (vii) sanksi administratif dan ketentuan pidana bagi mereka yang melanggar peraturan yang diatur dalam UU Penyiaran. UU ini mengatur pidana 5 tahun, denda Rp5 miliar bagi radio atau Rp10 miliar bagi televisi jika menyiarkan fitnah, hasutan, menonjolkan, unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, mempertentangkan SARA. Terkait konten ini, pada 1 Juli 2010, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat menghentikan siaran Headline News Metro TV pada pukul 05.00 karena dinilai telah menayangkan pornografi. Putusan ini mengundang pro-kontra. Putusan itu dituduh melampaui kewenangan KPI karena dinilai hanya berwenang menghentikan sementara mata acara non-produk pers, tapi tidak berwenang menghentikan produk jurnalisme penyiaran. UU INFORmaSi daN TRaNSakSi ELEkTRONik UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur mengenai segenap informasi elektronik. Di Pasal 1 ayat 1 bisa dilihat definisinya yang satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Dengan definisi, setiap penayangan data atau informasi melalui internet jelas tercakup ke dalam pengaturan UU ini.

106

UU ini sendiri tidak menyebut secara eksplisit, pengecualian setiap pers online dari yurisdiksi UU ini. Namun pakar telematika Edmon Makarim misalnya berpendapat, media online yang menegaskan dirinya sebagai pers berada di bawah domain Undang-undang Pers. Namun pernyataan ini pun belum cukup meyakinkan, masih ada kemungkinan penerapan UU ITE untuk media online. Beberapa pasal yang perlu diperhatikan dari UU ini adalah: Pasal 27 (1)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. (3)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Pasal 28 (1)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (2)  Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

107

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

UU KETERBukaaN INFORmaSi PuBLik (KIP) Subjek dalam UU Pers adalah media atau wartawan, sementara subjek dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah publik. Jelas terlihat perbedaan UU Pers dan UU KIP, dan eksistensi kedua UU tersebut. Beberapa negara, misalnya Amerika Serikat, tidak memiliki UU Pers, tapi dalam praktiknya menggunakan UU KIP (freedom of information act) untuk melindungi kerja-kerja media. Sementara itu, UU Pers hanya mengakui hak media untuk mencari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi, tapi tidak mengatur kewajiban narasumber, khususnya pejabat publik untuk memberikan informasi publik kepada wartawan. UU Pers tidak mengatur mekanisme pemberian informasi yang mencakup jangka waktu pemberian informasi, biaya akses, petugas pelayanan informasi, klasifikasi informasi, dan jenis-jenis medium penyampaian informasi publik. Kami berharap masyarakat menggunakan haknya untuk menjadi pemohon informasi sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Berikut pasal yang harus diperhatikan jurnalis: Pasal 17 Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik, kecuali: a.  Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat: 1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;
108

2. mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/ atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana; 3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan rencanarencana yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional; 4. membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/ atau keluarganya; dan/ atau 5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/ atau prasarana penegak hukum. b.  Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat; c.  informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu: 1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri; 2. dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;

109

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

3. jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya; 4. gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/ atau instalasi militer; 5. data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/ atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia; 6. sistem persandian negara; dan/ atau 7. sistem intelijen negara. d.  Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia; e.  Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional: 1. rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham dan aset vital milik negara; 2. rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, model operasi institusi keuangan; 3. rencana awal pinjaman perubahan suku bunga bank,

110

4. pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/ daerah lainnya; 5. rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti; 6. rencana awal investasi asing; 7. proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya; dan/ atau 8. hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang. f.  Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri: 1. posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional; 2. korespondensi diplomatik antarnegara; 3. sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam menjalankan hubungan internasional; dan/ atau 4. perlindungan dan pengamanan strategis Indonesia di luar negeri. infrastruktur

g.  informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang; h.  informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia

111

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

pribadi, yaitu: 1. riwayat dan kondisi anggota keluarga; 2. riwayat , kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis seseorang; 3. kondisi keuangan, aset , pendapatan, dan rekening bank seseorang; 4. hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/ atau 5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan nonformal. i.  memorandum atau surat -surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan; dan j.i  nformasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang. UU INTELijEN NEGaRa Undang-undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen ini dianggap bertabrakan dengan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan UU Nomor 14 Tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik. Dalam Pasal 26 UU Intelijen disebutkan, Setiap orang atau badan hukum dilarang membuka dan/ atau membocorkan rahasia intelijen. Artinya, siapa pun yang terbukti membuka atau membocorkan rahasia intelijen dapat dikenai sanksi pidana. Pasal 26 ini terutama bisa dikenakan

112

kepada jurnalis atau pegiat pers yang mempublikasikan informasi atau melakukan tugas jurnalisme investigasi dan menyebarkan laporannya kepada publik. Peraturan ini pun menyentuh langsung pada kerja-kerja jurnalistik, terutama pada investigasi jurnalisme sebagai alat untuk mengungkap kebenaran dan memaparkan solusisolusi penting. Jurnalisme investigasi menjadi sangat penting sebagai indikator pencapaian cita-cita good governance yang membumi. Apalagi, jurnalisme investigasi lebih bekerja pada atribut penyelidikan, keingintahuan dan misi tertentu. Dan hal ini sangat berbenturan dengan pasal yang ditetapkan di UU intelijen. Pasal tersebut, berpotensi mengancam kebebasan pers.UU Pers telah mengatur tugas dan fungsi pers, khususnya Pasal 4, yang berbunyi Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan, atau pelarangan penyiaran. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak tolak. Definisi rahasia intelijen juga bertabrakan dengan hak informasi publik sesuai UU Nomor 14 Tahun 2008. Dalam Pasal 17 UU KIP dikenal dua jenis informasi yakni informasi yang terbuka dan informasi yang dikecualikan. Yang termasuk informasi yang dikecualikan ialah rahasia intelijen yang dapat membahayakan keamanan dan kerukunan nasional. Selain itu, tertera pada UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 mengatur tugas dan fungsi pers, khususnya Pasal 4 berbunyi: (2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberedelan, atau pelarangan penyiaran ; (3) Untuk

113

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi ; (4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan memiliki Hak Tolak. Di sisi lain, undang-undang ini justru memberikan acaman pidana yang cukup tinggi, bagi mereka yang dianggap melakukan pembocoran rahasia informasi intelijen. Setiap orang yang dengan sengaja, atau karena kelalaian dapat dipidana dengan ancaman 10 tahun penjara dan 7 tahun penjara. Beberapa pasal juga dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Bahkan di dalam UU Intelijen Negara memiliki potensi ancaman tinggi bagi perlindungan kebebasan wargangera, khususnya terkait istilah wewenang penggalian informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU Intelijen sebagai pengganti dari istilah pemeriksaan intensif dan pendalaman di draf UU Intelijen sebelumnya. Penggalian informasi bersifat multitafsir dan karet karena tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai penjelasan dan definisi kata itu di dalam UU ini.Tentu hal ini ini melanggar perlindungan hak-hak privasi, Problem lain dari UU Intelijen Negara, adalah terkait dengan ketidakjelasan mekanisme komplain dan pemulihan. Meskipun di dalam ketentuan Pasal 15 UU Intelijen Negara mengatur tentang ketersediaan pemulihan bagi orang-orang yang menjadi korban dari suatu praktek operasi intelijen. Namun ketentuan tersebut tidak secara jelas mengatur tentang mekanisme, bagaimana korban bisa mengakses pemulihan yang disediakan. Pasal 25 (1)  Rahasia Intelijen merupakan bagian dari rahasia negara.

114

(2)  Rahasia Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikategorikan dapat: a. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; b. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori dilindungi kerahasiaannya; c. merugikan ketahanan ekonomi nasional; d. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri; e. mengungkapkan memorandum atau surat yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan; f. membahayakan sistem Intelijen Negara; g. membahayakan akses, agen, dan sumber yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Intelijen; h. membahayakan keselamatan Personel Intelijen Negara; atau i. mengungkapkan rencana dan pelaksanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi Intelijen. (3)  Rahasia Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki Masa Retensi. (4)  Masa Retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia. (5)  Rahasia Intelijen dapat dibuka sebelum Masa Retensinya berakhir untuk kepentingan pengadilan dan bersifat tertutup. UU PORNOGRaFi UU Nomor 44 Tahun 2008 ini mengatur dalam Pasal 1

115

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

ayat 1, definisi pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Ayat 2 menyebutkan, jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya. Berikut pasal-pasal yang bisa mengancam media massa sebagai produsen konten: Pasal 4 (1) S  etiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a.  persenggamaan, termasuk perseng gamaan yang menyimpang; b. kekerasan seksual; c. masturbasi atau onani; d.  ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; e. alat kelamin; atau f. pornografi anak.

(2)  Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi

116

yang: a.  menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin; c.  mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau d.  menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual.

Pasal 29 Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). UU Hak CiPTa Hak Cipta diatur oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. UU ini mulai berlaku tanggal 29 Juli 2003 dan terdiri atas 15 bab dan 78 pasal. Di dalam UU ini juga terdapat ketentuan tentang Dewan Hak Cipta yang bertugas membantu memberikan penyuluhan, pembimbingan dan pembinaan hak cipta. Sedangkan pasal-pasal dalam UU ini yang berkaitan dengan media massa antara lain: (i) Pasal 49, yang mengatur hak eksklusif lembaga penyiaran dalam kepemilikan karya rekamnya; (ii) Pasal 12, yang mengatur karya tulis yang diterbikan; dan (iii) Pasal 19-23, yang

117

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

mengatur foto. Dalam UU tersebut, pengertian hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku (pasal 1 butir 1). Menurut hukum hak cipta, jika suatu karya menjadi domain publik, bukan berarti orang atau media yang menayangkan bebas dari tanggungjawab menyebut nama pembuat karya. Sebab dalam hukum hak cipta ada dua hak yang melekat, yaitu hak ekonomis (mengambil manfaat ekonomis dari suatu karya) dan hak moral (kewajiban menyebut si pembuat karya). Hak ekonomis bisa dialihkan, misalnya dijual, dilisensikan, dihibahkan, termasuk dilisensipublikkan (misalnya lisensi creative common, open conten, dan sebagainya). Namun hak moral itu melekat selamanya pada suatu karya, sekalipun hak ekonomis suatu karya sudah dipindahkan. Sedangkan dalam Pasal 49 UU Hak Cipta juga melindungi pemilik sebagaimana tercantum pada ayat (1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Lebih lanjut pada ayat (3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/ atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain. Hak ekslusif terhadap hak ekonomi antara lain hak reproduksi, hak distruibusi, dan hak pertunjukan. Dalam UU Hak Cipta juga ditegaskan bahwa sebuah karya sebagimana tertuang pada pasal 50 ayat (1) memiliki waktu perlindungan

118

bagi: Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual; dan Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan. Pasal 12 (1)  Dalam UU ini ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: a.  buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; b.  ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c.  alat peraga yang dibuat untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan; kepentingan

d.  lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e.  drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f.  seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; g. arsitektur; h. peta; i. seni batik; j. fotografi; k. sinematografi; l.  terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database,

119

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Pasal 13 Tidak ada Hak Cipta atas: a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara; b. peraturan perundang-undangan; c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah; d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau e.  keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya. Pasal 19 (1)  Untuk memperbanyak atau mengumumkan Cip ta annya, Pemegang Hak Cipta atas Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang dipotret meninggal dunia. (2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk Perbanyakan atau Pengumuman  setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman atau Perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam potret itu, Pemegang Hak Cipta harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masing- masing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret meninggal dunia. (3) Ketentuan dalam pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang dibuat:

120

a.  atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret; b.  atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; atau c.  untuk kepentingan orang yang dipotret.

Pasal 20 Pemegang Hak Cipta atas mengumumkan potret yang dibuat: Potret tidak boleh

a. tanpa persetujuan dari orang yang dipotret; b.  tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret; atau c.  tidak untuk kepentingan yang dipotret, apabila Pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang dipotret, atau dari salah seorang ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah meninggal dunia. Pasal 21 Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta, pemotretan untuk diumumkan atas seorang Pelaku atau lebih dalam suatu pertunjukan umum walaupun yang bersifat komersial, kecuali dinyatakan lain oleh orang yang berkepentingan. Pasal 22 Untuk kepentingan keamanan umum dan/atau untuk keperluan proses peradilan pidana, Potret seseorang dalam keadaan bagaimanapun juga dapat diperbanyak dan diumumkan oleh instansi yang berwenang.

121

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Pasal 29 (1) Hak Cipta atas Ciptaan: a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; b. drama atau drama musikal, tari, koreografi; c.  segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung; d. seni batik; e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks; f. arsitektur; g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain; h. alat peraga; i. peta; j.  terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia.

(2)  Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Pasal 49 (1)  Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

122

(2)  Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan Karya Rekaman suara atau rekaman bunyi. (3)  Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia Menimbang : a.  bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 harus dijamin; b.  bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejateraan
123

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa; c.  bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun; d.  bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; e.  bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman; f. b  ahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak sud dalam huruf a, b, c, d, dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers; Mengingat : 1. P  asal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang- undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

124

Memutuskan: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : 1.  Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 2.   Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. 3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi. 4.   Wartawan adalah orang yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. secara teratur

5.   Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. 6.   Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh

125

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

perusahaan pers Indonesia. 7.  Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing. 8.   Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik. 9.  Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum. 10.   Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. 11.   Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. 12.   Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. 13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan. 14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.
126

BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS Pasal 2 Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip keadilan, dan supremasi hukum. Pasal 3 1.   Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. 2.   Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Pasal 4 1.  Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. 2.   Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. 3.  Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. 4.   Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. Pasal 5 1.   Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. demokrasi,

127

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

2. Pers wajib melayani Hak Jawab. 3. Pers wajib melayani Hak Tolak. Pasal 6 Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut : a.  memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b.  menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; c.  mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; d.   melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran; BAB III WARTAWAN Pasal 7 1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan. 2.  Wartawan memiliki Jurnalistik. Pasal 8  alam melaksanakan profesinya wartawan mendapat D perlindungan hukum. dan menaati Kode Etik

128

BAB IV PERUSAHAAN PERS Pasal 9 1.   Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. 2.   Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia. Pasal 10  erusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada P wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya. Pasal 11  enambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan P melalui pasar modal. Pasal 12  erusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan P penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan. Pasal 13 Perusahaan iklan dilarang memuat iklan : a.   yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan

129

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

masyarakat; b.   minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok. Pasal 14  ntuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke U luar negeri, setiap warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita. BAB V DEWAN PERS Pasal 15 1.   Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen. 2.   Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a.   melakukan pengkajian untuk pengembangan kehi dupan pers; b.   menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; c.   memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasuskasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; d.  mengembangkan komunikasi antara pers, ma syarakat, dan pemerintah;

130

e.   memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam me nyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewar tawanan; f. mendata perusahaan pers; yang dipilih oleh organisasi

3. Anggota Dewan Pers terdiri dari : a.  wartawan wartawan;

b.   pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; c.   tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers;

4. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota. 5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan dengan keputusan Presiden. 6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. 7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari : a. organisasi pers; b. perusahaan pers; c.  bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.

131

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

BAB VI PERS ASING Pasal 16 Peredaran  pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 17 1.   Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. 2.  Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a.  Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; b.  menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 18 1.   Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
132

atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). 2.  Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). 3.  Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah). BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 1.  Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini. 2.   Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pada saat undang-undang ini mulai berlaku :

133

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

1.  Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2815) yang telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3235); 2.  Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala; Dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21  ndang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diun U dangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, me me rintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

134

Disahkan di Jakarta Pada tanggal 23 September 1999 Presiden Republik Indonesia

Bacharuddin Jusuf Habibie

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 23 September 1999 Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia,

Muladi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 Nomor 166 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS I. Umum Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tersebut. Agar pers berfungsi secara maksimal sebagaimana diamanatkan Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 maka perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers.

135

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Fungsi maksimal itu diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Dalam kehidupan yang demokratis itu pertang gung ja wab an ke pada rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud. Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi juga sangat penting untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, antara lain yang menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19 yang berbunyi : Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batasbatas wilayah Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat penting pula untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan terbuka dikontrol oleh masyarakat. Kontrol masyarakat dimaksud antara lain : oleh setiap orang dengan dijaminnya Hak Jawab dan Hak Koreksi, oleh

136

lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pemantau media (media watch) dan oleh Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara. Untuk menghindari pengaturan yang tumpang tindih, undang-undang ini tidak mengatur ketentuan yang sudah diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Ii. Pasal demi Pasal Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2  erusahaan pers dikelola sesuai dengan prinsip ekonomi, P agar kualitas pers dan kesejahteraan para wartawan dan karyawannya semakin meningkat dengan tidak meninggalkan kewajiban sosialnya. Pasal 4 Ayat 1  ang dimaksud dengan kemerdekaan pers dijamin Y sebagai hak asasi warga negara adalah bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau
137

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam Kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan pers. Ayat 2  enyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran P tidak berlaku pada media cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undangundang yang berlaku. Ayat 3 Cukup jelas Ayat 4  ujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat T melindungi sumber-sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Hal tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai  keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan.  ak tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan H keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan. Pasal 5 Ayat 1  ers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak meng P hakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang,
138

terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan, serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut. Ayat 2 Cukup jelas Ayat 3 Cukup jelas Pasal 6  ers nasional mempunyai peranan penting dalam P memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mengembangkan pendapat umum, dengan menyampaikan informasi yang tepat, akurat dan benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran, serta diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib. Pasal 7 Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2  ang dimaksud dengan Kode Etik Jurnalistik adalah Y kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers. Pasal 8   ang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah Y jaminan perlindungan Pemerintah dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak,

139

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Ayat 1  etiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan S yang sama untuk bekerja sesuai dengan Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha untuk menyelenggarakan usaha pers. Ayat 2 Cukup jelas Pasal 10  ang dimaksud dengan bentuk kesejahteraan lainnya Y adalah peningkatan gaji, bonus, pemberian asuransi dan lain-lain.  emberian kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasar P kan kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan pers. Pasal 11  enambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi P agar tidak mencapai saham mayoritas dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
140

Pasal 12 Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara : a.  media cetak memuat kolom nama, alamat, dan pe nanggung jawab penerbitan serta nama dan alamat percetakan; b.  media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan penanggungjawabnya pada awal atau akhir setiap siaran karya jurnalistik; c.  media lainnya menyesuaikan dengan bentuk, sifat dan karakter media yang bersangkutan.  engumuman tersebut dimaksudkan sebagai wujud per P tanggungjawaban atas karya jurnalistik yang diterbitkan atau disiarkan.  ang dimaksud dengan penanggung jawab adalah Y penanggung jawab perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang redaksi.  epanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana S pengamat ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat 1  ujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk me T ngembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan

141

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kualitas serta kuantitas pers nasional. Ayat 2  ertimbangan atas pengaduan dari masyarakat sebagai P mana dimaksud ayat (2) huruf d adalah yang berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi dan dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik. Ayat 3 Cukup jelas Ayat 4 Cukup jelas Ayat 5 Cukup jelas Ayat 6 Cukup jelas Ayat 7 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2  ntuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana U dimaksud dalam ayat ini dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch).

142

Pasal 18 Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2  alam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh D perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 12. Ayat 3 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas  ambahan Lembaran T nomor 3887 Negara Republik Indonesia

143

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

144

Materi KunCi Ii PENGETAHUAN KHUSUS TEORI JURNALISTIK

Standar Jurnalisme Berita, Fakta dan Fiksi Derajat Kompetensi Narasumber Gaya Bahasa Jurnalisme Berita Berbobot

145

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

146

STaNdaR JuRNaLiSmE

Oleh P. Hasudungan Sirait

EbEnArnyA profesi jurnalis atau wartawan termasuk profesi yang sudah tua. Pekerjaan mewartakan kejadian atau peristiwa di ranah publik ini mulai menemukan formatnya sebagaimana dikenal sekarang boleh dibilang sejak Johann Gensfleisch zum Gutenberg mengembangkan mesin cetak pada tahun 1440-an di Mainz, Jerman. Dengan alat bertipe moveable (bisa dipindah-pindahkan) tersebut ribuan kata bisa dicetak di atas kertas dalam tempo singkat. Hanya dalam 13 tahun teknologi ini telah menyebar ke seluruh Eropa. Koran cetak pertama pun terbit dalam bentuk selembar. Segera saja sesudah itu, untuk kali pertama dalam sejarah, pewartaan bertumbuh pesat. Di kota-kota utama dunia wartawan bermunculan sebagai agen informasi sekaligus penyaksi dinamika kehidupan. Seperti kaum profesional lain, pekerjaan yang dilakukan jurnalis pada masa perintisan tersebut ialah belajar dengan melakukan (learning by doing). Seperti terjadi di banyak bidang kehidupan, saling meniru pun terjadi demi mutu sajian. Di antaranya ialah dalam hal cara meliput dan mewartakan, perwajahan sajian (mencakup tata letak naskah-foto-iklan dan pilihan huruf), mekanisme rapat redaksi, penjualan (langganan atau eceran), iklan, atau sistem distribusi. Tatkala wartawan membanyak, para pionir lantas mulai

147

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

merumuskan aturan main agar mereka tidak saling sikut di lapangan. Pula agar lebih kompak menghadapi siapa pun yang berada di luar teritori keredaksian. Profesi jurnalis adalah profesi yang sejak semula telah menuntut mobilitas yang tinggi. Dalam perburuan berita, keterbatasan sarana dan prasarana tidak menjadi hambatan. Kalau semula tugas perwataan lebih sering mengandalkan kisah yang dibawa kaum kelana, terutama pelaut, lama ke lamaan tugas pewartaan menuntut pewarta menjadi penyaksi di tempat peristiwa pada saat yang tepat. Saat perang akbar berkobar, misalnya. Peliputan yang kian jauh dan kerap membuat interaksi sesama wartawan di jagat ini makin intens. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman pun tak terhindarkan dan makin acap. Transformasi termasuk dalam hal pendekatan dan metoda liputan serta mekanisme ruang redaksi terus berlangsung. Satu lagi, juga dalam hal aturan main bersama sesama pewarta. Perumusannya dilakukan secara kolektif, setahap demi setahap, dan berdasarkan the best practice. Kalaupun jurnalis tak bertemu muka, transformasi di antara sesama mereka berlangsung dengan cara saling mematut karya sejawat. Zaman terus berubah. Pemikiran dan wacana di tengah masyarakat terus berkembang. Sebagai garda depan informasi, kaum jurnalis senantiasa rajin membaca tanda-tanda zaman. Hasil bacaan mereka pakai untuk memperbaiki mutu karya jurnalisme. Hal ini berlanjut hingga kini. Kalau dilihat sejak masa rintisan itu berarti ratusan tahun sudah para praktisi jurnalisme di seluruh belahan jagat mengembangkan metode kerja serta aturan main dunianya dengan berbekal idealisasi dan pengalaman emperik. Hasilnya adalah lahir dan tumbuhnya sejumlah prinsip yang kini kini sudah menjadi semacam pakem universal. Antara
148

lain adalah rumusan: apa itu berita, bagaimana mendapatkan berita (news gathering), nilai berita (news value), prinsip harus senantiasa menyajikan fakta, cover both-sides dan cover all-sides, keberimbangan (dengan check and recheck dan triple check), imparsial, serta menjaga akurasi. Satu lagi formulasi itu berupa kode etik. Perumusan rule of the game ini dengan tujuan agar kaum jurnalis senantiasa bergerak di jalur yang seharusnya saat menjalankan tugas; bila menyimpang akan merugikan publik dan dirinya sendiri. Kode etik jurnalistik beragam adanya sesuai dengan banyaknya organisasi wartawan. Kendati demikian nafasnya kurang lebih sama yakni apa yang boleh dan tidak boleh (the do dan the dont) dilakukan demi mutu berita dan integritas pewarta. Semua aturan main yang dirumuskan secara kolektif oleh wartawan di muka bumi selama ratusan tahun ini kini kita kenal sebagai standar jurnalisme. Dalam berbagai UKJ hal inilah yang menjadi materi untuk setiap tingkat, disamping wawasan dan ketrampilan teknis. Mari cermati beberapa unsur standar jurnalisme ini. Adapun pembahasan khusus tentang berita ada di tulisan lain dalam bunga rampai ini. MENYajikaN FakTa Pekerjaan jurnalis pada hakekatnya adalah mewartakan peristiwa alias memberitakannya. Di sini peristiwa adalah kejadian faktual sehingga jelas unsur beritanya (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimanalazim disebut 5W+1 H). Keenam unsur inilah yang membangun jalan cerita peristiwa. Kalau jurnalis mau beropini boleh tentunya, hanya saja tempatnya di ruang atau kapling bukan berita. Di tajuk atau kolom khusus, misalnya.

