Anda di halaman 1dari 6

SENENG MOCO BOSO JOWO KARO KANG SUHANTO KASTAREDJA Kumpulan Cerito Boso Jowo

Suhanto Kastaredja
kastaredjasuhanto@yahoo.com

Iso Digoleki Crito-Crito utowo Wacanan Boso Jowo ing Web iki:
No
1

Websites
http://duniashinichi.blogspot.com/2012/04/cerita-lucu-bahasa-jawa-pithikmogok.html https://www.facebook.com/pages/Kumpulan-Cerito-Guyonan-BosoJowo/436656146396067 http://kumpulanceritajawa.blogspot.com/ http://cerit4lucu.wordpress.com/2010/02/22/terjemahan-lagu-boso-jowo/ http://www.bluefame.com/topic/139952-kumpulan-dagelan-boso-jowo/ http://www.isdaryanto.com/kata-mutiara-bahasa-jawa#more-10067 The Javanese Magazine published in Indonesia : http://jayabaya.wordpress.com/

3 4 5 6 7

The Javanese Magazine:Penyebar Semangat: http://j4w4.wordpress.com/2006/01/24/panjebar-semangat/

The Results of the Fifth Javanese Congress 2011: http://www.adjisaka.com/kbj5/index.php/04-makalah-komisi-c/652-23-rubrikcalon-pengarang-majalah-jaya-baya-minangka-sarana-nggrengsengake-ngarangbasa-jawa-tumrap-siswa-sd-lan-smp The Final Project of University Student Majoring in Javanese Literature: http://lib.unnes.ac.id/7633/1/10460.pdf

10

KATA-KATA BIJAK BAHASA JAWA | PITUTUR BOSO JOWO


Kahanan donya iki ora langgeng, tansah owah gingsir. Yen sira kebeneran katunggonan bandha lan kasinungan pangkat, aja banjur rumangsa, sapa sira sapa ingsun, tansah ngendelake panguwasane. Tumindak degsura marang sapadha-padha. Elinga yen bandha iku gampang ilang muspra lan pangkat

Keadaan dunia ini tidak abadi, senantiasa berubah-ubah setiap waktu. Kalau kebetulan kita memiliki harta dan diberkahi pangkat, jangan lantas merasa, siapa saya, siapa Anda?, yg selalu mengandalkan kekuasaannya untuk bertindak sombong kepada orang lain. Ingat..! bahwa harta itu mudah sekali lenyap dan pangkat itu sewaktu-waktu bisa lepas..!

Saiba-becike samangsa wong kang lagi kasinungan kabegjan lan nampa kabungahan iku yo kudu tansah eling, gedhe ngucap syukur marang Kang Peparing. Awit elinga yen tumindak kaya mangkono mau kejaba bisa ngilangi watak jubriya, uga mletikake rasa rumangsa yen wong dilairake ing donya iku sejatine yo mung dadi lelantaran melu urun-urun tetulung marang sapadha-padhane titah, mbengkas kasangsaran, munggahe ngreksa, hayuning jagad. Memang sudah sepantasnya kalau orang yg sedang mendapatkan keberuntungan dan mendapatkan kebahagiaan itu harus selalu ingat dan banyak-banyak berucap syukur kepada Tuhan. Sebab perlu diketahui bahwa berlaku seperti itu tadi, selain bisa menghilangkan sifat besar kepala, juga bisa membuat kita sadar bahwa manusia dilahirkan di dunia itu, sebenarnya hanya untuk menjadi perantara, saling tolong-menolong kepada sesama makhluk ciptaanNya, mengurangi kesengsaraan, mengagungkan, merawat dan memelihara perdamaian dunia.

Ing samubarang gawe ojo sok wani mestek ake, awit akeh lelakon kang kebak sambekalane sing ora biso dinuga tumibane.

Dalam hal apapun jangan terlalu berani untuk memastikan, karena banyak kejadian yg sarat dengan berbagai rintangan yg tak dapat kita duga kapan akan terjadi.

