Anda di halaman 1dari 2

HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL 2015

PEREMPUAN KASBI SADAR BERANI MELAWAN:


HANCURKAN PENJAJAHAN GAYA BARU DAN PATRIARKI
tiada pembebasan kaum buruh, tanpa pembebasan perempuan
Pada tahun 2015 ini, kita kembali memperingati Hari Perempuan Internasional (IWD: International
Women Day- 8 Maret). Hari Perempuan Internasional bukanlah sekedar tradisi tahunan untuk
memperingati kemenangan atas perjuangan kaum perempuan di masa lalu, namun sekaligus
mengingatkan kita bahwa hingga hari ini kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan kaum perempuan
(khususnya kaum buruh) belum lah kita raih. Hari Perempuan Internasional merupakan satu
momentum
perlawanan
kaum
perempuan untuk membebaskan kaum perempuan dari
penghisapan, sekaligus perjuangan pembebasan rakyat tertindak untuk membentuk tatanan
masyarakat baru yang adil, makmur dan bebas dari penghisapan dan penindasan. Hal ini
dibuktikan oleh sejarah bahwa perjuangan pembebasan kaum perempuan yang sejati bukanlah
sekedar menuntut hak dan kesetaraan bagi perempuan, tetapi juga menuntut kesetaraan dan
keadilan bagi semua rakyat. Slogan Roti dan Perdamaian menjadi tuntutan utama dari
gerakan perempuan pada 8 Maret di awal abad ini.
Karena itulah Konfederasi KASBI memperingati Hari Perempuan Internasional dengan turun ke
jalan, melakukan aksi menuntut kepada Negara agar pembebasan kaum perempuan dan juga kaum
buruh dapat terwujudkan sebagaimana cita-cita para Pendiri Bangsa dan para pejuang di masa lalu.
Apalagi, pada saat ini kaum perempuan dan rakyat Indonesia, serta seluruh rakyat dibelahan dunia
belumlah terbebas dari penghisapan dan penindasan. Kita masih menghadapi ancaman neoliberalisme (penjajahan bentuk baru), satu sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi modal
dari pada kesejahteraan seluruh umat manusia. Pasar bebas, perdagangan bebas dan pencabutan
subdisi yang mengakibatkan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, serta investasi modal
sebagai panglima berakibat upah murah, berlakunya pasar tenaga kerja yang fleksibel (artinya
PHK dipermudah, sistem kerja kontrak dan outsourcing) mengakibatkan rakyat tak lagi memiliki
kepastian kerja. Akibatnya rakyat semakin sengsara.
Siapakah yang paling menanggung beban kesengsaraan ini? Tentu saja kaum perempuan yang
akan menanggung beban terberat dari semua itu. Kaum perempuan yang selama ini mengalami
penindasan ganda akan semakin berat nasibnya. Perlindungan atas hak-hak reproduksi akan
semakin terhilangkan, kaum buruh perempuan yang akan menjadi korban pertama dari PHK. Dan
karena politik upah murah maka perempuan lah yang harus bertanggung-jawab agar seluruh
keluarga dapat hidup tercukupi. Akhirnya kaum perempuanlah yang harus menanggung semua
beban dan deritanya.
Beban ini mengakibatkan kesehatan reproduksi kaum buruh prempuan jauh dari terlindungi. Alih-alih
menggunakan hak cuti haidnya, buruh perempuan rela menukarkannya dengan sejumlah uang
karena upahnya tak mencukupi. Begitu pula lembur panjang yang berakibat semakin rusaknya
kesehatan reproduksi terpaksa dilakukan karena upah murah. Karena itu UPAH LAYAK merupakan
solusi agar kesehatan reproduksi buruh perempuan terlindungi.
Keadaan semakin buruk, karena para buruh perempuan yang masih mendapatkan gangguan baik
kekerasan maupun pelecehan seksual di tempat kerja maupun di ruang-ruang publik ketika sedang
mencari nafkah. Apalagi ketiadaan jaminan keamanan dan keselamatan ketika harus bekerja di
malam hari.

Keadaan menjadi semakin buruk lagi, ketika tubuh perempuan semakin masif dijadikan obyek
pemanis dari barang dagangan: sebagai iklan, pajangan di pameran-pameran sebagai sales
promotion girl dan budaya pop yang cenderung menjadikan perempuan sebagai obyek seksual.
Akibatnya semakin marak terjadi kekerasan dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.
Penggabungan penjajahan modal dan budaya patriarki mengakibatkan kaum perempuan semakin
sengsara dan menderita.
Pemerintah Jokowi-JK yang mencitrakan dirinya pemerintahan populis juga pasti tidak akan
sanggup mengatasi persoalan ini. Dikarenakan Pemerintahan Jokowi-JK masihlah pemerintahan
yang menghamba pada Sistem Neo-Liberalisme (PENJAJAHAN GAYA BARU). Mereka pasti tidak
akan sanggup membebaskan kaum perempuan dari penghisapan dan penindasan. Demikian pula
elite-elite dan partai-partai politik yang duduk di parlemen.
Hanya dengan kesadaran dan keterlibatan politik dari kaum buruh perempuan (bersama dengan
seluruh rakyat tertindas lainnya) yang berjuang untuk membebaskan kaum perempuan
dan kaum buruh-lah, maka penindasan, penghisapan terhadap kaum perempuan dan kaum buruh
dapat dihilangkan, serta dapat mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan bagi seluruh
rakyat.
Kita haruslah berupaya sekuat tenaganya dalam membangun kesadaran kaum buruh (baik
perempuan maupun laki-laki) untuk pembebasan kaum perempuan. Tanpa upaya ini maka
penghisapan dan penindasan akan tetap terjadi meskipun buruh berkuasa. Karena pembebasan
yang sejati hanya terwujud jika semua bentuk penghisapan dan penindasan sudah terhapuskan.
Pada momentum Hari Perempuan Internasional 2015 ini, Konfederasi KASBI menyerukan kepada
kaum buruh perempuan dan semua buruh untuk bersama-sama menuntut:
1. Perlindungan terhadap Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan: cuti haid, melahirkan dan
menyusui serta hak pemeliharaan kandungan;
2. Stop PHK terhadap Buruh Perempuan Hamil;
3. Stop Pelecehan Terhadap Buruh Perempuan;
4. Stop Diskriminasi Terhadap Buruh Perempuan;
5. Berikan Jaminan Keamanan Terhadap Buruh Perempuan di Tempat Kerja maupun di
Tempat Umum;
6. Hapus Sistem Kerja Kontrak dan Outsourcing;
7. Stop Politik Upah Murah: Upah Layak Nasional Sekarang Juga;
8. Seret, Adili dan Penjarakan Pengusaha Nakal.
Konfederasi KASBI juga menyerukan kepada kaum buruh perempuan dan seluruh kaum
buruh, mari kita bergerak bersama dengan seluruh rakyat yang terhisap oleh penjajahan gaya baru
untuk melawan SEGALA BENTUK KEBIJAKAN YANG MENYENGSARAKAN RAKYAT.

Anda mungkin juga menyukai