149

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

COVER BOTH-SIDES daN cOVER ALL-SIDES Berita harus berimbang. Karena itu ketika mengangkat sebuah permasalahan kedua pihak yang pro-kontra harus dijadikan narasumber yang ujarannya dimuat. Ini yang disebut cover both-sides. Dalam sebuah masalah terkadang yang terimbas tak hanya yang berkonfrontasi langsung. Tapi juga mereka yang berada di posisi abu-abu (artinya tak terlibat langsung) atau yang malah sama sekali tak bersangkut-paut. Contohnya rakyat jelata dan awam tetapi menjadi korban konflik bersenjata. Di Aceh, misalnya, banyak orang seperti itu di masa prahara. Selain yang berkonfrontasi langsung, para pihak (stakeholders) lain perlu dijadikan narasumber. Termasuk kaum awam yang terimbas konflik. Itu yang dimaksud dengan cover all-sides. Tentang hal ini akan kita bahas secara khusus dalam tulisan Derajat Kompetensi Narasumer. ImPaRSiaL Mewawancarai para pihak, terutama yang berkonfrontasi langsung, dan memunculkannya dalam berita tidaklah cukup. Porsi dan nuansa yang ditampilkan juga perlu dibuat berimbang. Itu yang dimaksud imparsial. Jadi imparsial artinya tidak menguntungkan salah satu pihak secara porsi atau nuansa atau keduanya sekaligus. Atau dengan cara apa pun. Tentang imparsialitas ini ada catatan. Dalam beberapa tahun terakhir berkembang pemikiran di kalangan jurnalis bahwa imparsialitas tak selalu harus diterapkan. Ada kalanya jurnalis perlu berpihak. Misalnya kalau ada yang tertidas, yang dibungkam. Dalam hal seperti ini pers menjadi penyuara dari mereka yang tak bisa bersuara (the voice of the voiceless).

150

Menjaga akurasi (dengan check and recheck dan triple check) Cermat dalam menyajikan fakta atau menjaga presisi, adalah kewajiban setiap jurnalis. Kata lainnya senantiasa akurat. Jurnalis kawakan seperti Joseph Pulitzer yang menjadikan akurasi sebagai harga mati (Akurasi! Akurasi! Akurasi! adalah ujarannya yang terkenal) punya argumen sederhana. Bagaimana khalayak akan mempercai hal-hal besar yang disampaikan seorang wartawan kalau dalam hal kecil saja ia sembrono? Argumen ini sangat masuk akal. MEmaTuHi KOdE ETik Setiap profesi lazimnya merumuskan kode etiknya. Dalam satu profesi sangat mungkin terdapat banyak organisasi. Kendati organisasinya majemuk, seperti telah disebut, semangat kode etiknya pada umumnya sama. Kode etik dibuat agar setiap anggota organisasi tersebut tetap dalam koridor profesionalnya. Tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lingkungan profesinya, terutama saat melakukan tugas profesinya itu. Untuk urusan ke dalam kode etik merupakan aturan main penertib tatanan. Sedangkan untuk urusan keluar ia merupakan perisai yang akan melindungi anggota organisasi atau profesi dari anak panah hukum. Agar gambarannya jelas perhatikanlah Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan Kode Etik AJI. KEJ dirumuskan oleh sejumlah organisasi wartawan; salah satunya adalah AJI. Semangat KEJ dan Kode Etik AJI sama. Prinsip menyajikan fakta, cover both-sides dan cover all-sides, imparsial serta menjaga akurasi digariskan di sana. Kalau saja kode etik ini dipatuhi niscaya pers kita tak akan menuai banyak gugatan seperti belakangan ini. Yang perlu

151

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kita pikirkan selanjutnya ialah mengupayakan agar kode etik selalu dihirauakn oleh insan pers. Tak sekadar diketahui adanya melainkan ditegakkan.

152

BERiTa, FakTa daN FikSi

Oleh P. Hasudungan Sirait

pAKAh sesungguhnya hakekat pekerjaan jurnalis? Jawabnya sederhana: mencari berita! Di mana pun di belahan jagat ini, begitu adanya. Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan berita? Saban hari jurnalis memburu dan bergelut dengan berita. Tapi, ternyata bagi sebagian jurnalis belum jelas betul apa sesungguhnya yang dicari. Lihatlah ke kelas-kelas Jurnalistik tempat mereka menjadi peserta. Masih banyak jawaban yang simpang siur manakala ditanya berita itu apa. Berita adalah informasi, ini jawaban spontan mereka yang paling umum. Ada juga yang mengatakan, berita adalah kabar yang ada di media massa. Atau berita adalah kejadian penting yang mempengaruhi masyarakat. Jawaban yang bermuatan masalah. Yang pertama, misalnya. Bagaimana yang tidak ada di media massa tapi beredar di ranah publik? Toh banyak kejadian seperti itu. Untuk jawaban kedua, pertanyaan susulannya misalnya: tidakkah banyak kandungan media massa yang tak mempengaruhi masyarakat? Berita adalah informasi. Itu benar. Tapi keduanya tak sama persis. Yang satu merupakan bagian dari yang lain. Induknya yang mana, anaknya yang mana? Masih ingat konsep himpunan bagian yang harus kita pelajari saat

153

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

pelajaran Matematika di SMP? Bila masih, ibaratkanlah ada dua lingkaran yakni lingkaran berita dan lingkaran informasi. Yang satu berada di dalam yang lain. Yang mana berita dan yang mana informasi? Kalau Anda mengatakan lingkaran terbesar merupakan berita, Anda salah. Sebab beritalah yang menjadi bagian dari informasi. Artinya, berita hanya salah satu kandungan dari informasi. Ada kualifikasi tertentu yang membedakan berita dari unsur informasi lain. JaLaN CERiTa Berita adalah peristiwa. Namun tak semua peristiwa merupakan berita. Kalau kejadian itu tak diwartawakan seseorang ke pihak lain (individu, kelompok, atau khalayak luas), bukan berita namanya. Pewartanya boleh siapa saja, bukan hanya jurnalis. Yang namanya peristiwa haruslah faktual; artinya, sungguh-sungguh terjadi, bukan khayalan atau hasil imajinasi. Bukan pula gosip, isapan jempol atau spekulasi. Oleh sebab itu harus ada jalan ceritanya. Inilah yang disebut dengan unsur berita yakni: apa, kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana (what, when, where, who, why, dan how = 5W+1H). Dari segi urutan, what biasanya akan menjadi yang pertama; sedangkan 4W lainnya bisa dipertukarkan tempatnya secara bebas. Di antara 5W+1H ini jawaban how pasti akan menjadi yang terpanjang sebab akan terkait dengan kronologi atau urut-urutan kejadian. Setelah how baru why. Katakanlah sebuah pesawat Sukhoi jatuh lagi. Kalau kejadian ini kemudian dikabarkan kepada seseorang yang peduli (bukan yang selalu bermasa bodoh) pastilah ia ingin tahu jalan ceritanya. Apa yang jatuh? Kapan kejadiannya dan dimana? Siapa saja yang ada dalam pesawat. Mengapa

154

pesawat itu jatuh? Bagaimana kejadiaannya sehingga Sukhoi yang dibangga-banggakan sebagai pesawat super canggih jatuh dan jatuh lagi? Kemungkinan itu akan menjadi pertanyaan dia. Tentu saja pertanyaan ihwal jalan cerita Sukhoi jatuh tidak sebatas itu saja. Banyak lagi aspek 5W+1H yang bisa kita gali. Mari kita kembangkan pertanyaan tentang pesawat jatuh ini. Katakanlah kita telah mendapatkan informasi tambahan sehingga bisa merumuskan pertanyaan berikut ini. What Apa alasan petugas menara kontrol sehingga membolehkan pesawat terbang rendah, apakah sedang terjadi turbulensi di udara saat itu, apa yang membuat pesawat meledak sebelum terhempas, apakah terjadi kerusakan mesin, apakah ada sabotase, apakah ada penumpang yang selamat, apakah otoritas Sukhoi sudah memberikan penjelasan, . When Kapan pesawat berangkat dari Russia? Kapan tiba di dan bertolak dari Jakarta? Kapan mulai hilang kontak dengan menara pengawas? Kapan evakuasi jenazah? Kapan otoritas dari Sukhoi akan tiba di lokasi kecelakaan? Kapan tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (TNKT) akan memberi keterangan resmi? Kapan pesawat itu dibuat? Kapan dioperasikan untuk kali pertama? ......dst. Where Di manakah lokasi kejadiannya? Kalau lokasinya di perairan Pangandaran, di mana persisnya? Di mana jenazah

155

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

berserak ditemukan? Di mana serpihan badan pesawat mengambang? Di mana kotak hitam berada? Di mana posko SAR didirikan? Di mana para penyelam mencari jenazah dan puing-puingnya?, Di mana para keluarga korban bisa mendapatkan informasi resmi? Di mana para korban akan dikebumikan? .dst . Who Bisa mulai dari siapakah pilot pesawat, siapa saja penumpangnya, siapa saja pebisnis di antara penumbang, siapa yang bertugas di menara kontrol bandara saat itu, jenazah siapa saja yang sudah diidentifikasi, siapa juru bicara Sukhoi, siapa keluarga korban yang histeris terus sejak dua jam lalu, perusahaan asuransi mana yang menanggung kerugian dalam kejadian ini, hingga siapa saja nelayan yang menyaksikan pesawat meledak di udara. Why Mengapa pilot menerbangkan pesawat terlalu rendah, mengapa pesawat meledak sebelum terhempas ke laut, mengapa regu penyelamat datang begitu telat, mengapa Sukhoi jatuh beruntun di Indonesia dalam dua bulan terakhir, mengapa ada dugaan sabotase, mengapa pihak Sukhoi terkesan sangat berhati-hati dan tertutup, mengapa pihak Sukhoi seperti tidak belajar dari pengalaman pahit mereka di Gunung Salak (Bogor), How Bagaimana pesawat sampai meledak, bagaimana serpihan tubuh pesawat tersebar jauh, bagaimana standar

156

pengoperasian pesawat super jet baru ini, bagaimana skedul uji coba sekaligus promosi pesawat canggih ini di beberapa belahan dunia, bagaimana reaksi keluarga korban, bagaimana perusahaan asuransi akan menanggung biaya yang begitu besar, bagaimana pihak maskapai di Indonesia menanggapi bencana udara yang beruntun ini,.. Kemampuan menggali 5W+1H akan menentukan kualitas berita. Agar penggalian jalan cerita lebih dalam ada baiknya unsur berita kita persandingkan atau kombinasikan. Misalnya, pesawat meledak sebelum terhempas (what). Why dari what ini adalah: mengapa terjadi ledakan. Sedangkan how-nya: bagaimana dahsyatnya bunyi ledakan serta serpihan yang dihasilkannya. Untuk setiap what, persandingan seperti ini bisa kita lakukan termasuk dengan when, where, dan who. Untuk setiap unsur berita yang lain bisa kita lakukan hal yang sama. Sekali lagi, berita adalah peristiwa yang diwartakan. Yang namanya peristiwa pasti memiliki jalan cerita (5W+1H). Oleh sebab itu kalau ada unsur berita media massa yang tidak lengkap kita perlu mempertanyakan apakah kejadian yang dilaporkan itu faktual atau rekaan wartawan belaka. NiLai BERiTa Peristiwa itu banyak betul jumlahnya dan terjadi di mana-mana. Bukan hanya dalam hitungan hari atau jam, melainkan menit dan detik. Pula di tempat kita berada sekarang. Jurnalis dihadapkan pada realitas seperti ini setiap saat. Di sisi lain kapling atau durasi yang dimiliki setiap media untuk menampung berita begitu terbatas. Pasokan berlimpah sementara peruntukan sedikit. Lantas, apa yang bisa dan harus dilakukan? Tiada lain ialah melakukan seleksi.

157

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Dasarnya adalah prioritas berdasarkan urgensi. Apa pun jenisnya --televisi, radio, media online atau koran/ majalah/tablodsetiap media harus memiliki parameter baku dalam penentuan hal yang disebut sebagai skala prioritas berita. Parameter inilah yang disebut dengan nilai berita (news value). Semakin tinggi nilai sebuah berita semakin laiklah ia kita wartakan. Secara universal, nilai berita terdaoat dalam dampak peristiwa (consequences)ada juga yang menyebut besarannya (magnitude)sisi kemananusiaan (human interest), ketokohan (prominance), kedekatan (proximity), serta ketepatan saat pewartaan (timeliness; aktualitas, merupakan sebutan lainnya). Keunikan bisa kita tambahkan sebagai parameter lain. Susunan nilai berita tadi merupakan peringkat yang berlaku untuk media umum. Kompas, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Jawa Pos, Serambi, Fajar, Ambon Ekspres, Cenderawasih Pos, dan majalah Tempo merupakan contoh media cetak umum. Detik.com, Viva News.com, Metro TV, SCTV, Elshinta, dan radio 68H contoh media elektronik umum. Untuk media khusus nilai berita tetap sama; yang mungkin berubah adalah peringkatnya. Femina dan Kartini, misalnya, lebih menekankan ketokohan terutama dari mereka yang berkelamin perempuan. Sedangkan Bisnis Indonesia dan majalah SWA lebih menggarisbawahi konsekuensi bisnis dan ketokohan berkonteks rupiah atau dollar. Adapun aspek sisi manusiawi agak jauh dari radar mereka. Supaya lebih mudah dibayangkan, anggaplah skor kita 6 sampai 10 untuk setiap parameter nilai berita. Untuk menilai kekuatan sebuah berita, tinggal kita jumlahkan saja skor itu. Berikut ini contohnya. Seorang redaktur media umum yang bermarkas di Jakarta, umpamanya, harus memilih 2 dari 4

158

berita reporternya untuk dimuat hari itu. Harga BBM naik lagi, sebuah bangunan sekolah ambruk. korupsi dana APBD DKI, dan PSSI kalah lagi, itu pilihannya. Yang perlu dia lakukan adalah melihat nilai setiap berita. Katakanlah hasil seperti berikut.
NiLai BERiTa HaRGa BBM Naik LaGi BaNGuNaN SEkOLaH amBRuk KORuPSi daNa APBD DKI PSSI kaLaH LaGi

Konsekuensi Sisi manusiawi Ketokohan Kedekatan Aktualitas Keunikan Total skor

10 10 10 10 10 6 56

8 10 6 8 10 7 49

9 8 8 9 10 6 50

6 7 8 9 10 6 46

Kalau kondisinya seperti ini pilihannya jelas adalah berita harga BBM naik serta korupsi dana APBD DKI. Dua berita lainnya terpaksa tidak mendapat tempat kecuali kalau sang redaktur kemudian memutuskan untuk memangkas kedua berita terkuat tersebut agar dua berita lain naik. Situasi di rapat redaksi kerap memanas karena para redaktur bersikeras untuk meloloskan hasil liputan reporternya. Memperjuangkan nasib pasukan yang sudah berpayah-payah mencari berita di lapangan, itu yang mereka lakukan. Bersikap patriot boleh saja dan semestinya demikian. Namun yang menjadi patokan untuk siapa pun di sidang redaksi tetap satu yaitu nilai berita. Kalau saja parameter ini jelas bagi setiap peserta rapat redaksi ketegangan tak perlu terjadi. Toh semuanya bisa ditimbang dengan alat takar baku tersebut.

159

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

DiSTORSi Sesuai doktrin klasik jurnalisme, setiap wartawan hanya mengurusi berita. Ruang berita sendiri hanya berita fakta. Seperti telah disebut, kalau wartawan mau beropini boleh saja tapi tempatnya bukan di ruang berita melainkan di tajuk atau kolom refleksi, misalnya. Fakta itu suci, begitu diktum lama. Atas nama faktalah jurnalis harus memverifikasi apa pun yang akan diwartakannya. Seperti kata Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (dalam The Element of Journalism) jauh hari kemudian, disiplin jurnalisme adalah verifikasi. Artinya, informasi apa pun itu harus kita verifikasi sebelum naik cetak, naik siar, atau naik tayang. Dari segi lingkupnya, fakta bisa dibagi menjadi fakta individual (personal) dan fakta sosial (publik). Yang pertama ini terkait dengan apa yang terjadi pada diri seseorang. Pada diri para pesohor misalnya, yang oleh dunia televisi kita disebut sebagai kaum selebritis. Bahwa Julia Perez jatuh cinta lagi di lokasi syuting (sebutannya: cinta lokasi), itu fakta individual. Atau Ahmad Dhani dan Wulan Jamilah bemesraan di sebuah gerai kopi di Blok M. Adapun fakta publik terkait dengan kondisi masyarakat luas. Para pengantri beras miskin (raskin) dihalau paksa oleh satuan polisi pamong praja, misalnya. Atau pupuk oplosan beredar luas di Jawa Tengah. Yang harus menjadi hirauan jurnalis bukanlah apa yang terjadi pada diri Julia Perez atau Ahmad Dhani. Itu urusan mereka pribadi, tak ada sangkut pautnya dengan kepentingan khalayak luas. Ingatlah bahwa sebagai jurnalis, yang kita urusi adalah kepentingan publik. Dengan nalar inilah Aliansi Jurnalis Independen menolak untuk mengkategorikan para awak peliput infotemen sebagai jurnalis. Publik bukanlah ranah liputan mereka. Itu saja dasarnya. Nyatanya di ruangan berita dengan mudah bisa kita
160

temukan kandungan yang bukan fakta. Fiksi, sebutan tegasnya. Mengapa bisa demikian? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, awak redaksi tidak mengerti betul hakekat jurnalisme berikut standar yang berlaku di lingkup ini. Kalau demikian halnya, masih lumayan. Mereka bisa diingatkan dengan mudah. Yang sulit, kalau luberan fiksi di ruang berita itu memang di sengaja dengan tujuan tertentu. Ini yang kedua. Peluberan ini kita sebut saja distorsi. Di ruang redaksi, seperti halnya di pengadilan, pegadaian, pasar tradisional dan tempat lain, sebuah fakta bisa terdistorsi. Tidak lagi seperti apa adanya melainkan kemungkinan menjadi: (1) fakta yang sudah berfiksi; (2) fiksi berfakta (artinya unsur fiksinya sudah dominan); dan (3) fiksi murni. Jadi, seperti cahaya yang dibiaskan saja. Sesuai doktrin klasik jurnalisme, tentunya yang ideal adalah fakta murni. Mengapa distorsi bisa terjadi di lingkungan redaksi? Sebelumnya kita lihat dulu jenjang kerja di sana. Pertama, liputan lapangan. Rekaman dan observasi ini mewujud dalam tulisan, rekaman suara, rekaman suara dan gambar, serta foto. Tergantung wartawan dari jenis media apa yang terjun. Kedua, penulisan laporan. Ketiga penyuntingan naskah, gambar, suara, atau foto. Keempat, pemeriksaan hasil akhir. Peluang distorsi ada di setiap fase. Pelakunya? Siapa pun di antara reporter, redaktur/produser, redaktur pelaksana/produser eksekutif, atau pemimpin redaksi bisa saja. Kalau bukan karena ketaktahuan atau keterbatasan wawasan, ya karena memang disengaja. Yang terakhir ini mungkin karena sikap pribadi atau agenda yang sedang djalankan media itu sendiri (setting agenda). Dalam menjalankan agenda, pembingkaian (framing) di antaranya yang dimainkan. Bisa jadi redaksi sebenarnya ingin fakta belaka yang termaktub dalam sajian berita. Persoalannya adalah masih ada
161

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kekuatan luar yang tak selalu bisa mereka abaikan. Kekuatan dunia bisnis, misalnya. Di zaman sekarang sebagian media massa di Indonesia dimiliki oleh pebisnis. Media utama kita dipunyai para bos konglomerat. Sangat mungkin owner campur tangan dalam kebijakan pemberitaan. Dalam hal ini mereka akan mengupayakan agar berita yang merugikan dirinya atau sekutunya dijauhkan; begitu sebaliknya. Para pemasang iklan besar yang merupakan langganan, ada kalanya mencoba intervensi. Tujuannya? Sama dengan pemilik tadi. Pada zaman Orde Baru, pemerintah rajin betul mencampuri urusan redaksi. Setelah reformasi keadaan berubah. Pers tidak takut lagi terhadap pemerintah. Yang menjadi ancaman bagi mereka sekarang adalah organisasi massa, terutama yang mengusung panji agama. Ada kalanya mereka ini mengintervensi kebijakan redaksi juga. Bagi para reporter yang sehari-hari terjun ke lapangan, usikan yang acap datang justru dari kantor sendiri. Dalam hal ini: oleh atasan mereka tak hanya ditugasi mencari berita tapi juga mendapatkan iklan dan pelanggan baru. Supaya beroleh pengiklan atau pelanggan, mereka sangat mungkin terpaksa membuat liputan yang bernada promosi. Demi rupiah, fakta sangat mungkin mereka korbankan. Sebuah praktik yang sudah menyimpang jauh dari doktrin klasik jurnalisme yang telah kita bicarakan. Mereka tahu betul itu. Tapi sebagai petugas lapangan mereka bisa apa kalau sudah diganduli beban ekstra? Inilah potret buram sebagian besar media massa kita saat ini. Apa pun faktor pengusiknya, agar tak terdistorsi seluruh awak redaksi harus memperhatikan sejumlah prinsip. Antara lain, senantiasa setala dengan standar jurnalisme, berperilaku profesional, serta mengingat bahwa mandat yang kita peroleh saat menjalankan tugas berasal dari
162

masyarakat luasingat asal usul nama media massa = media milik masa). Juga menyadari sepenuhnya bahwa fungsi pers adalah menginfomasikan, mendidik, dan menghibur. Pula, mengakui bahwa adalah hak azasi setiap orang untuk mendapatkan informasi yang benar. Di negara yang baru belajar demokrasi, Indonesia termasuk, fungsi mendidik, dan, satu lagi, mengontrol kekuasaanmerupakan tugas penting pers sebagai pilar keempat (the fourth estate). Hal lain yang perlu kita ingat adalah sebagai pewarta, kita memiliki setidaknya tiga jenis tanggungjawab yakni sosial, hukum, dan profesional. Bila tanggungjawab hukum kita abaikan, misalnya, sangat mungkin di pengadilan kita akan berhadapan dengan kalangan yang merasa kita rugikan lewat pemberitaan. Kalau sampai digugat pailit, cilaka dua belas kita! GaYa SajiaN BERiTa Soal hakekat berita tadi sudah jelas. Sekarang ihwal gaya sajiannya. Secara garis besar gaya ini hanya dua yakni berita langsung (straight news) untuk media yang mengandalkan aktualitas, serta berita kisah (feature) untuk yang menggarisbawahi kedalaman dan kelengkapan. Koran, media online-radio-televisi berita, serta media online adalah media yang mengandalkan aktualitas. Majalah dan tabloid merupakan pengguna feature. Sebagai catatan, kini koran pun semakin serius menggeluti feature. Peranjakan ini merupakan strategi bertahan hidup setelah mendapat gempuran mematikan dari media online, radio, dan televisi berita. Belum lagi media jejaring sosial (social media) yang kian berkembang. Jelas, kalau masih mengandalkan berita langsung sajian suratkabar sudah basi. Mereka masih menunggu besok untuk dilahap sementara yang lain sudah saat ini juga alias real time.
163

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Di luar berita langsung dan berita kisah, masih ada spot news (berita pendek yang perlu segera diketahui publik), soft news (dibuang sayang, pendek, merupakan gabungan berita langsung dan berita kisah), serta news analysis. Pelengkap saja kedudukannya, sehingga tak perlu kita bahas secara khusus ketiga jenis ini. Agar lebih jelas, perhatikanlah tabel yang dibuat LP3Y Yogyakarta berikut.
PERiSTiwa WakTu kEjadiaN DamPak BENTuk SajiaN

Aksidental

Hari ini

Hari ini, esok

Kelanjutan

Hari ini, kelanjutan kemarin Nanti Dulu, kini, nanti Dulu, kini

Kemarin, hari ini, esok Nanti Dulu, kini, nanti Dulu, kini, nanti

Berita langsung (straight news=hard news), bisa disertai news feature (side bar) Berita langsung, bisa disertai format feature Berita langsung, bisa disertai format feature Feature, laporan mendalam (indepth report) Laporan investigasi

Teragenda Fenomena Kasus

Lalu dimanakah letak berita mendalam dan investigasi? Perlu kita ketahui bahwa keduanya bukan gaya sajian melainkan gaya liputan. Jadi ada gaya liputan dansesudah liputan jadiada pula gaya sajian. Hasil investigasi bisa disajikan dalam bentuk feature, analisis, atau gabungan keduanya. Dengan begitu isi tabel di atas ada yang kurang pas, yakni bagian laporan mendalam dan investigasi.

