Anda di halaman 1dari 8

BAHASA INDONESIA

Ditulis Oleh Kelas 1A Akper Dharma Insan

FUNGSI BAHASA INDONESIA : Sebagai Bahasa Nasional. 1. Lambang kebanggaan nasional. 2. Identitas nasional. 3. Bahasa pemersatu berbagai masyarakat Indonesia yang berbeda-beda latar belakang social, budaya dan bahasa. 4. Alat perhubungan antar budaya dan antar daerah diseluruh Indonesia.

FUNGSI BAHASA INDONESIA : Sebagai Bahasa Negara. 1. Bahasa resmi kenegaraan. 2. Bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan. 3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. 4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Proses penarikan kesimpulan Setiap saat kita dituntut untuk membuat keputusan/kesimpulan untuk setiap kondisi, peristiwa,serta gejala yang kita hadapi. Keputusan yang di ambil harus didasarkan penalaran = menggunakan akal sehat, logis, rasional, dan benar. Ada 2 macam atau jenis penalaran: a. Penalaran induksi yaitu penalaran yang dimulai dengan fakta-fakta khusus sampai pada kesimpulan umum yang mencakup peristiwa/fakta khusus tersebut. Jenis penalaran induksi : y Generalisasi : Proses penarikan kesimpulan yang di awali dengan hal-hal yang bersifat khusus kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum. y Analogi : Penarikan kesimpulan yang memperbandingkan 2 unsur yang mempunyai banyak persamaannya. Jika sudah terdapat banyak persamaan, akan ada persamaan di bidang lain. y Kausalitas : Sebab Akibat, Akibat Sebab, Sebab Akibat 1, Akibat 2. Proses penarikan kesimpulan dengan menempatkan suatu peristiwa/situasi sebagai akibat/sebagai sebab.

b. Penalaran deduktif yaitu proses penalaran yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum, sehingga sampai pada hal-hal khusus. Ada 2 cara penarikan kesimpulan deduksi : y Kesimpulan dari satu premis. Contoh : Setiap tanggal 1 januari merupakan hari libur. Ks 1 : pada tanggal tersebut tidak ada perkuliahan. Ks 2 : pada hari tersebut kantor, baik kantor pemerintahan maupun swasta tutup. Ks 3 : pada tanggal tersebut jalan raya agak sepi. Jadi, dari 1 premis kita dapat menarik beberapa kesimpulan. y Kesimpulan dari 2 premis. Premis 1 : Semua manusia akan mati. Premis 2 : Candra adalah manusia. Ks : Candra akan mati. Dari 2 premis terdapat 1 kesimpulan saja.

c. Silogisme yaitu penarikan kesimpulan yang didalamnya selalu terdapat 2 premis dan 1 kesimpulan (premis umum/premis minor, dan kesimpulan). Agar lebih jelas perhatikan penjelasan berikut : y Premis mayor/Premis umum : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua a) memiliki sifat / hal tertentu (= b) y Premis minor / premis khusus : menyatakan bahwa suatu / seseorang c adalah anggota golongan tertentu (a). y Simpulan : menyatakan bahwa sesuatu / seseorang (c) memiliki sifat / hal tersebut pada (b).

Rumus silogisme : PU : Semua A=B PK : Semua C=A S : C=B

Jenis-jenis silogisme :

1. Siogisme positif baik PU maupun PK bersifat positif, sehingga S pun positif. Silogisme ini disebut sebagai silogisme kategorial. 2. SIlogisme Negatif Silogisme yang salah satu premisnya negatif, sehingga simpulannya pun bersifat negative sehingga simpulannya pun bersifat negative. 3. Silogisme alternarif Silogisme yang PU nya menawarkan alternative dan PK nya menekankan salah satu pilihan tersebut, sehingga S nya harus menolak alternative lainnya. Rumus : A=B atau C A=B A C 4. Silogisme Hipotesis Yaitu silogisme yang menuntu persyaratan dan bila persyaratan tersebut terpenuhi yang lain akan terlaksana. Rumus : Jika P maka Q P terjadi Karena itu Q 5. Entimem RUmus : C = B Karena C = A Entimem adalah silogisme yang diperpendek tanpa menyebutkan PU. Dalam silogisme ini, yang ditampilkan adalah simpulan (S) dan premis khusus sebagai penyebabnya.

Kekeliruan yang mungkin terjadi pada saat penyusunan silogisme: 1. Jangan menarik kesimpulan dari silogisme baik PU maupun PK nya sama-sama memiliki predikat yang sama. Bila terpaksa menarik kesimpulan, kesimpulan tersebut akan diragukan. 2. Jika dalam PU kata Semua diganti menjadi beberapa /sebagian/tidak semua, juga tidak dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipercaya. 3. Jangan tarik kesimpulan dari 2 premis yang bersifat negative. 4. Jangan tarik kesimpulan dari 2 premis khusus. Kalimat efektif Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif: 1. Diksi. 2. Penggunaan unsure-unsur penting dalam kalimat. 3. Ejaan yang disempurnakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan disamping ke-3 hal tersebut : 1. 2. 3. 4. 5. Adanya kesatuan. Adanya paralelisme. Adanya penekanan kalimat. Adanya kehematan. Adanya kevariasian.

