Anda di halaman 1dari 27

Laporan kasus Seorang Wanita Dengan Perdarahan Subaranoid

Pembimbing : Dr. Ananda setiabudi, sp.s

Disusun oleh : Dhimas akbar mulia 030.09.069

Kepaniteraan klinik ilmu penyakit saraf Rumah sakit umum daerah budhi asih Fakultas kedokteran universitas trisakti jakarta

Pendahuluan

Perdarahan subaraknoid adalah salah satu kedaruratan neurologis yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di ruang subaraknoid. Kejadian perdarahan subaraknoid berkisar antara 21.000 hingga 33.000 orang per tahun di amerika serikat. Mortalitasnya kurang lebih 50% pada 30 hari pertama sejak saat serangan, dan pasien yang bisa bertahan hidup kebanyakan akan menderita defisit neurologis yang bisa menetap. Perdarahan subaraknoid adalah salah satu jenis patologi stroke yang sering dijumpai pada usia dekade kelima atau keenam, dengan puncak insidens pada usia sekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun untuk perempuan, lebih sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 3:2. Penyebab paling sering perdarahan subaraknoid nontraumatik adalah aneurisma serebral, yaitu sekitar 70% hingga 80%, dan malformasi arteriovenosa (sekitar 5-10%). Aneurisma sakuler biasanya terbentuk di titik-titik percabangan arteri, tempat terdapatnya tekanan pulsasi maksimal. Risiko pecahnya aneurisma tergantung pada lokasi, ukuran, dan ketebalan dinding aneurisma. Aneurisma dengan diameter kurang dari 7 mm pada sirkulasi serebral anterior mempunyai risiko pecah terendah, risiko lebih tinggi terjadi pada aneurisma di sirkulasi serebral posterior dan akan meningkat sesuai besarnya ukuran aneurisma. Gambaran klasik adalah keluhan tiba-tiba nyeri kepala berat, sering digambarkan oleh pasien sebagai nyeri kepala yang paling berat dalam kehidupannya. Sering disertai mual, muntah, fotofobia, dan gejala neurologis akut fokal maupun global, misalnya timbulnya bangkitan, perubahan memori atau perubahan kemampuan konsentrasi, dan juga meningismus. Pasien mungkin akan mengalami penurunan kesadaran setelah kejadian, baik sesaat karena adanya peningkatan tekanan intrakranial atau ireversibel pada kasus-kasus parah.1

Laporan kasus 2

Neurologi RSUD Budhi Ashi

Nama mahasiswa

: dhimas akbar mulia (03009069)

tanda tangan:

Dokter pembimbing : dr. Ananda setiabudi, sp.s

I.

Identitas pasien : ny. S (90-89-07) : 53 tahun : menikah : : duren tiga jakarta selatan : 28/02/2014 jenis kelamin : perempuan suku bangsa agama pendidikan : indonesia : islam :-

Nama lengkap Umur Status perkawinan Pekerjaan Alamat Tanggal masuk rs

II.

Anamnesis alloanamnesis (anak pasien) ( tgl 28 februari 2014) :

Keluhan utama

Nyeri kepala hebat sejak 2 hari smrs Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala menjalar sampai ke tengkuk sejak 2 hari smrs. Pasien ditemukan dalam keadaan pingsan di kamar mandi. Pingsan sekitar 10 menit (pkl 16.00) kemudian langsung di bawa ke IGD RS Budhi Asih (pkl 18.00). Di IGD pasien sempat pingsan lagi. Muntah 2 kali, keluar isi makanan. Tidak ada lemah separuh badan . Keluarga pasien mengaku sudah 2 hari ini pasien banyak pikiran dan tidak bisa tidur. Tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi tapi tidak pernah kontrol berobat. Tidak pernah ada riwayat terbentur pada bagian kepala. Tidak ada kencing manis Riwayat penyakit keluarga : Terdapat riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga. Riwayat penyakit kencing manis dalam keluarga disangkal. Riwayat alergi : Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal.

Iii. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum Keadaan umum Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasaan : Tampak sakit berat : 150 / 90 mmhg : 92 x/menit : 36,7oc : 20 x/menit

Kepala Ekspresi wajah Rambut Bentuk : tampak simetris : hitam dan beruban : normocephali

Mata Konjungtiva Sklera : pucat (-/-) : ikterik (-/-) 4

Kedudukan bola mata : ortoforia/ortoforia Pupil : bulat isokor 3mm/3mm.