164

DERajaT KOmPETENSi NaRaSumBER

Oleh P. Hasudungan Sirait AwAncArA adalah teknik mendapatkan informasi dari narasumber dengan cara mengajukan se jumlah pertanyaan. Derajat intensitas wawancara tergantung kuantitas dan kualitas informasi yang hendak dijaring. Ada yang hendak menggali informasi sebanyak-banyaknya dan ada yang sebatas ingin mengetahui sejumlah hal tertentu saja. Bisa juga sekadar mengkonfirmasi atau menguji validitas informasi yang sudah diperoleh. Yang paling ekstrim, bisa hanya untuk mendapatkan jawaban ya atau tidak atau tidak tahu dari narasumber. Dalam hal ini si pewawancara hanya ingin menjalankan prinsip cover both-sides (meliput kedua sisi) atau cover-all sides (meliput semua sisi). Lalu, siapakah narasumber yang sebaiknya digunakan? Dalam konteks jurnalisme, dasar pemilihan narasumber untuk liputan apa pun adalah kompetensi. Semakin terlibat seseorang, kian pantas dia dijadikan narasumber. Jadi ada ada derajat kompetensi narasumber, yang tolok ukurnya adalah intensitas keterlibatannya. Pertama, derajat tertinggi adalah pelaku dan korban. Kedua, para saksi mata. Ketiga, pihak yang tersangkut tapi tak terlibat langsung. Pihak-pihak yang menjadi otoritas tercakup di sini.

165

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Seorang satpam atau office boy pun, dalam kasus perampokan, misalnya, bisa lebih diperlukan daripada direktur utama perusahaan tempat mereka bekerja, kalau memang berposisi sebagai korban atau pelaku. Atau, saksi berkedudukan sebagai saksi mata. Pengamat atau ahli, kalau menurut derajat kompetensi, bukanlah sumber informasi utama. Mereka dibutuhkan untuk menjelaskan hal teknis yang tak kita kuasai. Misalnya ihwal proses fisika-kimia pada reaktor nuklir atau tentang perilaku sosial paus pembunuh di perairan Selandia Baru. Atau, perihal partikel Tuhan. Bila pokok bahasan tidak rumit betul cukup jurnalis saja yang menjelaskannya. Misalnya tentang tawuran klasik antarpenduduk Palmeriam dan Berlan (di Kecamatan Matraman, Jakarta). Sebagai peliput yang sudah berpos lebih dari dua tahun di desk metropolitan Jakarta, umpamanya, jurnalis yang ditugaskan meliput di sana seharusnya sudah memiliki pengetahuan yang memadai tentang perbenturan yang selalu berulang tersebut. Tak perlu kriminolog yang menjelaskannya sebab belum tentu mereka mengenal betul medan tawuran lama itu. Paling common sense (akal sehat) dan kliping koran saja yang akan mereka manfaatkan. Kalau narasumber seperti itu yang kita pakai, namanya ya jeruk makan jeruk. Begitu pula soal pertambahan penduduk Jakarta setiap kali usai lebaran. Tak perlu meminta pakar untuk menerangkannya. Selama ini jurnalis Indonesia cenderung mengandalkan pengamat untuk menjelaskan apa pun termasuk perkara yang remeh-temeh. Jelas ini merupakan gejala kemalasan berpikir atau keengganan bekerja lebih keras. Dari pada capek-capek dan berpeluh-peluh di lapangan, telepon atau SMS saja pengamat. Urusan selesai. Toh hasilnya berita juga; begitu
166

prinsipnya. Memang ini jalan pintas yang sangat praktis. Tapi terang sangat tak sehat. Bukankah berita sekaligus merupakan kesaksian pewartanya? Apa yang bisa dijadikan sebagai kesaksian kalau hanya mendengarkan lewat piranti atau melihat layar hp? Di sisi lain, di samping membiakkan talking news, modus ini hanya akan membuat jurnalis tak kreatif dan mengabaikan disiplin verifikasi. Kalau bukan sebab malas, kemungkinan sang jurnalis kelebihan beban kerja sehingga menempuh cara gampangan. Lumrah bahwa di Republik ini jurnalis menyetor sedikitnya tiga berita ke redaktur dalam sehari, khusunya jurnalis harian (koran, media on-line, radio dan TV). Majalah atau tabloid tidak demikian [baca: tidak kejar tayang]. Bila lokasi dan topik liputan berbeda, target setoran minimal tiga berita ini sesungguhnya kelewatan betul. Toh jurnalis bukanlah Superman yang bisa leluasa melayang mengarungi belantara kota yang serba macet seperti Jakarta dengan membelah udara. Pun mereka bukanlah sang jenius yang bisa berkonsentrasi pada tiga perkara yang tak ringan sekaligus pada hari yang sama. Bukan sehari saja para reporter harian berlebih beban, melainkan saban hari. Wajar saja kalau akibat tuntutan yang berat betul ini pewarta kemudian membuat laku akal-akalan dengan cara saling bertukar berita, kalau bukan melakukan loning atau memelihara tuyul. Yang terakhir ini maksudnya membayar kaki-tangan di lapangan untuk mengerjakan tugasnya. Ketika berita muncul tentu nama para tuyul tak ada. PERimBaNGaN Sekali lagi, dasar pemilihan narasumber adalah kompetensi. Syarat lain masih ada yaitu perimbangan. Artinya, tatkala memilih sumber informasi prinsip keberimbangan

167

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

perlu dijalankan. Terlebih, bila informasinya bermuatan prokontra. Tak pelak, baik yang pro maupun kontra suaranya harus dihiraukan. Inilah yang dimaksud dengan cover bothsides. Meliput kedua kubu secara berimbang, dalam kasus tertentu ternyata belum cukup. Dalam konflik bersenjata yang berimbas ke kalangan luas, semisal konflik Aceh, Maluku, atau Poso. Media massa kita pada masa itu cenderung berfokus pada pihak kombatan sehingga seakan petempur saja yang berada di pusaran prahara. Pemberitaan konflik Aceh yang baru reda setelah tsunami tahun 2004, umpamanya. TNI-Polri, di satu sisi, dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pada sisi lain, itulah yang menjadi perhatian jurnalis kita yang menjadi peliput. Jelas, sumber informasi ini masih jauh dari memadai sebab banyak kalangan yang berkedudukan sebagai stake holder (para pihak) dalam kemelut ini. Sebutlah: rakyat, ulama, pemerintah, negara asing, NGO, perguruan tinggi, atau lembaga penelitian. Masing-masing entitas ini bisa kita urai. Rakyat, misalnya. Rakyat Aceh dan rakyat Indonesia yang bukan orang Aceh. Dari segi tempat tinggal, rakyat Aceh bisa kita bagi menjadi: yang berdiam di Aceh dan di luarnya. Bagaimanapun, jarak akan menentukan pertautan emosi, walau pepatah mengatakan jauh di mata dekat di hati. Rakyat Aceh yang berdomisili di Aceh pun masih bisa kita kategorikan menurut kedekatan dengan pusat konflik. Mereka yang berada di Bireun, Lhangsa, Sigli pasti lebih merasakan dampak perbenturan dibanding yang berumah di Banda Aceh, Meulaboh atau Kutacane. Seperti halnya rakyat Aceh, ulama tanah rencong juga bisa dibedakan posisinya menurut sikapnya terhadap aspirasi merdeka. Pemerintah sendiri bisa kita kategorikan menurut lingkup kekuasaanya,

168

yakni mulai dari otoritas pusat hingga kampung (gampong). Begitu seterusnya. NGO pun macam-macam, menurut asalusul (lokal, masional, internasional), bidang dan wilayah kerja, atau sikap terhadap konflik. Semua pihak yang merupakan stake holder perlu dijadikan narasumber. Terlebih mereka yang paling merasakan imbas konflik tapi tak bisa bersuara. Rakyat yang berada di mata pusaran, itulah mereka. Kalau menurut ajaran jurnalisme damai, wartawan harus memberi perhatian khusus pada mereka yang paling menderita ini. Menurut nalar sehat pun begitu sebaiknya. Peran sebagai suara bagi mereka yang tak bisa bersuara (the voice of the voiceless), itulah yang harus dimainkan pers, menurut konsep peace journalism. Bila semua kalangan yang berposisi sebagai para pihak menjadi sumber informasi inilah yang dimaksud dengan cover all-sides. Memang seyogyanyalah mata jurnalis tidak hanya terbuka tatkala berhadapan dengan para pembesar, elit, atau juru bicara resmi. Masih ada sebuah anjuran lagi terkait dengan narasumber, yakni imparsial. Artinya, sebagai peliput kita tidak boleh menguntungkan atau merugikan siapa pun dengan cara apa pun. Termasuk dengan menyamarkan makna yang tersirat dalam kalimat pendek. Memainkan nuansa, itulah sebutan populernya. Jurnalis biasanya pintar mengolah nuansa untuk mengesankan seolah sebuah berita netral adanya. Kata namun, tetapi, begitupun itu antara lain yang dipakai sebagai pembelok makna secara halus. TujuaN MENGGaLi INFORmaSi Sewaktu meliput, saat bermuka-muka dengan narasumber atau bercakap lewat telepon atau handphone, atau bertukar

169

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

pesan lewat gadget, tujuan jurnalis satu saja yakni menggali informasi. Yang bisa berbeda adalah tingkat kedalaman penggalian. Tingkat penguasaan materi oleh jurnalis akan menentukan yang satu ini. Berikut ini penjelasannya. Sedalam mungkin seorang jurnalis pemula atau yang awam alias tidak melek persoalan akan menyiapkan keranjang besar saat berhadapan dengan sumber informasi. Wajar saja sebab niatnya adalah menjaring informasi sebanyakbanyaknya. Saat wawancara posisinya akan cenderung pasif sebab ia tak menguasai pokok masalah. Apa yang akan bisa ia lakukan dengan posisi demikian selain menimpali ala kadarnya dengan tujuan agar narasumber terus bersuara? Paling ucapan macam Ohbegitu ya, lantas, atau tanggapan Anda? saja yang keluar dari mulutnya Kenyataannya, tak hanya jurnalis pemula yang seperti itu. Di lapangan kerap terlihat jurnalis yang sudah berjam terbang tahunan pun masih demikian. Tentu keminiman wawasanlah penyebabnya. Lihatlah pemandangan di layar televisi tatkala jurnalis mengerumuni narasumber. Di antara sekian banyak yang menyorongkan alat perekam ke arah mulut narasumber sedikit saja yang mengajukan pertanyaan. Ironisnya, sepulang dari lapangan semuanya akan membuat berita. Perlu kita jawab apakah mereka masih bisa disebut wartawan kalau tak rajin bertanya? Di mata narasumber yang kritis jurnalis yang kurang aktif bertanya dan cenderung pasif saja pasti kurang nilainya. Bila sumber informasinya gemar memperdaya, jurnalis macam itulah sasaran empuk untuk digarap. Bagaimanapun wawancara yang sehat adalah yang dialogis. Dalam hal ini pewawancara tidak hanya bertanya tapi juga menerangkan, mencontohkan, meluruskan, atau

170

membantah. Tapi jangan menggurui atau mencecar dengan nada memojokkan seperti yang acap kita lihat dalam talk show televisi kita. Ingat: jurnalis bukan jaksa atau hakim, melainkan pewarta belaka. Kalau merasa tuturan narasumber A tidak apa adanya, kita harus menguji ulang dengan mewawancarai narasumber lain. Cross-chek, prinsipnya. Modal utama pewawancara yang baik tentu saja adalah wawasan. Seorang pemburu yang terlatih akan membekali diri sebelum menerobos rimba raya. Senjata berikut peluru akan ia siapkan di samping bekal makanan-minuman dan obatobatan. Jurnalis pun seharusnya seperti itu. Selain perangkat kerja, bekalnya di lapangan adalah wawasan. Bertanya dan membaca bahan terkait, merupakan cara untuk meningkatkan pengetahuan. Lewat fasilitas internet, di masa sekarang bahan apa pun itu bisa kita peroleh dengan mudah dan cepat. MENGuji VaLidiTaS Jenis wawancara ini lebih mudah kita lakukan dibanding dengan yang sebelumnya. Syaratnya, di tangan kita sudah ada informasi. Sumbernya? Hasl riset atau wawancara sebelumnya. Menguji validitas poin-poin penting yang perlu kita lakukan sekarang. Caranya, bertanya ke narasumber. Selain memastikan benar-tidaknya, hal lain yang kita upayakan adalah pendalaman dan pengayaan informasi. SEkadaR mENGONFiRmaSi Informasi yang ada di tangan kita sudah hampir lengkap. Artinya kita sudah melakukan riset dan serangkaian wawancara. Validitasnya pun sudah kita uji. Yang perlu kita lakukan sekadar memastikan detil dan presisi informasi tertentu.

171

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

MENdaPaTkaN uCaPaN LaNGSuNG Inilah jenis wawancara yang paling ringan. Prinsipnya, apa pun jawaban sumber informasi tak masalah. Baik itu ujaran: benar, tidak, atau no comment. Target kita sebagai pewawancara adalah asal narasumber bicara. Sepatah kata pun tak apa. Istilahnya, kita hanya meminjam mulut. FakTOR PENENTu Sulit atau mudahkah menembus narasumber? Tergantung sejumlah faktor, di antaranya kualitas narasumber dan pewawancara, media tempat pewawancara bekerja. Kita bahas satu persatu. Kepribadian narasumber ikut menentukan. Apakah ia sosok yang tertutup atau suka berahasia-rahasia? Kalau ya, perlu kerja ekstra untuk membuat dia sudi membuka mulut. Sebaliknya, bila dia seorang periang, hangat dan gemar bicara, ia akan bunyi dengan sendirinya tanpa diransang. Kecuali kalau dirinya sedang dirundung masalah sensitif; menjadi tersangka dalam perkara korupsi atau pelecehan seksual, misalnya. Apakah narasumber menguasai pokok persoalan menjadi faktor penentu yang lain. Bila ia ternyata awam pastilah wawancara tidak akan lancar. Apa yang bisa dikatakan oleh seseorang yang tidak menguasai hal yang dibicarakan? Kualitas diri pewawancara juga menjadi faktor penentu. Apakah ia cerdas, komunikatif, tangkas, kreatif sehingga percaya diri? Atau sebaliknya: agak telat mikir, kurang wawasan, dan suka gugup? Narasumber akan memperlakukan sang jurnalis sesuai kualitasnya. Pasti akan lekas tampak mutu ini di mata narasumber yang cerdas. Media asal si pewawancara, bagaimanapun akan menen
172

tukan. Kalau dari televisi, terutama dari stasiun terkemuka, pasti akan lebih dipandang tinggi. Suka atau tidak suka, masyarakat Indonesia masih silau melihat awak televisi terlebih yang datang dengan kamera broadcasting. Semakin besar dan canggih kamera itu akan kian suka mereka. Petinggi negara dan opara pebisnis utama pun masih demikian. Kalau jurnalisnya dari media cetak, tetap juga mereka mereka perhitungkan asal dari media utama. Katakanlah Kompas, The Jakarta Post atau majalah Tempo. Kalau di daerah, ya media setempat yang terkemuka. Suara Merdeka, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, atau Analisa, misalnya. Kendati belum tentu jurnalis dari media utama ini lebih bagus dari sejawat mereka yang berasal dari media lain. Ya, itulah kelebihan media besar: awaknya yang mendioker (kemampuannya sedang-sedang saja) pun ikut besar juga. Kredibilitas jurnalis menjadi faktor determinan yang tak kalah penting. Boleh saja medianya bukan kelas satu; asal integritasnya tinggi kemungkinan besar orang itu tak akan dipandang sebelah mata oleh sumber informasi. Sebaliknya berlaku. Jadi nama besar media tak selamanya menjadi jaminan. Faktor lain bersifat non-teknis. Di antaranya jenis kelamin pewawancara serta faktor keberuntungan. Narasumber lakilaki biasanya lebih suka diwawancarai jurnalis perempuan. Terlebih bila yang terakhir ini cerdas dan tidak buruk rupa serta dekil. Sebaliknya, sumber informasi yang perempuan pun lebih menyukai wartawan pria yang otaknya berisi, santun, tidak jorok dan bau, serta sedap dipandang. Hal yang manusiawi saja sebenarnya. Adapun faktor keberuntungan, sulit dinalar. Yang pasti tergantung faktor x. Misalnya, sudah 102 jurnalis yang ditampik narasumber. Ternyata yang ke103 ia terima dengan hangat padahal awak media itu tidak

173

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

istimewa dilihat dari sudut apa pun. Artinya kemujuran saja kelebihan orang itu; tidak lebih. Terkadang, faktor non-teknis seperti jenis kelamin dan peruntunganini lebih mentukan di lapangan. Kata kunci dalam menembus narasumber tentu saja adalah lobi. Kata lainnya, kemampuan membangun hubungan. Sesuatu yang mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Integritas dirimencakup kemampuan menjaga rahasia dan memegang janji, dan kejujuranserta pertautan pribadi tanpa mengorbankan profesionalisme menjadi kunci dalam keberhasilan membangun relasi. Waktulah menjadi penentu segalanya. Termasuk penentu rusaknya lobi lama akibat keingkaran kecil.

174

GaYa BaHaSa JuRNaLiSmE

Oleh P. Hasudungan Sirait

ErbEdAKAh ragam bahasa jurnalisme dengan ragam bahasa lainnya seperti ragam bahasa filsafat, bahasa hukum, bahasa sastra, atau bahasa ilmiah? Kalau sama belaka mengapa ada penamaan khusus? Sedangkan bila berbeda, dalam hal apa saja? Bahasa apa pun itu hakekatnya sama. Apakah itu bahasa asing, bahasa lokal, bahasa kelompok profesi, bahasa isyarat atau kode atau bahasa gambar, makna keberadaannya adalah sebagai alat atau jembatan komunikasi. Orang menggunakan bahasa dengan satu tujuan yang pasti yakni supaya bisa berhubungan satu sama lain dengan baik. Artinya, saling memahami isi pikiran atau hati. Agar hal itu terjadi syaratnya adalah pemaknaan yang sama terhadap setiap kata atau isyarat di antara mereka. Kalau lapar ya diartikan lapar, bukan kasmaran. Kalau hakekatnya sama lantas apa yang membedakan ragam bahasa yang satu dengan yang lain? Tiada lain ialah khazanah kata atau isyarat yang digunakan. Satu lagi, gaya yang dipakai. Logat tercakup dalam gaya. Supaya terang mari kita bandingkan ragam bahasa militer dengan ragam bahasa kedokteran yang dipakai orang Indonesia. Keduanya berbasiskan bahasa nasional kita; jadi khazanah kosa katanya secara umum sama. Bedanya lebih terletak pada gaya.

