Potensi Peranan Industri Telco

dalam Rangka Hilirisasi Sistem InaCBT

untuk Kemandirian Teknologi InaTEWS

STRICT AND CONFIDENTIAL

Seminar Nasional - BPPT
“Inovasi Teknologi InaTEWS BPPT : Peningkatan Kemandirian Teknologi dan
Ketahanan terhadap Bencana Tsunami”
Jakarta, 10 Desember 2020

Lukman Hakim Abd. Rauf

EGM Planning and Deployment
PT. Telkom Indonesia
 A Highlight Infrastruktur Kabel Laut TELKOM
TELKOM telah membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) sejak tahun 1994 s/d 2019 lebih dari 24 ribu KM Kabel Laut, untuk
menghubungkan antar pulau di Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan menyalurkan layanan broadband telekomunikasi di 458 IKK
(Ibukota Kabupaten/Kota) dengan total jumlah Landing Cable sebanyak 89 BMH (Beach Man Hole) yang terletak di 28 Provinsi di Indonesia.
Tahun 2020-2021 ini akan dibangun lagi lebih dari 3.500 KM Kabel Laut untuk menghubungkan Kota dan Kecamatan antar pulau baru dan
untuk memperkuat jaringan (proteksi Ring) backbone serat optic TELKOM.

Konfigurasi Jaringan Serat Optik Backbone TELKOM

History Pembangunan SKKLTelkom :

11 1. 1994 : SKKL Ciwandan-Kalianda (selat Sunda)
12
2. 1998 : SKKL S-U-B (Surabaya - Ujung Pandang - Banjarmasin)
7
11 3. 2004 : SKKL HPBB BDCS (Batam-Dumai)
14 3
4. 2006 : SKKL JASUKA (Jawa Sumatera Kalimantan
13 5. 2010 : SKKL Jaka2ladema (Jawa Kalimantan Sulawesi Denpasar
14 5 7
11 5
Mataram) Ring-4, Ring-8 & Ring-9
4 8
6. 2011 : SKKL MKCS (Mataram - Kupang)
7 14 1 9
7. 2012 : SKKL SBCS (Sumatera-Bangka) & TSCS (Tarakan-Selor)
11 8 5 8. 2013 : SKKL LTCS (Luwuk-Tutuyan)
12 10 9 9. 2015 : SKKL SMPCS (Sulawesi Maluku Papua)
2 10. 2016 : SKKL Marimar (Makassar Kendari Maumere)
1 9 11. 2017 : SKKL ASBL (Aceh-Sabang, Batam-Tj.Balai, Larantuka)
3 2 10
5 6 11 12. 2018 : SKKL SLM (Sabang Lhokseumawe Medan) & SKKL IGG
13. 2019 : SKKL Matanusa (Makajang Tarakan Nunukan Sangatta
6 14. 2019 : SKKL IKK (Simeulue, Nias, Mentawai, Kotabaru, Lewoleba)
4

On Going & Plan Project SKKLTelkom :

1. SKKL LUMORI (Luwuk Morowali Kendari) 7. SKKL Patara (Papua Utara, Sorong - Jayapura)
2. SKKL Labuanbajo – Bima (NTT – NTB) 8. SKKL Babel (Bangka Belitung)
3. SKKL Bawean – Gresik (Jawa Timur) 9. SKKL Jawara (Karimunjawa - Jepara)
4. SKKL BALOM (Bali - Nusa Penida - Lombok) 10. SKKL S-U-B #2 (Gresik - Banjarmasin))
5. SKKL Inter island Batam Area (Tj,Balai Karimun-Tj.Batu-P.Burung) 11. SKKL inter island Anambas, Bintan & Lingga
6. SKKL Inter island Gili (Pamenang, Gili Air, Meno, Trawangan)
Pg. 1 of 3
 B Teknologi Sistem Komunikasi Kabel Laut

SLTE PFE : Submarine Cable : BU : REP :

Transmission and Supplying the constant direct • Shallow water : Protective Armor Cable Sub Sea Unit For Boosting
amplification current for BU and Repeater • Deep water : Unarmor Cable Split the Signal

Submarine
SDH/Metro-E Power Feed Armoured Lightweight Branching Repeater,
Line Terminal
Equipment Equipment Cable Cable Unit Equalizer
Equipment
1. SLTE :
▪ DWDM Technology
▪ Transponder (100Gb
roadmap to 1 Tb)
▪ Open Cable System
2. PFE :
(Single/Double Feeding)
3. Submarine Cable :
15 ▪ Type, Size/Core
km ▪ Parameter, Performance
Terminal Station Land Cable Cable 4. Branching Unit : (ROADM-
Landing BU, PS-BU)
500
Station
m 5. Repeaters :
▪ High Reliability of Pump
Network ▪ Equalizer
Management
System

1. Sistem Kabel Laut jarak jauh pada umumnya menggunakan teknologi Repeatered System, komponennya terdiri dari Dry Plant (SLTE, PFE) dan
Wet/Submerged Plant (Cable, Repeater, Branching Unit).
2. Untuk Kabel Laut jarak pendek, tidak membutuhkan repeater, menggunakan teknologi Repeaterless System, walaupun tetap membutuhkan
penguatan tambahan menggunakan teknologi RAMAN atau ROPA. Jarak terjauh saat ini di Telkom adalah 420 Km pada link Mataram-Bima (MKCS).
3. Selain proteksi kabel menggunakan Armour Cable (type DA & SA) juga dilakukan pemendaman kabel (burial) 1,5 m di dasar laut pada kedalaman
kurang dari 500m dan selebihnya hanya Surface Laid.

Pg. 3 of 3
C Potensi Pemanfaatan Kabel Laut Telekomunikasi untuk Sistem CBT
Benchmark S-Net dan Smart Cable
S-NET PROJECT Dedicated Cable Based for Early Warning System
S-NET Project, Cable Observation Network for
Earthquake and Tsunami is composed of six
segment networks of about 25 observatories and
800 km optic cable (1500 km optic cable for the
Japan Trench outer rise segment network)
• For tsunami observation, 2 water-depth meters
• For earthquake observation, an integrated
seismometer (3 sets of accelerometers of
different performances and one velocity meter)
for covering from small to large earthquakes and
slow slips.
Implementation on Telecommunication Cable
SMART Cables Could Turn Future
Telecommunications Cables into Ocean-Spanning
Observation Network. A fiber optic “repeater” slips
beneath the sea as it is deployed and active along
subsea cables, scientist is working with partners to
develop modified repeaters that can house both
telecommunications components and science
sensors of undersea fiber-optic telecommunications
cables as a new platform for deep ocean monitoring
and tsunami warning without affecting the primary
telecommunications mission.
Konsideran Kabel Laut Telekomunikasi
1. Design Sistem Kabel Laut :
• Kesesuaian penggunaan jenis design berdasarkan jarak
SKKL (CBT perlu Power Feeding → repeatered system)
• Kesesuaian perhitungan Link Budget thd performansi
sistem jika ditambah dengan Sensor Unit yg banyak.
2. Pemilihan Rute Kabel Laut :
• SKKL cenderung mencari rute terpendek (latency)
• Rute SKKL sedapat mungkin menghindari area-area
rawan gangguan alam (gempa, longsor, area patahan,
area vulkanik) untuk keamanan kabel laut.
3. Pemanfaatan Kabel Laut Eksisting :
• Kabel Laut eksisting yg sudah dialiri trafik akan
berdampak pemutusan trafik (loss revenue).
Peranan Ekosistem Industri Telco Lokal
1. Operator Telekomunikasi :
• Telkom, Indosat, XL-Axiata, Smart, Moratel, dll
• Berperan dalam sinergi pemanfaatan (sharing) kabel
laut untuk Sistem CBT
2. Industri Konstruksi Kabel Laut :
• Telkom Infra, SGI, OMI, BNP, DABN, dll
• Sebagai Kontraktor penggelar kabel laut.
3. Industri Manufacturing Kabel Laut :
• CCSI, Voksel
• Sebagai pabrikan pembuat kabel laut dan perangkat
Sensor Bawah Laut → kapabiltas manufacturing
 D Pendekatan Implementasi Sistem InaCBT pada
Submarine Cable System
Satellite

Disaster Warning Approach #2

Center /
Cloud Controller
15 Buoy Buoy
km
Terminal Station Land Cable Cable
Landing
500
Station
m

Network
Management
System
Sensors Sensors
Approach #1

APPROACH #1
Sensor – Cloud – Disaster Warning Center
via Submarine Cable System
1. Memanfaatkan submarine cable milik operator yang tergelar untuk
penempatan sensor di bawah laut dan kebutuhan connectivity dari sensor ke
controller.
2. Cost approach dari sisi operator adalah tambahan pada Deployment Cost
SKKL untuk menempatkan sensor pada kabel yang akan digelar dan solusi
connectivity pada cable system.
3. Sensor dapat ditempatkan pada BU (Branching Unit) dan/ atau Repeater.
APPROACH #2
Sensor – Cloud – Disaster Warning Center
via other Technology Connectivity System
1. Sensor ditempatkan pada submarine cable yang terhubung dengan buoy
dan terkoneksi dengan satelit ke Disaster Warning Center/ Cloud
Controller.
2. Cost approach dari sisi operator adalah Deployment Cost SKKL, Buoy, dan
sistem komunikasinya serta Operation & Maintenance Cost untuk
pemeliharaan operasional buoy yang tersebar di perairan Indonesia.
3. Sensor dapat ditempatkan pada BU (Branching Unit) dan/ atau Repeater.
 THANK YOU

STRICT AND CONFIDENTIAL