1. Adanya kesepadanan. Artinya kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan/ide yang dikandung dalam kalimat tersebut. Untuk itu perlu memperhatikan subjek dan predikat. 2. Ide pokok. Umumnya ide pokok diungkapkan pada awal kalimat dan berada pada induk kalimat. 3. Penggabungan dengan yang dan dan Dua kalimat yang digabung menjadi satu kalimat menjadi kalimat majemuk. Kata yang menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, sedangkan kata dan menghasilkan kalimat majemuk setara. 4. Penggunaan kata sebab dan waktu. Untuk menyatakan alas an kita menggunakan partikel karena, dan untuk menggunakan waktunya kita menggunakan ketika. 5. Penggunaan kata Akibat dan Tujuan. Penggunaan kata sehingga umumnya menyatakan akibat, penggunaan kata agar/supaya menyatakan tujuan. 6. Penggunaan kata terjemahan. Dalam bahasa Indonesia kata-kata Tanya harus diperhatikan dalam pola piker bahasa Indonesia. Sehingga efektif. 7. Adanya kesejajaran/paralelisme. Merupakan bentuk bahasa yang sama. Digunakan dalam susunan serial. Artinya jika suatu ide dinyatakan dalam bentuk kata sifat, benda, frase, ide yang lain pun harus dinyatakan dalam bentuk kata sifat, benda, dan frase.

Pengulangan Kata Penegasan dapat dilakukan dengan cara a. Pengulangan kata b. Penyusunan peristiwa, urutan kronologis dan logis. c. Kehematan: Pengehematan dalam kalimat dapat dilakukan dengan cara: y Penghilangan hipernim. y Menghilangkan pengulangan subjek. y Penggunaan kata dari dan daripada.

Ketaksaan Struktur Kalimat

1. Kalimat Aktif dan Pasif Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah. a. Saya sudah mengatakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah. (Aktif) b. Sudah saya katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah. (Pasif) 2. Subjek dan Keterangan Dalam rangka peringatan hari proklamasi kemerdekaan di Jakarta mengadakan pameran pembangunan. a. Dalam rangka memperingati hari proklamasi kemerdekaan, di Jakarta diadakan pameran pembangunan. 3. Pengantar kalimat dan predikat Menurut pengarahan pimpinan yang menyatakan bahwa penerimaan mahasiswa baru dapat dilakuakn secara bertahap. a. Pimpinan menyatakan bahwa penerimaan mahasiswa baru dapat dilakukan secara bertahap. 4. Kalimat majemuk setara dan bertingkat 1. Meskipun kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita harus selalu waspada. a. Kata tetapi di buang. b. Kita harus selalu waspada, meskipun kita tidak menghadapi musuh. c. Kita tidak menghadapi musuh tetapi kita harus selalu waspada. 5. Induk kalimat dan anak kalimat Karena nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan maka hipotesis itu ditolak. a. Nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan maka hipotesis itu ditolak. b. Hipotesis itu ditolak karena nilai yang didapatkan lebih besar dari batas penolakan.

MASALAH DIKSI 1. Pemakaian kata tidak tepat Hasil daripada penjualan saham akan dipergunakan untuk memperluas bidang usaha. kata daripada dibuang. 2. Penggunaan kata berpasangan (Konjungsi Korelatif) y Tidak tetapi y Bukan melainkan y tidak hanya tetapi juga y apakah atau y entah entah y kian kian y sedemikian rupa sehingga y bukan hanya melainkan juga

y antara dan y baik maupun y makin makin y jangankan pun 3. Penggunaan 2 kata : makna dan fungsi sama y Peningkatan mutu penggunaan Bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua. (kata merupakan atau adalah salah satunya dihilangkan) 4. Penghubung Antar Kalimat dan Kata Maka y Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan. (Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan) 5. Peniadaan preposisi. y Mahasiswa di kelas ini terdiri 25 pria dan 26 wanita. (TERDIRI ATAS)

GEJALA BAHASA Gejala bahasa merupakan bagian dari etimologi. Dalam sejarah perjalanan sebuah kata akan terjadi perubahan-perubahan bentuk. Perubahan bentuk kata tersebut dinamakan Gejala Bahasa. Antara lain: 1. Adaptasi Yaitu perubahan bentuk kata akibat adanya penyesuaian bentuk sesuai dengan fonologi dan morfologi. Proses penyesuaian bentuk ini banyak digunakan dalam penyerapan. Contoh : Voorloper pelopor, Voorschoot Persekot 2. Analogi Yaitu proses perubahan bentuk kata dengan mencontoh bentuk yang sudah ada. Contoh : deva dan devi dewa dan dewi, saudara dan saudari, putra dan putrid 3. Anaptiksis Yaitu proses perubahan bentuk kata dengan penyisipan vocal e untuk melancarkan ucapan. Contoh : putra putera, negri negeri 4. Asimilasi Yaitu proses perubahan bentuk kata karena 2 fonem yang berbeda dijadikan hamper sama. Contoh : in-port Impor 5. Disimilasi Yaitu proses perubahan bentuk kata karena 2 fonem yang sama dijadikan tidak sama. (sayur sayur mayur) 6. Diftongisasi Yaitu proses perubahan bentuk kata karena perubahan vocal tunggal menjadi vocal rangkap. (Sentosa Sentausa) 7. Monoftongisasi

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18. 19.

