Anda di halaman 1dari 7

Potensi Lulusan SMK Kota Semarang

Suharto dan Suryanto Politeknik Negeri Semarang Abstract: This article (The potency of vocational school graduates in Semarang) aims at describing three variables: their readiness to work, to do enterpreneur and to pursue further education. This study was done in October until December 2009. Questionnaires with questions or statements about the three variables as measures were distributed to 200 final year students of SMK comprising 30 students from 4 public SMKs and 170 students from 28 private SMKs in Semarang city. These schools were randomly selected among 84 SMKs in Semarang. Prior to data collection, tryout was done to test the instrument involving 30 respondents. The validity and reliability of the istrument were then measured using SPSS. Only valid and reliable questions were then used in the study. The results show that respondents readiness to work and to do enterpreneur is good, while that to pursue further education is not as good. This is reflected from the sciences (MIPA) in the school subjects and MIPA competence try-out which is categorized as not very good. Key words: study, potency, SMK graduates, Semarang city

PENDAHULUAN
PP No.19/2005 Pasal 26 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Di tengah belum meratanya kualitas pendidikan sekolah menengah kejuruan atau SMK di berbagai wilayah Indonesia, siswa SMK dalam berbagai ajang lomba keahlian berstandar internasional mampu bersaing dengan pelajar dari pendidikan kejuruan dari negaranegara lain. Pemerintah bertanggungjawab meningkatkan pembinaan kompetensi siswa SMK berprestasi di tingkat nasional sehingga mampu mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia. Menurut Joko Sutrisno (2009), Direktur Pembinaan SMK Depdiknas, dalam ASEAN Skill Competition yang sudah enam kali diikuti siswa SMK Indonesia, prestasi Indonesia terus meningkat. Prestasi lain seperti pembuatan mobil ESEMKA yang dikerjakan oleh Siswa SMK Negeri 1 Singosari Malang, SMK Borobudur Magelang, SMK Negeri 4 Jakarta dan SMK Negeri 1 Cibinong dapat meningkatkan citra SMK dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan dan potensi SMK. Sudah ada beberapa perusahaan yang membuka kerja sama dengan SMK-SMK seperti PT NEC Indonesia, PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Mustika Ratu, PT Autocar Industri Komponen, PT Shigata Tool Indonesia dan PT Inti Kanzen Motor. Minat masyarakat masuk SMK terkendala sikap masyarakat pada umumnya yang masih membanggakan gelar kesarjanaan, yang peluangnya kecil bila mereka masuk SMK. Bersekolah di SMK tidak favorit bagi lulusan sekolah menengah pertama, citra SMK sebagai sekolah nomor dua membuat SMK tidak populer, dianggap hanya cocok bagi kaum muda yang harus bekerja setelah lulus dari SMK. Citra buruk lainnya seperti siswa SMK suka tawuran, tidak bergengsi, atau tidak keren, akhirnya, banyak lulusan SMP yang lebih memilih masuk SMA. Jika ada yang memilih SMK, umumnya karena tidak diterima di SMA favoritnya.