175

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Bahasa militer kita sarat dengan singkatan. Sistem keamanan lingkungan dipendekkan menjadi siskamling. Pertahanan sipil menjadi hansip. Pusat Pendidikan Kesehatan menjadi Pusdikes. Pada masa Orde Baru, gaya menyingkat ala militer ini sempat menjadi mode di lembaga-lembaga negara. Kementerian Pendidikan pun termasuk. Suatu masa lembaga ini pernah bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang disingkat menjadi Depdikbud. Iramanya seperti dagdig-dug saja. Dari contoh tadi tampak, selain sarat akronim, bahasa militer cenderung kaku atau verbal. Terkaitkah itu dengan doktrin mereka dalam keseharian? Kemungkinan besar demikian. Agar lebih jelas, cermatilah slogan-slogan yang terpampang di pagar markas mereka atau di prapatan strategis di pusat kota. Contohnya, Dalam rangka menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat, mari kita tegakkan Pancasila secara murni dan konsekuen atau Siliwangi adalah masyarakat Bogor, masyarakat Bogor adalah Siliwangi. Ketika menulis panjangdalam format buku atau makalah, misalnyaorang militer suka menjabarkan dengan menggunakan pointer. Menjadi kaku, tentunya. Selain karena pola pikir yang serva verbal, tampaknya ini dipengaruhi oleh format sumpah mereka yang berbentuk poin-poin. Sapta marga, misalnya. Gaya bahasa kedokteran lain lagi. Cermatilah resep yang ditulis dokter. Singkat dan sarat bahasa asing (Latin).Tulisan tangannya sendiri, entah mengapa, sulit dibaca oleh orang yang bukan dokter atau apoteker. Tampaknya ini disengaja atas nama kerahasiaan bisnis. Gambaran yang lebih terang dari tulisan dokter bisa dilihat dalam buku, artikel atau

176

makalah yang mereka tulis. Lazimnya, hemat kata dan serba teknis sehingga akan sulit dicerna kaum awam. Tentu ada juga dokter yang piawai menulis populer. Kartono Mohamad, Faisal Baraas, Hendrawan Nadesul, Naek L Tobing, Wimpie Pangkahila, atau Boyke, misalnya. Mereka memang kolumnis sehingga mau tidak mau harus mempopulerkan gaya. Merupakan kekecualian, mereka; seperti halnya TB Simatupang, AH Nasution, Hasnan Habib atau Sayidiman Suryohadiprodjomereka sudah almarhumdi lingkungan militer. Itu gaya bahasa militer dan kedokteran. Ragam bahasa Hukum berbeda lagi. Ciri khasnya, sarat dengan ayat dan pasal. Tidak langsung ke poin masalah. Istilah teknis berbahasa Belanda kerap dipakai. Lantas bagaimana dengan ragam bahasa jurnalistik; sepert apa gerangan cirinya? Di mana pun di belahan jagat ini ciri bahasa pers sama yaitu sederhana, hemat, lincah-dinamis, kreatif, serta logis. Berikut adalah penjelasannya. SEdERHaNa Kembali ke sejarah. Sebagai sosok yang lahir pertama, media cetak merupakan induk dari segala media massa. Di lingkup ini koran menduduki posisi istimewa. Merupakan media cetak yang paling berkembang di seluruh dunia sekian lama, dengan sendirinya suratkabar sekaligus menjadi laboratorium utama tempat produk-produk jurnalisme dilahirkan, diuji, dan dikembangkan. Jadi, wajar saja kalau terbitan ini merupakan peletak dasar sebagian besar aturan jurnalisme. Termasuk gaya bahasa dan gaya tulisan. Sejak masa rintisan ratusan tahun silamterlebih sejak Johann Gutenberg mengembangkan mesin cetak tahun

177

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

1440-an di Mainz, Jermanpara pengelola koran di mana pun terobsesi agar produknya bisa segera sampai ke tangan pembaca dan sajian tersebut dapat dinikmati selekasnya. Yang pertama ini soal cara distribusi dan yang kedua ihwal gaya sajian. Sebagai orang redaksi, yang perlu kita bahas dalam tulisan ini gaya sajian saja. Terkait dengan gaya sajian, para jurnalis mengembangkan berbagai model tulisan. Salah satunya adalah berita langsung (straight news). Sekali mengenal model ini biasanya awak redaksi koran akan merasa seperti berjodoh. Klop betul. Praktis, itu alasannya. Strukturnya sederhana dan menuls mengikuti pola bakunya (template) tidak susah. Berstruktur piramida terbalik, prinsip berita langsung adalah utamakan yang terpenting. Meminjam istilah Stephen R. Covey (dalam The 7 Habits of Highly Effective People) yang muncul ratusan tahun kemudian, first thing first. Berita langsung kemudian disebut juga berita keras (hard news) sebab mengedepankan fakta-fakta keras. Gaya tuturannya lempang, tidak meliuk-liuk. Prinsipnya: di bagian pembuka yang tak lebih dari 36 katakalau dalam bahas Indonesia itu tampilkanlah inti informasi (apa, siapa, kapan, dan dimana). Kalau mungkin masukkan juga mengapa. Bila tidak, letakkanlah di tubuh berita bersama unsur how (bagaimana). Adapun tubuh berita berisi penjelasan pembuka tadi. Bagi mereka yang bertugas menyunting berita (editor) model berita langsung ini juga memudahkan pekerjaan. Kalau berita lebih panjang dari kapling, tinggal penggal saja bagian bawah. Asal bukan kepalanya, tidak merupakan perkara besar kalau tulisan diamputasi. Kepraktisan berita langsung semakin di rasakan para jurnalis ketika mereka bisa memanfaatkan teknologi terdepan

178

dalam pengiriman berita saat itu, yakni telegraf [telegraf elektronik dipatenkan Samuel F.B Morse tahun 1837 di AS. Bedanya dari yang lain alat ini menggunakan kode Morse]. Kendati pengiriman bermasalah, misalnya bagian tengah ke bawah terpotong, si pengirim masih bisa bernafas lega. Asal jangan lead-nya yang terpenggal. Bila kepala berita selamat, redaktur di kantor masih bisa mengembangkannya nanti dengan menggunakan ilmu tafsir dan mengkompilasi bahan terkait sebelumnya. Ketika mesin faksimili kemudian menjadi andalan dalam pengiriman beritamesin ini banyak dipakai sejak dekade 1970-ankepraktisan straight news masih dirasakan para jurnalis. Begitupun ketika zaman komputer tiba di mana wartawan menulis berita di perangkat kecil seperti laptop, handphone pintar, atau Ipad serta mengirimkannya lewat internet. Sekali lagi, kesederhaan model berita langsunglah yang menjadi alasannya. Dari segi bahasa, cirinya adalah serba efisien. Mengedepankan hal terpenting, langsung ke poin utama tanpa meliuk-liuk. Efisiensi dan efektivitas menjadi kata kuncinya. Gaya sajian berita media massa bertambah setelah kehadiran media cetak bukan harian. Majalah terutama. Sebagai media yang periode terbitnya lebih dari sehari (umumnya mingguan) majalah tidak menggunakan gaya berita langsung lagi. Agar sajiannya tidak basi, mereka memang harus menerapkan strategi yang berbeda. Menukik ke kedalaman dan menjangkau keluasan wilayah berita itu yang harus mereka lakukan agar selamat dalam pertarungan dengan harian. Dengan kandungan sajian seperti ini tentu saja gaya sajian straight news tak pas untuk mereka. Yang lebih cocok adalah gaya bercerita (feature). Kalau dikawinkan dengan gaya bedah masalah (analisis) akan lebih mantap.

179

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Dari segi bahasa, feature agak lain dibanding straight news. Kendati sama-sama menggarisbawahi efisiensi dan efektivitas, bahasa feature lebih luwes. Ya, namanya juga perkisahan. Pilihan katanya lebih hidup dan sastrawi. Kaplingnya yang lebih panjang memungkinkan penggambaran (deskripsi) dan adegantermasuk percakapan yang dipenggaltermaktub di sana. Kalau bahasa berita langsung cenderung mekanistis, bahasa feature dinamis karena harus membangun suasana. Seperti halnya koran, majalah dan tabloid yang muncul kemudian, tetap meggarisbwahi kesederhanaan dalam gaya dan isi sajian. Termasuk alur cerita, teknik perkisahan, serta pilihan bahasa. Tanpa mengorbankan bobot, tentu saja. Ihwal dasar pikiran kesederhaan bahasa, berikut ini catatannya. Koran sejak awal merupakan bacaan seluruh lapisan masyarakat . Tak masalah apakah perempuan, lelaki, tua, muda, berpendidikan atau tidak, orang kota atau warga kampung. Dalam sebutan anak muda sekarang, all in one. Artinya semua kasta merupakan pembaca koran yang sama. Konsekuensinya adalah sajiannya harus mudah dicerna oleh siapa pun terlepas dari latar belakang usia, pendidikan, serta yang lain. Ini terkait dengan cara menjelaskan dan menuliskan. Prinsipnya, seberat dan serumit apa pun pokok bahasa, terjemahkanlah sedemikian rupa sehingga menjadi mudah dicerna oleh siapa saja. Sebutan lainnya adalah: buatlah menjadi gamblang tanpa mengorbankan kandungan informasi. Katakanlah laporan tentang penemuan partikel Tuhan (Higgs Boson) oleh tim peneliti CERN (European Organization for Nuclear Research) di Jenewa, Swiss, Juli 2012. Penjelasan ilmiah ihwal partikel yang dianggap sebagai pemicu awal gerak berantai energi atom di alam semesta ini pastilah rumit betul. Para ahli pun masih simpang siur saat memaknainya. Begitupun, jurnalis yang mewartakannya

180

harus bisa menerangkannya secara sederhana dan gamblang. Caranya, misalnya, dengan menggunakan analogi yang akrab bagi kaum awam. Sebisa mungkin kita minimalkan penggunaan peristilah berikut rumus fisika yang serba teknis. Simplify! Simpliy! (Sederhanakanlah! Sederhanakanlah!) Ini salah satu anjuran klasik dalam dunia jurnalisme. Bagaimana caranya? Yang pertama tentunya, kita harus mengerti betul duduk perkara yang akan kita wartakan. Dengan begitu niscaya kita akan bisa menguraikan pokok bahasan dengan jernih. Hubungan sebab-akibat (kausalitas) menjadi jelas. Langkah berikutnya adalah menuangkannya dalam tulisan yang mudah dimengerti oleh siapa saja. Yang kita perlukan untuk itu adalah struktur, paragraf, kalimat dan kata yang serba sederhana. Struktur terdiri dari judul, pembuka (lead), tubuh dan penutup. Buatlah struktur yang tidak njlimet (istilah anak muda sekarang: ribet) dan berlekuk-lekuk. Caranya, ikuti prinsip yang baku. Katakanlah laporan kita dalam bentuk straight news. Judul singkat, padat dan merupakan cerminan dari inti informasi. Lead [disebut juga teras] berisi satu paragraf yang merupakan pemadatan inti informasi. Ibarat manusia, judul dan lead merupakan anak dan ibu kandung. Adapun penutup, dimana pun bisa dalam straight news, asal masih di bawah teras. Bagaimana dengan kesederhanaan kata, kalimat, dan paragraf? Mari kita mulai dengan melihat hubungan ketiganya. Kata membangun kalimat; kalimat membentuk paragraf. Kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata depan, kata sambung, kata sandang, dan partikel (lah, kah), itu antara lain jenis kata. Kalau dari strukturnya kita mengenal, antara lain, kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, serta kata majemuk. Kata merupakan unsur bahasa yang paling sederhana strukturnya. Kita tentu akrab dengan kata sebab setiap jam
181

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

menggunakannya. Jadi tak perlu dibahas lebih panjang lagi. Kalimat dan paragraf lebih mendesak untuk dibicarakan. Sejumlah kata membangun satu kalimat. Subjek dan predikat minimal harus ada dalam sebuah kalimat. Kalau ada objek dan keterangan, itu akan lebih lengkap. Setiap kalimat mengandung makna yang jelas dan logis. Kalimat Saya memakan kari kambing, terang maknanya dan logis. Sedangkan Kari kambing memakan saya jelas artinya tapi tidak logis. Kalimat banyak ragamnya, di antaranya, kalimat berita dan perintah. Sejumlah kalimat membangun sebuah pragraf. Kandungan alinea bisa aneka. Inti masalah, penjelasan tentang sesuatu, contoh, ilustrasi, bukti, alasan, argumen, proses logis (penalaran), penggal perkisahan, gambaran, rincian, hasil dari sebuah proses, di antaranya. Yang pasti setiap paragraf hanya mengandung sebuah ide pokok saja. Paragraf yang satu harus bertaut betul dengan yang berikutnya. Artinya, misalnya, alinea ke-5 ini merupakan penjelasan dari yang ke-4. Kalau tidak, salah satu dari yang berikut: uraian, penggalan ucapan untuk menegaskan alinea ke-4, fakta penguat, landasan ilmiah, atau peranjakan ke suasana baru. Kunci dari kesederhaan ragam bahasa jurnalisme terletak pada kata dan kalimat. Hindarilah kata-kata yang susah diucapkan oleh khalayak sasaran. Juga kata yang asing, atau sudah tak lazim dipakai seperti: mengejawantahkan (=mewujudkan) atau dalam rangka (= untuk). Sebaliknya, pakalilah kata yang akrab di telinga mereka. Gunakanlah kalimat yang pendek agar strukturnya simpel. Kalimat yang panjangdengan anak kalimat atau bahkan cucu kalimat cenderung membuat paparan menjadi rumit dan berat.

182

Jurnalisme terus berkembang seturut zaman. Setelah koran, yang muncul adalah majalah dan tabloid. Sumber berita masyarakat kian banyak. Ternyata, radio yang semula lebih berfokus pada sajian hiburan, belakangan ikut semakin serius merambah belantara berita. Sejak tahun 1970-an televisi pun melakukan hal yang sama di seluruh dunia. Pendatang baru yang sekaligus paling progresif di dunia berita adalah media online. Dalam konnteks Indonesia, contoh paling fenomenal tidak lain dari Detik.com. Sedangkan untuk radio, Elshinta. Kecepatan penyampaian berita yang diidamkan para pengelola suratkabar di zaman baheula, kini dengan mudah bisa diwujudkan oleh awak radio berita, televisi dan media online. Mereka ini praktis tidak terkendala lagi manakala hendak siaran atau mewartakan secara live. Radio dan televisi misalnya. Breaking news, bisa mereka munculkan setiap saat. Bila tak mau mengganggu jadwal acara, mereka bisa memakai jurus lain untuk menyampaikan informasi terbaru. Radio bisa memanfaatkan cuap-cuap pembawa acaranya; sedangkan televisi dapat memanfaatkan running text. Media online dapat lebih leluasa lagi dibanding keduanya. Sungguh kemajuan yang tak terperikan. Seperti halnya koran, khalayak yang disasar media massa lainnyaradio, televisi dan media onlinesama majemuknya. Sebab itu kesederhanaan penyampaian menjadi keniscayaan bagi mereka juga. Prinsip awak suratkabar berlaku untuk mereka, termasuk dalam berbahasa jurnalistik. Berikut ini keterangan ihwal prinsip berbahasa dimaksud. JELaS Pengertian jelas dalam konteks kata-kalimat-paragraf, artinya tidak mengambang atau membingungkan akibat multi-

183

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

tafsir. Tak seberapa, begitulah, tak banyak, lumayan, atau bisa ya bisa tidak merupakan contoh kata yang bisa ditafsirkan macam-macam. Dalam bahasa jurnalisme makna yang tersirat sebaiknya kita hindari agar serba benderang. Jalankanlah selalu prinsip: enyahkan kata atau kalimat berkabut! Terkait dengan struktur kalimat, perhatikanlah agar subjek, predikat, objek dan keterangan pasti kedudukannya dan tidak rancu. Mana yang menerangkan yang mana haruslah jelas. Satu hal lagi yang perli kita ingat: bahasa Indonesia kita menggunakan struktur diterangkan-menerangkan (DM). Mobil merah, bukan merah mobil. Mawar mekar, bukan mekar mawar. Alur pun harus jelas agar tak membingungkan atau menyesatkan khalayak. Terlepas alur apa pun yang kita pilihkronologis; kilas balik; spasial: menjelaskan bagian per bagian; masalah dan penyelesaian masalah; atau campuran alias kombinasi. Setiap jalan cerita5W+1Hharus jelas. HEmaT Kapling atau durasi media massa apa pun pasti terbatas. Sebab itu harus kita manfaatkan seefisien mungkin. Caranya, hindari kemubaziran. Inilah yang disebut prinsip ekonomi kata. Ini berlaku untuk reportase yang akan dituangkan dalam gaya apa pun (straight news, feature, soft news, news analysis, atau refleksi). Tanpa mengubah makna, buanglah kata yang tak perlu. Berikut ini contohnya. Memberikan Memberikan pertolongan = menolong; memberi bantuan = membantu; memberikan kepercayaan= memercayakan; memberikan nasihat + menasihati; memberikan pengarahan
184

= mengarahkan, memberi gambaran = menggambarkan; .. Melakukan Melakukan pemerkosaan = memerkosa; melakukan pemeriksaan = memeriksa; melakukan inspeksi mendadak = menginspeksi mendadak; melakukan pembunuhan = membunuh; melakukan pencegahan = mencegah; melakukan perlawanan = melawan; melakukan kampanye = berkampanye; melakukan serah-terima = berserah-terima; melakukan pembaruan=memperbarui;.. Mengajukan Mengajukan permintaan = meminta; mengajukan permohonan = memohon, mengajukan gugatan = menggugat; mengajukan penawaran = menawar; mengajukan banding = naik banding; .. Sejumlah, sebanyak, seberat Kecuali di awal kalimat, kata sejumlah dan sebanyak bisa kita hilangkan. Contoh: Sejumlah 20 ekor = 20 ekor; sebanyak 10 rumah = 10 rumah; sejumlah 3 cangkir kopi = 3 cangkir kopi, sejumlah 25 pegawai= 25 pegawai; sebanyak 200 gerilyawan = 200 gerilyawan; seberat 20 kilo= 20 kilo; seberat 3 ton= 3 ton; . Hari Hari Kamis = Kamis, Hari Senin = Senin; ..

185

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Bulan Bulan Desember = Desember; bulan Maret = Maret;.. LiNCaH-diNamiS Selain serba jelas dan hemat, penggunakan kalimat aktif dan pilihan kata atau istilah yang segar (bukan yang penat) membuat bahasa jurnalisme menjadi lincah dan dinamis. Berbeda dari bahasa militer atau hukum yang cenderung verbal tadi. KREaTiF Jurnalis merupakan ujung tombak informasi. Berada di aras depan, dengan sendirinya kelompok profesi ini menjadi peka betul terhadap perubahan di tengah masyarakat. Perubahan dalam hal apa pun termasuk gaya berbahasa. Kaum mudalah pelaku utama dalam eksperimen gaya bahasa. Menangkap semangat zaman dalam berbahasa, tak pelak lagi kita sebagai pewarta akan terus dinamis dalam menyajikan karya jurnalisme. Unsur-unsur baru kebahasaan secara sengaja akan kita resapkan di sana. Semangat zaman jualah yang akan menentukan apakah unsur baru tersebut akan langgeng atau hidup semusim saja. Pada suatu masa, misalnya, kata kece dan memble bertabur di media massa. Kini kita hampir melupakannya sama sekali keduanya. Kini kita akrab dengan kata keren, gue banget, banget-banget, nge-twit, BBM-an atau up-date status. Sangat mungkin yang sedang in betul ini pun tak lama lagi akan digantikan oleh yang baru. Media massa, dengan segala kreativitasnya, selalu siap menyahuti dinamika kebahasaan ini.

186

LOGiS Ini terkait betul dengan prinsip sederhana dan jelas tadi. Bahasa jurnalisme harus lempang kalau dilihat dari kacamata penalaran. Artinya strukturnya (subyek, predikat, obyek, keterangan) tidak rancu. Yang mana diterangkan oleh yang mana (ingat hukum DM) harus terang. Lantas cara penyimpulan juga [induktif atau deduktif] harus tepat. Berikut ini contoh kekeliruan sejumlah jurnalis tatkala menggunakan logika bahasa. Contoh 1. .Dalam pemeriksaan tak menutup kemungkinan penambahan jumlah terangka. Catatan: Subyeknya seolah adalah pemeriksaan. Apakah pemeriksaan mahluk hidup sehingga bisa menutup atau tidak menutup kemungkinan? Kalimat ini rancu. Yang benar adalah: .Dalam pemeriksaan tak tertutup kemungkinan jumlah tersangka bertambah. Contoh 2. Dari bukti ini memperkuat dugaan bahwa tersangka telah berbohong di hadapan majelis hakim. Catatan: Yang mana sebenarnya yang memperkut: dari bukti-kah atau bukti? Tentu saja bukti. Jadi, kata dari harus kita buang. Contoh 3. Nama Alicia Keys (20) kini sedang menjadi anak kesayangan orang industri musik pop Amerika. Ia disebut sebagai penyanyi R&B pendatang baru palng sensasional.
187

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Catatan: Siapa sesungguhnya yang menjadi anak kesayangan: nama Alicia Keys-kah atau Alicia Keys? Tentu saja orangnya, bukan namanya. Kata nama membuat kalimat rancu. Contoh 4. Alicia Keys sedang dimanja, sementara nama-nama seperti Mariah Carey atau Whitney Houston seperti akan terlupakan. Catatan: Kalau membandingkan seharusnya yang sepadan. Bahasa kerannya: apple to apple. Harusnya Alicia Keys dikomparasikan dengan Mariah Carey dan Whitney Houston, bukan dengan nama-nama seperti Mariah Carey, atau Whitney Houston. Di media massa kita kesalahan logika bertebar. Penyebabnya adalah penalaran yang tidak lempang. Sangat mungkin si pembuat kesalahan tidak menyadari kekeliruannya. Buktinya perulangan terus terjadi. Menggarisbawahi lagi, bila hendak menilai paparan dan bahasa jurnalistik sebuah berita ada parameter yang bisa kita gunakan. Parameter dimaksud ada dalam tabulasi berikut. PaRamETER RaGam BaHaSa JuRNaLiSmE
SiSi HaSiL EVaLuaSi

Alur paparan Deskripsi/Eksposisi Pilihan kata (diksi) Ekonomi kata Logika

188

BERiTa BERBOBOT

Oleh P. Hasudungan Sirait

Aling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam pencarian berita, yakni mencari data lewat riset, mewawancarai, serta mengobservasi. Dalam dunia jurnalistik ketiga pekerjaan ini merupakan tahapan standar dalam pencarian berita (news gathering). Berikut penjelasannya. RiSET daTa Ini merupakan langkah pertama. Sebelum terjun ke lapangan sebaiknya kita mempelajari dulu pokok bahasan yang akan kita jadikan liputan. Kalau itu masalah, harus jelas duduk perkaranya, akar persoalan, para pihak yang tersangkut, dan yang lain. Dengan begitu kita bisa merumuskan latar persoalan dengan baik. Materi awal yang bisa kita gunakan adalah hasil riset. Bentuknya adalah data dan informasi pendukung lainnya. Pada sisi lain reportase apa pun itu akan kering dan kurang meyakinkan kalau datanya minim. Terlebih jika tanpa data. Dengan data yang akurat, persuasi atau peyakinan menjadi tak sulit kita lakukan. Juga kita tak perlu berpanjang-panjang menjelaskan; perlihatkan saja datanya maka urusannya pun

189

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

beres. Sebab itu data pendukung laporan perlu kita siapkan sejak awal. Riset tambahan bisa kita lakukan sebelum atau sesudah wawancara dan observasi. Tapi lebih baik sebelum turun ke lapangan. Wawancara dan observasi akan lebih mudah kita lakukan kalau sebelumnya kita sudah tahu peta masalahnya. Kita akan lebih fokus pada masalah dan tak akan mudah dikecoh oleh siapa pun. Di lapangan, selain menggali informasi tambahan kita bisa menguji informasi yang sudah ada di tangan. Sebaiknya riset data tak sekali saja kita lakukan. Setelah pulang dari lapangan dan hendak mempersiapkan naskah akan lebih baik lagi kalau riset kita teruskan. Tujuannya adalah pengayaan, menguji uji ulang atau membandingkan informasi. Riset bisa kita lakukan dengan memanfaatkan kliping koran dan majalah, buku atau terbitan khusus. Bahan ini bisa kita pesan ke bagian data di perpustakaan, kalau di kantor kita memang ada fasilitas tersebut. Kalau narasumber yang kita wawancarai memiliki bahan yang menarik ada baiknya bahan itu kita pinjam. Katakanlah kita sedang mempersiapkan artikel ihwal busway dan kemacetan Jakarta. Laporan akan lebih kuat kalau kita punya data yang memadai tentang busway (termasuk konsep awalnya, sejarah lahirnya, trayeknya sekarang dan yang sedang dipersiapkan, jumlah armada awalnya dan kini, para operatornya sekarang) dan kemacetan Jakarta (antara lain titik-titik rawan dan penyebab macet [kendaraan, infrastruktur, manusia, dan regulasi]). Di zaman internet sekarang mencari data apa saja menjadi mudah. Cukup browsing di situs saja. Masuklah ke

190

google misalnya, segala macam data berlimpah di sana. Cara masuknya (ini perlu bagi mereka yang masih awam internet), tulislah www.google.co.id atau www.google.com setelah internet aktif. Tuliskan kata kunci data yang hendak dicari. Misalnya mau mencari data ihwal Kutai Kartanegara. Ketik saja kutai kartanegara atau kutai. Kartanegara juga bisa. Pasti akan banyak data keluar. Jadi sekarang sudah tak ada lagi alasan bahwa mencari data susah. WawaNCaRa Wawancara adalah teknik mendapatkan informasi dari narasumber dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan. Ihwal wawancara telah kita bicarakan dalam tulisan tersendiri di bunga rampai ini. OBSERVaSi Yang dimaksud dengan observasi adalah menangkap realitas di sekitar dengan mendayagunakan panca indera (indera penglihat [mata], pendengar [telinga], pencium [hidung], perasa [lidah], dan peraba [kulit]). Pencitraan kita lakukan dengan memanfaatkan kelima indra sekaligus. Naskah berbentuk perkisahan akan kuat jika penggambarannya hidup. Artinya pembaca/pendengar/ pemirsa seketika bisa merasakan atmosfir yang dilukiskan. Seperti menyaksikan adegan film, afeksi (perasaan) pembaca kontan tergugah seturut kisah tertulis atau tuturan saja. Belum lagi bila melihat gambarnya yang hidup. Tergelak, tersenyum geli, menarik nafas lega, terharu (dari mata yang berkaca-kaca hingga air mata yang tak terbendung), khawatir, tercekam, gemas, kesal, benci, itu antara lain kemungkinan mereka. Observasi perlu kita lakukan agar penggambaran hidup.
191