Telinga Selaput pendengaran : sulit dinilai Penyumbatan Perdarahan : -/: -/lubang serumen cairan : lapang : +/+ : -/-

Mulut Bibir : sianosis (-) luka (-)

Leher Trakhea terletak di tengah Tidak teraba benjolan/ kgb yang membesar Kelenjar tiroid: tidak teraba membesar Kelenjar limfe: tidak teraba membesar

Thoraks Bentuk Pembuluh darah Paru paru


Pemeriksaan Inspeksi Kiri Kanan Palpasi Kiri Depan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis - tidak ada benjolan - fremitus taktil simetris Belakang Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis - tidak ada benjolan - fremitus taktil simetris

: simetris : tidak tampak pelebaran pembuluh darah

Kanan

- tidak ada benjolan - fremitus taktil simetris

- tidak ada benjolan - fremitus taktil simetris Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru - suara vesikuler - wheezing (-), ronki (-) - suara vesikuler - wheezing (-), ronki (-)

Perkusi

Kiri Kanan

Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru - suara vesikuler - wheezing (-), ronki (-)

Auskultasi

Kiri

Kanan

- suara vesikuler - wheezing (-), ronki (-)

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : tidak tampak pulsasi iktus cordis : tidak teraba iktus cordis : tidak di lakukan :bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-).

Abdomen Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-) Palpasi dinding perut : supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium, tidak terdapat nyeri lepas. hati limpa ginjal Perkusi Auskultasi : tidak teraba : tidak teraba : ballotement -/-

: timpani di keempat kuadran abdomen : bising usus (+) normal

Ekstremitas Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. Edema (-). 6

Kelenjar getah bening Preaurikuler Postaurikuler Submandibula Supraclavicula Axilla Inguinal : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar

Status neurologis A. GCS B. Gerakan abnormal C. Leher : E4V5M6 :: sikap baik, gerak terbatas

D. Tanda rangsang meningeal : tidak dilakukan E. Nervus kranialis N.I ( olfaktorius ) Subjektif Tidak dilakukan

N. II ( optikus ) Tajam penglihata (visus bedside) Lapang penglihatan Melihat warna Ukuran Fundus okuli Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan Isokor, d 3mm Tidak dilakukan Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan Isokor, d 3mm

N.iii, iv, vi ( okulomotorik, trochlearis, abduscen ) Nistagmus -

Pergerakan bola mata

Baik ke Baik ke 6 arah 6 arah

Kedudukan bola mata Reflek cahaya langsung & tidak langsung Diplopia

Ortoforia Ortoforia + + -

N.v (trigeminus)

Membuka mulut Menggerakan rahang Oftalmikus Maxillaris Mandibularis

+ + + + +

+ + + + +

N. Vii ( fasialis )

Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Motorik oksipitofrontalis Motorik orbikularis okuli Motorik orbikularis oris

Tidak dilakukan Baik Baik Baik Baik Baik Baik

N.viii ( vestibulokoklearis )

Tes pendengaran Tes keseimbangan

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. Ix,x ( vagus ) 8

Perasaan lidah ( 1/3 belakang ) Refleks menelan Refleks muntah

Tidak dilakukan Baik Tidak dilakukan

N.xi (assesorius) Mengangkat bahu Menoleh Baik Baik

N.xii ( hipoglosus )

Pergerakan lidah Disatria

Baik Tidak

F. Sistem motorik tubuh Kanan Ekstremitas atas Postur tubuh Atrofi otot Tonus otot Gerak involunter Kekuatan otot Baik Eutrofik Normal (-) 5555 Baik Eutrofik Normal (-) 5555 Kiri

Kanan Ekstremitas bawah Postur tubuh Atrofi otot Tonus otot Baik Eutrofik Normal

Kiri

Baik Eutrofik Normal 9

Gerak involunter Kekuatan otot

(-) 5555

(-) 5555

G. Refleks
Pemeriksaan Kanan Refleks fisiologis Bisep Trisep Patela Achiles Kiri

Pemeriksaan

Kanan Refleks patologis

Kiri

Babinski Chaddok Oppenheim Gordon Klonus Hoffman tromer

H. Gerakan involunter Kanan Tremor Chorea Athetosis Myocloni Kiri -

10

Ties

I. Tes sensorik (sentuhan ) sulit dinilai

J. Fungsi autonom Miksi Defekasi Sekresi keringat : baik : baik : baik

K. Keseimbangan dan koordinasi

Hasil Tes disdiadokinesis Tes tunjuk hidung dan jari Tes tunjuk jari kanan dan kiri Tes romberg Tes tandem gait Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Tanggal Pemeriksaan 27 Februari 2014 Leukosit Eritrosit Hemoglobin 23.3ribu/uL 4.8juta/uL 14.2g/dL Meningkat Pemeriksaan Hasil Interpretasi