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010

91

Persepsi masyarakat tersebut harus dapat dijawab melalui prestasi SMK dalam mengembangkan karir lulusannya termasuk peluang masuk perguruan tinggi. Ketiga harapan lulusan SMK berpeluang bekerja, menjadi wirausahawan dan melanjutkam ke pendidikan tinggi tersebut telah dipromosikan lewat berbagai media. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut hasilnya perlu dilakukan tracer study lulusan SMK baik yang bekerja, menjadi wirausahawan, maupun melanjutkan di perguruan tinggi. Di Kota Semarang terdapat 84 SMK semua jurusan (37 SMK Jurusan Teknologi dan Industri; 32 SMK Jurusan Bisnis dan Manajemen, dan lainnya); 11 SMK status negeri dan lainnya status swasta. Apabila tiap SMK meluluskan 100 orang maka tidak kurang dari 8.400 orang lulusan SMK setiap tahun akan menentukan nasibnya. Kajian lulusan SMK Kota Semarang ini disusun berdasarkan pendekatan sistem, dan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada dibatasi pada lingkungan internal, yang ditujukan mendeskripsikan tiga variabel (1) kesiapan lulusan SMK bekerja, (2) kesiapan lulusan SMK berwirausaha, dan (3) kesiapan lulusan SMK studi lanjut. Kajian atas variabelvariabel tersebut tidak dimaksudkan menelusuri hubungan kausalitas di antaranya. Terhadap harapan lulusan SMK memperoleh pekerjaan perlu mempertimbangkan kompetensi tenaga kerja industri agar dapat dirumuskan profil lulusan SMK. Profil lulusan SMK harus bersifat dinamis dan selalu menjadi dasar dalam manajemen pembelajaran. Terhadap harapan lulusan SMK menjadi wirausahawan sebaiknya langsung dikaitkan dengan pihak investor (Bank, lembaga keuangan). Sejak masuk sekolah siswa SMK sudah mencanangkan keinginannya menjadi wirausahawan, selanjutnya pihak sekolah (Dinas Pendidikan, Pemerintah) memfasilitasi rancangan permodalan pada saatnya sudah lulus. Pola pikir menjadi wirausahawan ini sudah ditanamkan sejak masuk SMK, jangan hanya diharapkan setelah lulus dan dibiarkan menjadi wirausahawan sendiri tanpa pendampingan. Terhadap harapan lulusan SMK melanjutkan ke perguruan tinggi, perlu dikaji kembali tingkat ketercapaiannya. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemampuan kognitif SMK, khususnya ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, dan kimia yang diperoleh di SMK diduga kurang memadai sebagai bekal mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Menurut Fattah (2000: 28), ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu: (1) dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, (2) dapat tidaknya memperoleh pekerjaan, (3) besarnya penghasilan (gaji) yang diterima, dan (4) sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik. Setiap unsur input dan output serta outcome dan dampak mengandung nilai baik secara ekonomi maupun non-ekonomi (tak berwujud). Proses tersebut adalah transformasi atas input yang kemudian menghasilkan outcome (hasil) sebagaimana dilukiskan Gambar 1. Kajian lulusan SMK Kota Semarang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kesiapan lulusan bekerja; (2) mendeskripsikan kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3) mendeskripsikan kesiapan lulusan studi lanjut. Sedangkan manfaatnya adalah (1) perumusan strategi promosi SMK kepada masyarakat; (2) perumusan Program pendampingan terhadap lulusan SMK; dan (3) perumusan pola kerjasama strategis SMKIndustri mitra/UKM. Definisi operasional tiap variabel sebagai berikut: (1) Kesiapan lulusan bekerja: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal yang telah ditetapkan yang meliputi pengetahuan bidang vokasional, keterampilan operasional, dan kemampuan berkomunikasi dan kerjasama dengan indikator: (1) kompetensi lulusan; (2) potensi memperoleh pekerjaan; (3) pengalaman praktek kerja melalui job-order (2) Kesiapan lulusan berwirausaha: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal yang telah ditetapkan yang meliputi keterampilan manajerial, perencanaan produksi 92 Potensi Lulusan SMK Kota Semarang (Suharto & Suryanto)

dan pemasaran dan, dan pengelolaan keuangan dengan indikator: (1) kemampuan kewirausahaan; (2) prediksi bidang usaha; dan (3) Potensi lulusan berusaha. (3) Kesiapan lulusan studi lanjut: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal yang telah ditetapkan yang meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa dengan indikator: (1) beban studi MIPA di SMK; (2) uji coba kompetensi MIPA; (3) kompetensi guru SMK; dan (4) Potensi lulusan studi lanjut.
INSTRUMENTAL INPUT

INPUT PESERTA DIDIK

PROSES TRANSFORMASI

OUTPUT

OUTCOME DAMPAK BENEFIT

ENVIRONMENTAL INPUT

Gambar 1. Pendidikan sebagai sistem secara mikro Butir-butir pernyataan dirumuskan dengan menggunakan skor dan pemaknaannya: skor 4 (sangat baik), skor 3 (baik), skor 2 (kurang baik) dan skor 1 (tidak baik). Kajian lulusan SMK Kota Semarang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kesiapan lulusan bekerja;(2) mendeskripsikan kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3) mendeskripsikan kesiapan lulusan studi lanjut. Berdasarkan hasil kajian ini diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan strategis guna mewujudkan Kota Semarang sebagai kota vokasi antara lain dalam pencapaian sasaran berikut: (1) perumusan strategi promosi SMK kepada masyarakat; (2) perumusan Program pendampingan terhadap lulusan SMK; dan (3) perumusan pola kerjasama strategis SMK Industri mitra/UKM.

