2018
Nama Gugus : FT-PROVE T-REX Produk dan Bidang Usaha:
Fungsi : SUBSURFACE PT. Pertamina Hulu Mahakam (PT. PHM) adalah anak
perusahaan dari PT. Pertamina Hulu Indonesia (PT. PHI)
UO/UB/AP : PHM - PHI yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak
Direktorat : HULU dan gas bumi dengan wilayah kerja di Kalimantan Timur
tepatnya di hulu (delta) sungai Mahakam dengan rata-rata
produksi gas 1286 MMSCFD dan minyak 54129 BPD
pada tahun 2017.
Ketua : Rangga A. Brahmantio Lingkup Kerja Gugus:
FT-PROVE T-REX bertugas untuk menciptakan metode
yang reliabel dan terotomatisasi dalam mengkarakterisasi
Sekretaris : Anggara Putra seismik guna mengidentifikasi keberadaan reservoir gas
Anggota Firman Budi K. dan penentuan volumetrik yang akurat pada
pengembangan Shallow Gas di lapangan Tunu dengan
Thomas Setiawan disiplin ilmu dan fungsi yang bervariasi;
VP
GSR
Technology Development
(DEV) (DEV)
2
RISALAH
Continues Improvement Program
Q
Judul Meningkatkan cadangan FT-Prove PC-Prove I-Prove Direktorat: Hulu
Risalah dan produksi sebesar
Asal
635BCF menggunakan Nama Gugus:
metode T-REX untuk Perusahaan:
Shallow Gas, di Lapangan T-REX
Tunu PT PHM PT PHM
Uraian Singkat Masalah/Kejadian/Fakta:
Lapangan Tunu merupakan 1 dari 7 lapangan Blok Mahakam (selain Handil, Tambora, Bekapai, Peciko, South
Mahakam dan Sisi Nubi). Saat ini Tunu berkontribusi sekitar 40% terhadap produksi gas Mahakam.
Pengembangan lapangan TUNU sejak tahun 1990 hingga 2010 telah menghasilkan kumulatif produksi sebesar
lebih dari 9 Tcf gas yang mayoritas berasal dari Tunu Main Zone (TMZ). Produksi lapangan Tunu cenderung
menurun akibat natural decline, dari > 1000 MMscfd sebelum tahun 2010, menjadi < 500 MMscfd setelah 2012.
Optimisasi dan efisiensi dalam menemukan cadangan baru dan miningkatkan produksi menjadi tantangan besar
dan potensi akumulasi gas di Tunu Shallow Zone (TSZ) masih dipertimbangkan sebagai shallow hazard yang
harus dihindari pada saat pengeboran sumur-sumur dengan target TMZ.
Lebih dari 160 sumur yang telah dibor melalui metode T-Rex dengan tingkat keberhasilan > 80% dan
menambah produksi dan cadangan (reserve) gas sebesar ~ 635 Bcf (Rp. 67 Triliun) dan potensi cadangan
(contingent resource) sebesar 279 Bcf.
Total produksi gas dari sumur-sumur yang dibor dengan metode T-Rex sebesar 427 Bcf (Rp. 49 Triliun) hingga
Oktober 2018.
Level produksi lapangan Tunu saat ini berkisar di 300 MMScfd, dimana 42%-nya berasal dari TSZ (atau sekitar
20% terhadap total produksi Blok Mahakam dari produksi TSZ). Ke depannya, TSZ merupakan salah satu
prioritas kegiatan operasi pemboran di Mahakam.
3
PLAN LANGKAH 1 – ISSUES IDENTIFICATION, RISK ANALYSIS, DAN PRIORITIZE ISSUES
Gambar 1. Lokasi Lapangan Tunu dan profil produksi dari Main Zone.
Sebagai lapangan yang sudah lama berproduksi, level produksi mengalami penurunan secara natural. Hal ini
terlihat pada profil produksi tahunan yang menunjukkan trend yang mulai menurun dari tahun 2008.
Untuk menjaga dan meningkatkan cadangan dan produksi yang berkelanjutan di Lapangan Tunu dan di Blok
Mahakam secara umum dengan biaya yang optimum, maka dibutuhkan inovasi dan usaha dengan menerapkan
metode and teknologi terkini. FT-Prove T-REX mengidentifikasi 4 (empat) masalah utama di Lapangan Tunu:
A. Menurunnya produksi dan menipisnya cadangan lapangan Tunu.
B. Masalah di fasilitas produksi (unplanned shutdown).
C. Perforasi pada sumur berisiko dan degraded properties
D. Kepasiran di sumur dan fasilitas produksi.
4
* 384 Bcf = POD Booklet TMZ post 2011 (Phase 13C dan 13D)
Berdasarkan diagram pareto dan analisa di atas, permasalahan utama yang harus diselesaikan adalah
Pengembangan Shallow Gas di lapangan Tunu yang berpotensi menimbulkan kehilangan cadangan gas
sebesar 384 BCF yang merepresentasikan 80.5 % dari permasalahan yang ada.