11

Hematokrit Trombosit pH pCO2 pO2 HCO3 Total CO2 Saturasi O2 BE GDS 28 Februari 2014 GDS Kolesterol total TG HDL direk LDL Asam urat

47% 239ribu/uL 7.57 21 91 20 20 97 0.3 229 106 189 39 73 109 2.6

Meningkat

Meningkat Turun

Turun Turun

Meningkat

Meningkat

Ekg ( 27 Februari 2014) Q-wave (inferior)

12

ST-Segment Depresi (Lateral) Left ventrikel Hipertrofi Hasil radioimaging Foto thoraks ap tanggal 27 Februari 2014

Kesan : Cor dan pulmo dlam batas normal

Hasil CT-Scan Brain NC 28 Februari 2014-03-11

13

Kesan: Subarachnoid dan intraventrikel IV Haemorhage Kalsifikasi bangsal ganglia

Hasil CT-Scan Brain NC tanggal 6 Maret 2014 Kesan :

14

Dibandingkan tanggal 28-2-2014, saat ini tampak : o Perdarahan subarachnoid masih terlihat di basis o Atrofi cerebri

V. Resume Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala menjalar sampai ke tengkuk sejak 2 hari smrs. Pasien ditemukan dalam keadaan pingsan di kamar mandi. Pingsan sekitar 10 menit (pkl 16.00) kemudian langsung di bawa ke igd rs budhi asih (pkl 18.00). Di igd pasien sempat pingsan lagi. Muntah 2 kali, keluar isi makanan. Tidak ada lemah separuh badan . Keluarga pasien mengaku sudah 2 hari ini pasien banyak pikiran dan tidak bisa tidur. Tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi tapi tidak pernah kontrol berobat. Tidak pernah ada riwayat terbentur pada bagian kepala. Tidak ada kencing manis Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pasien tampak sakit berat. Tekanan darah 15

sebesar 15/90 mmHg. Pemeriksaan neurologis didapatkan kesadaran compos mentis. Tidak didapatkan parese N. III, IV, VI, VII, dan XII. Pada pemeriksaan motorik tidak terdapat kesan hemiparesis. Refleks fisiologis negatif. Refleks patologis Babinski -/-, Chaddock -/-. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 27 Februari 2014 di dapatkan leukositosis, alkalosis metabolik dan hiperglikemi. Pada tanggal 28 Februari 2014 didapatkan peningkatan nilai LDL. Hasil Rontgen thorax dalam batas normal. CT-Scan otak NC pada tanggal 28 Februari didapatkan kesan subarachnoid dan intraventrikel haemoragik dan kalsifikasi bangsal ganglia. CT-Scan otak NC yang kedua pada tanggal 6 Maret 2014 diapatkan kesan perdarahan subarachnoid masih terlihat di basis dan atrofi otak.

. Vi. Diagnosis Diagnosis klinis Diagnosis etiologi Diagnosis topis Diagnosa patologis : hipertensi, cephalgia, : hipertensi : Subarahnoid dan intraventrikel : perdarahan subarachnoid dan intraventrikel

Vii. Penatalaksanaan: 1. Non medikamentosa o o o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan. Pasien dianjurkan untuk tidak duduk karena bisa menaikan TIK Konsul ke bagian bedah saraf 16

2. Medikamentosa IVFD asering/ 12 jam Inj. Citicolin 1 gr/ 12 jam Manitol 250cc habis dalam 15 menit. Selanjutnya dosis 4 x 125 cc 6 jam kemudian Captopril 3x25mg Nimotop 2cc/jam Ceftriaxon 1x1gr Kaltropen supp 3x1 Nifedipine 3x10mg Ketopain 3amp/ 24 jam Estigan 1x2amp Kapsul racikan 2x1