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Inilah jurus andalan para penulis novel atau cerita pendek piawai. Juga jurus para penulis non-fiksi terlatih yang menghasilkan laporan kuat ihwal perjalanan, reportase dari ruang pertunjukan atau pameran, tinjauan, artikel reflektif, profil, bografi, dan rupa-rupa karya lain. Selain itu, dengan pengamatan seorang penulis bisa meminimalkan penggunaan kata sifat. Peminimalan ini sesuai dengan anjuran dalam dunia tulis-menulis: dont tell but show (jangan katakan tapi perlihatkan). Kata sifat perlu dikurangi karena akan membiakkan tafsir. Kaya, murah, jauh, ramah, menderita, atau cantik itu relatif. Sebab itu kita gambarkan saja agar lebih definitif atau tak multitafsir. Kita, misalnya, tidak akan mengatakan lelaki gemuk dan pendek itu lagi melainkan lelaki berukuran sekitar 90 kilogram dan 155 centimeter. Tentu saja tak semua hal harus kita deskripsikan; hanya yang penting saja. Pengamatan akan lebih mudah kalau kita lakukan sembari membuat sketsa. Objek itu letaknya dimana dan bagaimana kedudukannya serta di sebelah mana objek yang lainitulah yang kita gambar dalam bentuk sketsa. Yang namanya sketsa tak perlu detil dan persis, cukup gambaran umumnya saja. Sebutlah kita sedang berada di sebuah lokasi pengungsian. Yang perlu kita buat sketsa adalah bangunan utama di sana. Katakanlah gedung sekolah berikut tendatenda di halamannya. Kalau ada posko atau puskesmas darurat gambarkan juga. Sketsa tambahan yang merupakan gambaran mikro bisa kita buat. Misalnya gambaran keadaan di sebuah tenda atau posko pelayanan kesehatan. Semua jurnalis yang sedang meliput di lapangan pun sebenarnya sangat perlu mengobservasi. Tujuannya ya agar liputannya lebih berwarna dan lebih hidup. Selama ini wartawan kita umumnya terjun ke lapangan hanya
192

mengandalkan pendekatan wawancara. Artinya perolehan berita hanya dengan mewawancarai narasumber. Pengamatan yang intens diabaikan. Itu terjadi untuk liputan apa pun dan media massa apa pun (cetak, radio atau televisi). Maka, ketika telah menjadi berita sajian itu hanya berupa kabar cuap-cuap (talking news) saja apalagi kalau riset data sebagai pengayaan tak dilakukan pula. Verifikasi atau menguji fakta, seperti kata Bill Kovach dan Tom Rosenstein (dalam The Element of Journalism), merupakan disiplin dari jurnalisme. Artinya mutlak dilakukan. Untuk bisa memverifikasi harus dengan pengamatan atau observasi. BERiTa BERBOBOT Katakanlah pencarian berita telah rampung. Sekarang kita akan meramunya menjadi sebuah sajian. Bagimana caranya agar sajian itu berbobot? Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa berita yang berbobot adalah yang bukan talking news dan dangkal karena faktanya tipis. Secara teknis, kualifikasinya antara lain terjaga sudut berita (angle), judul, pembuka lead), nilai berita, narasumber, keberimbangan informasi, penggalian informasi, verifikasi, latar masalah dan akurasi-nya. Berikut pembahasannya. Kita berfokus pada naskah karena toh semua jenis media menggunakan naskah. Khusus untuk jurnalis radio dan televisi, naskah saja memang tak cukup. Awak radio memerlukan suara dan orang televisi membutuhkan gambar bersuara (audiovisual). Bagi mereka ini, naskah boleh menyusul, kalau bukan yang pertama digarap. Sudut berita (Angle) Sebuah peristiwa bisa dilihat dari pelbagai sudut karena
193

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dimensinya niscaya banyak. Jadi kita harus memilih satu sudut yang paling menarik. Ukuran yang kita pakai dalam pemilihan ini adalah nilai berita. Judul Untuk straight news singkat-padat dan mencerminkan inti masalah. Diandaikan bahwa dengan membaca judul saja khalayak sudah bisa menangkap hakekat berita. Sedangkan untuk feature juga singkat-padat, tapi sangat mungkin untuk dimainkan agar langsung menarik perhatian (eye catching). Kalau bisa menggoda akan lebih baik. Jadi berbeda dengan straight news yang langsung merujuk ke jantung persoalan. Pembuka (Lead) Untuk straight news pembuka merupakan penjabaran atau eksposisi dari judul. Dengan demikian keduanya harus sinkron. Isi pembuka adalah keenam unsur berita (5W+1H). Namun pembuka tak boleh berpanjang-panjang. Untuk tulisan berbahasa Indonesia maksimal 36 kata saja. Adapun naskah radio lebih pendek. Karena itu besar kemungkinan keenam unsur berita tak bisa termaktub sekaligus. Paling unsur apa, siapa, kapan, dimana yang bisa masuk. Atau ditambah mengapa. Tak apa. Unsur bagaimanayang merupakan eksplanasi sehingga lebih panjangbisa ditempatkan di alinea berikutnya. Unsur mengapa pun begitu kalau tak bisa di pembuka. Untuk feature aturannya sangat longgar. Unsur 5W+1Hnya bisa ditaruh dimana saja asal jangan terlalu jauh dari pembuka. Feature adalah sajian bergaya perkisahan. Karena memakai pendekatan cerita maka awalannya bisa dari mana saja asal menarik. Sering disebut bahwa untuk feature

194

pembuka adalah etalasenya. Artinya, itulah yang pertama dilirik orang; kalau tak menarik tak akan dibaca terusannya. Panjang pembuka ini tidak dibatasi. Asal tidak terlalu panjang saja supaya tak menakutkan pembaca atau membuat mereka langsung tersengal. Nilai Berita Unsurnya adalah consquences, human interest, prominence, proximity, dan timeliness. Ada juga yang menyebut consequence, human interest, proximity, prominence dan timeliness. Baik kita uraikan unsur dimaksud. Consequence adalah akibat atau dampak peristiwa. Jadi jauh lebih luas dari sekadar magnitude peristiwa. Dalam kasus pesawat terbang yang jatuh yang kita lihat misalnya adalah eksesnya. Berapa jumlah korban jiwa, seberapa parah keadaannya, berapa besar kerugian yang diakibatkannya? Human interest adalah sisi kemanusiaan yang ada dalam peristiwa. Makin pekat sisi kemanusiaannya kian tinggi nilai beritanya. Prominance adalah ketokohan orang-orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa. Ada tidak orang penting atau tenar terlibat? Itulah pertanyaan utamanya. Kalau ada akan lebih bernilai. Proximity adalah kedekatan khalayak dengan peristiwa. Kedekatan di sini bisa dalam artian jarak atau geografis dan emosional. Semakin dekat kian tinggi nilai beritanya. Timeliness adalah ketepatan waktu peristiwa. Pas tidak timing-nya kalau peristiwa itu diliput? Itu pertanyaan gamblangnya. Kebaruan alias aktualitas tercakup dalam timeliness ini.

195

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Dalam sebuah peristiwa, unsur nilai berita mana saja yang ada? Kalau semua unsur ada akan semakin baik, seperti bencana Tsunami di Aceh. Prinsipnya, semakin banyak unsur kian baik. Apalagi kalau tinggi pula nilainya. Pertanyaan berikutnya, unsur nilai berita mana yang paling menonjol? Pertanyaan ini perlu dijawab untuk menentukan sudut berita, judul dan lead nanti. Narasumber Jurnalis mendapatkan informasi dari pelbagai kalangan. Caranya adalah dengan bertanya secara formal atau informal. Asal informasi inilah yang disebut narasumber. Semakin banyak narasumber untuk sebuah berita akan lebih baik sebab kemungkinan akan lebih beragam versi yang bisa dipertimbangkan untuk digunakan. Yang ideal adalah satu berita banyak narasumber; bukan sebaliknya, satu narasumber banyak berita. Keberimbangan informasi artinya keterjagaan prinsip cover both-sides dan cover all-sides dan imparsial Penggalian informasi artinya sejauh mana unsur 5W+1H dan hubungan kausalitasnya didalami. Apakah sajian menjadi komprehensif dan mendalam? Itu pertanyaan kuncinya. Verifikasi Setiap informasi yang kita dapatkan perlu kita uji kebenaran atau kesahihannya. Uji materil, itu prinsipnya. Caranya adalah dengan check and recheck, kalau perlu triple check ke narasumber lain yang memang kompeten dan mencocokkannya dengan realitas di lapangan. Tanpa bukti, tak ada cerita. Mengapa begitu pelik? Karena tuntutan publik terhadap kita adalah akurasi. Kalau tidak akurat besar potensi
196

kita untuk merugikan orang atau kalangan yang diberitakan. Kalau kita dianggap merugikan maka jerat hukum siap menyasar leher kita. Latar masalah Kita sebaiknya tidak mengandaikan khalayak mengikuti perkembangan berita intens dari awal. Yang baru menit ini mengikuti berita perlu kita perhitungkan. Karena itu kita perlu senantiasa memunculkan peta masalah secara singkatpadat dalam reportase. Tujuannya agar siapa pun, termasuk yang baru mengikuti berita, langsung bisa nyambung atau in tune. Bertolak dari standar jurnalistik yang dipaparkan di atas kita bisa membuat tabulasi untuk digunakan dalam menilai berita. Adanya tabulasi seperti ini bisa memudahkan para awak redaksi ketika menimbang berita dalam rapat evaluasi. Tabulasi dimaksud kira-kira seperti berikut. PaRamETER juRNaLiSmE
SiSi HaSiL EVaLuaSi

Sudut berita (angle)

Judul

Lead

Nilai berita (consequences, human interest, prominence, proximity, timeliness)

197

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

SiSi

HaSiL EVaLuaSi

Narasumber

Keberimbangan informasi (cover both-sides dan imparsial) Penggalian informasi (kedalaman dan kelengkapan 5W+1H) Verifikasi

Latar masalah (untuk pengayaan)

Akurasi

Alhasil kita perlu selalu mengingat hakekat dunia kita, jurnalisme. Sebab ingatan ini pasti akan membuat langkah lebih mantap dalam bekerja hari ini dan masa depan. Bill Kovach & Tom Rosenstiel merumuskan hakekat jurnalisme dengan baik . Dalam bukunya yang berjudul dalam The Elements of Journalism (Three Rivers Press, New York, 2001) mereka menyebut unsur utama dari jurnalisme ialah: Journalisms first obligation is to the truth (Kewajiban pertama jurnalisme adalah kepada kebenaran). Its first loyalty is to citizens (Loyalitas pertamanya adalah kepada warganegara). Its essence is a discipline of verification (hakekatnya adalah disiplin verifikasi). Its practitioners must maintain an independence from those they cover (Para praktisinya harus menjaga

198

kemandirian dari mereka yang diliputnya). It must serve as an independent monitor of power (ia harus melayani sebagai pemantau independen kekuasaan). It must provide a forum for public criticism and compromise (Ia harus menyiapkan forum bagi kritisime dan kompromi publik). It must strive to make the significant interesting and relevant (Ia harus berupaya membuat hal penting menarik dan relevan). It must keep the news comprehensive and proportional (ia harus menjaga berita luas dan proporsional). Its practitioners must be allowed to exercise their personal conscience (para prakrisinya harus diizinkan menjalankan keyakinan pribadinya).

Memang demikianlah sejatinya.

199

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

200

Materi KunCi Iii PRAKTIK JURNALISTIK

Teknik Wawancara Teknik dan Mekanisme Peliputan Jurnalistik Penulisan Berita Langsung dengan Format Piramida Terbalik

201

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

202

TEkNik WawaNCaRa

Oleh Satrio Arismunandar

pAKAh yang dinamakan wawancara itu? Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Orang yang mewawancarai dinamakan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai dinamakan pem beri wawancara (interviewee) atau disebut juga responden. Se perti percakapan biasa, wawancara adalah pertukaran in formasi, opini, atau pengalaman dari satu orang ke orang lain. Dalam sebuah percakapan, pengendalian terhadap alur diskusi itu bolak-balik beralih dari satu orang ke orang yang lain. Meskipun demikian, jelas bahwa dalam suatu wawancara si pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. TujuaN WawaNCaRa Tujuan seorang reporter melakukan wawancara ialah

203

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

mengumpulkan informasi yang lengkap, akurat, dan fair. Seorang pewawancara yang baik mencari pengungkapan atau wawasan (insight), pikiran atau sudut pandang yang menarik, yang cukup bernilai untuk diketahui. Jadi bukan hal yang sudah secara umum didengar atau diketahui. Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa adalah wawancara bertujuan pasti: menggali permasalahan yang ingin diketahui untuk disampaikan kepada khalayak pembaca (media cetak), pendengar (radio), atau pemirsa (televisi). Namun berbeda dengan penyidik perkara atau interogator, wartawan tidak memaksa tetapi membujuk orang agar bersedia memberikan keterangan yang diperlukan. Dalam proses wawancara, si pewawancara atau wartawan bersangkutan benar-benar harus meredam egonya, dan pada saat yang sama harus melakukan pengendalian tersembunyi. Ini adalah sesuatu yang sulit. Pernahkah Anda melihat dalam suatu acara talkshow di televisi, di mana si pewawancara malah bicara lebih banyak dan seolah-olah ingin kelihatan lebih pintar daripada orang yang diwawancarai? Ini adalah contoh yang menunjukkan, si pewawancara gagal meredam ego dan dengan demikian memperkecil peluang bagi orang yang diwawancarai untuk mengungkapkan lebih banyak. Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai dan tidak-mengancam, yakni suasana yang kondusif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada

204

bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu? SiFaT WawaNCaRa Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadangkadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri. Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya, tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat defensif bahkan tertutup. Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara

205

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

memegang orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaanpertanyaan tajam. PERSiaPaN WawaNCaRa Banyak orang sering meremehkan tahapan awal ini, padahal tanpa persiapan yang baik wawancara tidak akan menghasilkan sesuai harapan. Persiapan teknis, seperti tape recorder untuk merekam wawancara, notes, kamera, dan sebagainya. Wartawan umumnya menggunakan catatan tertulis (notes) dan tidak boleh terlalu tergantung pada alat elektronik. Tapi alat elektronik seperti tape recorder cukup penting untuk mengecek ulang, apabila ada yang terlupa atau ada informasi yang meragukan, sehingga dikhawatirkan bisa salah kutip. Di Indonesia, banyak kasus di mana pejabat pemerintah mengingkari lagi pernyataan yang diberikan kepada wartawan, sesudah pernyataan yang dimuat media massa itu menimbulkan reaksi keras di masyarakat. Wartawan disalahkan dan dituding salah kutip, bahkan diancam akan diperkarakan di pengadilan. Untuk menghindari risiko ini, banyak gunanya jika wawancara itu direkam dan setiap saat dibutuhkan bisa diputar kembali. Rekaman elektronik memang belum bisa menjadi alat bukti di pengadilan, namun bisa menjadi indikator tentang siapa yang benar dalam kontroversi tuduhan wartawan salah kutip tadi.

206

Selain persiapan teknis, yang harus diingat pertama kali dalam liputan investigasi adalah kita tidak memulai wawancara tentang suatu masalah dari nol. Sebelum mengatur waktu dan tempat pertemuan dengan narasumber untuk wawancara, wartawan sendiri harus jelas tentang beberapa hal: Persoalan apa yang mau ditanyakan? Apakah persoalan itu menyangkut korupsi yang diduga dilakukan seorang pejabat pemerintah, atau tentang pencemaran lingkungan yang diduga dilakukan sebuah perusahaan pertambangan, si wartawan harus memiliki pemahaman dasar tentang permasalahan tersebut? Bila pemberi wawancara melihat wartawan tidak menguasai permasalahan, ia mungkin enggan memberikan informasi lebih lanjut. MENENTukaN NaRa SumBER Setelah wartawan yakin telah menguasai permasalahan, langkah berikutnya adalah menentukan siapa sumber yang akan diwawancarai. Orang dapat bermanfaat sebagai pemberi wawancara karena sejumlah alasan. Pemberi wawancara yang ideal adalah yang memenuhi semua faktor ini. Untuk proyek peliputan yang panjang, faktor-faktor ini menjadi penting: Kemudahan diakses (accessibility). Apakah wartawan dengan mudah dapat mewawancarai orang ini? Jika tidak mudah dihubungi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa menghubungi? Apakah wawancara harus dilakukan lewat telepon atau tertulis, ketimbang bertemu muka langsung? Jika narasumber ini bersifat vital bagi peliputan, wartawan harus realistis tentang prospek wawancara ini. Reliabilitas (reliability). Apakah orang ini bisa dipercaya sebelumnya? Apakah informasi yang diberikan bisa

207

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dibuktikan benar oleh sumber-sumber independen lain? Apakah narasumber ini pakar yang betul-betul mengetahui permasalahan? Apa latar belakang kepentingannya sehingga ia bersedia diwawancarai? Wartawan harus hati-hati, karena ia akan terlihat bodoh jika melaporkan isu atau desas-desus yang belum jelas kebenarannya. Akuntabilitas (accountability). Apakah orang ini secara langsung bertanggungjawab atas informasi yang diinginkan wartawan atau atas tindakan-tindakan yang sedang diinvestigasi? Apakah ada sumber lain yang lebih punya otoritas tanggungjawab langsung ketimbang orang ini? Berapa orang sebenarnya yang diwakili oleh seseorang yang menyebut diri sebagai juru bicara? Dapat-tidaknya dikutip (quotability). Mewawancarai seorang pakar yang fasih dan punya informasi lengkap mungkin dapat mengembangkan tulisan, seperti seorang pejabat publik yang blak-blakan dan suka membuat pernyataan-pernyataan kontroversial. Para tokoh masyarakat atau selebritis biasanya sudah tahu, ucapan macam apa yang suka dikutip wartawan. Sedangkan orang awam biasanya tidak ahli dalam merekayasa komentar yang bagus buat dikutip wartawan. MENGaTuR WakTu daN TEmPaT WawaNCaRa Sesudah jelas materi yang mau ditanyakan dan orang yang akan diwawancarai, ditentukanlah waktu dan tempat untuk wawancara. Wawancara bisa dilakukan di rumah atau kantor nara sumber. Jika di rumah, suasananya akan lebih santai dan informal. Jika di kantor, suasananya akan lebih formal. Namun seringkali, rumah atau pun kantor bukanlah empat yang pas untuk wawancara investigatif. Jika narasumber

208

akan memberikan informasi yang sifatnya rahasia, maka kemungkinan besar ia tidak ingin diketahui oleh publik atau atasannya telah menyampaikan informasi tersebut kepada pers. Hal itu karena bisa berisiko pada keselamatan dirinya, keluarganya, jabatannya, atau karir politiknya. Maka harus diatur pertemuan di tempat dan waktu tertentu secara khusus. Pengaturan waktu dan tempat di atas berlangsung dalam kondisi normal, artinya nara sumber memang sudah bersedia diwawancarai. Namun ada kalanya narasumber sengaja menghindar, mungkin karena merasa terancam keselamatannya atau ia sendiri mungkin terlibat dalam permasalahan. Dalam kondisi demikian, wartawanlah yang harus aktif melacak lokasi keberadaan narasumber, mengejar, mencegat narasumber tersebut untuk diwawancarai. Wartawan jangan mudah patah semangat dan jangan mundur menghadapi penolakan, perlakuan tidak ramah, atau sikap dingin dari sumber berita. Perlakuan semacam ini kadang-kadang diberikan oleh seorang pejabat pemerintah kepada wartawan baru. SM. Ali, mantan Redaktur Pelaksana Bangkok Post yang berasal dari Banglades menyatakan, berdasarkan pengalamannya mewawancarai sejumlah pejabat dan pemimpin nasional di Asia, selalu ada kesempatan pertemuan lain. Banyak pejabat yang pada pertemuan pertama sama sekali tidak komunikatif, tetapi mereka kemudian luar biasa ramahnya pada pertemuan-pertemuan berikutnya. NaRaSumBER YaNG ENGGaN DiwawaNCaRai Namun ada juga narasumber yang memang betul-betul tidak ingin diwawancarai, walaupun mereka tidak terang-

209

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

terangan mengatakan tidak. Yang mereka lakukan adalah menghindar dengan cara tidak menjawab telepon, atau meminta sekretarisnya untuk mengatakan Bapak sedang ke luar kantor, jika ada permintaan wawancara dari wartawan. Sehingga wartawan merasa dipermainkan atau diremehkan. Jika wartawan menghadapi narasumber yang enggan diwawancarai, padahal sumber itu sangat vital bagi peliputan yang sedang dilakukan, wartawan tersebut punya tiga pilihan: Pertama, menuliskan hasil liputan tanpa wawancara itu. Kedua, menuliskan hasil liputan dengan tambahan keterangan bahwa setelah berusaha dihubungi berulang kali, narasumber tetap tidak menjawab panggilan telepon, pesan fax, atau surat permintaan wawancara. Ketiga, meyakinkan narasumber untuk bersedia diwawancarai. Orang yang tak mau diwawancarai mungkin menolak wawancara karena beberapa alasan, seperti: 1. Waktu Calon pemberi wawancara, yang mengatakan Saya tak punya waktu untuk wawancara, sebenarnya ingin memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan sesuatu yang lain ketimbang diwawancarai oleh wartawan. Mereka memperkirakan lama waktu yang dihabiskan untuk wawancara, dan menghitung manfaat wawancara itu dibandingkan dengan jika waktunya dipakai untuk kepentingan lain. 2. Rasa bersalah Orang mungkin tak mau diwawancarai karena takut kelepasan bicara, mengakui telah melakukan suatu kesalahan, atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tak ingin mereka ungkapkan.
210

3. Kecemasan Seorang pemalu mungkin takut pada pengalaman diwawancarai. Ketakutan pada sesuatu yang belum dikenal membuat mereka cenderung menolak risiko pengalaman baru diwawancarai. 4. Perlindungan Orang mungkin menolak diwawancarai karena ingin melindungi keluarga, teman, atau orang lain yang dicintai, atau orang lain yang diketahui melakukan perbuatan salah. Calon pemberi wawancara mungkin juga takut dikaitkan dengan pernyataan atau komentar yang bisa mempermalukan atau mengecam pihak lain. 5. Ketidaktahuan Calon pemberi wawancara bisa jadi menolak wawancara, karena tak mau mengakui bahwa dia tidak tahu apa-apa atau hanya tahu sedikit sekali tentang masalah yang dijadikan fokus wawancara. 6. Mempermalukan .Orang mungkin menolak wawancara karena masalah yang mau dipertanyakan itu membuat dirinya merasa malu, risih, atau dianggap terlalu intim dan pribadi sifatnya. 7.Tragedi Orang yang baru mengalami musibah berat mungkin tidak ingin mengungkapkan masalahnya itu kepada umum. Padahal wartawan dengan tulisannya akan mengubah masalah yang bersifat pribadi itu menjadi konsumsi publik.
211

