Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi Luka dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Pada Pasien Trauma Elektrik

Abstract
Trauma akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam. Klasifikasi traumja elektrik berdasarkan sumbernya bisa dibagi menjadi low voltage injury, high voltage injury, DC injury dan thermal burn injury. Klasifikasi berdasarkan derajat luka bakar dibagi atas derajat 1,2,3 dan 4, Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit(AC/DC), lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus danluas area kontak. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah memutuskan aliran listrik selekas mungkin.

Isi
Seorang laki laki 52 tahun, dating ke IGD karena tersengat listrik tegangan tinggi saat membetulkan listrik dirumahnya. Os jatuh dan kepalanya membentur lantai hingga terjadi luka robek di bgian belakang kepala. Terjadi luka bakar pada kedua bagian telapak tangan dan tungkai serta terasa nyeri. Pemeriksaan fisik : KU VS / Kepala Leher Thorax Cor Abdomen Extrimitas : baik , CM , e4v5m6 TD = 120/70, N=94, T = 37,3, R=24 : CA -/-, SI -/-, edema -, luka bakar -, jejas VL 5 cm posterior kepala dg perdarahan minimal : nll, JVP = BDN : simetris, ketinggalan gerak -, sonor +/+, vesicular +/+ : S1, S2 reguler : supel, tymphani, Peristaltik +, NT - , MT : Luka bakar grade II III, Bula +, Kering pada kedua bagian telapak tangan Luka bakar grade I tungkai kiri Akral hangat, nadia kuat, cap.reff<2dtk

PEMERIKSAAN TAMBAHAN : Laboratorium : o HB 13,1

o AL 12,5 o AT 309 o Dll DBN Foto thorax o Cord an Pulmo DBN EKG o NSR, AF -, VF

Diagnosis
Trauma Elektrik dengan Combustio grade II dan VL

Treatment
Infus RL 15 tpm Ceftriaxon Inj. 1gr/12 jam Ketorolac Inj. 1A/12 jam Ranitidin Inj. 1A/12 jam Pasang DC Rawat Luka Burnazin 35 mg ue 2 x 1

Diskusi
Identifikasi Luka Pada pasien ini jenis luka bakar yang terjadi adalah Low Voltage injury tanpa kehilangan kesadaran, jika dilihat dari riwayat trauma pasien dan kondisi pasien saat pemeriksaan. Adapun klasifikasi luka bakar menurut jenis sumbernya sbb : Electrical Injury Low voltage AC injury o Tanpa kehilangan kesadaran Biasanya terjadi pada paparan < 1000 volt. Biasa terjadi pada setting rumah tangga atau kantor. Biasanya, anak-anak dengan cedera listrik hadir setelah menggigit atau mengunyah kabel listrik dan menderita luka bakar oral. Dapat menyebabkan cedera serius bila waktu terkenanya diperpanjang, seperti kontraksi otot tetanus (Otot akan terstimulasi 40-110 kali per menit terjadi tetanus dan pasien cenderung memegang sumber

memperlama memperparah). Cedera ini 3 kali lebih berbahaya dari pada DC injury pada voltage yang sama. o Dengan kehilangan kesadaran Pada korban dengan henti nafas, henti jantung atau VF yang tidak disaksikan, akan sulit dalam mendiagnosisnya. Maka pada setiap korban hilang kesadaran yang mengalami henti nafas atau jantung yang tidak disaksikan, ddx ini harus dimasukan. Biasanya terdengar jeritan sebelum pasien pingsan, hal ini disebabkan oleh kontraksi involunter otot dinding dada karena aliran arus listrik. High voltage AC injury o Tanpa kehilangan kesadaran Biasanya pada kasus ini, jarang menyebabkan kehilangan kesadaran, namun menyebabkan luka bakar yang amat parah (devastating). o Dengan hilang kesadaran Merupakan kejadian yang jarang. Anamnesis biasanya diperoleh dari saksi mata / EMS. DC Injury o Pada tegangan tinggi biasanya akan menyebabkan kontraksi otot tunggal yang akan menghentakan korban terlepas dari sumbernya. Pasien cenderung mengalami cedera akibat terpental dari sumber arus. Cedera ini bias menyebabkan disritmia jantung yang tergantung pada fase apa siklus elektrik jantung pasien terkena.

Thermal Burn Injury Luka bakar akibat kontak langsung atau tak langsung dengan objek bersuhu tinggi. Gejala sesuai dengan derajat luka bakar.

Berdasarkan morfologi luka bakar yang terjadi pada pasien, pasien menderita Luka bakar grade II III, Bula +, Kering pada kedua bagian telapak tangan dan Luka bakar grade I tungkai kiri. Adapun klasifikasi luka bakar berdasarkan derajat luka menurut ABA antara lain : a) Derajat I : Eritema Luka bakar hanya mengenai lapisan epidermis, kulit hiperemik (eritema). b) Derajat II : Vesikel atau bulla Partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit (epidermis dan sebagian dermis).Terjadi reaksi eksudasi dengan terbentuknya vesikel atau bulla. c) Derajat III : Nekrosis koagulatif Full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh ketebalan kulit( epidermis dan dermis) d) Derajat IV : Karbonisasi Selain itu pada listrik tegangan tinggi terjadi loncatan listrik hingga beberapa sentimeter yang dapat menyebabkan spark lesion yang multipel sehingga terlihat seperti kulit buaya yang disebut Crocodile skin effect. Spark lesion ( lesi yang berbentuk luka api

)merupakan gambaran nodul berwarna kecoklatan yang keras. Hal ini disebabkan karena proses pendinginan luka lepuh yang permukaanya dilapisi keratin akibat loncatan listrik Trauma elektrik yang terjadi pada pasien, terjadi akibat konversi energy listrik menjadi energy panas dan penyaluran energy tersebut ke organ organ yang mampu mengkonduksikannya. Manifestasi klinis dari trauma elektrik dapat terjadi secara primer atau sekunder. Trauma elektrik primer secara sederhana adalah luka bakar itu sendiri. Trauma elektrik sekunder adalah akibat adanya kontraksi otot spontan yang menyebabkan korban terhempas dan mengalami cedera akibat hal tersebut yang pada pasien ini adalah berupa luka robek (VL) pada kepala belakang. Faktor Factor Yang Mempengaruhi Keparahan a. Tipe Sirkuit Pada Arus DC biasanya akan menyebabkan kontraksi tunggal yang akan menghempaskan pasien dari sumber listrik, maka durasi terpapar akan semakin singkat yang mana akan meminimalisasi efeknya. Terkena arus DC juga bias menyebabkan disritmia jantung. Terkena arus AC pada tegangan yang sama 3 kali lebih berbahaya. Dapat terjadi kontraksi otot yang kontinu yang menyebabkan kontraksi tetani dimana otot distimulasi sebanyak 40 110 kali permenit. Daerah kontak pada sumberlistrik yang tersering adalah tangan, dimana otot otot fleksor pada lengan lebih kuat dari pada ekstensor, sehingga mengakibatkan korban semain mendekat atau menggenggam sumber listrik. Arus yang lebih besar dari Let go current yaitu 6-9 mA dapat menyebabkan korban tefiksir pada sumber dan tidak dapat melepaskan sumber listrik yang mana akan memperparah karena durasi lebih lama. b. Resistensi Resistensi adalah tendensi suatu materi untuk menghambat arus listrik. Hal ini tergantung pada jenis jaringan yang spesifik, kelembapan, temperature dan struktur fisik. Semakin besar tahanan yang diberikan pada arus tersebut, akan menyebabkan perubahan energy listrik yang lebih besar. Sel syaraf didesain untuk membawa sinyal impul elektrik, pembuluh darah dan otot mengandung banyak air dan elektrolit membuatnya memiliki tahanan yang rendah dan berperan sebagau konduktor. Ulang , tendon dan lemak yang terdiri dari matriks memiliki tahanan yang kuat, makadari itu akan cenderung menahan yang kemudian memanas dan terkoagulasi dari pada untuk menghantarkan arus. Bagian tubuh lainya (kulit yang kering) bersifat intermediate. Kulit mempunyai resistensi tergantung pada kondisinya