Ix. Prognosis Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam

X. Follow up 28 Februari 2014 (05.00) Anamneis : nyeri kepala hebat Pemeriksaan fisik dan status neurologis :

17

Tampak sakit berat. Kesadaran Compos Mentis. TD : 115/60 mmHg, N: 98x/menit, RR: 25x/menit. Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL+/+. Motorik dan sensorik baik. Reflek fisiologis dan patologis tidak ada. Penatalaksanaan : Aering/12 jam+inj citicolin 1gr/ 12 jam, Manitol 250cc habis dalam 15 menit kemudia 4x125cc dalam 6 jam. Captopril 2x25mg, perdipin 3,75mg/jam. Ketopain 2x1 amp dalam NaCl 100cc. CT-scan CITO 28 Februari 2014 (05.30) Anamnesis: Nyeri kepala hebat, muntah (-), mual (+), kejang tangan saja. Penurunan kesadaran Pemeriksaan fisik & status neurologis: Tampak sakit berat. GCS : E1M4V1. Tekanan darah : 209/103, N: 87x/menit. Pupil bulat isokor, RCL -/-, RCTL -/-. N. Cranialis sulit dinilai 28 Februari 2014 (17.30) Konsul dr. Ananda SpS : nimotop Acc bila TD turun, dosisnya diturunkan setengahnya. Ketopain 3x1, kaltropen 3x1, Captropril 3x25mg 1 Maret 2014 Anamnesis: Nyeri kepala Pemeriksaan fisik & status neurologis: GCS : E3V5M6. TD : 160/80, N: 25, RR: 25. Pupil bulat isokor, RCL -/-, RCTL -/-. N. Cranialis III, IV, VI, VII, XII : baik. Motorik dan sensori baik. Reflek fisiologis dan patologis tidak ada. Kaku kuduk (+) Penatalaksanaan : konsul Spesiali Bedah Saraf SAH luas spontan curiga ruptur aneurisma. Direncanakan DSA, rujuk ke RSCM. Terapi lanjut 18

3 Maret 2014 Anamnesis : nyeri kepala sudah berkurang

Pemeriksaan fisik dan neurologis : kesadaran CM. TD : 180/100, N: 98x/menit, RR: 16x/menit, S: 38,2. Pupil bulat isokor, RCL+/+, RCTL+/+. N.Cranialis III, IV,IV,VII,XII : baik. Motorik dan sensorik baik. Reflek fisiologis dan patologis tidak ada.

Penatalaksanaan : terapi lanjut. Tambah ceftriaxon 1x1gr

4 Februari 2014 Anamnesis: Nyeri kepala, malam gelisah, tidak bisa tidur Pemeriksaan fisik & status neurologis: kesadaran CM. TD: 210/114, N: 76x/menit, RR: 20. Pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+. N. Cranialis : baik. Motorik dan sensorik : baik. refleks fisiologi dan patologis tidak ada. Penatalaksanaan : terapi lanjut. 5 Februari 2014 Anamnesis: nyeri kepala masih, pengelihatan ganda Pemeriksaan fisik & status neurologis: kesadaran compos mentis. TD: 180/100 mmHg, nadi: 84 x/menit, pernafasan: 20x/menit, suhu: 36,60c. Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Reflek fisiologis dan patologis tidak ada Penatalaksanaan : terapi lanjut Ditambah nifedipin 3x10mg

19

6 Maret 2014 Anamnesis: nyeri kepala. Mata kanan pengelihatan terganggu seperti melihat sesuatu. Pemeriksaan fisik & status neurologis: Kesadaran compos mentis. TD: 180/90 mmhg, nadi: 92 x/menit, pernafasan:

18x/menit, suhu: 36,70c.. Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Nistagmus (-). Penatalaksanaan : konsul spesialis mata. Terapi lanjut. Manitol turunkan jadi 3x100cc. CT-Scan ulang 7 Februari 2014 Anamnesis: nyeri kepala Pemeriksaan fisik & status neurologis: Tampak kesadarn CM. TD: 150/80 mmhg, nadi: 92 x/menit, pernafasan: 18x/menit, suhu: 36,60c. Kaku kuduk.. Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Nistagmus visus OD menurun. Penatalaksanaan : Terapi lanjut. Nimotop habiskan dan stop 8 Februari 2014 Anamnesis: nyeri kepala. Kadang mata sepertiada yang mengganjal Pemeriksaan fisik & status neurologis: Tampak kesadarn CM. TD: 170/90 mmhg, nadi: 92 x/menit, pernafasan: 18x/menit, suhu: 36,60c. Kaku kuduk (-), laseq (+), kernig (+).. Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Nistagmus visus OD menurun. Penatalaksanaan : Terapi lanjut.