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PELakSaNaaN WawaNCaRa Pekerajaan pertama yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis adalah memberi rasa aman kepada narasumber, agar ia merasa santai, tenang, dan mau terbuka memberi informasi. Wartawan harus memberi keyakinan kepada narasumber bahwa wartawan tersebut dan medianya itu bisa dipercaya, dan mampu menyimpan rahasia (terutama jika narasumber tak ingin identitasnya dimuat di media massa). Kepercayaan dari pemberi wawancara ini sangat penting. Kalau pewawancara tidak memperoleh kepercayaan dari sumber berita, maka informasi yang ia peroleh tidak akan lebih dari keterangan rutin, ulangan beberapa fakta yang sudah sering dimuat, pernyataan normatif yang sudah tidak perlu diperdebatkan, atau jawaban yang sifatnya mengelak belaka. Sesudah penciptaan suasana kondusif itu, dimulailah wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan pembuka. Pertanyaan pembuka ini sifatnya masih memberi rasa aman dan kepercayaan pada narasumber. Pertanyaan inti dan tajam, yang berisiko merusak suasana wawancara, harus disimpan dan baru dilontarkan pada momen yang tepat. Dari tanyajawab awal, wartawan sudah bisa meraba bagaimana kondisi mental dan emosional narasumber, sehingga wartawan bisa memilih momen yang tepat untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan kunci tersebut. Pewawancara mengikuti arah pertanyaannya sampai yakin tidak ada yang dapat digali lagi. Selama wawancara, pertanyaan sebaiknya disusun dalam kalimat-kalimat yang pendek dan cermat. Hindarkan pertanyaan yang tidak langsung berhubungan dengan masalah yang ingin diinvestigasi, dan jangan bertele-tele. Untuk meluaskan komentar dan pernyataan dari orang

212

yang diwawancarai, wartawan dapat mengajukan pertanyaan terbuka (open-ended). Sedangkan untuk memperoleh informasi yang spesifik dan rinci tentang sesuatu hal, harus diajukan pertanyaan tertutup (closed-ended). Pertanyaan terbuka biasanya pertanyaan bagaimana dan mengapamemungkinkan pemberi wawancara ber spe kulasi, untuk menawarkan opini, pengamatan, atau deskripsi. Pewawancara yang mengajukan pertanyaan terbuka berarti menawarkan peluang bagi komentar dan arah dari pemberi wawancara. Pertanyaan terbuka itu, misalnya, Bagaimana pandangan Anda tentang tuduhan bahwa pabrik Anda mencemarkan lingkungan? atau Mengapa Anda begitu yakin bahwa pabrik Anda tidak mencemarkan lingkungan? Pertanyaan terbuka mengundang tanggapan yang lebih lengkap dari pemberi wawancara, yang bisa memilih seberapa panjang dan bagaimana isi jawabannya. Pertanyaan terbuka ini mengundang kerjasama dan partisipasi dari pemberi wawancara. Pemberi wawancara yang menjawab pertanyaanpertanyaan terbuka mungkin juga bersedia memberi informasi lebih jauh dengan sukarela. Jawaban pertanyaan terbuka, selain lebih spekulatif, juga akan mencerminkan kepribadian pemberi wawancara. Sedangkan pertanyaan tertutup berusaha mengarahkan pemberi wawancara ke jawaban yang spesifik. Misalnya, Apakah Anda merasa gembira atau sedih dengan terungkapnya kasus kebocoran limbah pabrik ini? atau Berapa kali kebocoran tangki penyimpan limbah ini pernah terjadi sebelumnya? Dengan pertanyaan semacam ini, pewawancara mengisyaratkan sebuah pilihan atau harapan bagi kesimpulan

213

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

yang bisa dikuantifikasikan (diukur secara numerik). Pertanyaan tertutup dapat menghemat waktu karena lebih spesifik. Pertanyaan semacam ini biasanya menghasilkan jawaban-jawaban pendek, lebih berjarak dari pemberi wawancara, dan kurang memberi peluang partisipasi. Pertanyaan tertutup berguna untuk memperoleh informasi faktual. Informasi presisi itu merupakan hasil dari pertanyaan yang bisa dikuantifikasikan, yang dapat memberikan angka spesifik atau statistik yang otoritatif dan dapat digunakan dalam penulisan. Pewawancara, yang membutuhkan anekdot untuk tulisan tentang profil seseorang, akan lebih berhasil jika menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Wawancara memang akan berlangsung lebih lama, namun pemberi wawancara akan merasa lebih percaya dan lebih bersedia memberikan anekdot khas dan pengamatannya. Sedangkan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup lebih cocok untuk penulisan berita yang cepat atau untuk situasi di mana wartawan membutuhkan jawaban spesifik pada periode waktu yang singkat. Pewawancara yang baik dapat mengkombinasikan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup, untuk membuat tulisan dengan rincian spesifik, tetapi juga diwarnai oleh anekdot pemberi wawancara. SiFaT WawaNCaRa Di dalam lingkungan pers internasional dikenal wawancara yang sifatnya berbeda-beda. Antara lain ialah: On the Record Nama dan jabatan pemberi wawancara dapat digunakan

214

sebagai sumber, dan keterangannya boleh dikutip langsung serta dimuat di media massa. Ini adalah bentuk wawancara yang terbaik dan paling umum dilakukan di media massa. Off the Record Pemberi wawancara tidak dapat digunakan sebagai sumber dan keterangannya sama sekali tidak boleh dimuat di media massa. Jurnalis harus berusaha keras menghindari situasi seperti ini. Background Boleh menggunakan kutipan langsung atau menyiarkan keterangan apapun yang diberikan, tetapi tanpa menyebutkan nama dan jabatan pemberi wawancara sebagai sumbernya. Misalnya, digunakan istilah menurut sumber di departemen/ badan... menurut persyaratan yang disepakati dengan pemberi wawancara. Kadang-kadang disebut juga not for attribution. Deep Background Informasi bisa dimuat, tetapi tidak boleh menggunakan kutipan langsung atau menyebut nama, jabatan, dan instansi pemberi wawancara. Reporter harus memberitahu redaktur tentang sifat wawancara yang dilakukannya. Apapun bentuk kesepakatan yang telah dicapai dengan pemberi wawancara, itu harus dihormati dan terwujud dalam pemberitaan. Kalau pemberi wawancara tidak ingin disebut namna dan jabatannya, misalnya, nama dan jabatannya itu tegas tidak boleh dimuat. Redaktur perlu diberitahu karena begitu berita hasil

215

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

wawancara itu dimuat, tanggung jawab atas isi berita tidak lagi terletak di pundak reporter, tetapi menjadi tanggungjawab institusi media bersangkutan. Meskipun pemberi wawancara berhak menyembunyikan identitasnya, wartawan sedapat mungkin harus meyakinkan pemberi wawancara agar bersedia disebutkan identitasnya. Sebab, apabila terlalu banyak sumber berita yang tidak jelas identitasnya, kredibilitas wartawan dipertaruhkan. Tingkat kepercayaan pembaca terhadap isi tulisannya juga semakin besar, seolah-olah isi tulisan itu hanya berdasarkan gosip, isu, kabar angin atau bahkan karangan wartawan belaka. Keraguan ini muncul bisa jadi karena adanya praktek pelanggaran kode etik yang dilakukan sejumlah wartawan Indonesia. Misalnya, sejumlah artis mengeluh karena ditulis begini dan begitu, padahal artis ini tidak merasa pernah diwawancarai wartawan bersangkutan. Namun karena posisi artis yang sangat membutuhkan publisitas dan dukungan media massa, para artis ini tidak mau ribut-ribut ke Dewan Pers atau pengadilan mengadukan masalahnya. Referensi: Biagi, Shirley (1986). Interviews That Works: A Practical Guide for Journalists. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Gil, Generoso J. (1993). Wartawan Asia: Penuntun Mengenai Teknik Membuat Berita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Pakpahan, Roy (ed.) (1998). Penuntun Program Jurnalistik Terpadu Bagi Kalangan LSM. Jakarta: INPI-Pact-SMPI. Reddick, Randy, dan Elliot King (1996). Internet untuk Wartawan. Internet untuk Semua Orang. (Penerjemah: Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
216

TEkNik daN MEkaNiSmE PELiPuTaN JuRNaLiSTik

Oleh Satrio Arismunandar

EKniK reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa. PROSES PEmBuaTaN BERiTa Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan. Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan. Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber.

217

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya. SaSaRaN RaPaT REdakSi 1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan. 2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi antara reporter, juru kamera, staf riset, redaktur, dan sebagainya). 3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan, keamanan dalam peliputan, dan sebagainya) 4. Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas. Dari rapat redaksi ini, ditentukan topik yang mau diliput, sekaligus ditunjuk reporter (plusjuru kamera) yang harus meliputnya. Dalam pembahasan yang lebih rinci, bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan bersangkutan, serta narasumber yang harus diwawancarai. Untuk kelengkapan data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil liputan nantinya. Sesudah tugas dibagikan secara jelas dalam rapat redaksi, dan redaktur memberi brifing pada reporter, berbekal informasi dan arahan tersebut, si reporter pun meluncur ke lapangan. Dalam proses peliputan, bila ada masalah atau hambatan dalam liputan di lapangan,si reporter dapat berkonsultasi langsung dengan redaktur

218

yang menugaskannya. Hambatan itu, misalnya, narasumber menolak diwawancarai, atau peristiwa yang diliput ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Setelah selesai meliput, si reporter kembali ke kantor, dan melaporkan hasil liputannya kepada redaktur yang memberi penugasan. Sang redaktur lalu membuat penilaian, apakah hasil liputan itu sudah sesuai dengan rancangan awal, yang sebelumnya ditetapkan dalam rapat redaksi. Apakah ada halhal yang baru, yang mungkin lebih menarik diangkat dalam penulisan. Atau, sebaliknya, hasil liputan ternyata justru biasa saja, tidak sehebat atau sedramatis yang diharapkan. Redaktur juga melihat, apakah ada hal yang kurang terliput oleh si reporter. Apakah hasil liputan sudah lengkap? Redaktur juga mempertimbangkan asas keberimbangan dan proporsionalitas dalam isi pemberitaan. Misalnya, apakah jumlah narasumber yang diwawancarai sudah cukup? Apakah narasumber yang diwawancarai itu sudah mewakili berbagai kepentingan yang terlibat? Berdasarkan berbagai pertimbangan itu, redaktur mengusulkan di mana berita itu akan ditempatkan. Di sejumlah media, ada rapat khusus (kadang-kadang disebut rapat budgeting, meski ini tidak ada hubungannya dengan uang) untuk membahas penempatan berita. Namun, dalam rapat ini, reporter tidak ikut serta karena sudah diwakili oleh redakturnya. Di rapat ini dibahas, apakah hasil liputan itu layak untuk berita utama di halaman pertama, atau sekadar layak untuk dimuat pendek di halaman dalam, atau justru tidak layak dimuat sama sekali. Sesudah jelas, berita itu akan dimuat di halaman mana, seberapa panjangnya, serta penekanan pada aspek yang mana, si reporter disuruh menuliskannya. Hasil tulisan diserahkan

219

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kepada redaktur terkait, untuk disunting dari segi bahasa dan isinya. Sebelum berita ini dimuat, kadang-kadang harus melalui proses penyuntingan bahasa oleh editor atau penyunting yang khusus memeriksa gaya bahasa. Jika isi berita itu dianggap layak jadi berita utama, biasanya redaktur pelaksana atau pemimpin redaksi juga bisa ikut terlibat. Kemudian, berita pun dimuat. Demikianlah proses pembuatan berita pada umumnya di media cetak. Khusus untuk media televisi (audio-visual), faktor ketersediaan gambar ikut berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh, mengenai apakah suatu item berita akan ditayangkan atau tidak. Kalaupun ditayangkan, format penayangannya juga banyak tergantung pada ketersediaan gambar. MENGGaLi INFORmaSi Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi, yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui tiga lapisan atau tahapan peliputan: Lapisan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan siaran pers humas menjadi sangat tipis. Lapisan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan

220

verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwaperistiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal. Misalnya, ketika si reporter tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan Humas PT. Lapindo Brantas, tetapi si reporter datang ke lokasi meluapnya lumpur, dan mewawancarai langsung para warga korban lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Lapisan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut). Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media. Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-bahan awal yang disediakan narasumber.

221

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

222

PENuLiSaN BERiTa LaNGSuNG BERFORmaT PiRamida TERBaLik

Oleh Satrio Arismunandar

i bawah ini ada dua bahan untuk latihan menulis berita straight news, dengan format piramida terbalik (inverted pyramid). Silahkan dipergunakan oleh siapa saja yang membutuhkan (mahasiswa jurnalistik, ilmu komunikasi, praktisi Humas, dosen, dan sebagainya, asal menyebutkan blog ini sebagai sumber): LATIHAN 1: Anda adalah wartawan sebuah harian ibukota. Suatu pagi, dalam perjalanan menuju kantor, Anda mengalami sejumlah peristiwa, yang kemudian Anda tuliskan sebagai sebuah berita (straight news). Kejadiannya sebagai berikut: Senin pagi, 17 Oktober 2010, cuaca agak mendung. Ketika naik bus dari Depok menuju kantor di Palmerah, bus Anda terhambat kemacetan parah di sekitar Lenteng Agung. Karena penasaran, Anda turun dan berjalan ke depan untuk melihat penyebab kemacetan itu. Ternyata penyebabnya adalah sebuah kecelakaan, atau tepatnya insiden tabrak lari.
223

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Seorang gadis cantik, tampaknya mahasiswi, tergeletak di jalan bersimbah darah. Kepalanya tampak memar dan berdarah. Tas dan buku-bukunya bertebaran di jalan. Gadis berambut panjang sebahu itu mengenakan jeans biru dan T-shirt warna merah, bertulisan Turunkan SBY! Ganyang Rezim Neoliberal! Mungkin, gadis ini seorang aktivis mahasiswa yang agak radikal, pikir Anda. Orang berkerumun di sekitar korban, tetapi mereka tampak gugup. Tidak ada polisi di sekitar situ. Anda pun berinisiatif menolong. Anda pegang pergelangan tangan korban. Ternyata masih berdenyut. Anda setop sebuah taksi Blue Bird, dan minta tolong warga yang berkerumun, untuk membantu menaikkan tubuh gadis itu di jok belakang. Anda minta sopir segera ngebut ke rumah sakit terdekat. Seorang mahasiswa, tampaknya teman gadis itu, ikut menemani Anda. Belakangan Anda tahu, mahasiswa itu bernama Aswin, sedangkan si korban bernama Nita. Keduanya mahasiswa IISIP, yang mengambil program studi Jurnalistik, angkatan 2008. Kami baru mau pergi untuk makan bakso di warung sebelah. Mendadak ada motor yang melaju cepat, dan menyerempet tubuh Nita. Wajah pengendaranya tidak jelas karena tertutup helm, tetapi dia memakai jaket kulit warna coklat berlogo Harley-Davidson, tutur Aswin. Karena kejadiannya cepat, saya juga nggak sempat mencatat plat nomor motornya.. Sesampai di RS Kasih Bunda, yang terletak dekat Carrefour Pasar Minggu, korban segera dirawat. Dokter Andreas yang menangani korban mengatakan, korban masih mengalami trauma dan harus dirawat di RS. Meski cukup banyak kehilangan darah, lukanya tidak parah dan sekarang sudah mulai sadar. Dia akan sembuh. Tetapi, kami masih harus memeriksa lebih lanjut, karena mungkin ada komplikasi
224

lain yang belum terpantau, ujar Andreas. Anda ingin mewawancarai Nita, tetapi dokter belum mengizinkan dengan alasan kondisi Nita masih butuh istirahat dan ketenangan. Anda minta Aswin segera menelepon orangtua Nita dan polisi. Orangtua Nita, Darwis Silalahi, yang ternyata anggota DPR-RI dari PDI Perjuangan, menyatakan kaget karena Nita adalah putri satu-satunya dan sangat disayang. Nita punya dua kakak laki-laki yang kini kuliah di Universitas Trisakti dan Universitas Sahid. Belakangan datang petugas dari Polsek Metro Pasar Minggu, Komisaris Polisi (Kompol) Martono, SH. Kami akan menyelidiki siapa pelaku tabrak lari itu, kata Kompol Martono. Karena sudah ditangani polisi, Anda merasa tenang dan langsung ke kantor untuk menulis berita. Tugas Anda: Tulislah sebuah berita dengan format piramida terbalik, berdasarkan data, informasi, dan kejadian (hasil observasi) yang Anda alami tersebut! Jangan lupa beri judul dan lead yang kuat/menarik! Gunakan sebanyak mungkin informasi yang tersedia. LATIHAN 2: Latar Belakang: Windy Sawitri (22 tahun), mahasiswi Jurusan Manajemen FEUI. Anak tunggal, tinggal bersama ibunya di Perumahan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Ibunya, Ny. Marlia Hadi, punya bisnis jasaboga. Meski bisnis itu tidak terlalu besar, cukup untuk membiayai ibu dan anak. Ny. Marlia bercerai dari suaminya ketika Windy baru berusia 6 tahun, sehingga Windy

225

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

seperti kehilangan figur ayah. Ayah Windy menikah dengan perempuan lain yang lebih muda, dan sejak saat itu putus kontak dengan Windy dan ibunya. Menurut teman-temannya, Windy termasuk gadis manis, tetapi agak tertutup. Di kampus FEUI, dia juga tidak terlalu aktif dalam kegiatan mahasiswa. Herman Sapardi (40 tahun), dosen Windy dan mengajar mata kuliah Manajemen SDM di FEUI. Sudah menikah selama enam tahun, tapi tak punya anak. Istrinya, Rina, bekerja sebagai akuntan di perusahaan asuransi. Menurut sejumlah mahasiswa, cara mengajarnya serius dan bergaya kebapakan. Suka memberi nasehat pada mahasiswa untuk segala hal. Windy sering berkonsultasi tentang berbagai hal padanya di luar jam mengajar. Kronologi peristiwa: 2 Okt 2010: Windy pamit pada ibunya, Ny. Marlia Hadi, dengan alasan belajar di rumah teman. Mungkin akan pulang agak malam. 3 Okt 2010: Windy belum juga pulang. Ibunya mulai cemas. Ia mencoba menghubungi lewat HP, tetapi HP Windy tak aktif. Ibunya bertanya ke temanteman Windy yang ia kenal, tetapi semua tak tahu keberadaan Windy. 4 Okt 2010: Ny. Marlia melapor ke polisi tentang hilangnya anaknya. Ia juga menelepon teman-teman Windy, minta dibantu mencari. Tetapi sejak saat itu Windy seperti hilang ditelan bumi. 7 Okt 2010: Seorang gelandangan yang sedang mengorek sampah di sebuah kebun terpencil di daerah Parung, Jawa barat, menemukan sesosok mayat perempuan. Ciri-ciri mayat itu mirip Windy.

226

Pakaian yang dikenakan juga sama. Tetapi dompet dan barang berharga lain tidak ditemukan. Polisi dipanggil, mayat dievakuasi ke RS Bhakti Yudha, Depok, untuk diidentifikasi dan diperiksa sebab kematiannya. Kematian diduga akibat pukulan benda tumpul di tengkuk dan kepala. Ada bekas darah dan luka menganga di kepala. 8 Okt 2010: Ny. Marlia datang ke RS untuk melihat mayat yang ditemukan itu dan meyakini, itu jenazah Windy. Polisi menyelidiki dan segera menangkap Herman, karena diduga terlibat kasus tewasnya Windy. 11 Okt 2010: Jenazah Windy dimakamkan di TPU Rawamangun, diiringi isak tangis ibunda dan teman-temannya. Banyak dosen FEUI dan wartawan menghadiri pemakaman itu. Pernyataan hasil wawancara: Ny. Marlia Hadi, ibunda Windy:  Windy tidak pernah cerita apakah dia punya pacar atau tidak. Setahu saya sih dia belum pernah pacaran sejak jadi mahasiswa. Soal hubungan dengan dosennya, ia juga tak penah cerita. Tetapi Windy itu anak baik dan tidak macam-macam. Saya tidak percaya, jika ada yang bilang dia punya affair dengan dosen dan hal-hal buruk semacam itu. Itu berita ngawur! Diana Dewanti, teman kuliah dan sahabat Windy:  Tampaknya Windy punya hubungan khusus dengan Pak Herman, malah Windy pernah bilang ia jatuh cinta.

227

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Kupikir, itu karena Windy haus akan kasih sayang dari seorang ayah, yang tak ia dapatkan sejak kecil. Saya khawatir, hubungan Windy dan Pak Herman sudah terlalu jauh, dan ini di luar sepengetahuan istri Pak Herman. Togu Pardamean, SE, MM., staf Humas FEUI:  Penangkapan terhadap Pak HS tidak membuat proses belajar-mengajar di mata kuliah yang beliau ajar terganggu, karena kami segera mencarikan dosen pengganti sementara. Tolong media menghormati asas praduga tak bersalah, karena Pak HS baru berstatus tersangka, belum diadili dan belum divonis bersalah. Pihak FEUI menghormati proses hukum, jadi kami belum melakukan apa-apa sampai kasus ini terungkap jelas. Komisaris Polisi (Kompol) Ahmad Sudirwan, Kasat Reskrim Polres Depok:  Windy tewas akibat pukulan benda tumpul. Kami menangkap seorang tersangka berinisial HS, dosen di sebuah PTN. Ada saksi mata yang melihat HS berdua bersama korban pada tanggal 2 Oktober, tanggal terakhir dia masih terlihat hidup. Tetapi kami masih memeriksa dan belum bisa memastikan motif pembunuhan itu. Apakah itu pembunuhan terencana atau akibat aksi spontan, juga belum diketahui. Tolong wartawan jangan berspekulasi. Dokter Bambang Ekalaya, staf RS Bhakti Yudha:  Atas permintaan polisi, kami memang memeriksa, apakah ada indikasi serangan bersifat seksual terhadap

228

korban. Tetapi tidak etis bagi kami untuk membeberkan ke media tentang hasil pemeriksaan itu tanpa seizin pihak keluarga. Silahkan tanya ke polisi atau ke keluarga. Dadang, gelandangan yang sering beroperasi di wilayah Parung:  Saya hari Sabtu itu sedang mengorek sampah, terus mencium bau busuk di kebun. Ternyata sumbernya dari gundukan tanah yang sepertinya belum terlalu lama ditimbun. Iseng-iseng saya korek, ternyata menyembul ujung jari mayat. Saya takut dan langsung lapor polisi. Saya tidak mau kena urusan... Rina, istri Herman Sapardi:  Saya tidak mau diwawancarai. Semua media terlalu memojokkan suami saya. Saya yakin, suami saya tidak bersalah! Tugas Anda: Tulislah sebuah berita dengan format piramida terbalik, berdasarkan latar belakang, informasi, kronologi dan hasil wawancara tersebut! Jangan lupa beri judul dan lead yang kuat/menarik! Gunakan sebanyak mungkin informasi yang tersedia. Selamat bekerja! NOTES: Semua nama dan peristiwa dalam soal latihan ini adalah fiktif, hasil karangan saya belaka, meski dibuat sangat mirip asli. Jadi, mohon maaf, jika ada yang tersinggung karena merasa ada kemiripan dengan tokoh atau peristiwa nyata.
229

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

230

JURNALISME TELEVISI

Bentuk Berita TV Proses Pembuatan Berita di Stasiun Televisi: Studi Kasus Trans TV

231

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

232

BENTuk BERiTa TELEViSi

Oleh Satrio Arismunandar

erita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format. Untuk menentukan jenis format yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor. Faktorfaktor itu antara lain: ketersediaan gambar. Jika gambar yang dimiliki sangat terbatas, reporter sulit menulis naskah berita yang panjang. Maka berita dibuat dalam format lebih singkat dan padat, atau dibuat dalam format tanpa gambar sama sekali. Momen terjadinya peristiwa atau perkembangan peristiwa yang akan diberitakan. Perkembangan terkini dari suatu peristiwa baru sampai ke producer, ketika siaran berita sedang berlangsung. Sedangkan perkembangan itu terlalu penting untuk diabaikan. Jika ditunda terlalu lama, perkembangan terbaru pun menjadi basi, atau stasiun TV lain (kompetitor) akan menayangkannya terlebih dulu.Format-format berita itu antara lain: REadER Ini adalah format berita TV yang paling sederhana, hanya berupa lead in yang dibaca presenter. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar ataupun grafik. Hal ini dapat terjadi karena naskah berita dibuat begitu dekat dengan saat deadline,

233

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dan tidak sempat dipadukan dengan gambar.Bisa juga, karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah program siaran. Beritanya dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita yang sedang ditayangkan. Reader biasanya sangat singkat. Durasi maksimalnya 30 detik. VOiCE OVER (VO) Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi. Natsound (natural sound, suara lingkungan) yang terekam dalam gambar bisa dihilangkan. Tetapi, biasanya natsound tetap dipertahankan, untuk membangun suasana dari peristiwa yang diberitakan. Sebelum menulis naskah berita, tentu reporter harus melihat dulu gambar yang sudah diperoleh, karena tetap saja narasi yang ditulis harus cocok dengan visual yang ditayangkan. Durasi VO sangat singkat, yaitu antara 20 - 30 detik. VO GRaFik VO-Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan. Sound on Tape (SOT)
234

SOT adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi. Pernyataan yang dipilih untuk SOT sebaiknya yang amat penting atau dramatis, bukan yang datar-datar saja. Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit. VO-SOT VO-SOT ialah format berita TV yang memadukan VO dan SOT. Lead in dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu pada akhir berita dimunculkan soundbite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi diharapkan tak lebih dari 60 detik, dengan komposisi sekitar 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite. PaCkaGE (PKG) Package adalah format berita TV yang hanya lead innya saja yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, bahkan grafis. Lazimnya tubuh berita ia ditutup

235

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

dengan narasi. Format ini dipilih jika data yang diperoleh sudah lengkap, dan gambarnya dianggap cukup menarik dan dramatis. Kalau dirasa penting, reporter dapat muncul dalam paket berita tersebut (stand up/PTC) pada awal atau akhir berita. Durasi maksimal total sekitar 2 menit 30 detik. LiVE ON Cam Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in kemudian ia memanggil reporter di lapangan untuk menyampaikan hasil liputan secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung. Jika peristiwanya sudah berlangsung, perlu ada bukti-bukti yang ditunjukkan langsung kepada pemirsa. Durasinya disesuaikan dengan kebutuhan. LiVE ON TaPE (LOT) LoT adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di lokasi peliputan, seang penyiarannya dilakukan kemudian. Format berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter hadir di tempat peristiwa. Namun, siaran tak bisa dilakukan secara langsung karena pertimbangan teknis dan biaya. Meski siaran ditunda, aktualitas tetap harus terjaga. Durasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan, namun biasanya lebih singkat dari format Live on Cam.