METODE PENELITIAN
Penelitian tentang kajian lulusan SMK Kota Semarang dimulai dengan menentukan teori variabel, dilanjutkan dengan definisi konseptual dan definisi operasional berikut dimensi dan indikatornya. Selanjutnya merancang butir-butir instrumen untuk uji coba yang digandakan terbatas untuk 30 responden kemudian diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen siap pakai digunakan untuk pengambilan data dengan responden siswa klas akhir SMK Kota Semarang. Sampel berjumlah 200 siswa SMK terdiri dari 4 SMK negeri dan 28 SMK swasta di Kota Semarang yang keseluruhan terdapat 84 SMK. Angket yang sudah terkumpul diolah dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 12 for MS (Microsoft) Window XP, selanjutnya dilakukan deskripsi variabel. Lingkup kajian ini bersifat internal, karena mendasarkan penggalian data dalam lingkungan penyelenggara pendidikan SMK yang tersebar di seluruh Kota Semarang. Kajian ini menggunakan analisis deskriptif atas variabel-variabel yang diukur dengan menggunakan skala Likert 1, 2, 3, dan 4. Besaran satu variabel tidak dihubungkan dengan variabel lainnya. Deskripsi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran variabel melalui kusioner yang dibagikan para responden, yaitu para siswa tingkat akhir pada SMK Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010 93

yang bersangkutan. Variabel Kajian meliputi (1) kesiapan lulusan bekerja; (2) kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3) kesiapan lulusan studi lanjut. mulai Teori variabel Definisi konseptual Definisi Operasional (definisi Penulisan butir instrumen UJI COBA Validitas dan realibilitas Vinalisasi instrumen (instrumen siap pakai) Penyebaran angket Pengumpulan angket Entry data dan olah data Penggandaan terbatas

Deskripsi variabel selesai Gambar 2. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Variabel-Variabel Hasil pengukuran skor variabel untuk mendeskripsikan secara umum keadaan variabelvariabel penelitian ini dapat dilihat dari besarnya skor minimum, skor maksimum, rank, mean, dan standar deviasi, seperti disajikan dalam Tabel 4.1.

94

Potensi Lulusan SMK Kota Semarang (Suharto & Suryanto)

Tabel 4.1. Kesiapan lulusan SMK bekerja, berwirausaha, dan studi lanjut Skor Minimum Maksimum Rank Mean Standar deviasi Kesiapan Lulusan SMK Bekerja (X1) 17 68 51 49,91 5,37 Kesiapan Lulusan SMK Berwirausaha (X2) 17 68 51 47,20 8,78 Kesiapan Lulusan SMK Studi lanjut (X3) 16 64 48 36,46 8,69

Deskripsi variabel (1) Kesiapan lulusan bekerja, (2) Kesiapan lulusan berwirausaha, dan (3) Kesiapan lulusan studi lanjut diuraikan berikut ini. 1. Variabel Kesiapan Lulusan Bekerja Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Bekerja No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Kurang Tidak Skala 55,25-68,00 42,50-55,25 29,75-42,50 17,00-29,75 Jumlah Frekuensi 24 163 12 1 200 Persentase 12,0 81,5 6,0 0,5 100,0

2. Variabel Kesiapan Lulusan Berwirausaha Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Berwirausaha No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Interval 55,25-68,00 42,50-55,25 29,75-42,50 17,00-29,75 Jumlah Frekuensi 39 97 60 4 200 Persentase 19,5 48,5 30,0 2,0 100,0

3. Variabel Kesiapan Lulusan Studi Lanjut Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Studi Lanjut No 1 2 3 4 Kategori Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Interval 52,00-64,00 40,00-52,00 28,00-40,00 16,00-28,00 Jumlah Frekuensi 5 56 105 34 200 Persentase 2,5 28,0 52,5 17,0 100,0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapan lulusan studi lanjut secara umum kurang baik. Hal ini terungkap terdapat 105 responden memperoleh skor berada di interval 28,00 40,00 dengan kategori kurang baik.