20

10 Februari 2014 Anamnesis: nyeri kepala. Kadang mata sepertiada yang mengganjal Pemeriksaan fisik & status neurologis: Tampak kesadarn CM. TD: 150/90 mmhg, nadi: 92 x/menit, pernafasan: 18x/menit, suhu: 36,60c. Kaku kuduk (-),.. Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Nervus III, IV, VI, VII, XII baik. Nistagmus visus OD menurun. Penatalaksanaan : Terapi lanjut. Manitol stop.

21

Analisis kasus

Perdarahan subarachnoid (SAH) mencakup 5% dari semua stroke, ini mengenai sedikitya 30,000 jiwa pertahun di Amerika Serikat, dengan insiedensi 1:10.000. SAH biasanya mengenai usia antara 40 dan 60 tahun, dan wanita lebih banyk daripada pria. Pada kasus didapatkan pasien berumur 53 tahun dan berjenis kelamin wanita, hal tersebut sesuai dengan epidemiologi pada kasus SAH.(1) Pada anamnesis didapatkan pasien mengalami sakit kepala hebat sejak 2 hari yang lalu, tidak ada riwayat trauma pada kepala dan baru pertama kali seperti ini. Serta sempat pingsan. Pada SAH nontraumatik akut biasanya disebabkan oleh ruptur spontan aneurisma sakular, dengan aliran daerah ke dalam ruang subarachnoid. Gejala pada SAH adalah(2) : Thunderclap headache : sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat Kaku kuduk : iritasi meningeal oleh darh subarachnoidbisa menyebabkan kaku kuduk Kesadaran dapat terganggu : segera atau dalam beberapa jam pertama Nyeri leher atau kekakuan leher Faktor resiko stroke (3): Dapat dimodifikasi Hipertensi Hiperkolesterolemi Diabetes Atherosclerosis Merokok Alkohol Obesitas Umur Jenis Kelamin Ras Keturunan Riwayat stroke sebelumnya Patent Foramen ovale Fibromuscular Dysplasia 22 Tidak dapat dimodifikasi

Pada pasien di dapatkan riwayat hipertensi tidak terkontrol yang merupakan salah satu faktor resiko dari stroke.

Pada follow-up dari tanggal 28 Februari 2014 sampai dengan 11 Maret 2014 pasien masih mengeluhkan nyeri kepala, tidak bisa tidur dan sempat mengaku pengelihatannya ganda dan seperti melihat sesuatu. Pada pemeriksaan fisik tanggal 5 Maret 2014 ditemukan adanya kaku kuduk. Keluhan pada mata pasien kemungkinan terjadinya Subhyaloid Hemorrhage. Kombinasi pada SAH dan Subhyaloid Hemorrhage dikenal sebagai Terson Syndrome. Beberapa mekanisme yang mendasari hal tersebut sudah diketahui, seperti : 1. Meningkatnya tekanan intrakranial yang mendadak menyebabkan

tekanan darah dari ruang subarachnoid langsung menekan ke ruang preretinal 2. Meningkatnya TIK secara mendadak menyebabkan menurunnya

venous return ke sinus kavernosus dari vena bola mata. Peningkatan tekanan vena retina mengakibatkan rupturnya pembuluh darah. Gejala pada Subhyaloid Hemorraghe ini biasanya hilangnya pengelihatan mendadak, melihat sesuatu yang mengambang, pandangan kabur, berbayang, dan seperti melihat jaring laba-laba atau asap. Evaluasi diagnostik. CT-Scan secara sensitif mendeteksi perdarahan subarachnoid akut, tetapi semakin lama interval antara kejadian akut dengan CT-Scan semakin mungkin temuan CT-Scan negatif. Jika SAH masih dicurigai pada gambaran CT-Scan normal, pungsi lumbal harus dilakukan. Tindakan ini memungkinkan terlihatnya darah atau siderofag secara langsung pada LCS. Begitu diagnosis SAH ditegakan, sumber perdarahan harus diidentifikasi. Hal ini hanya dapat dilakukan secara tepat dengan Digital Substraction Angiography intraaeterial, yang sebaiknya hanya dilkukan jika pasien merupakan kandidat untuk 23

tindakan operasi slipping aneurisma atau menutupnya dengan metodeneuroradiologi intervensional. DSA menunjukam adanya aneurisma secara sahih dan

mengilustrasikan hubungan spesialnya dengan pembuluh darah di sekitarnya. Pada pasien ini sudah dilakukan CT-Scan dengan hasil adanya perdarahan subarachnoid dan intraventrikel. Dan terjadinya perbaikan ketika dilakukan CT-Scan ulang. Tidak perlu dilakukan DSA karena tidak ada indikasi operasi pada pasien dan pada keadaan klinis juga terjadi perbaikan.