20.

Yaitu proses perubahan bentuk kata karena perubahan vocal rangkap menjadi vocal tunggal Contoh : Autonomi Otonomi Sandi/ Persandian Yaitu proses perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan 2 buah vocal yang berdampingan sehingga terjadi pengurangan suku kata.(duri+an durian duren) Metatesis Yaitu proses perubahan bentuk kata karena pertukaran letak fonem tanpa menyebabkan perubahan makna dasar. (serap resap) Protesis Yaitu proses perubahan bentuk kata karena adanya penambahan fonem didepan sebuah kata. Epentesis Yaitu proses perubahan bentuk kata karena adanya penambahan fonem ditengah sebuah kata. Paragog Yaitu proses perubahan bentuk kata karena adanya penambahan fonemdi bagian akhir sebuah kata. Aferesis Yaitu proses perubahan bentuk kata karena terjadi penanggalan/pengurangan sebuah fonem/lebih pada awal sebuah kata. Sinkop Yaitu proses perubahan bentuk kata karena terjadi penanggalan/pengurangan sebuah fonem/lebih pada tengah sebuah kata. Apokop Yaitu proses perubahan bentuk kata karena terjadi penanggalan/pengurangan sebuah fonem/lebih pada akhir sebuah kata. Haplologi Yaitu proses perubahan bentuk kata karena terjadi penanggalan/pengurangan suku kata pada tengah kata. Kontraksi Yaitu proses pemendekan/penyingkatan kelompok kata/ frase sehingga menimbulkan kata baru. Onomatope Yaitu proses pembentukan kata dengan meniru bunyi (tiruan bunyi). (desis ular) Kontaminasi Yaitu proses perubahan bentuk struktur yang sudah baik sehingga muncul bentuk dan struktur kalimat yang rancu. (mendalamkan dan memperdalam memperdalamkan) Hiperkorek Yaitu proses pembentukan bentuk yang sudah betul sehingga hasilnya justru menjadi salah. Hal ini terjadi karena si penutur ingin gagah-gagahan/merasa lebih menguasai bahasa itu/ karena tidak tahu. (surga sorga, apotek apotik)

PERGESERAN MAKNA KATA 1. Makna leksikal makna sebuah kata yang ditemukan dalam kamus. (Mata organ tubuh yang berfungsi untuk melihat) 2. Makna denotasi makna sebenarnya, makna lugas. (daun itu gugur proses jatuhnya dari ranting) 3. Makna konotasi makna tambahan yang muncul akibat penggunaan kata tersebut dalam kalimat. (pahlawan itu gugur meninggal/tewas) 4. Makna sinonim beberapa kata yang berbeda yang mempunyai makna yang sama/hamper sama. ( karena sebab, melihat memandang) 5. Makna antonim kata yang berlawanan makna y Antonim berkoposisi kembar. (hidup x mati) y Antonim berkoposisi gradual. (kaya x miskin) y Antonim berkoposisi relasional. (suami x istri) y Antonim berkoposisi hierarkis. (satu x dua) y Antonim berkoposisi majemuk. (hitam x putih) 6. Makna homonym kata-kata sama, tulisan sama, lafal sama, tapi arti beda. (buku persendian tulang, kitab, pertemuan di antara 2 ruas) 7. Makna homograf tulisan sama, ucapan dan lafal beda, arti pun beda. (mental sikap kejiwaan, mental memantul) 8. Makna homofon ucapan sama,tulisan berbeda, artipun berbeda. (bang dan bank) 9. Makna polisemi sebuah kata yang meiliki banyak makna ( jatuh terjungkal, merosot, menjadi, gagal) 10. Makna hipernim kata-kata yang tingkatannya di atas (umum). ( bunga hipernim dari mawar, melati dll) 11. Makna meluas/generalisasi (bapak ayah, laki-laki yang dituakan) 12. Makna menyempit. (Sarjana semua orang yang pandai, gelar yang diberikan kepada orang yang telah menyelesaikan universitas) 13. Makna amelioras makna sekarang lebih bagus daripada yang dulu. (wanita perempuan) 14. Makna peyorasi makna sekarang lebih jelek daripada yang dulu. (bunting hamil) 15. Makna Assosiasi kata-kata yang berubah maknanya karena persamaan sifat antara makna lama dan baru. Makna baru akibat assosiasi menunjukkan makna khiasan. (amplop sampul surat(lama),uang sogok(baru). 16. Makna sinestesia makna sebuah kata yang berubah karena tanggapan 2 indera yang berbeda. ( wajah anak itu manis, suara anak itu manis, teh itu manis manis(penglihatan, pendengaran, pengecap)

Anda mungkin juga menyukai