Jer koyo unine pepenget, Menowo manungsa iku yo pancen kudu tansah iktiyar , nanging papestene tetep dumunung ono ing asta-Ne Pangeran Kang Maha Wikan. Mulo ora sak mesthine yen manungso iku nyumurupi bab-bab sing durung mesti kelakon. Sak umpomo nyumurupono, prayoga ojo diblak-blak ake marang wong liyo, awit temahane hamung bakal murihake blai. Sebagaimana bunyi sebuah kata peringatan bahwa Manusia itu memang harus selalu berusaha, tapi kepastiannya tetap hanya ada di tangan Allah Yang Maha Tahu. Jadi tidak semestinya kalau manusia itu mengetahui hal -hal yg belum tentu terjadi. Kalaupun dapat (kesempatan) untuk mengetahuinya, sebaiknya jangan diberitahukan secara jelas dan gamblang kepada orang lain, sebab ketika digunakan untuk keperluan yg tidak baik, justru hal itu akan membuatnya celaka.

Sabar iku ingaran mustikaning laku, jumbuh karo unine bebasan, sabar iku kuncining swarga, ateges marganing kamulyan. Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yg sangat indah dalam sebuah kehidupan, sama seperti bunyi sebuah peribahasa, berlaku sabar itu a dalah jalan utama untuk mendapatkan surgayang berarti ketentraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan.

Sabar iku lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandhadharaning ngaurip, nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep. Suwalike malah kebak pengarep-arep lan kuwawa nampani apa bae kang gumelar ing salumahe jagad iki. Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup, yg tentunya nanti bisa untuk mendewasakan diri kita masing-masing, namun bukan berarti lalu kita mudah kehilangan pengharapan. Sebaliknya kita harus menjalaninya dengan penuh pengharapan dan seolah-olah mampu untuk mendapatakan apa saja yg ada di dunia ini. (Tentunya dengan disertai rasa mawas diri dan kepasrahan).

Selamatkan Bahasa Jawa! February 5, 2010 at 9:11am


Selamatkan Bahasa Jawa! Oleh R Kunjana Rahardi Mungkin ada di antara pembaca budiman yang lupa, 21 Februari adalah Hari Bahasa Ibu

Internasional. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization sebagai badan pendidikan, sains, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mencanangkan hari bersejarah tersebut sebagai bentuk pengakuan internasional terhadap hari gerakan bahasa yang dirayakan di Bangladesh. Simbol gerakan bahasa itu sendiri telah dituangkan dalam wujud monumen di Bangladesh, yang dikenal dengan Monumen Martir atau Shaheed Minar di Kampus Universitas Dhaka. Kehadiran monumen itu dimaksudkan untuk mengenang pengorbanan bahasa Bangla pada 21 Februari 1952. Jadi, pada 21 Februari 2009 nanti, Hari Bahasa Ibu Internasional itu bakal genap diperingati satu dasawarsa. Bahasa ibu acap dipersamakan dengan bahasa daerah, terlebih- lebih dalam masyarakat multilingual dan diglosik seperti Indonesia, dengan pembedaan peran di antara bahasa nasional dan bahasa-bahasa daerah. Karena bahasa Jawa juga bahasa ibu, perhatian besar mutlak harus diberikan. Hal ini mengingat angka laju kepunahan bahasa Jawa tergolong tinggi. Pakar dari Pusat Bahasa Jakarta pernah menyebutkan, angka laju kepunahan bahasa Jawa adalah 4,1 persen. Angka kepunahan ini jauh lebih tinggi daripada bahasa Bali yang hanya 2,1 persen. Dengan memerhatikan angka laju kepunahan di atas, sebagai linguis saya menegaskan, mutlak harus segera dibangun upaya superkonkret untuk menyelamatkan bahasa Jawa. Atau setidaknya, dibangun upaya yang jelas untuk selekas mungkin membalikkan arah dinamika bahasa Jawa yang melungker itu. Dengan pembalikan arah dinamika demikian ini, laju kepunahan bahasa Jawa dipastikan bakal dapat diperlambat. Syukur-syukur, kalau malahan akhirnya dapat dihentikan. Ini bakal menjadi prestasi gemilang! Kesadaran kolektif Pengandaiannya satu saja, yakni mutlak harus dibangun kesadaran kolektif. Baik kepada masyarakat, pemangku jabatan di lingkungan pemprov dan pemda serta institusi lain, para guru dan dosen, dan semua goal keepers yang peduli pada pemertahanan bahasa Jawa (Javanese language defence). Keluarga-keluarga Jawa harus menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian dalam ranah kekeluargaan dengan penuh kesadaran. Juga, dalam domain kekerabatan Jawa dengan sesama warga yang masih mampu berbahasa Jawa. Artinya pula, bahasa Jawa harus dijaga ketat pemakaian dalam ranah-ranah yang masih memungkinkan digunakan untuk peranti pemertahanan bahasa Jawa. Dalam ranah pendidikan, di tataran prasekolah play group, juga di TK-TK, di SD-SD kelas I sampai kelas III, sebagai linguis saya mengingatkan, supaya jangan buru-buru dikenalkan bahasa selain

