Anda di halaman 1dari 3

1:

RESUME KULIAH : Medico Compromise


Diberikan pada kuliah tanggal : 17/04/12 Dibawakan oleh : drg. M. Toto Sugiharto, Sp.BM Medico compromise merupakan suatu hal yang multidisiplin. Dari sisi kedokteran gigi sendiri, memiliki relasi yang erat dengan ilmu penyakit dalam, diantaranya dengan bagian cardiovascular, endokrin, imunologi, hematologi, dan geriatri. 1. Cardiovaskular Pasien jantung yang akan menerima tindakan medis terkait jantung biasa dikonsulkan terlebih dahulu kepada bagian gigi dan THT. Pada kasus khusus seperti endocarditis, biasa konsul kepada dokter gigi juga dilakukan mengingat penyebab yang paling sering ialah streptococus dan juga strafilococcus yang berasal dari focal infeksi di mulut. Adapun hal serupa juga dilakukan oleh pasien gigi yang akan menjalani tindakan di bagian mulut, biasa terlebih dahulu di konsulkan kepada dokter jantung untuk dinilai apakah adanya kontra indikasi untuk tindakan tersebut. Adapun beberapa pada pasien gigi yang perlu diperhatikan terkait masalah cardiovascular ialah: a. Pada pasen yang menggunakan obat pengencer darah. Periksa penggunaan aspirin / obat pengencer darah lainnya. Sebelum tindakan medis yang infasif dilaksanakan, obat-obatan pengencer darah harus dihentikan penggunaannya. Pada pasien yang telah mengkonsumsi obat < 3 tahun, hentikan 3-5 hari sebelum tindakan. Pada pasien yang telah mengkonsumsi obat > 3 tahun, hentikan 5-7 haru sebelum tindakan. b. Pada pasien hipertensi. Pada pasien yang hendak menjalani tindakan, tensi maximal yang diperbolehkan ialah 150/90. Anastesi yang diberikan haruslah merupakan anastesi yang non-vasokonstriktor karena anastesi yang menyebabkan vaso konstriksi dapat meningkatkan tekanan darah pasien. Diusahakan trauma yang ditimbulkan seminimal mungkin untuk mengurangi pendarahan. Adapun pada pasien hipertensi, Bleeding time (BT) dan Clotting Time (CT) memanjang, sehingga diperlukan tindakan penjahitan. c. Pada pasien yang menggunakan pace maker. Pada pasien yang menggunakan pace maker, tidak diperkenankan menggunakan alat-alat yang menggunakan elektromagnetik (cauter), karena pemakaian benda-benda semacam ini dapat mempengaruhi pace maker yang digunakan pasien. d. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner1. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, hindari penggunaan obat-obat yang bersifat vaso konstriksi karena dapat memicu terjadinya angina. Hindarkan juga obat-obat yang dapat merangsang bronkokonstriksi. Perlu diperhatikan juga terkait lamanya tindakan agar tidak terlalu panjang dan hentikan penggunaan obat pengencer darah.

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh pembuluh darah jantung yang mengalami sklerosis.

BOBBY SUTOJO / 07120080096 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

2:
Untuk mengetahui pasien dengan kelainan cardivaskuler, dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : Anamnesis : Tanyakan apakah pasien menjadi lebih gampang lelah, adanya nyeri pada dada kiri, sesak, perasaan berdebar, nyeri di daerah dahi yang menjalar ke kepala sampai ke leher dan punggung. Pemeriksaan fisik : auskultasi jantung, periksa nadi (teratur dan penuh) Tambahan : Pada pasien dengan endokarditis di ruang ICU, tindakan dapat diberikan setelah keadaan pasien terkoreksi setelah pemberian antibiotik yang agresif. Adapun endocarditis bisa menyebabkan bakteriemia apabila ternjadi penyebaran melalui v. Jugularis. 2. Endokrin Kelainan endorin yang paling sering di temukan ialah DM dan gangguan tyroid. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pasien dengan kalian endokrin ialah : a. Pada pasien dengan Diabetes melitus. Pada pasien dengan diabetes melitus, biasanya didapati semua gigi pasien goyang (karena terjadi reabsorbsi dari tulang alveolar), terjadi gingivitis, dan gusi yang mudah berdarah. Pada pasien dengan DM yang hendak menjalani tindakan, GDS maksimal yang diperbolehkan ialah 200 mg/dl. Pada pasien DM, umumnya terjadi gangguan aliran darah sehingga diberikan obat pengencer darah. Sebelum dilakukan tindakan, obat pengencer darah harus di hentikan. Tidak boleh pula digunakan obat-obat yang dapat menyebabkan vaso konstriksi pembuluh darah karen pada pasien DM tidak jarang pula ditemukan kelainan pada tekanan darah. Pada pasien DM, mudah sekali terjadi infeksi karena gula darah yang tidak terkontrol. Oleh karena itu diperlukan pemberian antibiotik propilaxis berupa : Injeksi penicilin (1 gr) atau, Amoxicilin oral (2 gr). Karena pada pasien DM pembekuan darahnya terganggu, oleh karena itu perlu dilakukan penjahitan pada luka. Untuk mengatasi dellayed wound healing, dapat diberikan antibiotik yang adekuat dan juga antipiretik. b. Pada pasien dengan gangguan tyroid. Pada pasien dengan gangguan hypo tyroid biasanya sering didapati mucle cramp karena rendahnya K dan Ca. Pada pasien dengan hyper tyroid, gejala yang sering terjadi diantaranya : hypertensi, tremor, dan perasaan berdebar. Pada pasien hypertyroid ini amat mungkin terjadi hypertensi yang mendadak sebelum operasi. Oleh karena itu, perlu diberikan terapi berupa transqualizer (obat penenang), serta tidak boleh diberikan obat yang menyebabkan vaso konstriksi. 3. Hematologi Kelainan darah yang paling sering ditemukan ialah : hemofilia, anemia, dan ALL. Penangan khusus yang harus diperhatikan diantaranya : a. Pada pasien dengan hemofilia.

BOBBY SUTOJO / 07120080096 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

3:
Pada pasien dengan hemofilia, operasi dapat dilakukan asalkan disertai dengan pemberian factor x yang hilang (faktor pembekuan). Pada pasien ini, wajib dilakukan pemeriksaan BT, CT, PT, aPTT, dan faktor pembekuan. b. Pada pasien dengan anemia. Pasien anemia disebabkan oleh kurangnya eritrosit di dalam darah. Hal ini berakibat pada gangguan trombosit dan HB. Dampak klinis yang akhirnya muncul pada pasien ialah pasienmenjadi mudah mengalami pendarahan, dan pasien mudah terserang infeksi karena terjadi resistensi sel. c. Pasien dengan Acute Limfositik Leukemia ALL adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan leukosit imatur pada seorang pasien. Hal ini berakibat turunnya fungsi defens dari tubuh. Oleh karena itu, pemberian antibiotik profilaksis amatlah diperlukan. Pada kasus ALL, eritrosit pasien juga mengalami penurunan sehinnga berakibat pada gangguan HB.

BOBBY SUTOJO / 07120080096 Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Anda mungkin juga menyukai