Tahanan kulit bervariasi, tergantung dari tebalnya lapisan keratin pada epidermis, dimana pada telapak kaki dan ujung jari lebih tebal dari kulit tipis dimanapun. Tahanan rata-rata adalah antara 500-10.00 ohm selain tangan dan telapak kaki yang memiliki tahanan 1 juta ohm ketika kering. Faktor yang lebih potensial adalah kekeringan atau kelembaban kulit, yang berefek sangat besar terhadap tahanan. Ketika kulit telapak tangan kering, memiliki tahanan 1 juta ohm, ketika basah akan turun menjadi hanya 1200 ohm. Jellinek menemukan kulit tebal dari pekerja memiliki tahanan 1 sampai 2 juta ohm, Jaffe menyatakan bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan kulit dari 3000 sampai 2500 ohm. Makin tinggi resistensi dapat menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan pada permukaan kulit sebagai arus bakar yang menyebabkan luka termal pada kulit tetapi kerusakan organ internal yang minimal. c. Ampere Besarnya arus mempengaruhi gejala yang terjadi

Dampak arus listrik yang mengalir pada tubuh menurut Cooper antara lain : a. 1 2 mA sensasi geli tingling b. 3 5 mA Arus Let Go untuk anak anak

c. 6 8 mA Arus Let Go untuk wanita d. 7 9 mA Arus Let Go untuk laki laki e. 10 -20 mA Tetani otot skelet f. 20 50 mA paralysis otot respirasi ( respiratory arrest ) g. 50 100 mA Fibrilasi Ventrike d. Durasi Semakin lama durasi, akan semakin buruk pula efeknya. Semakin besar pemanasan elektrothermal dan kerusakan jaringan yang terjadi. Saat terjadi karbonisasi jaringan, resistensi terhadap aliran arus akan meningkat pula. Pada aliran bolak balik berbeda dengan kilatan petir yang hanya sekejap,bila terjadi pemanasanpun akan berlangsung cepat dan segera menyebar ke sekitar tubuh. e. Voltase Dibagi menjadi tegangan tinggi atau tegangan rendah. Dimana biasanya titik potong untuk arus tegangan tinggi adalah 500 atau 1000 V. Tegangan yang tinggi lebih berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan yang parah yang menyebabkan kehilangan jaringan dan amputasi Tidak ada kematian yang terjadi pada tegangan 24 V atau 65 V (biasanya pada peralatan telefon). Kematian yang dilaporkan terjadi pada 110 V (listrik rumah tangga) yang paling banyak bath-up related electrocution. f. Frekuensi Kematian tertinggi akibat trauma listrik terjadi pada aliran 39-150 siklus per detik. Berdasarkan hasil penelitian Dalziel menyebutkan bahwa frekuensi 50 60 Hz merupakan arus let go minimum. Arus AC dengan frekuensi 50 Hz, mampu : 1) Merangsang saraf sensoris ; 2) Merangsang saraf motoris; 3)Berefek kontraksi otot. Frekuensi listrik di bawah 10 Hz menyebabkan arus let go akan meningkat dan otot otot akan terjadi relaksasi sebagian, sedangkan di atas 100 Hz arus let go akan meningkat juga, dan otot otot mengalami strenght duration trade off serta refrakter jaringan yang telah mengalami eksitasi. g. Jalur arus listrik Jalur arus listrik menentukan resiko jaringan, jenis luka yang terlihat dan derajat konversi energi listrik ke panas. Jika arus listrik melalui jantung atau thorax maka dapat menyebabkan disritmia jantung dan kerusakan miokardium secara langsung. Arus yang melalui otak dapat menyebabkan respiratory arrest, kejang dan paralisis. Arus yang melalui mata bisa menyebabkan katarak. Arus yang melalui badan bisa menyebabkan kerusakan yang minimal jika hanya melalui satu jari. Densitas arus listrik meningkat, kecenderungan untuk mengalir melalui jaringan dengan resistensi rendah menjadi lemah. Akhirnya, arus listrik akan mengalir melalui jaringan dengan tidak teratur, seolah-olah tubuh merupakan konduktor, dengan potensi untuk menghancurkan seluruh jaringan pada jalur arus listrik. Karena arus listrik biasanya terpusat pada sumber dan lantai titik kontak, derajat kerusakan terbesar selalu diobservasi

di sini. Akan tetapi, destruksi ekstensif ke jaringan dalam mungkin ada antara lokasi luka tegangan tinggi dan dengan permukaan dan selalu merupakan fenomena puncak gunung es. Kerusakan organ internal bisa berupa titik-titik, dengan area jaringan normal bersebelahan dengan jaringan terbakar dan kerusakan terhadap struktur pada tmpat jauh dari titik kontak yang jelas. Penatalaksanaan Penanganan pada pasien ini adalah penanganan trauma elektrik seting rumah sakit. Penatalaksanaan trauma seperti protap ATLS/ACLS diberikan di IGD. Pemberian cairan intravena ditujukan untuk mengkoreksi kehilangan cairan dan memudahkan administrasi obat pada pasien ini,. Bila luka bakar luas, kehilangan cairan dikoreksi dengan menggunakan rumus baxter setelah di ukur luas area luka bakar dengan rule of nine. Namun pada pasien ini karakteristik luka yang terjadi cenderung tidak terlalu luas namun dalam (partial full thickness), yang mana luka tersebut menjadi jalur masuknya arus listrik ke tubuh pasien. Akibat hempasan yang terjadi, pasien mengalami luka robek (VL) dikepala, namun pasien terhindar dari luka bakar yang luas atau efek yang lebih membahayakan dari trauma elektrik bila terjadi freezing pada sumber listrik. Jenis luka bakar yang terjadi cenderung menimbulkan nyeri yang hebat, maka dari itu diberikan antinyeri/analgetik pada pasien ini (ketorolac). Pada korban luka bakar, dapat terjadi stress ulcer pada lambung, meskipun angka kejadiannya tidak terlalu banyak, namun patut diwaspadai karena sering terlupakan dan bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Maka selain untuk menjaga l;ambung dari efek samping obat analgesi (ketorolac) diberikan injeksi ranitidine pada pasien ini. Pada pasien luka bakar penting dilakukan rawat luka. Pencucian luka dilakukan setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.

Kesimpulan
Trauma akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam.

Klasifikasi traumja elektrik berdasarkan sumbernya bisa dibagi menjadi low voltage injury, high voltage injury, DC injury dan thermal burn injury. Klasifikasi berdasarkan derajat luka bakar dibagi atas derajat 1,2,3 dan 4 Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit(AC/DC), lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus danluas area kontak. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah memutuskan aliran listrik selekas mungkin. Penanganan korban di rumah sakit meliputi : resusitasi bila kondisi pasien buruk, management kehilangan cairan, pemberian terapi simptomatik dan rawat luka

Refferensi
1. Budiyanto, A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997 2.Idries, Abdul Munim. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina RupaAksara. 1997 3.Tsokos, Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press. 4.Rao, Dinesh. Electrical Injury. Dikutip dari:http://forensicpathologyonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=8 7[diakses tanggal 4 Februari2011] Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf 5.Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,Jakarta 6.Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC,Jakarta 7.Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis,Philadelphia 8.Rahayu. D, 2010. Hubungan antara variasi besar paparan arus listrik bolak-balik terhadap waktu kejadian kematian tikus wistar. Universitas Dipenogoro. Semarang. 9.http://eprints.undip.ac.id/23313/1/DWI_RAHAYU.pdf 10.Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-T6046-Trauma%20listrik-TOC.pdf

Penulis
Araafi Hariza Mahandaru, Stase Ilmu Bedah, RSUD Panembahan Senopati Bantul, DIY

Anda mungkin juga menyukai