bahasa ibu. Sebab, dengan disingkirkannya bahasa ibu untuk pengajaran pada tahun-tahun awal pendidikan, secara teoretis- linguistis, bakal mengganggu penguasaan bahasa pada tahapan pendidikan selanjutnya. Demikian pula bahasa-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dan Mandarin, yang kini sudah banyak diajarkan di sekolah-sekolah dasar sejak tingkatan sangat awal, beberapa malahan sejak di play group dan/atau TK. Kiranya mutlak harus diketahui oleh para pedagog, para perancang kurikulum dan materi pemelajaran, bahwa fakta ini sesungguhnya dapat menghambat proses belajar bahasa pada tahapan selanjutnya. Maka, jangan heran kalau sekarang banyak sekali anak, bahkan mahasiswa, juga orang tua yang mogol penguasaan bahasa-bahasanya. Penguasaan bahasa daerahnya mogol, penguasaan bahasa Indonesianya juga mogol, penguasaan bahasa Inggrisnya jebol. Jadi, jangan kita terlalu terpesona, tergiur, nggumun dengan pesona-pesona global mondial, hingga lupa dengan bahasa ibu sendiri. Dalam tataran pemerintahan, kita harus mengacungkan jempol kepada sejumlah pemda, baik provinsi, kabupaten, maupun kota, juga instansi-instansi lain, yang berani mengambil kebijakan lokal untuk memakai bahasa Jawa pada hari-hari tertentu bagi para pegawainya. Juga dalam pelayananpelayanan publiknya. Seiring dengan kewenangan pemda yang makin besar terkait implementasi undang-undang pemerintahan daerah yang juga dikenal dengan undang-undang otonomi daerah, fakta emas ini sesungguhnya harus berdampak langsung pada pemertahanan bahasa Jawa. Demikian pula dengan raperda-raperda, seharusnya menempatkan sikap yang sungguh positif terhadap angka laju kepunahan bahasa Jawa yang besarannya sudah mencapai 4,1 persen tersebut. Sayang bahwa dalam rumusan rancangan raperda jangka menengah DIY 2009-2013 yang beberapa waktu silam diedarkan kepada publik lewat media, mungkin juga yang di Jateng, saya tidak menangkap hadirnya sikap sangat tegas itu dalam wujud kebijakan strategis yang konkret terhadap bahasa Jawa. Dengan perkataan lain, bahasa Jawa yang berjati diri sebagai bahasa ibu bagi sebagian terbesar warga masyarakat Yogyakarta dan sekelilingnya, sepertinya justru dibiarkan makin merana. Saya harus menegaskan, sama sekali tidaklah cukup pemertahanan bahasa Jawa hanya berhenti pada pemakaian aksara Jawa yang jelas-jelas berdimensi ortografis itu. Maka pertanyaan mendasarnya lalu, sungguhkah kita yang "masih Jawa" ini rela membiarkan bahasa Jawa mati di lumbung sendiri? Sungguhkah tidak ada upaya superkonkret untuk membalikkan arus kepunahan bahasa Jawa? Mohon dengan segala hormat, sinyalemen kebahasajawaan yang sangat mengkhawatirkan ini benar-benar disikapi dan direfleksikan dalamdalam! Ayo segera selamatkan bahasa Jawa!

R Kunjana Rahardi Pakar Bahasa, Konsultan Bahasa Media di Jakarta Dosen Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini Santa Maria, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai