Dua syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan kata: 1. Ketepatan: kemampuan kata mewakili gagasan dengan tepat, contoh: pemakaian kata memakai dan menggunakan dalam kalimat di bawah ini: Ana memakai baju baru. Ana menggunakan pensil dalam menulis.
cocok dengan situasi kebahasaan tersebut, contoh: kata dapat dan kata bisa. Mahasiswa bisa mengerjakan soal UTS dengan cepat dan tepat. (bahasa lisan) Mahasiswa dapat mengerjakan soal UTS dengan cepat dan tepat. (bahasa tulisan)
Makna Denotasi dan konotasi Bedakan kata-kata bersinonim Hindari kata-kata ciptaan sendiri Hati-hati pemakaian istilah dan akhiran asing Bedakan kata umum dan kata khusus Perhatikan perubahan makna kata Perhatikan nilai-nilai sosial Hindari penggunaan kata-kata klise Hindari pemakaian kata nonbaku
lebih dari satu. : 1. amplop: selain berarti positif (sampul surat) juga berarti negatif (suap) 2. jatuh: berarti positif (mengalami kecelakaan) juga berarti negatif (kehilangan jabatan)
Perhatikan pemakaian kata mengandung, hamil, bunting dalam kalimat di bawah ini: Ibu telah mengandung kita selama sembilan bulan. Ibu saya sedang hamil tujuh bulan. Sapi saya sudah bunting. Apakah ketiga kata tersebut dapat saling menggantikan?
Kata-kata yang dipakai dalam kalimat adalah kata yang sudah dibakukan. Namun, kalau menggunakan kata ciptaan sendiri, perlu menggunakan tanda petik dua.
dicermati karena imbuhan asing memiliki arti tertentu pula, contoh: demokrasi, demokratisasi, demokratis, demokrat
kehidupan sehari-hari dan dimengerti oleh semua orang Kata khsusus biasanya digunakan dalam bidang ilmu tertentu dan dapat dilihat di glosarium istilah Contoh: makanan pakan sampah limbah
Kata mengalami
memerhatikan norma-norma yang ada. Perhatikan pemakaian kata dia dan beliau dalam kalimat di bawah ini Bapak Widjoyo Nitisastro telah meninggal dan saya sangat merasa kehilangan beliau. Alisa adalah teman saya dan dia sangat rajin.
9.Hindari pemakaian kata nonbaku Kata nonbaku hanya digunakan dalam bahasa lisan tidak dalam bahasa tulisan,
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta (evidensi) untuk menarik kesimpulan
Unsur penalaran fakta dan proposisi. Fakta : sesuatu yang benar-benar terjadi atau ada. Proposisi : pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau ditolak karena kesalahannya.
generalisasi
analogi hub kausal induktif
Proses Penalaran
silogisme deduktif entimen
Induktif (khusus umum) Generalisasi (menarik kesimpulan umum Contoh Besi dipanaskan volumenya memuai. Tembaga dipanaskan memuai. Kuningan dipanaskan memuai. Platina dipanaskan memuai. Jadi, logam memuai bila dipanaskan.
Analogi : menarik kesimpulan atas kebenaran suatu gejala berdasarkan gejala khusus lainnya yang peranannya sangat esensial. Hubungan kausal (lihat diktat)
Deduktif (umum khusus) Silogisme terjadi dari tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan konklusi) Contoh P.myr : Semua mahasiswa IPB cerdas. P.mnr : Keisa mahasiswa IPB. Konklusi : Keisa cerdas.
Entimen : silogisme yang tidak memiliki premis mayor karena premis mayor sudah diketahui umum. Contoh Keisa harus tinggal di asrama karena ia seorang mahasiswa TPB, IPB.
8. Logika
Kalimat yang baik tidak boleh mengandung makna ganda atau ketaksaan. Perhatikan kalimat-kalimat berikut 1. Mahasiswa yang memecahkan cawan kaca harap segera diganti. 2. Semua gelas pecah dipukul batu
3. Bapak rektor baru menasihati kami untuk rajin belajar. 4. Siswa yang menyontek akan mendapat hukuman penjara di Banglades. 5. Masyarakat sekitar Situ Gintung membutuhkan bantuan dari masyarakat luas yang baru saja mendapat musibah gempa bumi.
TERIMA KASIH