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010

95

Tabel 4.5. Distribusi Skor Indikator Variabel Kesiapan Lulusan Studi Lanjut Indikator 1. Beban Studi MIPA di SMK 2. Kompetensi Guru SMK 3. Uji Coba Kompetensi MIPA 4. Potensi Lulusan Studi Lanjut Min. 4 5 4 3 Skor indikator Maks. Rerata Persentase 16 20 16 12 8,32 12,51 7,78 7,87 52,00 62,55 48,63 65,58 Keterangan Kurang baik Baik Kurang baik Baik

Sebagai standar pengukuran terhadap masing-masing variabel dilakukan dari data ideal ke dalam kategori dentzan menggunakan formula sebagai berikut:

Interval

Skor total tertinggi Skor total terendah 100 % 25 % = = 18.75% Kategori 4


KATEGORI Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak Baik SKOR 81,75%skor100% 62,5%skor81,25% 43,75%skor62,5% 25%skor43,75%

Berdasarkan sebaran skor indikator-indikator variabel kesiapan lulusan studi lanjut, indikator-indikator kompetensi guru SMK, dan potensi lulusan studi lanjut masuk kategori baik sebagaimana dipersepsikan responden berturut-turut sebesar 62,55% dan 65,58%, sedangkan beban studi MIPA di SMK dan uji coba kompetensi MIPA ternyata masih kurang baik sebagaimana dipersepsikan reponden berturut-turut 52% dan 48,63%.

PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kesiapan lulusan bekerja dapat dinyatakan kategori baik, dengan indikator kompetensi lulusan, potensi memperoleh pekerjaan, dan pengalaman praktek kerja melalui joborder yang merupakan aspek kompetensi keterampilan dan keahlian lulusan SMK sudah baik. (2) Kesiapan lulusan berwirausaha dapat dinyatakan kategori baik dengan indikator kemampuan kewirausahaan, prediksi bidang usaha, dan potensi lulusan berwirausaha dapat dinyatakan baik. (3) Kesiapan studi lanjut dapat dinyatakan kategori kurang baik dengan indikator beban studi MIPA di SMK, uji coba kompetensi MIPA ternyata masih kurang baik sedangkan kompetensi guru SMK, dan potensi lulusan studi lanjut kualitas kurang sudah baik.

96

Potensi Lulusan SMK Kota Semarang (Suharto & Suryanto)

Rekomendasi Berdasarkan hasil dan pembahasan serta simpulan kajian ini berikut ini dikemukakan rekomendasi pengembangan SMK sebagai dasar kebijakan Dinas Pendidikan Kota Semarang: (1) Kesiapan lulusan SMK bekerja rata-rata dinyatakan baik. Namun demikian, kerja sama dengan dunia usaha dan industri sebaiknya dijadikan program yang terintegrasi secara kurikuler khususnya dalam kelompok mata pelajaran produktif yang di dalamnya terdapat pengalaman praktek kerja melalui job-order. Perlu upaya terencana mengembangkan mata pelajaran produktif dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang mengarah pada pemberian sertifikat kompetensi pada setiap lulusan SMK selain ijazah yang didasarkan pada hasil ujian nasional. (2) Kesiapan lulusan berwirausaha secara rata-rata dinyatakan baik ditandai kemampuan kewirausahaan dan prediksi bidang usaha yang dapat dinyatakan baik. Namun demikian, permasalahan klasik dalam kewirausahaan adalah kesiapan mental dan modal untuk merintis usaha baru bagi lulusan SMK. Oleh karena itu perlu direncanakan program pendampingan bagi siswa SMK (yang diseleksi berminat berwirausaha setelah lulus) selama menjalankan praktek kewirausahaan, dan berlanjut program pendampingan setelah lulus SMK. (3) Kesiapan studi lanjut secara rata-rata kurang baik tercemin beban studi MIPA di SMK dan uji coba kompetensi MIPA, ternyata masih kurang baik walaupun kompetensi guru SMK dan potensi lulusan studi lanjut sudah baik. Studi lanjut ditentukan kemampuan lulusan lolos seleksi masuk pendidikan tinggi yang utamanya tentang mata uji MIPA, dan kemampuan pembiayaan selama studi. Dengan demikian, upaya peningkatan kemampuan lulusan SMK melanjutkan studi harus tetap dijalankan agar SMK tetap memiliki daya tarik bagi lulusan SMP untuk memasukinya. Beban studi MIPA di SMK perlu ditingkatkan agar kompetensi materi MIPA setara dengan siswa SMA.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Dasuki, Achmad. 2009. Reformasi Guru dan Tantangannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasinya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saud, Udin Syaefudin & Abin Syamsuddin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: Program Pascasarjana UPI & PT Remaja Rosdakarya. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 10 No. 2, Agustus 2010 97

Anda mungkin juga menyukai