Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti
(pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan
inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang
tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
c. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa
impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama
atau kedua
d. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah,
dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat
dan jernih.
5. Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun
kecilnya.
6. Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan
kesinambungan.
7. Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap lengkapnya.
1). Bentuk prosanya sering menggunakan kata-kata klise, seperti sahibul hikayat, menurut empunya
cerita, konon, dan sejenisnya.
2). Bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan seperti banyaknya larik pada setiap bait, banyak suku kata
pada setiap larik, dan pola rima akhir. Aturan-aturan itu dapat anda lihat dalam pantun atau syair.
c. Kisahannya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia
lainnya.
d. Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Oleh karna itu, tidak mengherankan apabila karya
sastra melayu klasik memiliki banyak versi, sesuai orang yang menceritakannya.
e. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Hal tersebut disebabkan oleh sifat karya sastra klasik
yang menganggap karya sastra merupakan milik bersama masyarakat.
Dalam membuat kalimat efektif tidaklah sulit, asalkan sudah memahami ciri-cirinya. Berikut ini adalah
ciri-ciri kalimat efektif :
1. Kesepadanan
Kesapadanan merupakan keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
Kesepadanan kalimat bisa terlihat dari kesatuan pokok pikiran suatu kalimat yang kompak dan
kesepadanan pikiran yang baik.
Contoh :
2. Kesajajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat tersebut. Jika
bentuk pertama memakai verba, yang kedua juga harus memakai verba. Dan apabila kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat selanjutnya juga harus menggunkan kata kerja
berimbuhan me-.
Contoh :
3. Ketegasan
penegasan kalimat efektif
Ketegasan merupakan suatu perlakuan, penekanan, atau penonjolan terhadap suatu ide pokok dari
suatu kalimat. Untuk membuat penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara yang harus
dilakukan, yaitu :
Contoh :
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain (salah)
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini (benar)
Contoh :
Tidsak seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak yatim
(salah)
Tidak seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak yatim
(benar)
4. Kecermatan
Kecermatan adalah tidak menggunakan kata yang mempunyai banyak makna atau tafsiran ganda, dan
tepat dalam pilihan kata.
Contoh :
5. Kehematan
Kehematan adalah menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain dengan yang wajar dan perlu saja. Namun,
perlu diingat bahwa tidak menyalahi dengan kaidah tata bahasa. Penggunaan kata yang berlebihan akan
merusak maksud kalimat.
Contoh :
6. Kepaduan
Kepaduan adalah menggunkan gabungan kata supaya informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah
dan bisa dipahami.
Kalimat tidak berkepanjangan dan kagak mencerminkan cara berpikir yang bukan simetris.
Kalimat menggunkan bentuk aspek, agen, verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif pesona.
Kalimat tidak harus menyelipkan kata seperti dari pada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Contoh :
Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat (salah).
7. Kelogisan
Kelogisan bisa disebut juga dengan masuk akal atau bisa diterima oleh akal sehat. Maksud kelogisan
dalam kalimat efektif adalah kalimat itu dapat dengan mudah dipahami, dan penulisannya sesuai dengan
EYD.
Contoh :
Ciri-ciri Komik
Bersifat Proposional
Dengan membaca komik sanggup membawa pembacanya untuk terlibat secara emosional
dengan pelaku utama dalam cerita komik itu.
Dengan digunakannya bahasa percakapan sehari-hari akan lebih mengena bagi pembaca.
Pola perilaku dalam cerita komik cenderung untuk disederhanakan dan mudah diterka.
Bersifat Kepahlawanan
Dengan membaca komik sanggup membawa pembacanya untuk terlibat secara emosional
dengan pelaku utama dalam cerita komik itu.
Dengan digunakannya bahasa percakapan sehari-hari akan lebih mengena bagi pembaca.
Pola perilaku dalam cerita komik cenderung untuk disederhanakan dan mudah diterka.
Bersifat Kepahlawanan
- Mudah dipahami
- Lucu
- Menarik
- Aneh
- Masuk Akal
Penulisan sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai sumber
sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema politik dan penguasa diganti
dengan cara penulisan sejarah yang kritis (struktur analitis).
- Menyusun hasil-hasil penelitian dalam suatu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya
- Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan kepada para
pembaca
- Dalam teknik penelitian menggunkan teknik studi kepustakaan yaitu dengan melalaui kajian terhadap
sumber-sumber tertulis
Secara bertahap berbagai ilmu bantu baru dalam pengerjaan sejarah berkembang mulai dari:
- Penguasaan bahasa
Heuristik sebagai tahapan atau kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, dan jejak
masa lampau. Jadi, heuristik merupakan tahapan proses mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Di
samping sumber tertulis, terdapat pula sumber lisan. Dalam sejarah lisan, terdapat informasi-informasi
yang tidak tercantum dalam sumber-sumber tertulis. Untuk mendapatkan informasi-informasi itu,
penulis harus melakukan wawancara dengan narasumber yang disebut sebagai pengkisah dengan
menggunakan alat rekam dan kaset.
5. Penulisan sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai sumber
sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema politik dan penguasa diganti
dengan cara penulisan sejarah yang kritis (struktural analitis).
Caranya yaitu dengan menggunakan teori-teori ilmu sosial untuk menjelaskan kejadiaan sejarah sesuai
dengan dimensinya dengan menggunakan sumber-sumber yang lebih beragam daripada masa
sebelumnya.
7. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari berbagai aspek kehidupan yang kemudian dapat dijadikan
bahan kajian untuk memperkaya penulisan sejarah Indonesia. Sebagai contoh: Tulisan berjudul
”Pemberontakan Petani di Banten 1888” oleh Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia pertama
yang menggunakan metode multidimensional dalam penulisannya.
Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka
sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal,
tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak
membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama
raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh
karena itu banyak mitos, bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang
dikatakan raja serba benar, sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang
diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan Hindu bahwa raja
adalah "mandataris dewa", sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya
oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
Historiografi Nasional/Modern adalah penulisan sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan
rakyat Indonesia dalam sejarah aktivitas nya,baik politik,ekonomi,sosial maupun budaya dan sudut
pandang bangsa Indonesia.
Mengungkapkan dinamika masyarakat dari berbagai aspek kehidupan yang kemudian dapat dijadikan
bahan kajian untuk memperkaya penulisan sejarah Indonesia.
Ciri-Ciri Kalimat
Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;