Tema ini sejalan dengan komitment PT. Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dalam peningkatan Cadangan dan
Produksi serta MISI PHM untuk: “Menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang aman,
berkelanjutan, handal, efisiensi dan ramah lingkungan dengan mengedepankan penciptaan nilai, menggunakan
teknologi berbasis inovasi, prinsip komersial yang kuat dan karyawan berkelas dunia” (Lampiran B.1)
Berdasarkan pemetaan risiko, maka jika tidak ditemukan dan dikembangkan cadangan gas baru, maka dapat
menimbulkan kehilangan potensi cadangan gas sebesar 384 Bcf.
5
1.D PERSETUJUAN PIMPINAN & KOMENTAR HIERARKI
Untuk mengembangkan
Belum ada cara Penyebaran dan volume shallow Shallow gas secara ekonomis,
CARA
Berdasarkan analisa FMEA dan diagram pareto di atas, diketahui bahwa belum ada cara untuk
mengkuantifikasi akumulasi Shallow Gas memiliki nilai Risk Priority Nuber (PRN) yang tertinggi sebesar 66.7% .
Berdasarkan hasil identifikasi issue dan analisa faktor penyebab permasalahan, gugus fungsi FT-Prove T-REX
menganalisa 3 alternatif solusi yang dapat diaplikasikan guna mengatasi kecenderungan turunnya produksi
lapangan, yaitu:
1. Penerapan Metode Twin Well: Produksi zona shallow dari proven reservoir yang sudah ditembus oleh
sumur Main Zone
2. Penerapan Metode Conventional Seismic: Produksi zona shallow menggunakan data seismik Full-stack
3. Penerapan Metode T-REX: Produksi zona shallow menggunakan data seismik sub-stack, AVO dan
otomatisasi geobody
7
Tinggi – tidak dapat
Rendah – target sangat dekat Rendah – penerapan multi-
3 Risiko membedakan antara Gas dan
proven gas atribute seismic
Coal
Durasi studi /
4 3 bulan 12 bulan 18 bulan
pengerjaan
5 Biaya Sumur 4-7 MUSD 4-7 MUSD 4-7 MUSD
6 Kesimpulan Tidak terpilih Tidak terpilih TERPILIH
Metode T-REX dalam mengidentifikasi gas reservoir merupakan penerapan teori perambatan gelombang
seismik dan efeknya terhadap lapisan yang berbeda.
Persamaan matematis dalam prediksi Netpay gas diadaptasi dari Widess' & Ricker criterion
4.A 5W + 2H
9
4.B SCHEDULE
Standar safety untuk pemboran sudah Mempertahankan dan menjaga unsur safety
Safety dilaksanakan dengan baik sesuai pada saat pemboran shallow gas sehingga
prosedur yang ada. tidak terjadi Kelelakaan kerja (Zero Accidents)
10
DO LANGKAH 5 – RUNNING & CONTROL
5.A EKSEKUSI SESUAI RENCANA (5W+2H) & MONITORING IMPROVEMENT (QA/QC)
HOW
WHEN
WHO
NO AKTUAL WHERE GAMBAR / DOKUMEN HASIL AKHIR
RENCANA
PELAKSANA
PERBAIKAN
AN
5 Jan- 20
Jun 2012
Rangga
Melakukan Melakukan
Kantor
1 inventarisasi inventarisasi Terlaksana 100%
PHM
data data
Analisa penampang
25 Jun 2012 - 1 Jul 2013
Firman
Melakukan Melakukan Analisa AVA, seismik
Kantor
2 karakterisasi karakterisasi inversi dan klasifikasi
PHM
seismik seismik A 1 2 3 4 56 7 8 B
TOP OF TARGET : FAR
litho seismik dilakukan
B8 Upside guna mengevaluasi
7
6
5
4
keberadaan gas
TN-X36
TN-X36 2
3 reservoir dan
Far Stack Section
500 m
1
A
persebarannya.
Di area "tuning",
14 Mar - 25
Agu 2013
Melakukan Melakukan
Anggara
Melakukan Melakukan
Kantor depth & netpay dan
4 karakterisasi karakterisasi
PHM saturasi dimodelkan
petrofisika petrofisika
sebagai fungsi dari
Figure 1: Porosity estimation Figure 2: Saturation estimation
porositas.
Net Pay vs. Recovery Factor: GDT reservoirs
80%
70%
Recovery factor
28 Agu - 18
Thomas
50%
1P diestimasi sebagai fungsi
kuantifikasi kuantifikasi Kantor 40%
RF
2P
5 30%
3P dari netpay (jarak
volumetric volumetric PHM 20%
10%
perforasi ke kontak
reservoir reservoir 0%
0 2 4 6
Net Pay Thickness (meters)
8 10
GWC).
