Anda di halaman 1dari 2

Pada tanggal 12 Maret 2012, Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur dengan berbagai alasan yang

menguntungkan PERTAMINA, dengan mengabaikan segala bantahan dari para buruh yang tergabung dalam Konfederasi KASBI memutuskan menerima Gugatan PERTAMINA dan menyatakan PERJANJIAN BERSAMA tanggal 18 Juli 2012 antara KASBI dengan PERTAMINA batal demi hukum. Menyikapi Putusan Majelis Hakim PN Jakarta Timur tersebut, perlu terlebih dahulu kita mengisahkan kilas balik terjadinya PERJANJIAN BERSAMA 18 Juli 2012 tersebut. Berawal dari perjuangan perbaikan kondisi kerja oleh para buruh babat rumput di Indramayu pada tahun 2009, perlawanan kaum buruh yang dipekerjakan dengan sistem outsourcing (padahal mengerjakan pekerjaan pokok) di lingkungan Pertamina terus bergolak. Serangkaian aksi dilakukan dan akhirnya melibatkan hampir semua pekerja outsourcing di Indramayu dan di berbagai daerah di Indonesia antara lain dari Plaju, Prabumulih, Cilamaya, Tegal Gede, Bitung dan Cilegon. Perlawanan ini seiring dengan perlawanan kaum buruh di Indonesia yang gegap gempita pada tahun 2012. Perjuangan ini membuahkan satu kesepakatan yang pada intinya satu itikad baik dari semua pihak untuk menyelesaikan persoalan yang ada di lingkungan PERTAMINA, yaitu PERJANJIAN BERSAMA tanggal 18 Juli 2012 yang memuat 10 butir kesepakatan untuk berunding bersama memperbaiki kondisi dan syarat kerja di lingkungan PERTAMINA. Namun ternyata PERTAMINA tidak menghendaki terjadinya perundingan lebih lanjut untuk menyelesaikan persoalan ketenagakerjaan yang ada di lingkungan kerjanya. Bukan Dialog, namun mengirimkan LAWYER, PREMAN, APARAT KEAMANAN (POLISI dan TENTARA) itulah yang dilakukan PERTAMINA dalam menghadapi permasalahan hubungan industrial di lingkungan kerjanya. Sebuah sikap anti demokratis yang merupakan warisan dari ORDE BARU ternyata masih ada di dalam tubuh PERTAMINA. Terbukti kemudian, bahwa PERTAMINA MEMANG INGKAR JANJI DAN TIDAK BERITIKAD BAIK. PERTAMINA melalui pengacaranya ternyata menggugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur untuk membatalkan KESEPAKATAN BERSAMA. Sejak awal kita sudah menduga bahwa Pengadilan Negeri sebagai bagian dari aparatus negara akan berpihak pada PERTAMINA, apalagi ketiga Majelis Hakim PN Jakarta Timur dalam Putusan Sela-nya menolak bantahan Konfederasi KASBI bahwa masalah ketenagakerjaan seharusnya diadili oleh Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), dengan alasan bahwa sengketa yang terjadi antara para buruh dengan PERTAMINA bukanlah sengketa yang tejadi pada satu perusahaan, namun melibatkan banyak perusahaan, maka bukan PHI yang berhak mengadilinya. Oleh karena itu Konfederasi KASBI tidak mengharapkan kemenangan dari Gugatan yang diajukan oleh PERTAMINA. Namun demikian, haruslah ditunjukkan bahwa kaum buruh tetap melawan dan sekaligus untuk menunjukkan watak Pengadilan yng sangat tidak berpihak pada rakyat miskin dan tertindas. Kawan-kawan yang menyaksikan jalannya persidangan baik sidang Gugatan PERTAMINA maupun sidang-sidang lain ketika sedang menunggu jadwal sidang akan menyaksikan BEGITU TIDAK ADILNYA para hakim. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa hukum sangat melindungi PERUSAHAAN BESAR terutama perusahaan konglomerat yang banyak memilik anak perusahaan. Induk Perusahaan dan para pemegang sahamnya dilindungi dari tanggung-jawab terhadap para pekerja yang bekerja di lingkungan Perusahaannya. Oleh karena itu, para anggota KASBI yang bekerja di lingkungan PERTAMINA terus melakukan perlawanan untuk menuntut pelaksanaan Perjanjian Bersama 18 Juli 2012 yang merupakan pintu awal menuju penghapusan outsourcing di PERTAMINA. Perlawanan dan Konsolidasi terus dilakukan sehingga akhrnya