Indikasi operasi

24

Pasien dengan Grade I atau II mempunyai prognosis yang ad bonam, grade III dengan prognosis dubia ad bonam/malam, grade IV dan V prognosisnya ad malam. Pada pemeriksaan labpratorium didapatkan hasil leukositosis, alkalosis respiratorik dan hiperglikemia. Leukositosis terjadi karena adanya proses inflamasi karena pecahnya pembuluh darah yang juga bisa meningkatkan kadar gula darah karena stres akut. Alkalosis respiratorik terjadi karena pasien mengalami hiperventilasi. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah: rasa nyeri sirosis hati kadar oksigen darah yang rendah demam overdosis aspirin 25

Tujuan manajemen umum yang pertama adalah identifikasi sumber pendarahan dengan kemungkinan bisa diintervensi dengan pembedahan atau tindakan intravaskuler lain. Kedua adalah manajemen komplikasi. Tujuan utama manajemen adalah pencegahan perdarahan ulang, pencegahan dan pengendalian vasospasme, serta manajemen komplikasi medis dan neurologis lainnya. Pada penanganan agar tidak terjadi vasopsasme bisa dilakukan pembedahan dengan pengangkatan darah subarachnoid atau bisa juga dengan hipertensi yang diinduksi secara teraupetik. Vasospasme akan menyebabkan iskemia serebral tertunda dengan dua pola utama, yaitu infark kortikal tunggal, biasanya terletak di dekat aneurisma yang pecah, dan lesi multipel luas yang sering tidak berhubungan dengan tempat aneurisma yang pecah.10 mekanisme vasospasme pada perdarahan subarachnoid belum diketahui pasti, diduga oksihemoglobin memberikan kontribusi terhadap terjadinya vasospasme yang dapat memperlambat perbaikan defisit neurologis. Oksihemoglobin terbentuk akibat proses lisis bekuan darah yang terbentuk di ruang subarachnoid. Untuk itu perlu penaganan hipertensi pada pasien dengan diberikan Captopril 3x25mg, Nifedipin 3x10mg, dan nimotop 2cc/jam. Nimotop Dianjurkan

menggunakan syringe pump agar dosis lebih akurat. Untuk manajemen nyerinya diberikan obat analgesik seperti injeksi ketopain 3 ampul per 24 jam dan kaltropen suposutoria. Ditambahkan kapsul racikan yang berisi paracetamol 300mg, diazepam 1mg, dan ericaf tablet; diminum 2 kali sehari. Manitol diberikan untuk mengurangi TIK. Manitol merupakan agen osmotik, yang digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial dan meningkatkan urin pada pasien gagal ginjal akut. Saat diberikan secara parenteral, manitol meningkatkan tekanan osmosis plasma sehingga cairan keluar dari jaringan tubuh dan menghasilkan diuretik osmosis. Pasien ini diberikan mannitol 20%, secara tapering off. Tujuan pemberian tapering off adalah untuk menghindari terjadinya pergeseran cairan secara cepat yang bisa menyebabkan udem pulmonary dan CHF 26

DAFTAR PUSTAKA

1. Rowland, LP. Merrits Neurology. Subarachnoid Hemorraghe. 11 ed. New York : Lippincolt Williams & Wilkins. 2005. 2. Frotscher M, Baehr M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Perdarahan Subaraknoid. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2010. P 428 3. Anonymus. Stroke Risk Factors. Available at :

http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=risk 4. Becske T. Subarachnoid Hemorrhage Medication. Availeble at :

http://emedicine.medscape.com/article/1164341-medication#8 5. Radiodiagnstico S. ubarachnoid hemorrhage associated to subhyaloid hemorrhage: "Terson syndrome". Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9280640

27

Anda mungkin juga menyukai