236

LiVE BY PHONE Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya. PHONE RECORd Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung. ViSuaL NEwS Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar-gambar yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. Format ini bisa dipilih jika gambarnya menarik, memiliki natural sound yang dramatis (misalnya: suara jeritan orang ketika terjadi bencana alam atau kerusuhan, dan sebagainya). Contoh berita yang layak menggunakan format ini: menit-menit pertama terjadinya bencana Tsunami di Aceh.

237

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

VOx POP Vox pop (dari bahasa Latin, vox populi) berarti suara rakyat. Vox pop bukanlah format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isu tertentu. Misalnya, apakah mereka setuju jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang, dan diusahakan mewakili berbagai kalangan (tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan sebagainya). Durasi vox pop sebaiknya singkat saja dan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. STRukTuR PENuLiSaN BERiTa TV Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita televisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu. Awal (pembuka) Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan. Pertengahan (isi berita) Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-

238

kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini. Akhir (penutup) Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi. Dalam penutup bisa ditambahkan Sign Off berupa akreditasi bagi pembuat berita tersebut. Biasanya berbentuk: nama reporter/nama camera person/ lokasi peliputan. misalnya: satrio arismunandar/ gatut mukti/ melaporkan dari jakarta.

239

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

240

PROSES PEmBuaTaN BERiTa di STaSiuN TELEViSi: STudi KaSuS TRaNS TV

Oleh Satrio Arismunandar

rosEs pembuatan berita di TransTV pada prinsipnya tak banyak berbeda dengan proses yang berlangsung di banyak stasiun TV lain. Di TransTV telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan oleh Divisi News. Sebagai stasiun televisi baru berdiri selama dua tahun, SOP ini relatif juga belum lama disusun, dan mungkin juga belum diterapkan secara sempurna. Meski demikian, Divisi News TransTV berupaya menerapkannya, sambil terus menerus menyempurnakan di sana-sini. Pertama, perlu diingat bahwa jantung operasional sebuah Divisi News adalah rapat redaksi. Rapat redaksi adalah kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas tayangan berita dari stasiun TV bersangkutan. SaSaRaN RaPaT REdakSi 1. Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan. 2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi.

241

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin. 4. Untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas. KEBijakaN TENTaNG RaPaT REdakSi 1. Kepala Divisi News mengadakan rapat mingguan dengan seluruh producer, asisten producer, koordinator juru kamera dan koordinator presenter, untuk membahas rencana dan/atau masalah institusional yang berkaitan dengan liputan/redaksi/ perusahaan. 2. Selain rapat mingguan yang dipimpin Kepala Divisi News, ada juga rapat mingguan yang dilakukan oleh sejumlah program mingguan yang ada (misalnya: Fenomena, Lacak, dan Jelajah). Rapat ini biasanya bertujuan untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; mencari solusi atas masalah yang muncul; dan mengevaluasi tayangan dan hasil liputan minggu sebelumnya. 3. Selain rapat mingguan, ada rapat harian yang dilakukan oleh masing-masing program buletin (program berita harian, seperti: Reportase, Kriminal, Interogasi, Buka Mata, dan Jelang Siang). Tujuannya adalah untuk: mengkoordinasikan rencana dan gagasan liputan; menjaga kesinambungan materi liputan antar program pada hari itu; mengevaluasi tayangan dan hasil liputan hari itu; dan mencari solusi atas masalah yang muncul hari itu.

242

SOP daLam PEmBuaTaN ITEm BERiTa Sasaran 1. Untuk menyeragamkan kebijakan dan prosedur pembuatan berita dengan proses digital (tapeless editing), atau dengan Tape/Linear. 2. Untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan peralatan. 3. Untuk menghasilkan dan menayangkan berita yang berkualitas. Kebijakan 1. Setiap personel Trans News didorong untuk mengajukan ide/gagasan berita untuk dibahas dalam rapat redaksi. 2. Rapat perencanaan dilakukan setiap hari. 3. Para Producer terkait wajib hadir dalam rapat redaksi. 4. Seluruh proses pasca produksi dikerjakan melalui server. 5. Evaluasi harian dilakukan sekitar setengah jam setelah penayangan program berita. 6. Hasil evaluasi dituangkan dalam bentuk tertulis untuk bahan referensi Divisi News. Prosedur (Digital/ Tapeless Editing) 1. Producer Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.

243

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

2. Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan. 3. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Producer Program dan Koordinator Peliputan. 4. Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas. 5. Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server. 6. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter. 7. Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan dengan Producer yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan. 8. Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu untuk kepentingan bank data-- ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log

244

sheet kemudian diserahkan kepada Perpustakaan. 9. Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat skrip dan first edit. 10. Associate Producer dan Producer Program memeriksa dan memperbaiki first edit. 11. Reporter melakukan dubbing untuk narasi. 12. Dari craft editing server, Editor membuat final edit. 13. Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Producer Program menyusun rundown akhir untuk keperluan tayang. Dalam kasus adanya gangguan komputer atau server, ada juga SOP untuk pembuatan item berita dengan Tape/Linear. Dari segi sasaran dan kebijakan, tidak ada perbedaan prinsip dengan SOP pembuatan item berita Digital/Tapeless Editing. Perbedaannya hanya pada prosedur teknis pasca liputan lapangan. Prosedur (dengan Tape/Linear) 1. Sesudah melakukan liputan di lapangan, Reporter dan juru kamera mendiskusikan hasil liputan dengan Producer Program atau Associate Producer yang bersangkutan. Keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut. 2. Juru kamera wajib membuat log sheet/ shot list sekembali dari liputan. Log sheet dan kaset master diserahkan kepada reporter, untuk pembuatan naskah dan proses editing. Copy log sheet juga diberikan kepada Associate Producer. 3. Reporter menyerahkan naskah kasar (draft) kepada Associate Producer untuk diperiksa.

245

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

4. Associate Producer memeriksa kelengkapan laporan dan mengedit naskah. Jika diperlukan, Associate Producer dapat meminta grafis pendukung dari Tim Grafis dan menyerahkannya kepada Reporter. 5. Reporter membawa naskah yang sudah disetujui dan kaset master/ file/ grafis ke ruang edit, untuk memulai proses dubbing dan editing. Juru kamera mendampingi proses editing. 6. Kaset hasil editing diserahkan Reporter kepada Associate Producer. 7. Seusai proses editing, kaset master/ file/ grafis berikut log sheet dibawa editor ke Perpustakaan untuk dimasukkan ke dalam inventory. 8. Producer Program (atau biasanya dibantu Asisten Produksi) mengumpulkan dan memeriksa naskah serta kaset-kaset hasil editing dari Associate Producer, untuk dicocokkan dengan rundown final. Jika semua lengkap, rundown, naskah, dan kaset-kaset tersebut dibawa ke ruang Master Control dan Program Director. Copy rundown dan naskah juga diberikan kepada Anchor/Presenter. Untuk menghasilkan tayangan berita yang baik, proses pembuatan berita itu harus didukung oleh sarana dan perlengkapan yang memadai. Sayangnya, justru itu yang menjadi kelemahan TransTV saat ini. Sampai bulan Februari 2004, kondisi perlengkapan untuk Divisi News: Mesin editing Cut to Cut baru tersedia 25% dari kondisi ideal. Mesin editing Newsflash baru tersedia 60% dari kondisi ideal.
246

Kamera untuk liputan Jakarta baru tersedia 80% dari kondisi ideal. Kamera untuk koresponden daerah baru tersedia 60% dari kondisi ideal. Kendaraan operasional untuk Jakarta masih amat terbatas (berebut dengan Divisi lain). Kendaraan operasional untuk koresponden daerah: belum ada. ____________ Satrio Arismunandar adalah mantan News Producer di Trans TV, mengetuai Program Hitam-Putih. Pernah menangani berita pagi dan berita petang Trans TV. Sebelumnya pernah menjadi jurnalis di Harian Pelita (19861988), Harian Kompas (1988-1995), Majalah D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-2001). Makalah ini dibawakan dalam diskusi Communications Undercover 2004 di Universitas Padjadjaran, Bandung, 10 April 2004.

247

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

248

Materi KunCi IV KODE ETIK JURNALISTIK daN PENEGAKANNYA

Kode Etik Jurnalistik Menerjemahkan Kode Etik ke Kode Perilaku

249

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

250

KOdE ETik JuRNaLiSTik

Oleh Willy Pramudya Kalau pers ingin terus berperan dalam penegakan demokrasi, maka hanya ada satu cara: dalam situasi yang paling buruk sekalipun, jurnalis harus tetap bertahan pada tugas pokoknya yang mulia, yakni mengabdi kepentingan publik. Demikian pula ketika dunia dihadapkan pada perkembangan bisnis media yang sarat kepentingan dan membuat insan pers kerap berada dalam posisi sulit --jurnalis dan jurnalsime harus tetap mempertahankan posisinya sebagai pengabdi kepentingan publik.

i dunia jurnalisme yang dimaksud dengan publik ialah publik pembaca, pendengar, penonton dan pengunjung. Namun kalangan jurnalis paham bahwa pengertian publik lebih luas dari sekadar konsumen media sehingga kepentingan publik bisa dimaknai sebagai kepentingan masyarakat luas. Meminjam perspektif New Public Service, kepentingan publik dimaknai sebagai hasil dialog berbagai nilai yang ada di masyarakat dan bukan sekadar sekumpulan kepentingan pribadi. Dengan demikian jurnalis merupakan profesi yang memberikan layanan kepada publik. Secara singkat tugas pokok jurnalis/wartawan/pewarta ialah menyampaikan dan meneruskan informasi atau kebenaran faktual kepada publik tentang apa saja yang perlu diketahui publik demi kepentingan hidup bersama. Dalam

251

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

posisi demikian jurnalis tidak bisa tidak harus mengambil sikap tegas atas posisinya, yakni mengabdi kepada kebenaran dan loyal kepada warganegara atau publik. Informasi dan kebenaran faktual hanya mungkin tersaji apabila jurnalis loyak terhadap profesinya sekaligus loyal terhadap keyakinan akan kebenaran yang berdasarkan hati nuraninya. Dalam melaksanakan tugasnya melayani publik, jurnalis memperoleh sejumlah keistimewaan. Di antaranya diilindungi oleh undang-undang kebebasan menyatakan pendapat, berhak menggunakan bahan/dokumen/pernyataan publik bahkan dibenarkan memasuki kehidupan pribadi seseorang, terutama tokoh publik untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat demi kepentingan (hidup bersama) publik. Sebab sejatinya jurnalis mewakili mata, telinga serta indera publiknya. Media massa pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi. Sudah berbilang abad pers hadir sebagai sumber kekuasaan yang bisa menjadi pengimbang kekuasaankekuasaan lainnya. Tapi, kekuasaan -- dari jenis yang mana pun -- cenderung bersalahguna. Sudah lama jurnalis dan kaum terpelajar mendengar ungkapan terkenal sejarahwan dan filosof Inggris, Lord Acton ( nama lengkapnya John Emerich Edward Dalberg Acton): Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Ungkapan ini mengungatkan jurnalis untuk selalu sadar akan kekuasaan yang melekat dalam profesinya. Namun seperti pelaku profesi lain, sebagai manusia jurnalis bisa membuat kesalahan -- disengaja atau tidak. Dengan kekuasannya yang besar jurnalis mudah terjerumus menjadi manusia lalim sementara pers bisa menjadi sangat tiran. Agar jurnalis dan pers tidak mudah terjerumus ke dalam jurang kelaliman dan tirani perlu hadirnya pembatas atau pengontrol atas tindak-tanduk mereka dalam menjalankan
252

tugas profesinya. Pembatas atau pengontrol ini sangat diperlukan agar praktik jurnalistik tetap mengabdi kepada kepentingan publik dan senantiasa melindungi masyarakat dari tindakan atau praktik tidak terpuji jurnalis atai pelaku media. Sebagaimana keharusan yang berlaku di bidang kedokteran, jurnalisme harus tehindar dari malapraktik jurnalistik Malapraktik jurnalistik atau praktik tidak terpuji yang bisa meluas menjadi praktik pelanggaran hak asasi manusia bisa dikontrol oleh hadirnya kode etik jurnalistik. APa iTu KOdE ETik JuRNaLiSTik? Kode etik adalah acuan moral yang mengatur tindaktanduk pelaku suatu profesi dalam menjalani tugasnya. Ia berfungsi sebagai rambu-rambu pengaman bagi seorang profesional, baik pada saat berhubungan dengan sejawat maupun dengan pihak luar. Ibarat rel kereta api, di sepanjang lintasan itulah seorang profesional berlalu-lalang. Selama pelakunya menaati kode etik, tak perlu ada kekhawatiran akan bertabrakan dengan kendaraan sejenis atai kendaraan yang berbeda. Artinya, tak perlu cemas akan kemungkinan munculnya gugatan terkait tugas yang mereka jalani. Kalaupun diperkarakan, mereka bisa membela diri dengan menggunakan bukti-bukti karya profesionalnya. Berbicara tentang kode etik mau tidak mau akan menyinggung tentang etika. Etika adalah pengetahuan yang membahas ukuran kebaikan atau kesusilaan perilaku manusia dalam masyarakat. Orientasi etika adalah untuk mengetahui bagaimana harus bertindak. (Ashadi Siregar, 2000). Pakar Filsafat dan Etika Franz von Magnis menyebiutkan bahwa... etika mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya

253

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkannya sendiri. Etika menyanggupkan orang untuk mengambil sikap rasional terhadap semua norma, baik norma-norma tradisi maupun norma-norma lain. Etika juga membantu manusia untuk menjadi lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak dalam kebebasan dari segala norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk mengakui normanorma yang diyakininya sendiri sebagai kewajibannya. (Franz von Magnis, 1979). Kode Etik Jurnalistik (KEJ) adalah acuan moral yang mengatur tindak-tanduk jurnalis dalam menjalani tugasnya di dunia jurnalisme. KEJ bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain, dari satu koran ke koran lain. Namun secara umum ia berisi hal-hal berikut, yang bisa menjamin terpenuhinya tanggung-jawab seorang jurnalis kepada publik. Tanggungjawab Tugas atau kewajiban seorang jurnalis ialah mengabdikan diri kepada kepentingan umum dengan menyampaikan informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian terhadap sesuatu perkara yang mereka hadapi. Dengan pokok ini jurnalis tak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau bersikap sewenang-wenang untuk motif pribadi atau tujuan yang tak berdasar. Kebebasan Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap warga negara atau anggota masyarakat (publik). Tugas pokok Jurnalis ialah menjamin bahwa urusan publik

254

harus diselenggarakan secara publik. Konsekuensinya, jurnalis harus berjuang melawan siapa pun yang mengeksploitasi pers untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Independen Jurnalis harus mencegah terjadinya benturan-kepentingan (conflict of interest) dalam dirinya. Ia tak boleh menerima imbalan apapun dari sumber berita atau terlibat dalam aktivitas yang bisa melemahkan integritasnya sebagai penyampai informasi atau kebenaran. Kebenaran Dengan tugas pokoknya sebagai penyampai informasi dan kebanaran itu jurnalis adalah mata, telinga dan indera publiknya. Dengan posisi seperti itu seorang jurnalis harus senantiasa berjuang untuk memelihara kepercayaan publik dengan meyakinkan kepada mereka bahwa warta yang disampaikannya akurat, berimbang dan bebas dari bias. Tidak memihak Seorang jurnalis harus mampu membedakan laporan berita dengan opini. Sebagai profesional tidak ada tempat bagi jurnalis untuk memasukkan opini ke dalam karya jurnalistiknya. Jika jurnalis ingin beropini atau menulis opini maka ia harus secara jelas mengdentifikasikannya sebagai opini. Jurdil (Fair) Jurnalis harus menghormati hak-hak orang dalam terlibat dalam berita yang ditulisnya serta mempertanggungjawabkan

255

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

kepada publik bahwa berita itu akurat dan jurdil. Jika ada seseorang yang terpojokkan oleh sesuatu fakta dalam berita, maka ia harus diberi hak untuk menjawab. Hak jawab dan mekanisme hak jawab harus mendapat tempat. Namun sebanyak apa pun pasal dalam suatu KEJ, ada empat hal yang menjadi pijakan dasarnya. 1. kebenaran 2. independen 3. akuntabel 4. mengurangi dampak yang merugikan Kode etik bisa disebut pedoman yang dirumuskan secara praktis. Menurut Ashadi Siregar, suatu kode etik hanya akan menjadi rumusan tak bermakna jika hakekatnya tidak disadari dalam konteks yang berasal dari luar kode itu sendiri. Dengan kata lain, teks dalam kode etik dianalisis bukan dengan hanya memahami artinya, melainkan dengan melihat konteksnya pada aspek-aspek di luar kode itu sendiri, yaitu pada eksistensi profesi/kelompok yang memiliki kode tersebut dalam lingkungan yang lebih luas. Upaya untuk memahami makna suatu kode etik dilakukan dengan filsafat etika. Melalui pemahaman filsafat etika, pelaku profesi dapat melakukan penilaian kritis atas perilaku. Sekaligus ia dapat mempertanggungjawabkan secara pribadi perilakunya, bukan karena adanya pengawas atau atasannya, melainkan karena kesadaran nurani. Namun KEJ kerap kali hanya berupa acuan moral yang bersifat umum. Karena itu ia masih sering menyisakan sejumlah pertanyaan, misalnya: apakah etis memata-matai kehidupan publik seorang tokoh, atau bolehkah menjadi anggota partai politik tertentu? Oleh sebab itu organisasi
256

wartawan dan perusahaan pers masih menyusun kode perilaku (code of practise) hingga kode etik pribadi (personal code). KOdE ETik JuRNaLiSTik PRiBadi aTau KOdE PERiLaku Banyak orang bisa membedakan yang benar dari yang salah karena memiliki kepekaan moral. Kepekaan moral biasanya dipengaruhi oleh pendidikan yang ditempuh melalui keluarga, sekolah, masyarakat dan keyakinan agamanya. Banyak panduan kode perilaku seseorang yang disreap atau datang dari lingkungan dan bacaannya. Setiap orang memiliki loyalitas terhadap sesuatu. Namun profesional di bidang apa pun, termasuk jurnalis, harus menjawab tuntutan lebih besar dalam loyalitasnya. Loyalitas jurnalis itu pertama-tama adalah loyalitas kepada profesi yang berujuang kepada masyarakatnya. Jurnalis bisa menggunakan tanggungjawab sosialnya sebagai basis untuk membentuk Kode Etik Pribadi. Tanggungjawab Jusnalisme atau kewartawananan, sekali lagi, adalah sebuah jasa publik. Para wartawan semestinya bebas dari ikatan komitmen atau kewajiban terhadap kelompok tertentu. Wartawan harus meletakkan tanggung-jawab kepada publik di atas kepentingan diri sendiri serta di atas loyalitasnya kepada kepada perusahaan tempat dia bekerja, kepada suatu partai politik, atau kepada kelompok dan temanteman terdekatnya.