Identifikasi seluruh
2 Maret - 10 Agu
1
3 Jun - 14 Sep 2015
Coal
(Ratio >0.6)
0.4
Anggara
98% Coal
Proportion
7 otomatisasi otomatisasi 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 sudah mengidentifikasi
PHM Proportion of cells
Proportion of GasVfar/Far>0.45
(Ratio >0.45)
> 0.6
Gas?
Coal?
Very small
sebagai kandidat target
sumur.
11
Menentukan Menentukan Integrasi dari seluruh
9 Okt 2014 - 25
lintasan lintasan target subsurface,
Dec 2015
sumur yang sumur yang lintasan sumur dengan
Thomas
optimum optimum Kantor batasan-batasan surface
8
untuk untuk PHM facility, untuk
menembus menembus menentukan target
semua semua pemboran yang
target target ekonomis secara efisien.
Keterlambatan terjadi pada proses yang sangat penting yaitu karakterisasi seismik dan penentuan geometri
reservoir. Kedua proses tersebut merupakan faktor yang menentukan jumlah potensi yang ada di zona dangkal
Lapangan Tunu sehingga memerlukan evaluasi yang menyeluruh dan iterasi yang intensif, untuk semua
anomali yang berpotensi sebagai reservoir gas.
Tim FT Prove T-Rex berupaya melakukan recovery keterlambatan dengan melakukan koordinasi yang intensif
bersama Tim G&G Tunu Shallow untuk melakukan akselerasi terhadap pengerjaan desain sumur agar
mencapai target deadline sesuai dengan program.
12
Produksi Shallow Gas sebelum dan sesudah penggunaan metode T-REX :
Setelah aplikasi metode seismik yang reliable dan terotomatisasi, terlihat peningkatan cadangan sebesar 635
Bcf atau setara Rp. 67 Triliun (per 2013, dari POD Sh.2,3,4 T-Rex seismic method). Dengan kumulatif
produksi dari metode T-Rex sampai oktober 2018 sebesar 427 Bcf.
Peningkatan cadangan
Telah terproduksi 427 Bcf
baru sebesar 384 Bcf yang Peningkatan cadangan 635 Bcf
Cost yang setara ~ Rp 49 Triliun
setara dengan Rp 34 Triliun yang setara ~ Rp 67 Triliun.
hingga Oktober 2018.
diatas baseline produksi
13
Evaluasi Geobody
Evaluasi Geobody inventory Sumur baru dapat
inventory dilakukan secara
berhasil dilakukan secara efisien dipersiapkan dengan tepat
efisien dan terotomatisasi
Delivery dan terotomatisasi sehingga waktu (30-50 sumur per
sehingga mempersingkat
mempersingkat evaluasi sumur tahun, >160 sumur telah
evaluasi sumur dibawah 3
menjadi kurang lebih 1 hari. dibor)
hari.
Mempertahankan dan
Proses pengeboran sumur
menjaga unsur safety pada Tercapainya objektif HSE
shallow gas dapat dilakukan
Safety saat pemboran shallow gas untuk angka Kecelakaan kerja
dengan aman dan tidak terjadi
sehingga tidak terjadi
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja
Dengan metode yang tepat,
Mengubah paradigma Meningkatkan reputasi
Shallow Gas dapat dikembangkan
Shallow Gas hazard perusahaan dan menjadi
Morale dengan baik. Ada 4 POD Tunu
menjadi potensi cadangan referensi bagi lapangan dan
Shallow yang telah dan sedang
yang dapat diproduksi perusahaan lain.
berjalan.
14
1. Melakukan inventarisasi data
2. Melakukan karakterisasi seismik
3. Melakukan prediksi ketebalan Netpay
4. Melakukan karakterisasi petrofisika
5. Melakukan kuantifikasi volumetric reservoir
2 Standar Proses 6. Otomatisasi karakterisasi gas dan perhitungan
cadangan
7. Melakukan QC hasil otomatisasi karakterisasi seismik
8. Menentukan lintasan sumur yang optimum untuk
menembus semua target
1. Gas identification
2. Reservoir geometry
3. Netpay thickness prediction
4. Petrophysical parameter definition
3 Standar Output
5. Reservoir Volumetric
6. Full-field Geobody inventory
7. Full-field Resouces Evaluation
8. Desain lintasan sumur
15
Perforasi pada sumur
Tingginya risiko perforasi di reservoir yang Kehilangan potensi 24 Bcf
B berisiko dan degraded
berkualitas rendah. gas
properties
Kepasiran di sumur dan Material pasir dapat menimbulkan korosi
C Kehilangan potensi 7 Bcf gas
fasilitas produksi dan mengganggu produksi
16