membuahkan hasil yaitu terbentuknya Federasi Sektor Migas KASBI (FSB MIGAS KASBI). Selain itu perlawanan juga dilakukan dengan membangun aliansi dengan para buruh lain yang bekerja di lingkungan BUMN dengan membentuk GEBER BUMN. Perlawanan terhadap sistem outsourcing di BUMN termasuk PERTAMINA, membuahkan hasil yaitu dikeluarkannya Rekomendasi Panja Penghapusan Outsourcing, yang membuat Kementerian BUMN mengeluarkan Surat Edaran mengenai pemberesan masalah Outsourcing di lingkungannya. Selain itu juga telah dibentuk SATUAN TUGAS (SATGAS) Penyelesaian Masalah Outsourcing di BUMN yang terdiri dari Unsur Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian BUMN. Meskipun tidak melibatkan serikat-serikat buruh di lingkungan BUMN, pembentukan SATGAS ini harus dilakukan pengawalan agar dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan kita, para buruh yang bekerja di lingkungan BUMN. Oleh karena itu meskipun PN Jakarta Timur memutuskan bahwa Perjanjian Bersama 18 Juli 2013 batal demi hukum, namun BUKAN BERARTI KITA KALAH. Jika dilihat dari isi Perjanjian Bersama 18 Juli 2013 maka intinya adalah PERTAMINA harus memperbaiki sistem pengupahan, menghapuskan Diskriminasi antara Karyawan dengan pekerja outsorcing, dan memeriksa pelaksanaan sistem kerja outsourcing di lingkungannya. Benar bahwa kemudian PERTAMINA TIDAK MAU BERUNDING dengan Konfederasi KASBI, namun harus diingat bahwa para pekerja outsourcing yang tergabung dengan gerakan yang dilakukan oleh Konfederasi KASBI barulah sekitar 10% dari seluruh pekerja outsourcing PERTAMINA. Kekuatan kita belum cukuplah besar dan kuat untuk memaksa PERTAMINA mengakui keberadaan SBA sektor Migas KASBI dengan mau duduk bersama sebagai pihak yang sejajar untuk menyelesaikan persoalaan ketenagakerjaa. Meskipun kesepakatan 10 poin (PB 18 Juli 2012) oleh PERTAMINA tidak dilaksanakan bahkan oleh Pengadilan tidak dapat dilaksanakan, namun sejatinya perjuangan para buruh di lingkungan PERTAMINA telah membuahkan hasil. PERTAMINA terpaksa membuat Workshop mengenai Outsourcing di lingkungan kerjanya. Bahkan dengan SK Direksi PERTAMINA telah dilakukan upaya pembenahan yang sifatnya tambal sulam dan kosmetik belaka. Meskipun masih merugikan kita, karena Outsorcing belum dihapuskan, namun harus diingat bahwa inilah BUAH DARI PERJUANGAN kita. Bila kita semakin berkonsolidasi, semakin kuat dan terus menerus berlawan pasti tujuan kita MENGHAPUS OUTSORCING di PERTAMINA dapat teraih. Meskipun tidak mau duduk bersama sebagai pihak dalam kerangka BIPARTIT, namun pada praktek di lapangan, jika sanggup mempraktekkan manajemen organisasi serikat buruh yang kuat, PERTAMINA mau berdialog untuk menyelesaikan persoalan perburuhan yang ada. Misalnya kasus kecelakaan yang terjadi di Indramayu, PERTAMINA terpaksa mau turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini dengan memberikan penghargaan kepada keluarga buruh yang mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, untuk menyikapi Putusan Majelis Hakim PN Jakarta Timur, Konfederasi KASBI dan serikat buruh yang sekarang tergabung dalam FSB MIGAS KASBI melakukan BANDING ke Pengadilan Tinggi Jakarta untuk melawan putusan tersebut. Selain itu FSB Migas akan terus melakukan konsolidasi, memperkuat diri dan memperluas keanggotaannya, sehingga nantinya kekuatan kita mencukupi untuk berhadapan dengan PERTAMINA.

Anda mungkin juga menyukai