257

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Independensi Sudah ditekankan pada bagian terahulu bahwa tugas pokok seroang jurnalis adalah menyampaikan informasi dan kebenaran. Jika sumber berita meminta seroang jurnalis merahasiakan suatu informasi, maka ia harus menimbang permintaan itu dalam konteks tanggungjawab untuk memberikan informasi kepada publik. Jika atasan atau perusahaan tempatnya bekerja menyensor seluruh atau sebagian isi berita yang ditulisnya dengan alasan bisa merusak sisi bisnis perusahaan medianya, mendiskreditkan pemasang iklan atau teman pemilik koran, si jurnalis harus mengkonfrontasikannya dari perspektif moral yang sama -kewajiban melaporkan kebenaran. Dalam dua kasus itu, tindakan yang harus diambil jelas: puas melihat bahwa informasi/kebenaran mencapai pembacanya. Pemerintah kerap kali ingin merahasiakan sesuatu dengan alasan kepentingan nasional. Dalam hal itu seorang jurnalis dibhadapkan kepada suatu dilema. Dalam masyarakat demokratis, publik berhak tahu apa yang dilakukan pemerintah. Pada saat yang sama, mengungkapkan sesuatu informasi bisa membahayakan keamanan, termasuk keamanan publik. Situasi ini akhirnya terpulang kepada Kode Etik Pribadi. Namun intinya jurnalis harus melayani publik dengan memberi imbangan kepada kekuasaan, termasuk kekuasaan pemerintah atau negara. Selalu Rindu Kebenaran Dalam menjalani tugasnya, setiap jurnalis harus mencapai tingkat atau prestasi: bisa dipercaya. Tapi apakah kebenaran di dunia jurnalistik itu? Standar jurnalisme menekankan bahwa

258

apa yang dilaporkan harus merupakan hasil reportase yang akurat. Misalnya, apa yang dikatakan seorang sumber dalam wawancara memang benar-benar seperti yang dikatakannya. Namun, jurnalis yang rindu pada kebenaran akan selalu merasa tidak puas. Ia akan selalu menuntut dirinya untuk bisa menggali kebenaran, menyingkap lapisan-lapisan kejadian yang bisa menghalangi penglihatan publik pada kebenaran sekalipun lapisan-lapisan itu bak lapisan bawang. Oleh sebab itu seroang jurnalis harus menjadi raja tega terhadap orang atau tindakan yang merugikan masyarakat. Ia harus memiliki rasa prihatin atas korban tindakan tiak adil, ilegal serta diskriminatif. Mereka melihat tindakan seperti itu sebagai pencemar dalam masyarakat beradab. Sebab salah satu ukuran keberadaban masyarakat ialah merajanya keadilan. Untuk menyingkap kebenaran jurnalis seringkali harus melakukan reportase mendalam atau bahkan investigasi. Bahkan harus dengan cara menyamar yang kerap dinilai sebagai tindakan yang tidak etis. Namun tindakan itu dibenarkan untuk situasi tertentu dan hasilnta daoat dipertanggungjawabkan. Dalam situasi kritis, misalnya, jurnalis boleh menggunakan taktik atau teknik yang dalam situasi lain tidak etis. Hanya saja jurnalis punya tanggungjawab, yakni memberitahukan taktik seperti itu kepada publiknya. Kebenaran hakiki barangkali tak pernah bisa ditemukan di dunia nyata. Namun seorang jurnalis harus berusaha keras untuk mencapainya. Untuk itu ada sejumlah hal yang bisa dimasukkan ke dalam atau menjadi Kode Etik Pribadi, yakni kesediaan untuk mengakui kesalahan; berusaha keras mengikuti fakta, meski ia bergerak ke arah yang tidak disukai atau tidak disetujuinya; dan berkomitmen untuk selalu memperbaiki diri (belajar dan berusaha keras) sehingga bisa melayani publik dengan lebih baik yang selalu meletakkan
259

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

harapan bahwa jurnalis adalah mata-telinga mereka. Di samping itu jurnalis juga harus mampu melawan godaan akan pujian, uang, popularitas dan kekuasaan jika itu semua berdiri di depan perjalanan menuju kebenaran. Dalam kepentingan yang lebih luas, jurnalis juga ditunut memiliki tekad untuk membuat masyarakat menjadi tempat yang baik untuk setiap anggotanya, terutama generasi mudanya, mereka yang lemah dan miskin, yang tidak memiliki pekerjaan, orangorang jompo tanpa harapan dan para korban ketidakadilan. Inti Kode Etik Pribadi adalah bahwa hanya masing-masing jurnalislah yang tahu apakah dia telah berusaha dengan keras dan memberikan yang terbaik atau tidak. Namun dalam hal ini perusahaan pers dan organisasi jurnalis memiliki peran besar untuk membantu menjelmakan KEJ yang masih bersifat umum menjadi Kode Etik Pribadi. Sebuah catatan penting yang perlu diingat ialah bahwa Kode Etik, baik yang bersifat organisasi maupun pribadi, adalah acuan moral. Seorang jurnalis tidak bisa dihukum melalui mekanisme hukum positif negara jika melanggarnya, namun bisa dikenai sanksi moral oleh organisasinya. APa iTu PaSaL PENCEmaRaN Nama Baik? Berbeda dengan Kode Etik, pencemaran nama baik dan pelanggaran privasi memungkinkan seorang wartawan atau korannya dituntut ke pengadilan. Hukum pencemaran nama baik ditujukan untuk melindungi reputasi dan nama baik seseorang. Libel adalah tindakan menerbitkan bahan-bahan palsu atau kasar yang menyebabkan: Kerugian finansial Merusak nama baik atau reputasi Merendahkan, mengakibatkan penderitaan mental
260

Seseorang yang bisa membuktikan bahwa dirinya dirugikan oleh sebuah berita atau foto bisa mengajukan tuntutan pasal pencemaran nama baik ini. Tapi, jika wartawan menulis berita yang berdasar pada fakta, digali secara seksama, fair dan tak memihak, tak perlu takut terhadap tuntutan semacam itu. Kata kuncinya adalah akurasi. Ada tiga landasan yang bisa melindungi wartawan dari tuntutan pencemaran nama baik: Kebenaran Jika seorang reporter bisa menunjukkan dan membuktikan bahwa bahan-bahan yang dikumpulkan benar, maka orang yang menjadi sasaran bisa menuntut namun umumnya tidak berhasil. Privilege Segala sesuatu yang bersifat diungkapkan secara publik dan resmi, baik di lingkungan legislatif atau yudikatif, tak peduli apakah benar atau tidak, bisa ditulis dan dipublikasikan. Kritik yang fair Kritikus bisa memberikan komentar atas suatu karya seniman, penulis, dramawan, atlet atau siapa pun yang menawarkan jasa kepada publik. Namun, kritik harus didasarkan pada fakta dan tak boleh menyerang kehidupan pribadi individunya. Dari semua pelindung tadi, wartawan sama sekali tak perlu takut jika laporannya merupakan sajian dari sebuah

261

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

peristiwa secara lengkap, fair, tidak memihak dan akurat. Kebenaran bisa menjadi pelindung, namun niat baik tidak. Seorang wartawan mungkin tidak bermaksud mencemarkan nama orang, namun jika tulisan itu tidak bisa dibuktikan demikian, niat baik saja tidak bisa melindungi si wartawan. APa iTu mELaNGGaR kEHiduPaN PRiBadi? Privasi adalah hak individu untuk dibiarkan sendirian. Reporter tidak boleh memasuki rumah seseorang secara paksa atau menggunakan alat perekam yang bisa melanggarkan hak pribadi seseorang. Untuk menggali berita, wartawan memang bisa mengumpulkan bahan tentang kehidupan pribadi orang-orang tertentu yang bisa membuat perasaan yang bersangkutan terganggu. Koran secara rutin memberitakan penahanan dan berbagai peristiwa atas seorang tokoh. Reporter melakukan wawancara terhadap orangtua yang anaknya terbunuh dalam suatu kecelakaan. Koran juga memuat rincian kehidupan menyimpang seorang tokoh publik atau kebiasaan mencandu narkotik dan mabuk di kalangan atlet. Cerita-cerita semacam itu bisa dipublikasikan karena orang-orang tadi terlibat dalam peristiwa yang bernilai berita. Sopir yang mabuk tak bisa berlindung dengan hak privasinya jika tertangkap basah dan ditahan. Namun, ketika pers menggali tindakan pribadi yang bukan merupakan bagian dari kepentingan publik atau tak mewakili kepentingan publik secara sahih, wartawan atau korannya bisa kesulitan jika tulisannya tidak akurat. Privasi memberikan orang hak orang untuk dibiarkan sendiri, kecuali jika yang bersangkutan terlibat dalam
262

peristiwa berita. Materi sensasional tentang kehidupan cinta, kesehatan, bisnis atau aktivitas sosial seseorang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak pribadi, namun itu bisa digunakan jika berkaitan dengan orang yang punya nilai berita dan berkaitan dengan kepentingan publik, peristiwanya terjadi di ruang publik dan terungkap dalam dokumen publik -- tak peduli sensasionalnya. Privasi juga melindungi orang dari tindakan menganggu. Wartawan tak boleh memasuki rumah sumber secara paksa. Mereka juga tak boleh menggunakan perekam atau kamera tersembunyi, kecuali hal itu merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh informasi demi kepentingan publik.

263

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

264

Lampiran 1: KOdE ETik Aji

liAnsi Jurnalis Independen percaya bahwa kemerdekaan pers dan hak public atas informasi merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Dalam menegakkan kemerdekaan pers dan memenuhi hak public atas informasi, anggota AJI memegang teguh Kode Etik. 1. Jurnalis menghormati hak masyarakat memperoleh informasi yang benar. 2. Jurnalis selalu menguji melaporkan fakta dan sumbernya. informasi pendapat untuk

dan hanya yang jelas

3. Jurnalis tidak mencampuradukkan fakta dan opini 4. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat. 5. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya. 6. Jurnalis mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar. 7. Jurnalis menolak segala bentuk campurtangan pihak lain yang menghambat prinsip kebebasan pers dan independensi ruang berita. 8. Jurnalis menghindari konflik kepentingan. Jika
265

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

konflik kepentingan tak bisa dihindari, maka jurnalis menyatakannya secara terbuka. 9. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. 10. Jurnalis menggunakan cara yang etis dan profesional untuk memperoleh berita, foto, dan dokumen. 11. Jurnalis segera memperbaiki, meralat, atau mencabut berita yang diketahuinya keliru atau tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. 12. Jurnalis melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. 13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi. 14. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak. 15. Jurnalis tidak menyembunyikan praktik-praktik tidak etis yang terjadi di kalangan jurnalis dan media. 16. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, jenis kelamin, orientasi seksual, bahasa, agama, pandangan politik, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya. 17. Jurnalis menghormati hak narasumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo. 18. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur. 19. Jurnalis menghormati kepentingan publik. privasi, kecuali untuk

20. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman, kekerasan fisik, dan seksual.

266

21. Jurnalis tidak beritikad buruk, menghindari fitnah, dan pencemaran nama baik. PENaFSiRaN 1. Informasi yang benar adalah informasi yang telah melewati verifikasi sesuai standar jurnalistik . 2. Cukup Jelas. 3. Cukup Jelas. 4. Cukup Jelas. 5. Cukup Jelas. 6. Prinsip keberimbangan antara lain dengan memberi kesempatan kepada pihak yang tertuduh untuk memberi penjelasan sesuai versinya. 7. Cukup Jelas. 8. Konflik kepentingan adalah suatu keadaan yang bisa membelokan seorang jurnalis atau media dari misinya untuk menyampaikan berita yang akurat dan tanpa bias kepada publik. 9. Yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan fasilitas lainnya, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik. Jurnalis tidak menerima fasilitas peliputan dari pihak lain kecuali itu merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh informasi yang penting bagi public dan tidak mengkompromikan intergritas jurnalistik. 10. Cara-cara professional antara lain menunjukkan identitas kepada narasumber; tidak menyuap; tidak merekayasa pengambilan gambar, foto, suara.

267

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

Penggunaan cara-cara tertentu, seperti teknik penyamaran, hanya bisa digunakan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan public. 11. Keharusan mencabut berita berlaku untuk berita yang secara substansial salah, misalnya berita bohong atau berita fiktif. Keharusan meralat berlaku untuk berita yang sebagian faktanya mengandung kekeliruan. 12. Cukup Jelas. 13. Cukup Jelas 14. Cukup Jelas 15. Cukup Jelas. 16. Istilah kebencian mengacu pada ungkapan tidak senang (verbal dan non verbal) yang bersifat memusuhi, merendahkan, dan menghina yang ditujukan kepada individu atau kelompok tertentu. 17. Cukup Jelas. 18. Ketentuan penggunaan narasumber yang meminta dirahasiakan (anonim): Berupaya mengidentifikasi narasumber, karena publik berhak mengetahui sebanyak-banyaknya informasi tentang ketepercayaan narasumber. Selalu menguji motif narasumber menyepakati keanoniman. sebelum

Menyebutkan alasan keanoniman kepada public. Memengang teguh kesepakatan keanoniman. Yang dimaksud narasumber konfidensial adalah: orang-orang yang terancam keamanannya apabila identitasnya dibuka. Identitas yang harus dirahasiakan adalah segala informasi yang bisa membuat seseorang dikenali jati dirinya seperti nama, alamat, orang tua,
268

nama sekolah, dan nama tempat kerja. 19. Privasi adalah segala segi kehidupan pribadi seseorang dan keluarganya. Pengabaian atas privasi hanya bisa dibenarkan bila ada kepentingan publik yang lebih besar, seperti untuk membongkar korupsi atau mencegah prilaku yang membahayakan kepentingan umum. Jurnalis mengakui bahwa orang biasa memiliki hak lebih besar untuk merahasiakan privasinya daripada pejabat public atau pencari kekuasaan, pengaruh, dan perhatian public. 20. Cukup Jelas. 21. Tidak beritikad buruk artinya tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimulkan pihak lain. Dalam proses kerja jurnalistik, hal itu antara lain berupa kesengajaan tidak melakukan verifikasi dan konfimasi informasi.

269

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

270

Lampiran 2 KOdE ETik JuRNaLiSTik

emerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:

271

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PaSaL 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, mengha sil kan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran 1. I  ndependen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. 2. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. 3. B  erimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. 4. T  idak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. PaSaL 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah: 1. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; 2. menghormati hak privasi; 3. tidak menyuap; 4. menghasilkan sumbernya; berita yang faktual dan jelas yang

5. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan

272

tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; 6. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; 7. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; 8. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. PaSaL 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Penafsiran 1. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. 2. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. 3. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. 4. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

273

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PaSaL 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Penafsiran 1. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. 2. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. 3. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. 4. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. 5. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. PaSaL 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Penafsiran 1. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. 2. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

274

PaSaL 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran 1. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. 2. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. PaSaL 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran 1. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. 2. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. 3. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. 4. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

275

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

PaSaL 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Penafsiran 1. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. 2. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. PaSaL 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran 1. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. 2. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. PaSaL 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Penafsiran

276

1. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. 2. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. PaSaL 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran 1. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. 2. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. 3. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

277

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

(Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers) Naskah ini disusun untuk keperluan internal AJi Diolah dari bebragsi sumber.

278

Lampiran 3 PEdOmaN PEmBERiTaaN MEdia SiBER

emerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers. Media siber memiliki karakter khusus sehingga me merlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut: 1. RuaNG LiNGkuP a.  Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.

279

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

b.  Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain. 2. VERiFikaSi daN kEBERimBaNGaN BERiTa a.  Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi. b.  Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan. c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat: 1)  Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak; 2)  Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten; 3)  Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai; 4)  Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan menggunakan huruf miring.

d.  Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan setelah

280

verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi. 3. ISi BuaTaN PENGGuNa (USER GENERaTEd CONTENT) a.  Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas. b.  Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna. Ketentuan mengenai log-in akan diatur lebih lanjut. c.  Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan: 1)  Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul; 2)  Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan; 3)  Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.

d.  Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna yang

281

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

bertentangan dengan butir (c). e.  Media siber wajib menyediakan mekanisme peng aduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses pengguna. f.  Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambatlambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima. g.  Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c). h.  Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu sebagaimana tersebut pada butir (f). 4. RaLaT, KOREkSi, daN Hak JawaB a.  Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada UndangUndang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers. b.  Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab. c.  Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.

282

d.  Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka: 1)  Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya; 2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu; 3)  Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.

e.  Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah). 5. PENCaBuTaN BERiTa a.  Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers. b.  Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut.

283

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

c.  Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik. 6. IkLaN a.  Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan. b.  Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan keterangan advertorial, iklan, ads, sponsored, atau kata lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan. 7. Hak CiPTa Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. PENCaNTumaN PEdOmaN Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas. 9. SENGkETa Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers. Jakarta, 3 Februari 2012 (Pedoman ini ditandatangani oleh Dewan Pers dan  komunitas pers di Jakarta, 3 Februari 2012).

284

Lampiran 4 PEdOmaN PELaku PENYiaRaN daN STaNdaR PROGRam SiaRaN (P3SPS)

Silakan Lihat: http://www.kpi.go.id/download/regulasi/P3SPS_2012_Final.pdf Tautan singkat: http://bit.ly/13QiZk6 Atau pindai kode QR ini menggunakan tabet/ponsel pintar:

285

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

286

MENERjEmaHkaN KOdE ETik kE KOdE PERiLaku

Oleh Ati Nurbaiti

ungKin ada yang berpandangan bahwa kalangan pelaku media, terutama jurnalis, sudah paham betul Kode Etik Jurnalistik. Mungkin banyak jurnalis yang tidak hapal keseluruhan butinya. Namun dengan bertahuntahun berkarir di bidang jurnalsitik, seroang jurnalis seperti Anda tahu dan paham intinya. Intinya ialah wajib memberitakan kebenaran secara berimbang, meliput kedua belah pihak atau para pihak, tidak menerabas ruang pribadi subyek liputan, menghormati kedukaan subyek berita pada saat musibah, tidak menerima sogokan, tidak menyalahgunakan profesi. Pertanyaannya, kalau memang semua jurnalis sudah mengerti dan mengamalkan kode etik, mengapa keluhan pada Dewan Pers atas seringnya terjadi pelanggaran kode etik masih sering terdengar? Bahkan baru saja terdengar warta tentang skandal tingkat internasional seperti terungkapnya praktik hacking telpon yang ternyata biasa digunakan awak News of the World milik Rupert Murdoch? Juga, ada apa di balik skandal Krakatau Steel yang melibatkan jurnalis media terkemuka di Indonesia? Kalau pun wartawan ini tidak jadi beli saham, tetapi dia terbukti

287

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

berupaya melobi. Itu melanggar, kata Agus Sudibyo, anggota Dewan Pers. (1) Apa pula alasan CNN melepas jurnalis topnya, dengan alasan ia salah menggunakan media social seperti Twitter? Octavia Nasr, editor senior Timur Tengah, hanya men-tweet, Sedih mendengar wafatnya Sayyed Mohammad Hussein Fadlallah.. Salah satu raksasa Hezbollah yang saya sangat hormati. (2) Dengan banyaknya kasus yang menyangkut media, ternyata anggapan kita bahwa seluruh awak media tentu paham kode etik yang sedikit banyak universal, ternyata salah. Ada banyak lubang dalam kode etik yang dapat digunakan atau disalahgunakan, apakah karena kita tidak sadar, atau sengaja demi keberhasilan dalam memenangi persaingan ketat industri media, atau pun untuk kepentingan diri sendiri. Karena itu beberapa media menyusun code of conductnya masing-masing. Dalam berita-berita tentang skandal News of the World, ternyata media tsb mempunyai code of conduct sepanjang 56 halaman. (3) Namun suatu ulasan yang mengungkap hal tersebut berkesimpulan, bahwa kode perilaku harian tersebut ternyata merupakan dokumen mati. Dokumen tersebut terlalu panjang dan terlalu rinci, dan seharihari tidak pernah dibahas. Karena itu dari usulan beberapa pengamat disimpulkan bahwa sebaiknya suatu kode perilaku janganlah terlalu rinci tentang apa yang harus dilakukan para jurnalis, melainkan apa yang harus dipikirkan staf media tersebut. Artinya, kode prilaku lebih baik menjabarkan nilai-nilai dari perusahaan media ybs, namun tidak sampai merinci semua perilaku karyawan. Bila perusahaan anda tidak mempunyai rincian visi misi yang menggambarkan nilai-nilai dan cita-cita para pendirinya

288

dengan jelas, cukuplah Anda mengetahui kira-kira apa nilai dan cita-cita mereka, atau apakah nilai dan cita-cita bersama yang kiranya menjadi ciri dari media anda? Berdasarkan pemahaman tersebut Anda dapat mencoba menyusun kode etik prilaku untuk mengantisipasi berbagai kondisi yang dapat dihadapi anak buah / rekan rekan anda dalam pekerjaan sehari-hari. Namun ingatlah, dokumen yang terlalu rinci mungkin juga tidak berbunyi dan bahkan tidak dibaca, seperti halnya dalam contoh News of the World tadi. Kondisi-kondisi yang bisa diperkirakan akan atau sudah Anda atau anak buah Anda ihadapi anda juga rekan kerja termasuk seperti berikut: Ada selebritas yang meninggal karena kecelakaan. Keluarganya belum tahu kabar ini. Bos memerintahkan bahwa Anda harus mendapatkan gambar ekslusif dari reaksi sang istri. Anak buah anda mendapatkan informasi ekslusif tentang harga saham blue chip. Dengan mudah informasi ini dapat ditahan dan Anda dapat mengambil untung dalam menentukan tindakan terhadap saham Anda, sebelum orang lain mengetahuinya. Media Anda sudah mempunyai iklan Masakapai Penerbangan Garuda dua halaman berwarna untuk edisi keesokan harinya. Pukul 22.00 atau 10.00 malam terjadi kecelakaan yang menewaskan sebagian awak dan penumpangnya. Pihak Garuda meminta berita diperhalus, jika tidak, iklan terpaksa ditarik. Ada undangan meliput produk baru dari Toshiba. Media dijanjikan mendapat diskon 25 persen untuk pembelian laptop. Bagian iklan pun berhasil memperjuangkan iklan yang cukup besar. Bagian

289

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

features atau lifestyle pun mengusahakan liputan yang cukup baik walaupun setelah diteliti, laptop tersebut tak jauh lebih unggul dibanding produk sebelumnya. Jurnalis top Anda meliput pejabat yang pidatonya amat membosankan. Ia pun mengetik tweet: Pidato Bapak N bego bin bte banget sih. Kontributor top Anda meliput undangan pariwisata. Di Facebooknya ia menulis, Kok hotel S ini payah banget pelayanannya. Pemasang iklan sangat senang pada rubrik liputan restoran media Anda, yang biasanya dilakukan dengan mengirim jurnalis, bukan memenuhi undangan. Calon pemasang iklan itu tentu mengharapkan liputan positif dengan dibarengi iklan besar. Dalam liputan investigatif jurnalis mendapatkan sumber yang meyakinkan. Namun ia tak bersedia mengungkap jati dirinya. Si jurnalis berhasil mendapat sumber-sumber lain yang mau diungkap identitasnya, namun inti ucapan mereka adalah menyangkal sumber anonim tersebut. Pewarta foto berhasil mendapatkan foto yang bagus. Agar lebih bagus ia menghapus sedikit latar belakang yang mengganggu seperti pohon atau kabel listrik. Dalam operasi militer di Aceh TNI mensyaratkan agar jurnalis embedded dalam pasukan. Untuk meliput daerah sekitar Freeport, semua fasilitas transportasi dimiliki perusahaan tersebut, dan juga tidak ada harganya sehingga media harus memakai fasilitas mereka secara gratis. Dalam masa pilkada sebelum dan selama kampanye resmi, pasangan calon berlomba memberi harga
290

terbaik pada media untuk memasang iklan. Dalam peradilan anak, media anda harus menda patkan gambar terbaik dibanding media lain. Misalnya ekspresi anak tsb secara close up di kursi terdakwa. Dalam situasi operasi di Papua, media anda harus mendapat gambar dan wawancara terbaik, usahakan dari OPM. Bagaimana angle liputan media anda. Sedikit contoh di atas memperlihatkan tantangan seharihari dalam pekerjaan di media, yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Semua orang dengan suatu gadget dapat menjadi reporter, dengan men-tweet setiap pikirannya, setiap apa yang dilihatnya; bahkan siapa pun dapat mengirimkan gambar ke YouTube atau pun kepada website suatu televisi. Yang membedakan semua orang dengan jurnalis ialah pemahaman etika. Tugas media bukan menjaga teritorinya dengan mengatakan saya jurnalis, dan Anda bukan. Dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang, tugas jurnalis adalah menunjukkan pemahamannya terhadap kode etik, dan menyebarkannya kepada publik yang banyak melakukan fungsi jurnalis. Karena yang membedakan jurnalis dengan orang kebanyakan ialah caranya menyebar informasi dengan memelihara kepercayaan publik, dengan kata lain menjaga kredibilitas. Referensi: (1) Skandal Saham, Dewan Pers Temukan Pelanggaran Kode Etik, 1 Des. 2010, http://bit.ly/ZCDrBI (2) Journalist Fired for Controversial Twitter Message, 9 Juli 2010, http://bit.ly/16np5YX

291

Materi Kompetensi KunCi UKJ AJI

(3) News Corps code of conduct, 2 Agustus 2011, http://thebea.st/ptwW4l

292

Anda mungkin juga menyukai